Anda di halaman 1dari 4

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME
Kontruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa
manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi
pembelajaran kontruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentranfer
informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran
kontruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru
yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai
lagi.
Untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka:
- Suasana lingkungan belajar harus demokratis.
- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif dan berpusat pada peserta didik.
- Pendidik mendorong peserta didik agar belajar mandiri dan bertanggungjawab atas kegiatan
belajarnya.
Asumsi dalam pembelajaran kontruktivistik:
1. Mengenai peserta didik
- Peserta didik adalah individu yang bersifat unik. Mereka memiliki latar belakang dan
kebutuhan yang unik pula.
- Kontruktivisme sosial mendorong peserta didik menghadirkan versi kebenarannya sendiri,
hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan atau pandangan tentang
dunianya sendiri.
- Peserta didik perlu didorong untuk memiliki tanggung jawab belajarnya sendiri.
- Motivasi belajar peserta didik tergantung pada keyakinan peserta didik terhadap potensi
belajarnya.
2. Mengenai pendidik
- Pendidik harus menyesuaikan diri dengan peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai
pendidik.
- Tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi
pembelajaran.
- Karena pendidik sebagai fasilitator, maka peserta didik yang berperan aktif dalam
pembelajaran.
3. Mengenai proses belajar
- Belajar merupakan proses aktif di mana peserta didik belajar menemukan prinsip, konsep
dan fakta untuk dirinya sendiri.
- Tercipta interaksi yang dinamik antara tugas-pendidik-peserta didik.
4. Mengenai kolaborasi peserta didik
- Peserta didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakangnya, hendaknya
berkolaborasi dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh
pemahaman tentang kebenaran.
- Konteks merupakan pusat belajar. Pengetahuan yang tidak sesuai konteks tidak memberikan
ketrampilan kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang
bersifat autentik.
5. Mengenai asesmen

- Holt dan Willard-Holt menekankan konsep asesmen dinamik, yaitu cara menilai peserta
didik yang berbeda dari penilaian konvensional. Belajar interaktif diperluas dengan proses
asesmen.
- Pendidik hendaknya memandang asesmen sebagai proses interaksi dan kontinyu untuk
mengukur prestasi belajar dan kualitas pengalaman belajar. Balikan yang dibuat melalui
proses asesmen itu digunakan sebagai dasar pengembangan kegiatan berikutnya.
6. Mengenai pemilihan, cakupan dan urutan materi pelajaran
- Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu.
- Agar peserta didik benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran, maka tugas dan
lingkungan belajarnya hendaknya merefleksikan kompleksitas lingkungan, sehingga peserta
didik mampu memfungsikan diri sampai akhir kegiatan belajar.
- Semakin terstruktur lingkungan belajar, semakin tidak mampu peserta didik membangun
makna berdasarkan pemahaman konseptualnya. Fasilitator hendaknya menstrukturkan
pengalaman belajar cukup untuk memastikan bahwa peserta didik memperoleh bimbingan
yang jelas sehingga mampu mencapai tujuan belajar.
Pendekatan pembelajaran kontruktivistik menekankan pembelajaran dari atas ke bawah (topdown intruction). Peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian
menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.
Pembelajaran yang memakai prinsip kontruktivisme adalah:
1. Diskaveri (discovery learning)
Dikembangkan oleh Jerome Brunner. Dalam pembelajaran diskaveri, pembelajaran harus
mampu mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah dimiliki. Keuntungan
pembelajaran ini adalah:
- Mampu memunculkan hasrat ingin tahu peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk
bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul.
- Peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena mereka
harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
2. Penangkapan (reception learning)
Dikembangkan oleh David Ausubel. Dalam pembelajaran penangkapan, peserta didik tidak
mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri, sehingga mereka memerlukan
motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang diajarkan di
sekolah. Inti pendekatan belajar penangkapan adalah pengajaran ekspositori, yakni
pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna
(meaningful information). Pembelajaran ekspositori ini terdiri atas tiga tahap, yaitu:
- Penyajian Advance organizer
Merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup
dalam urutan pengajaran.
- Penyajian materi atau tugas belajar
Merupakan penyajian materi pembelajaran baru dengan metode ceramah, diskusi, film atau
menyajikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik.
- Memperkuat organisasi kognitif
Caranya dengan mengkaitkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan di
dalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang
bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum.
3. Belajar terbimbing (scaffolding)
Dikembangkan oleh Vgotsky. Scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang berkaitan
dengan dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan

secara perlahan-lahan mengurangi batas-batas tersebut karena peserta didik telah memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri dalam mengatasi kompleksitas konteks
tersebut.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu peserta didik
menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata serta memotivasi peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik pembelajaran konstektual adalah sebagai berikut:
- Proses pembelajarannya mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta didik
memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata.
- Tujuan pembelajarannya berbasis pada:
* Standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara nasional atau lokal oleh asosiasi
profesi.
* Pengetahuan & keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan
kompetensi tertentu.
* Keterampilan berpikir tinggi seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembuatan
keputusan.
- Pengalaman belajarnya mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal dan
eksternal.
- Integrasi pendidikan akademik dan karier akan membantu peserta didik memahami isi materi
pelajaran dan pemahaman tentang karier atau bidang kajian teknis tertentu.
Komponen pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Kontruktivisme
2. Inkuiri (menemukan)
Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasisi CTL (Contextual
Teaching and Learning). Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah:
- merumuskan masalah
- mengamati atau melakukan observasi
- menganalisis
- mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil
3. Questioning (bertanya)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL
4. Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar
yang tahu ke yang belum tahu.
5. Modeling (pemodelan)
Pendidik memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Ada model yang bisa ditiru dan diamati
peserta didik sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.
6. Refleksi

Adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apaapa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
7. Penilaian autentik
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan peserta didik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh peserta didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi:
- Prinsip saling ketergantungan
Prinsip ini mengajak peserta didik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta
didik, masyarakat, dan lingkungan alam.
- Prinsip diferensiasi
Prinsip ini mengembangkan kreativitas dan mendorong keragaman dan keunikan antara
peserta didik untuk bekerjasama dalam bentuk yang disebut simbiosis.
- Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan belajar diatur sendiri, dipertahankan sendiri dan
disadari sendiri oleh peserta didik.
Pendekatan pada pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Pembelajaran berbasis masalah
Merupakan pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam pengkajian pemecahan masalah
yang memadukan keterampilan dan konsep dari berbagai isi pelajaran.
2. Penggunaan keragaman konteks
Pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar
keterampilan di berbagai lingkungan .
3. Pengelompokan peserta didik
Tujuannya adalah agar mereka mapu berbagi pengalaman dan informasi. Dalam
pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal dari berbagai macam konteks dan latar
belakang agar mereka memiliki berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah.
4. Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Dalam hal ini mereka mapu mencari, menganalisis, dan
menggunakan informasi dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.
5. Pembentukan kelompok belajar saling ketergantungan
Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan
kepercayaan orang lain. Kelompok belajar dibangun untuk berbagi pengetahuan dan
memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan.
6. Menggunakan asesmen autentik
Asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen
autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan
memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik
hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi
tentang kegiatan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai