Anda di halaman 1dari 6

Nama : Karunia Indah Permata

Grup

: 4K2

NRP

: 12020046

Sejarah Majalaya Menurut Carita Rakyat


Kondisi geografis Majalaya waktu dulu merupakan daerah agraris yang subur akan
pertaniannya, apalagi secara geografis majalaya merupakan bagian dari Daerah Aliran
Sungai Citarum Hulu yang mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban
masyarakat majalaya itu sendiri. Kekayaan alam yang subur membuat masyarakat
makmur sehingga majalaya menjadi primadona bagi semua orang. Kalau kita melihat
bendungan Irigasi Citarum yang di bangun pada masa pemeintahan kolonial belanda
tahun 1828 yang terletak di Kampung Wangi Sagara dalam istilah sunda wangi berarti
harum sedangkan sagara berarti Lautan, maksudnya adalah Majalaya merupakan
Lautan yang harum atau terkenal dengan pesona keindahan alamnya serta kearifan
local penduduknya.
Sosial budaya dan ekonomi masyarakat Majalaya pun menjadi daya tarik dimana
struktur alam geografis majalaya yang merupakan daerah sumber air telah membentuk
karakter budaya masyarakatnya sendiri sebagai petani, Masyarakat majalaya waktu itu
mayoritas adalah Petani, terhampar luas pertanian dan perkebunan yang ada di derah
majalaya sehingga dari hasil bercocok tanamnya banyak menjadikan poduksi skala
rumah tanggaan seperti kapas menjadi bahan tenunan, Sehingga Majalaya waktu itu
terkenal dengan produksi kain sarungnya, dari hasil bercocok tanam juga telah
memunculkan satu ikon makanan khas majalaya dari hasil kolaborasi beras dan gula
yang dikemas sedemikian rupa sehingga dinamakan Borondong, makanan khas
borondong sangat terkenal sampai di abadikan dengan sebuah lagu sunda yang
berjudul Borondong Garing. Selain dari hasil bercocok tanam, masyarakat majalaya
juga waktu telah banyak memanfaatkan kesuburan air untuk penakaran ikan yang lebih
dikenal dengan Ikan Mas Majalaya, walaupun tidak ada sejarah kapan mulai bercocok
tanam kapas dan kapan masyarakat majalaya mulai menenun dengan bahan kapas,
kapan masyarakat majalaya membuat makanan khas borondong dan kapan juga
masyarakat majalaya mulai melakukan penakaran ikan, namun jika dilihat dari geografis

majalaya yang merupakan daerah sumber air, yang jelas kondisi geografis wilayahlah
yang

menghantarkan

keterkenalan

majalaya

ke

manca

negara.

Sejarah peradaban masyarakat majalaya tidak lepas dari peranan dawah islam, ada
salah satu nama daerah di majalaya di kaki gunung kamojang yang diberi nama Paseh
yang dimana menurut cerita rakyat bahwa kata paseh diambil dari para syeh ( tempat
berkumpulnya para ulama waktu dulu dalam penyebaran islam ) ada juga sebagian
cerita rakyat yang mengatakan Paseh itu karena para syeh sangat fasih menggunakan
Al Quran sebagai media dawah islamnya. Oleh karena itu sebagai daerah yang
mayoritasnya beragama islam maka masyarakat muslim pada waktu itu memandang
perlu untuk membangun tempat peribadatan yang megah dan nyaman, maka pada
jaman pemerintahan kolonial belanda di bangunlah Mesjid Agung Majalaya, Mesjid
agung tersebut sering disebut juga oleh masyarakat majalaya sebagai Kaum
maksudnya tempat beribadahnya kaum muslimin yang berdiri di pusat kota sebelah
barat alun alun majalaya dimana arsiteknya bangunannya mirip dengan mesjid agung
demak di jawa ( Mesjid Sejarah Wali Songo ) demikian juga material kayunyapun dikirim
dari jawa melalui tranportasi kereta api. Sementara untuk sejarah nama majalaya
sendiri banyak versi cerita rakyat yang menghubung hubungkan kata atau istilah
majalaya, ada sebagian yang mengatakan bahwa majalaya ada hubungannya dengan
kota maja pahit dan kota maja lengka, kalau kota Maja Pahit berarti buah maja yang
rasanya pahit, kalau Maja Lengka berarti buah Maja yang jarang / langka, sedangkan
untuk Maja Laya sendiri berarti Buah Maja / Pohon Maja yang selalu ada. Ada juga
cerita yang mengatakan bahwa keindahan alam majalaya sangat menarik perhatian
orang Pejabat Penting dimasa pemerintahan colonial Belanda yaitu Tuan William Van
Kadda Sehingga berkat jasanya dari Tuan William Van Kadda maka pada tahun 1800
secara resmi kota majalaya ini didirikan oleh pemerintahan Belanda. (sekarang nama
orang belanda tersebut diabadikan pada sebuah daerah di Majalaya yaitu Kadatuan
yang berasal dari sebutan Tuan Kadda).

Sejarah Industri Tekstil di Majalaya Menurut Kesaksian Tokoh Sejarah Majalaya


Dengan pesona alam tersebut. Keindahan alam yang dimiliki oleh kota ini memikat
pendatang terutama orang Belanda yang salah satu diantaranya adalah William van
Kadda (nama ini diabadikan pada sebuah daerah di Majalaya yaitu Kadatuan/tuan
kadda). Dengan dikuapnya pesona yang digali oleh William van Kadda tersebut,
membuat orang berdatangan ke daerah itu terutama dari daerah Priangan. Pada tahun

1800 secara resmi kota ini didirikan oleh pemerintahan Belanda. Pada pertengahan
abad ke-19 di kota ini berdiri industri-industri tekstil yang dimotori oleh oleh orang
Belanda namun tidak bertahan lama akibat krisis keuangan yang menimpa dunia pada
saat itu berimbas pada perekonomian Hindia-Belanda. Namun demikian, pada
pertengahan abad ke-20 tepatnya tahun 1930-an muncul pengusaha-pengusaha lokal
seperti Ondjo Argadinata.
Dimulai oleh Bapak H. Ondjo Argadinata ( Pribumi Asli Majalaya ) yang mendirikan
industry tenun rumahan yang masih menggunakan tustel ( Alat Tenun Bukan Mesin )
dan kemudian muncul Bapak H. Abdul Gani ( Pribumi Asli Majalaya ) yang juga
merupakan tokoh perintis industri tekstil di Majalaya pada masa pemerintahan Kolonial
Belanda Tahun 1930 berkat kepiawaian Bapak H. Abul Gani Sejarah pertekstilan di
Majalaya menorehkan sejarah pertestilan di Indonesia dengan membangun pabrik
tekstil pertama di Majalaya dan mungkin pertama di Indonesia yang diberi nama S-OE
( Saudara Oesaha ), keberhasilan beliau ( Bapak H. Abdul Gani ) dalam mengelola
pabrik tekstil tersebut sampai mendapat kunjungan dari Gubernur Hindia Belanda yang
di dampingi oleh Abdi Dalem Bupati Bandung yaitu Bapak R.A.A. Wiranata Kusuma
pada tahun 1939. Waktu itu juga mulai bermunculan industry tenun rumahan yang
dikelola oleh orang pribumi majalaya. Sekarang pabrik S-OE tersebut dimiliki oleh
pengusaha cina dengan nama PT. Tawekal dibangun di sekitar DAS Ciwalengke yang
merupakan anak sungai Citarum yang sekarang masuk Desa Padamulya
Dipelopori oleh Bapak H. Syukur seorang guru Sekolah Rakyat di Majalaya
( Pribumi Asli Majalaya ), pada jaman kemerdekaan Republik Indonesia, beliau telah
berhasil menorehkan sejarah pertekstilan nasional Indonesia dengan membangun
beberapa pabrik tekstil semi moderen di Majalaya dengan nama pabriknya Syukur,
berkat kepiawaiannya beliau dalam mengelola perstekstilan, sampai beliaupun
tergolong dekat dengan Presiden Soekarno dan keluarganya, Dari sanalah Pribumi
Majalaya ( Orang Kaya ) mulai banyak mendirikan pabrik tenun di Majalaya sehingga
kota Majalaya waktu itu di juluki atau terkenal dengan sebutan Kota Dolar. Sekarang
Pabrik Syukur sudah Dimiliki Oleh Pengusaha Cina dan berubah namanya.
Kebanyakan Pabrik Haji Syukur Dibangun di Daerah Balekambang DAS Citarum yang
Sekarang masuk Desa Sukamaju. Industri tenun Majalaya mencapai puncaknya pada
awal tahun 1960-an dan mampu memproduksi 40% dari total produksi kain di
Indonesia. Akhir tahun 1964 Majalaya menguasai 25% dari 12.882 ATM (Alat Tenun
Mesin) di Jawa Barat. Hampir seluruhnya terkonsentrasi di Desa Majalaya dan

Padasuka (saat ini dimekarkan menjadi 3 desa, yaitu Desa Sukamaju, Padamulya, dan
Sukamukti) (Palmer, 1972 dan Matsuo, 1970).
Munculnya Pengusaha Non Pribumi ( Cina ) Dimajalaya Dijaman Kolonial Belanda
Tidak ada keterangan yang jelas kapan pengusaha dari negeri cina mulai mendirikan
pabrik tenun di Majalaya, namun Sekitar Tahun 1937 jaman pemerintahan colonial
belanda dibuka Jalur Kereta Api Bandung Majalaya sehingga mempermudah akses
transportasi dan menarik perhatian salah seorang konglomerat dari negeri cina untuk
berinvestasi mendirikan pabrik tenun dimajalaya dengan nama Bintang Toejoeh dan
jejaknya di ikuti pula oleh pengusaha pengusaha cina lainnya untuk mendirikan pabrik
tenun di Majalaya, dengan demikian munculnya pengusaha dari negeri cina ikut
meramaikan dan memajukan industry tekstil di Majalaya pada waktu itu.
Buruh Pabrik Tenun Menjadi Pengusaha Industri Tenun Rumahan ( 1937 1960 )
Keterlibatan buruh-buruh di pabrik-pabrik tenun pada awal tahun 1930-an memberi
bekal mereka untuk membuka usaha tenun sendiri. Saat pasar semakin terbuka mereka
dengan mudah mengambil kesempatan tersebut karena modal yang diperlukan untuk
membeli alat tenun masih murah dan bahan baku bisa diperoleh dari para pengusaha
seperti putting out system. Pada masa-masa berikutnya industri tenun rumahan
semakin menjamur di mana-mana. Hampir setiap penduduk Majalaya memiliki
peralatan tenun dan membuka usaha tenun sendiri. Pada decade 1937, industri tekstil
Majalaya memulai fase baru yang lebih baik dengan berdiri pabrik ATM pertama di
Majalaya Pabrik S.OE ( Saudara Usaha Milik Bapak H. Abdul Gani, Masa-masa
tersebut juga diwarnai dengan mulai bermunculannya industri tenun rumahan yang
masih menggunakan tustel (alat tenun bukan mesin). Penyebaran kegiatan menenun
berlangsung cukup cepat karena (1) tingginya persentase rumah tangga yang tidak
memiliki lahan dan melakukan pertanian marginal (2) kegiatan menenun merupakan
tradisi lama, namun masih menjadi tipikal keterampilan perempuan kelas menengah
(Hardjono, 1990 dan Pleyte, 1912 dalam Keppy, 2001). Kebanyakan Kaum Buruh pada
Waktu itu adalah kaum perempuan sebagai pribumi asli majalaya, mungkin jika
dihubungkan dengan sejarah perjuangan LASWI ( Laskar Wanita ) yang sekarang
diabdikan menjadi nama Jalan Raya Bandung sampai Majalaya kemungkinan ada
korelasi sejarah kaum perempuan Majalaya yang selalu mempunyai spirit dan motivasi
yang tinggi dalam berkarya dan berjuang.
Ekspansi industri tekstil ke majalaya di era tahun 1970-an, Industri tekstil di
Majalaya semakin maju, banyak para investor asing seperti dari Cina, Taiwan, Korea,

India serta Arab berdatangan dan mendirikan Industri Tekstil di Majalaya, birokrasi
waktu itu untuk mendirikan pabrik tekstilpun tidaklah sulit, karena penguasa rezim orde
baru Soeharto pada waktu itu lebih menitik beratkan pada pertumbuhan dan
pemupukan surplus ekonomi negara yang mengenyampingkan lingkungan sosial
budaya masyarakat setempatnya. Dengan keadaan tersebut, maka perkembangan
industri Majalaya dipacu untuk maju alhasil di dekade tahun 1980-an industri Majalaya
telah berhasil menempatkan dan memantapkan posisinya sebagai daerah Suplay bagi
Regional Indonesia, dan kawasan Ekspor bagi Dunia Internasional. namun
keberhasilan industri tekstil di Majalaya tidaklah di imbangi dengan pengelolaan
lingkungannya, bahkan sarat dengan perusakan lingkungannya, terbukti dengan tata
ruang industri yang tidak jelas membuat Majalaya menjadi semerawut, ditambah lagi
dengan banyaknya kaum urban dari luar Majalaya, luar Jawa Barat, bahkan sampai luar
Pulau Jawa berdatangan untuk bekerja dan menetap di Majalaya, sehingga semakin
menambah padat jumlah penduduk yang ada di Majalaya.
Dampak

industri

tekstil

terhadap

lingkungan

majalaya

tidak bisa dipungkiri dan ditutupi dijadikannya Majalaya sebagai kawasan Industri tekstil,
mengundang banyak permasalahan terhadap lingkungan sekitarnya, dari mulai tata
ruang yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi di daerah aliran sungai citarum dan
anak sungai citarum menjadi pabriksasi industry textile mengakibatkan terjadinya
Eksploitasi air permukaan ( sungai ) Eksploitasi Air Bawah Tanah ( ABT ) secara besar
besaran yang berdampak pada minimnya persediaan air bersih bagi kehidupan warga
masyarakat majalaya sendiri dan menurunnya permukaain tanah di lingkungan
majalaya. Selain eksploitasi air, industry textile di majalaya juga melakukan pencemaran
lingkungan yaitu dengan penggelontoran limbah industry ke sumber sumber air tanpa
melalui proses IPAL ( Intalansi pengelolaan air limbah ) dan pembuangan ply as dan
botton as debu batu bara melalui boiler rakitan tanpa standar operasional prosedur yang
berdampak pada terganggunya kesehatan masyarakat majalaya dan juga berdampak
sedimentasi lumpur limbah sehingga mengganggu sistem aliran air sungai di majalaya.
Sedimentasi sungai juga terjadi akibat banyaknya bangunan liar industry disepanjang
sempadan sungai sehingga terjadi penyempitan dan penyumbatan pada aliran sungai,
tidak heran jika musim hujan datang, air sungai akan meluap tumpah keluar karena
sungai sudah tidak bisa lagi menampung debit air, akhirnya bencana banjirpun malanda
majalaya dan sekitarnya. Dengan kompleksitas permasalahan tersebut diatas, maka
wajar kalau ekosistem lingkungan di Majalaya telah terjadi penurunan secara signifikan,
dan jika ini di biarkan terus menerus, maka lingkungan majalaya akan terjadi di ambang
batas kehancuran.

Sumber :
http://herry-majalaya.blogspot.co.id/2009/01/majalaya-kota-yang-menyimpan-begitu.html
https://id.id.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=357209427653110&id=201065589934162 oleh : Deni Riswandani, S.Sos

Anda mungkin juga menyukai