Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KONSEP DASAR

A; Pengertian
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan pada ginjal yang terus
berlangsung dan tidak dapat diperbaiki, ini disebabkan oleh
sejumlah kondisi dan akan menimbulkan gangguan multisystem
(chalene,2001).
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir (ERSD)
adalah penyimpangan, progresis, fungsi ginjal yang tidak dapat
pulih dimana kemampuan
keseimbangan

tubuh

untuk

mempertahankan

metabolik, cairan dan elektrolit mengalami

kegagalan yang mengakibatkan uremia (Baughman,2002).


Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa gagal ginjal kronik adalah
gangguan fungsi renal yang irreversible dan berlangsung lambat
sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh
dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan uremia.

B; Stadium Gagal Ginjal Kronik


Tahap penggolongan dari gagal ginjal kronik berdasar GFR dan
albumin (Beto, Ramirez, Bansal, 2013):
Kategori
GFR

Stage
1
2
3a
3b
4
5

Albumin

1
2
3

Untuk

Range
Normal/high GFR _90 mL/min/1.73 m2
Mildly decreased GFR 60 to 89 mL/min/1.73 m2
Mildly to moderately decreased GFR 45 to 59
mL/min/1.73 m2
Moderately to severely decreased GFR 30 to 44
mL/min/1.73m2
Severely decreased GFR 15 to 29 mL/min/1.73 m2
Kidney failure GFR <15 mL/min/1.73 m2
Normal/mildly increased <30 mg/g or <3 mg/mmol
Moderately increased 30 to 300 mg/g or 3 to 300
mg/mmol
Severely increased >300 mg/g or >30 mg/mmol
menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT

( Clearance Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan


( kg )
72 x creatinin serum
*Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

C; Etiologi
Menurut

Prince

dan

wilson

(2005) dan Corwin

(2000),

klasifikasi penyebab gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :

1; Penyakit infeksi tubolointerstitial : Pielonefritis kronik atau


refluks nefropati

2; Penyakit peradangan : Glomeluronefritis


3; Penyakit

vaskuler

hipertensif:

Nefrosklerosis

benigna,

Nefrosklerosis maligna, Stenosis arteria renalis

4; Gangguan

jaringan

ikat

Lupus

eritematosus

sistemik,

Poliarteritis nodosa, Sklerosis sistemik progresif

5; Gangguan

congenital

dan

herediter

Penyakit

ginjal

polikistik, Asidosis tubulus ginjal

6; Penyakit

metabolik:

Diabetes

millitus,

Gaout,

Hiperparatiroidisme, Amiloidosis

D; Patofisiologi
Fungsi

renal

menurun,

protein(yang normalnya
dalam
Semakin

produk

diekresikan

akhir

kedalam

metabolisme

urin)

tertimbun

darah.terjadi uremia dan mempengarui sistem tubuh.


banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala

semakin meningkat. Sehingga menyebabkan.


Gangguan

kliren

renal.

Banyak masalah

pada ginjal

sebagai akibat dari penurunan jumlah glumerulus yang berfungsi,


yang menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi gomerulus (GFR) ,dapat dideteksi
dengan mendapatkan urin

24 jam untuk pemeriksaaan kliren

kreatitin. Menurunya filtasi glumelurus (akibat tidak berfungsinya


glumeluri) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin

serum akan meningkat selain itu, kadar nitrogen


(BUN)

biasanya

meningkat.

Kreatinin

urea

darah

serum merupakan

indikator paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini


diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengarui
oleh penyakit renal tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
Retensi cairan dan natrium ,Ginjal juga tidak mampu
untuk mengosentrasikan atau mengencerkan urin secara normal
pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari- hari,
tidak

terjadi

pasien

cairan,meningkatkan

resiko

sering

menahan

terjadinya

edema,

natrium
gagal

dan

jantung

kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat


aktivasi

aksis

renin

angiotensin

dan

meningkatkan sekresi aldosteron.pasien


kecenderungan
hipotensi

untuk

dan

menyebabkan

kerjasama
lain

keduanya
mempunyai

kehilangan garam, mencetuskan resiko

hipovolemia.
penipisan

Episode

air

dan

muntah

dan

natrium,yang

diare

semakin

memperburuk status uremik.


Asidosis
asidosis

dengan

berkembangnya

metabolik

seiring

peyakit

renal,

ketidakmampuan

terjadi
ginjal

mengesekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi


asam terutama, akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk
mensekresi amonia (NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat
(HCO3). Penuruna sekresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
Anemia
adekuat,
nutrisi

terjadi

karena

memendeknya

usia

akibat
sel

eritropoetin
darah

yang

tidak

merah, defisiensi

dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat

status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal.


Eritropoetin, suatu subtansi normal yang diproduksi oleh ginjal
menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah
merah. Pada gagal ginjal,produksi eritropoetin menurun

dan

anemia berat terjadi ,disertai keletihan, agina dan nafas sesak.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas


utama yang lain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun.
Dengan menurunnya filtrasi malalui glumelurus ginjal terdapat
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar
serum

menyebabkan

sekresi

parathormon

dari

kelenjar

paratoid.Namun demikian pada gagal ginjal , tubuh tidak berespon


secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon,dan
akibatnya,kalsium di tulang menurun,menyebabkan perubahan
pada tulang dan penyakit tulang,
vitamin D

selain

itu

metabolik

aktif

yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring

dengan berkembangnya ginjal.


Penyakit tulang uremik, Sering disebut osteodistrofienal,
terjadi dari perubahan komplek kalsium,fosfat dan keseimbangan
parathormon.Laju penurunan fungsi ginjal kronis berkaitan dengan
gangguan yang mendasari,ekresi protein dan urin, dan adanya
hipertensi. Pasien
sejumlah

protein

yang

mengekresikan

secarasignifikan

atau mengalami peningkatan tekanan darah

cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak


mengalimi kondisi ini (Smelzer,2001).

Gambar 2.1 deteksi dan evaluasi untuk CKD


(Inker dan Levey, 2013)

E; Manifestasi Klinis
Manifestasi yang timbul pada pasien dengan gagal ginjal
kronik menurut Broscious dan Castagnola

(2006); 1) gangguan

kardiovaskuler: tekanan darah yang tinggi, peningkatan nadi,


disritmia, retinopati, perubahan suara jantung, edema pulmo dan
edema ekstremitas, 2) gangnguan pulmoner: peningkatan RR,
respirasi khusmaul dan suara nafas crackles, peningkatan PO 2, 3)
gangguan

gastrointestinal: anoreksia, nausea, dan fomitus yang

berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan


pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia, 4) gangguan muskuloskeletal, renal osteodistrophy,
penurunan kalsium, kerusakan vitamin D, hiperparatiroid, fraktur
patologi, 5) gangguan integumen, memar, pruritus, kulit kering
berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan akibat
penimbunan urokrom, rambut dan kuku kering dan rapuh, 6)
gangguan endokrin, Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi
menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D, 7) gangguan
ginjal, penurunan haluaran urin, azotemia, proteinuria, hematuria,
hiperurikemia, 8) system hematologi, anemia yang disebabkan
karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, kelelahan, kelemahan,
muka pucat, letargi, 9) gangguan imun, peningkatan resiko infeksi,
10)

gangguan

persyarafan,

neuropati

perifer,

kaki

gelisah,

perubahan tingkat kesadaran, letargi, bingung, ensefalopati, fungsi


motorik diubah

F; Penatalaksanaan
Untuk melakukan penatalaksaan pada pasien dengan CKD dapat
melalui pedoman pelaksanaan menurut Levin, et.al (2008) yaitu:

1; Pedoman untuk pengobatan hipertensi pada pasien dengan


penyakit ginjal kronis
a;

pasien tanpa diabetes


1; Untuk pasien dengan penyakit ginjal kronis proteinuria (rasio
urine albumin untuk kreatinin 30 mg / mmol), terapi
antihipertensi harus mencakup inhibitor ACE atau blocker
angiotensin-receptor dalam kasus-kasus intoleransi terhadap
inhibitor ACE.
2; Tekanan darah harus ditargetkan kurang dari 130/80 mmHg.
3; Untuk pasien dengan penyakit ginjal kronis non proteinuria
(albumin rasio kreatinin <30 mg / mmol), terapi antihipertensi
harus mencakup baik inhibitor ACE, blocker angiotensinreceptor, diuretik thiazide, sebuah -blocker (pasien berusia
60 tahun atau kurang) atau blocker saluran kalsium longacting.

b;

Pasien dengan diabetes


1; Terapi anti hipertensi harus mencakup baik inhibitor ACE atau
blocker angiotensin-receptor.
2; Tekanan darah harus ditargetkan kurang dari 130 mm Hg
sistolik dan kurang dari 80 mm Hg diastolik.
3; Pasien dengan penyakit pembuluh darah ginjal renovaskular
hipertensi

diperlakukan

cara

yang

sama

seperti

untuk

nondiabetes, penyakit ginjal kronis nonproteinuric. Perhatian


harus diambil dengan penggunaan ACE inhibitor atau blocker
angiotensin-receptor karena risiko gagal ginjal akut.

2; Pedoman manajemen gaya hidup untuk pasien dengan penyakit


ginjal kronis
a;

Berhenti merokok
Berhenti merokok harus didorong untuk mengurangi risiko
penyakit penyakit ginjal dan stadium akhir ginjal kronis, dan
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Penurunan berat badan

b;

1; Obesitas (BMI> 30,0 kg / m2) dan kelebihan berat badan


(BMI 25,0-29,9 kg / m2) orang harus didorong untuk
mengurangi BMI mereka untuk menurunkan risiko penyakit
ginjal dan stadium akhir penyakit ginjal kronis.
2; Pemeliharaan berat badan kesehatan (BMI 18,5-24,9 kg / m2;
pinggang lingkar <102 cm untuk pria, <88 cm untuk wanita)
dianjurkan

untuk

mencegah

hipertensi

atau

untuk

mengurangi tekanan darah pada orang dengan hipertensi.


Semua orang kelebihan berat badan dengan hipertensi harus
disarankan untuk menurunkan berat badan.
Kontrol protein

c;
-

Sebuah protein yang dikontrol diet (0,80-1,0 g / kg / d)


direkomendasikan untuk orang dewasa dengan penyakit
ginjal kronis.

pembatasan protein diet dari <0,70 g / kg / hari harus


mencakup pemantauan hati penanda klinis dan biokimia
kekurangan gizi.
Olahraga

d;

Orang-orang tanpa hipertensi (untuk mengurangi kemungkinan


menjadi hipertensi) atau orang-orang dengan hipertensi (untuk
menurunkan tekanan darah) harus didorong untuk melakukan
olahraga

30-60

menit

intensitas

sedang

latihan

dinamis

(berjalan, jogging, bersepeda atau berenang) 4- 7 hari per


minggu.
Asupan garam diet

e;
-

Untuk mencegah hipertensi, dianjurkan asupan natrium diet


<100 mmol / hari, selain diet yang seimbang.

Pasien dengan hipertensi harus membatasi asupan sodium


65-100 mmol / hari.

3; Pedoman untuk pengobatan anemia pada pasien dengan stadium


3-5 penyakit ginjal kronis
a; Penilaian
Anemia didefinisikan sebagai tingkat hemoglobin <135 g /L
untuk pria dewasa dan <120 g /L untuk wanita dewasa.

1;

Evaluasi awal
Pertimbangkan pengujian pasien dengan kadar hemoglobin
<120 g /L untuk hal berikut kadar hemoglobin, jumlah
leukosit dan diferensial, jumlah trombosit, indeks eritrosit,
jumlah

retikulosit

absolut,

ferritin

serum

dan

saturasi

transferin.
2;

Penggunaan agen-stimulating eritropoiesis


- Untuk pasien dengan anemia dan zat besi yang memadai,
eritropoiesis-merangsang

agen

dimulai

jika

tingkat

hemoglobin turun di bawah 100 g / L.


- Untuk

pasien

yang

menerima

agen-stimulating

eritropoiesis tingkat hemoglobin sasaran harus 110 g / L.


Berbagai hemoglobin diterima adalah 100-120 g / L.
3;

Penggunaan terapi zat besi


- Untuk pasien yang tidak menerima agen eritropoiesisstimulating dan yang memiliki tingkat hemoglobin <110
g / L, zat besi harus diberikan untuk mempertahankan
tingkat feritin >100 ng /mL dan saturasi transferin> 20%.
- Untuk

pasien

eritropoiesis,

yang
zat

besi

menerima
harus

agen-stimulating
diberikan

untuk

mempertahankan tingkat feritin >100 ng / mL dan


saturasi transferin >20%.
- Pemberian zat besi dalam bentuk oral adalah pilihan
terapi pertama untuk pasien dengan penyakit ginjal
kronis.
- Pasien yang tidak mencapai target serum ferritin atau
saturasi transferrin atau keduanya saat pemberian zat
besi dalam bentuk oral harus menerima dalam bentuk
intravena.

4; Pedoman persiapan untuk memulai terapi pengganti ginjal untuk


pasien dengan penyakit ginjal kronis
a; Komponen perawatan sebelum inisiasi
-

Jika memungkinkan, pasien dengan perkiraan GFR <30


mL/menit/m2 harus menerima perawatan dalam pengaturan

multidisiplin yang meliputi dokter, perawat, dietiticians dan


pekerja sosial.
-

Program pendidikan predialysis harus mencakup modifikasi


gaya hidup, manajemen obat, pilihan modalitas dan akses
vaskular serta pilihan untuk transplantasi ginjal.

b; Waktu inisiasi
-

Tidak ada bukti yang menunjukkan untuk pasien dengan GFR


< 30 mL/min/m2 terapi penggantian ginjal harus dimulai
dengan tidak adanya komplikasi penyakit ginjal kronis.

Pasien dengan perkiraan GFR <20 mL / menit / m2 mungkin


memerlukan inisiasi terapi pengganti ginjal jika ada salah
satu gejala dari berikut: gejala uremia (setelah tidak
termasuk penyebab lainnya), komplikasi refraktori metabolik
(hiperkalemia, asidosis), kelebihan beban volume (edema)
atau penurunan status gizi (yang diukur dengan albumin
serum, massa tubuh tanpa lemak atau subyektif global
Assessment).

Transplantasi ginjal A donor-live pre-emptive tidak boleh


dilakukan sampai GFR diperkirakan adalah <20 mL / menit /
m2 dan ada bukti kerusakan progresif dan ireversibel ginjal
selama 6-12 bulan sebelumnya.

5; Pedoman manajemen konservatif komprehensif untuk pasien


dengan penyakit ginjal kronis
a;

Struktur dan proses


Program ginjal dan penyedia perawatan untuk pasien dengan
penyakit ginjal kronis progresif yang memilih untuk tidak
mengejar terapi pengganti ginjal harus memastikan pasien
memiliki

akses

ke

tim

interdisipliner

untuk

memberikan

manajemen yang komprehensif konservatif.


b;

Perencanaan perawatan lanjutan


1; Semua program penyakit ginjal kronis dan penyedia layanan
harus memiliki mekanisme yang mengembangkan dokumen
dan proses untuk perencanaan perawatan lanjutan.
2; Komponen
protokol

manajemen
manajemen

konservatif
konservatif

yang

komprehensif

komprehensif

harus

mencakup manajemen gejala, perawatan psikologis dan


perawatan spiritual.
3; Perawatan pasien sekarat waktu dekat
Terkoordinasi akhir-hidup perawatan harus tersedia untuk
pasien dan keluarga.

G; Komplikasi
Komplikasi penyakit ginjal kronis (CKD) menurut Walt, Swanepoel,
Mahala dan Meyers (2015) adalah dislipidemia, hiperkalemia,
asidosis metabolik, anemia, tulang dan gangguan mineral.

a; Rencana Keperawatan
Dalam mencapai tujuan guna mengurangi angka kejadian pasien dengan CKD, Redmond dan MCClelland
(2006) melalui artikelnya mengemukakan rencana keperawatan pada pasien dengan CKD, yaitu:

H; Asuhan Keperawatan
1; Initial Assasment
c; Identitas pasien
d; Keluhan utama
e; Riwayat kesehatan
1; Riwayat Kesehatan Sekarang
2; Riwayat Kesehatan Dahulu
3; Riwayat Kesehatan Keluarga
2; Pengkajian Primer
a; Airway
b; Breathing
c; Circulation
d; Disability
e; Exposure
3; Pengkajian Sekunder
a; Pemeriksaan Fisik
b; Data Penunjang
c; Terapi Medis
d; Terapi diit
e; CCT
4; Analisa Data
5; Diagnosa Keperawatan
a; Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.

b; Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,


pneumonitis, perikarditis

c; Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi


cairan dan natrium.

d; Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


intake makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).

e; Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d


kurangnya informasi kesehatan.

f; Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer,


tindakan invasive

g; PK: Insuf Renal


h; PK : Anemia
i; Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya

6; Intervensi
No
1

Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Intoleransi
Setelah dilakukan askep ... jam Klien NIC: Toleransi aktivitas
aktivitas
b.ddapat
menoleransi
aktivitas
& Tentukan penyebab intoleransi aktivitas &
ketidakseimba melakukan ADL dgn baik
tentukan
apakah
penyebab
dari
fisik,
ngan suplai &Kriteria Hasil:
psikis/motivasi
kebutuhan O2 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien seharidgn TD, HR, RR yang sesuai
hari
Warna kulit normal, hangat&kering aktivitas secara bertahap, biarkan klien
Memverbalisasikan
pentingnya berpartisipasi
dapat
perubahan
posisi,
aktivitas secara bertahap
berpindah&perawatan diri
Mengekspresikan
pengertian Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap.
pentingnya keseimbangan latihan Monitor gejala intoleransi aktivitas
& istirahat
Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala
toleransi aktivitas
intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
Pola
nafasSetelah dilakukan askep ..... jam Monitor Pernafasan:
tidak
efektifpola
nafas
klien
menunjukkan Monitor
irama,
kedalaman
dan
frekuensi
b.d
ventilasi yg adekuat dg kriteria :
pernafasan.
hiperventilasi, Tidak ada dispnea
Perhatikan pergerakan dada.
penurunan
Kedalaman nafas normal
Auskultasi bunyi nafas
energi,
Tidak
ada
retraksi
dada
/ Monitor peningkatan ketdkmampuan istirahat,
kelemahan
penggunaan
otot
bantuan kecemasan dan seseg nafas.
pernafasan
Pengelolaan Jalan Nafas

Atur posisi tidur klien untuk maximalkan ventilasi


Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Monitor status pernafasan dan oksigenasi sesuai

kebutuhan
Auskultasi bunyi nafas
Bersihhkan skret jika ada dengan batuk efektif /
suction jika perlu.
Kelebihan
Setelah dilakukan askep ..... jam Fluit manajemen:
volume cairanpasien mengalami keseimbangan Monitor status hidrasi (kelembaban membran
b.d.
cairan dan elektrolit.
mukosa, nadi adekuat)
mekanisme
Kriteria hasil:
Monitor tnada vital
pengaturan
Bebas dari edema anasarka, efusi Monitor adanya indikasi overload/retraksi
melemah
Suara paru bersih
Kaji daerah edema jika ada
Tanda vital dalam batas normal
Fluit monitoring:
Monitor intake/output cairan
Monitor serum albumin dan protein total
Monitor RR, HR
Monitor turgor kulit dan adanya kehausan
Monitor warna, kualitas dan BJ urine
Ketidakseimba Setelah dilakukan askep .. jam Manajemen Nutrisi
ngan
nutrisiklien menunjukan status nutrisi kaji pola makan klien
kurang
dariadekuat dibuktikan dengan BB Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan
stabil tidak terjadi mal nutrisi,
tubuh
tingkat energi adekuat, masukan Kaji makanan yang disukai oleh klien.
Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi
nutrisi adekuat
terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.

Anjurkan

klien untuk meningkatkan asupan


nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien

Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
Kurang
Setelah dilakukan askep jamPendidikan : proses penyakit
pengetahuan Pengetahuan
klien
/
keluarga Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
tentang
meningkat dg KH:
Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan
penyakit
danPasien mampu:
gejala), identifikasi kemungkinan penyebab.
pengobatanny Menjelaskan kembali penjelasan

Jelaskan kondisi klien


a
b.d. yang diberikan
Jelaskan tentang program pengobatan dan
kurangnya
Mengenal kebutuhan perawatan
alternatif pengobantan
sumber
dan pengobatan tanpa cemas
informasi
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

Klien / keluarga kooperatif saat


dilakukan tindakan

digunakan untuk mencegah komplikasi

Diskusikan tentang terapi dan pilihannya


Eksplorasi kemungkinan sumber yang

bisa

digunakan/ mendukung

instruksikan kapan harus ke pelayanan


Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang

penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan


Resiko infeksiSetelah dilakukan askep ... jam risiko Kontrol infeksi
b/d
tindakaninfeksi terkontrol dg KH:
Ajarkan tehnik mencuci tangan
invasive,
Bebas dari tanda-tanda infeksi
Ajarkan tanda-tanda infeksi
penurunan
Angka leukosit normal
laporkan dokter segera bila ada tanda infeksi
daya
tahan
tubuh primer Ps mengatakan tahu tentang Batasi pengunjung
tanda-tanda dan gejala infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
pasien

Tingkatkan masukan gizi yang cukup


Anjurkan istirahat cukup
Pastikan penanganan aseptic daerah IV
proteksi infeksi:
monitor tanda dan gejala infeksi
Pantau hasil laboratorium
Amati faktor-faktor yang bisa
infeksi
monitor VS
7

meningkatkan

PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ... jam Pantau tanda dan gejala insuf renal ( peningkatan
Perawat akan menangani atau TD, urine <30 cc/jam, peningkatan BJ urine,
mengurangi komplikasi dari insuf peningkatan natrium urine, BUN Creat, kalium,

renal

pospat dan amonia, edema).

Timbang BB jika memungkinkan


Catat balance cairan
Sesuaikan pemasukan cairan setiap hari = cairan

PK: Anemia

Setelah dilakukan askep .... jam


perawat akan dapat meminimalkan
terjadinya komplikasi anemia :
Hb >/= 10 gr/dl.
Konjungtiva tdk anemis
Kulit tidak pucat
Akral hangat

yang keluar + 300 500 ml/hr


Berikan dorongan untuk pembatasan masukan
cairan yang ketat : 800-1000 cc/24 jam. Atau
haluaran urin / 24 jam + 500cc
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet,
rendah natrium (2-4g/hr)
pantau tanda dan gejala asidosis metabolik
( pernafasan dangkal cepat, sakit kepala, mual
muntah, Ph rendah, letargi)
Pantau perdarahan, anemia, hipoalbuminemia
Kolaborasi untuk hemodialisis
Monitor tanda-tanda anemia
Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi
klien yg bergizi
Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena
dan tranfusi darah
Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe
Observasi keadaan umum klien

Sindrom defisitSetelah dilakukan askep . jam klienBantuan perawatan diri


self care b/dmampu Perawatan diri
Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
kelemahan
Self care :Activity Daly Living (ADL) diri
dengan kriteria :
Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
Pasien dapat melakukan aktivitas berpakaian, toileting dan makan
sehari-hari (makan, berpakaian, Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan
kebersihan, toileting, ambulasi)
untuk merawat diri
Kebersihan diri pasien terpenuhi
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas seharihari sesuai kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai