Anda di halaman 1dari 181

RANCANG BANGUN WEBGIS

INTENSITAS HUJAN SECARA REALTIME


MENGGUNAKAN DATA RADAR
(STUDI KASUS RADAR SERPONG)

Disusun Oleh :

Putri Khairani
105093003071

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M

RANCANG BANGUN WEBGIS


INTENSITAS HUJAN SECARA REALTIME
MENGGUNAKAN DATA RADAR
(STUDI KASUS RADAR SERPONG)

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Putri Khairani
105093003071

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ii

RANCANG BANGUN WEBGIS


INTENSITAS HUJAN SECARA REALTIME
MENGGUNAKAN DATA RADAR
(STUDI KASUS RADAR SERPONG)

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh
Putri Khairani
105093003071

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom


NIP. 470 035 764

Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc


NIP. 080 128 640

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sistem Informasi

Aang Subiyakto, M.Kom


NIP. 150 411 252
iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN


Skripsi Rancang Bangun Webgis Intensitas Hujan secara Realtime menggunakan
Data Radar (Studi Kasus Radar Serpong) telah diuji dan dinyatakan lulus dalam
sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2010. Skripsi telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program
Studi Sistem Informasi.
Jakarta, Agustus 2010
Menyetujui,
Penguji I

Penguji II

Qurrotul Aini, MT
NIP. 19730325 200901 2001
Pembimbing I

Nur Aeni Hidayah, MMSI


NIP. 19750818 200501 2008
Pembimbing II

Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom


NIP. 470 035 764

Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc


NIP. 080 128 640

Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Ketua Program Studi Sistem Informasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis


NIP. 150 317 956

Aang Subiyakto, M.Kom


NIP. 150 411 252

iv

HALAMAN PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR ASLI KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, September 2010

Putri Khairani
105093003071

ABSTRAK
PUTRI KHAIRANI, Rancang Bangun Intensitas Hujan secara Realtime
Menggunakan Data Radar (Studi Kasus Radar Serpong). (Di bawah
bimbingan Bakri La Katjong dan Yiyi Sulaeman).
Penerapan teknologi di bidang observasi hujan di Indonesia terus
berkembang, antara lain teknologi radar cuaca. Teknologi ini bisa menghasilkan
informasi intensitas hujan secara realtime setiap enam menit, artinya wilayah
dalam jangkauan sapuan radar dapat terus diamati perubahan cuacanya dalam
resolusi temporal enam menit. Penerapan teknologi ini perlu didukung aspek
pengelolaan dan pendistribusian informasi dengan baik, antara lain melalui
Webgis. Penelitian ini bertujuan membangun prototipe webgis radar cuaca secara
realtime dengan studi kasus radar Serpong dan Padang, dengan pemanfaatan
jaringan internet dapat menjangkau pengguna dengan menghilangkan aspek jarak
dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan
wawancara untuk pengumpulan data dan kebutuhan sistem, serta menggunakan
metode rapid application development sebagai metode pengembangan sistem.
Tools yang digunakan adalah map server, php, map script, ArcGIS 9.2 serta
database POSTGRE SQL 8.3. Hasil penelitian adalah prototipe Webgis offline
radar cuaca yang menyajikan informasi curah hujan untuk daerah Serpong.
Apabila berjalan pada sistem operasi Windows dengan menggunakan browser
Mozilla Firefox, Webgis ini akan menampilkan data curah hujan yang dapat
dilihat dan diperoleh dengan cepat, mudah dan murah.

V Bab + 133 halaman + xxii halaman + Daftar Pustaka + lampiran, 2010


Kata kunci: Webgis, radar cuaca, radar Serpong, realtime, basis data spasial.
Pustaka Acuan (19, 1996 - 2010)

vi

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu'alaikum...

RANCANG BANGUN WEBGIS


RADAR CUACA SECARA REALTIME
(Studi Kasus Radar Serpong dan Padang )

PUTR I K HA I R A NI
105093003071
SISTEM INFORMASI
UIN SYAHID JAKARTA

Di bawah Bimbingan :
1.Bakri La Katjong, MT. M.Kom
2.Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc

Latar Belakang Masalah

Banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia yang dipengaruhi oleh


tingkat intensitas hujan, serta tingginya kerugian yang diderita pasca
bencana sebagai suatu akibat kurangnya pemantauan cuaca harian di
Indonesia secara realtime.
Pemanfaatan teknologi di bidang pemantauan cuaca yang terus
berkembang, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi radar untuk
pengamatan cuaca.
Saat ini Indonesia belum memiliki Webgis yang berbasis spatial untuk
penyebaran informasi cuaca secara realtime berdasarkan data radar
cuaca.
Belum adanya media penyampaian informasi cuaca berbasis spatial.

Oleh : Putri Khairani

Perumusan Masalah
Bagaimana merancang sebuah webGIS

informasi

cuaca yang informatif secara realtime.


Bagaimana mengatasi semua masalah yang dihadapi
oleh pengguna data spasial yang berhubungan dengan
manajemen spatial database yang berhubungan
dengan data radar cuaca.
Bagaimana memanfaatkan dan mendistribusikan data
radar sehingga menjadi informasi yang lebih berguna
melalui jaringan internet.
Oleh : Putri Khairani

Batasan Masalah

Pemanfaatan data radar cuaca Serpong dan Padang untuk memberikan


informasi cuaca secara realtime dan berbasis spasial kepada pengguna
yang berada dalam daerah jangkauan radar.
Menganalisis dan merancang prototipe sistem basis data spasial data
radar cuaca dengan pemanfaatan software basis data spasial yaitu
POSTGRE SQL.
Merancang dan membangun webgis untuk informasi radar cuaca secara
realtime dengan kemampuan query data yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna untuk wilayah cakupan radar cuaca Serpong dan Radar cuaca
MIA yang ada di Padang Sumatera Barat.
Tahapan pembangunan sistem hanya sebatas pada pengujian prototipe
sistem oleh pengguna dan tidak sampai pada tahap penerapan sistem.
Pembahasan data radar cuaca pada laporan ini hanya menggunakan
data radar Serpong karena kesamaan proses dan format data dengan
data radar MIA.

Tujuan
Menghasilkan WebGIS

yang informatif serta sesuai


dengan kebutuhan informasi pengguna. Serta
membangun WebGIS yang menyajikan informasi
curah hujan dari data radar cuaca secara realtime dan
berbasis spasial untuk wilyah jangkauan radar
Serpong dan radar MIA.
Memaksimalkan penggunaan database spatial
POSTGRE SQL untuk pengaturan (management) data
spasial dengan volume data yang besar dan
kompleksitas yang tinggi.
Oleh : Putri Khairani

Manfaat
Webgis yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan
berguna bagi masyarakat dalam memperoleh informasi
cuaca secara realtime dengan mudah dan akurat,
memperoleh data radar cuaca sesuai dengan kebutuhan
dengan memilih dari data yang ada, dan dapat melakukan
pengolahan terhadap informasi yang telah ada untuk bahan
penelitian lebih lanjut, seperti analisa hujan dan sebagainya.
Oleh : Putri Khairani

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi : Nusantara Earth Observation

Network (NEONet) BPPT


Alamat : Gedung 1 Lantai 20
Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta
Waktu : Juli 2009 - selesai

Oleh : Putri Khairani

Pengenalan Radar Cuaca


Radar cuaca adalah jenis radar yang digunakan
untuk memetakan dan menghitung pergerakan
benda-benda seperti hujan, salju, kabut, awan dan
lain sebagainya, memperkirakan jenis benda
tersebut, serta memperkirakan posisi dan intensitas
benda yang diamati pada masa yang akan datang.

Prinsip Kerja Radar Cuaca

Oleh : Putri Khairani

PRINSIP KERJA RADAR CUACA

DATA FLOW
RADAR

Server Radar
Thamrin

INTERNET

Conversi dgn Cron tab

PEMROSESAN
DATA

BANK DATA
Radar

FORMAT
SPASIAL
(SHP)

PUBLIKASI HASIL

Webgis Radar

DB Radar

Generator.bat

Metodologi Penelitian
Metode Pengumpulan Data

Studi Pustaka, Observasi, dan Wawancara


Metode Pengembangan Sistem

Prototyping merupakan model pengembangan


sistem perangkat lunak yang melibatkan proses-proses
pembentukan model (versi) perangkat lunak yang
harus bersifat representatif terhadap sistem yang
sebenarnya dan menekankan pada aspek pencapaian
produk akhir secara cepat (Prahasta : 2005, 227)
Oleh : Putri Khairani

Analisa Sistem Berjalan Vs Sistem Usulan

Oleh : Putri Khairani

Tahapan Pengembangan Sistem


Data
Spatial

Mulai

Pengumpulan
Kebutuhan

Data
Atribut

Logical
Design

Perancangan
Cepat Prototipe

Physical
Design

Pembentukan
Prototipe

coding
Evaluasi
Prototipe oleh
User

Produk
Rekayasa

YA

Prototi
pe
sesuai
keingin
an User

Tidak

Perbaikan
Prototipe oleh
Pengembang

Selesai

Oleh : Putri Khairani

Diagram Konteks

Oleh : Putri Khairani

Diagram Zero

Oleh : Putri Khairani

ERD Spatial

Oleh : Putri Khairani

Kesimpulan

Pembangunan Web GIS radar cuaca secara realtime yang


informatif dapat dilakukan dengan menggunakan mapserver
serta beberapa tools tambahan seperti Kamap yang dapat
menunjang pembangunan webgis.
Permasalahan manajemen data radar cuaca berbasis spasial
yang komplek, yang sering kali dijumpai pengguna dapat
diselesaikan dengan pembangunan basis data spasial secara
penuh dengan pemanfaatan database POSTGRE SQL.
Dengan adanya web GIS radar cuaca, data radar dapat
didistribusikan dengan baik kepada pengguna dengan
menghilangkan aspek jarak dan waktu dengan pemanfaatan
jaringan internet.

Oleh : Putri Khairani

Saran
Pengembangan sistem secara menyeluruh dengan

mengintegrasikan data radar dengan data cuaca


lainnya seperti satelit atau BMKG.
Proses pengembangan sistem dilanjutkan hingga
tahap implementasi sistem pada jaringan internet
secara global sehingga informasi radar cuaca bisa
sampai kepada masyarakat luas.

Oleh : Putri Khairani

Demo Program

Oleh : Putri Khairani

Any Question ???

Thank You For Your Attention !!!

Wassalamualaikum

Oleh : Putri Khairani

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia yang diberikan-Nya kepada peneliti. Alhamdullilah yang tiada terkira
untuk kemampuan merangkai dua puluh enam huruf menjadi sebuah skripsi
dengan judul Rancang Bangun Webgis Intensitas Curah Hujan Secara
Realtime (Studi Kasus Radar Serpong). Shalawat dan salam untuk kekasih
Allah tercinta Rasulullah SAW semoga peneliti selalu mendapat syafaatnya.amin
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat membantu
peneliti dalam memberikan bimbingan, semangat, dan motivasi. Untuk itu pada
kesempatan ini rangkaian terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti haturkan
kepada:
1. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dan Nur Aeni Hidayah, MMSI, selaku Ketua dan sekretaris Program Studi
Sistem Informasi.
3. Ir. Bakri Lakatjong, MT, MSi selaku pembimbing I peneliti yang telah
memberikan waktu, bimbingan, arahan dan semangat hingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc selaku pembimbing II peneliti yang telah dengan
sabar memberikan waktu dan bimbingan disela-sela kesibukannya.

vii

5. Bapak Winarno, S.Kom selaku pembimbing lapangan peneliti, Bapak Ir.


Udrekh, Bapak Awaluddin dan semua staf NEONet BPPT Thamrin,
terima kasih untuk segudang ilmu, pengalaman dan waktunya.
6. Kedua Orang tua Peneliti, Bapak Mufti Yasin (alm) dan Mama Hj.
Nurhayati yang selalu peneliti rindukan. Uda dan Uni Desi, Aje dan One,
Ajo dan Mba Tari, Uni Putiah dan Abang, Kakak, Uni Manis (thank for
being so patient to me, sis!!) dan adikku Aat yang jauh disana. Terima
kasih untuk setiap doa dan semangat yang telah diberikan.
7. Keluarga Besar Arco A66 ; Om Dadang dan Tante Tati untuk ketulusan
dan kebaikan hatinya. Tante Emi, Abak (alm), Uni Ndut, Da Agung, dan
Da Cibay terima kasih untuk semuanya.
8. Keluarga Besar Syalnas, terima kasih untuk doa dan dukungannya.
9. Seseorang yang ku panggil cinta, terima kasih untuk semangat,
pengertiannya dan kesabarannya.
10. Rekan-rekan SIC 2005 Nice to know you all, terima kasih untuk bantuan,
dan kebersamaan selama lima tahun ini. Riddle Crew (Ntan, Lilah, Dian,
Dewe), thanks untuk kebawelan dan semangat tiada henti.
11. Teman-teman seperjuangan; lyta, vicy, bejo, muhdzir, rano, mila, anak2
RENRO, uda uni KMM dan rekan-rekan KKN Sungai Sariak 2008.
12. Sahabat-sahabat di ranah minang yang senantiasa memberikan doa dan
semangat. Thanks all. I miss you.
13. Bapak Zulfiandri, M.Kom selaku pembimbing akademik peneliti.

viii

14. Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya Jurusan SI/TI
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, seluruh staf jurusan
Sistem Informasi serta Staf Perpustakaan terima kasih atas semua
bantuannya.
15. Segenap civitas akademika FST dan UIN Syahid Jakarta yang pernah
menjadi bagian dari perjalanan ini. Senang bisa mengenal anda semua.

Peneliti sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena kritik dan saran yang bersifat membangun agar penyusunan skripsi ini
menjadi lebih baik lagi sangat peneliti nantikan.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya kepada peneliti
sendiri dan bagi yang membacanya sebagai pengetahuan dan referensi. Terima
kasih.

Jakarta, Agustus 2010

Putri Khairani
105093003071

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i


Halaman Sampul ............................................................................................. ii
Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian ............................................................................... iv
Halaman Pernyataan ....................................................................................... v
Abstrak ........................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................ vii
Daftar Isi ......................................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................... xv
Daftar Gambar ................................................................................................ xvii
Daftar Istilah ................................................................................................... xx
Daftar Lampiran .............................................................................................. xxii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 5
1.4 Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................................. 6
1.4.2 Manfaat Penelitian ................................................................ 6
1.5 Metode Penelitian .......................................................................... 6
1.5.1 Metode Pegumpulan Data .................................................... 6

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem ............................................. 7


1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Rancang Bangun ............................................................ 12
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ................................................... 12
2.2.1 Definisi dan Karakteristik Sistem ....................................... 12
2.2.2 Definisi Data dan Informasi ............................................... 14
2.2.3 Kualitas dan Nilai Informasi .............................................. 15
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi .............................................. 16
2.3 Sistem Informasi Geografis ................................................... 16
2.3.1 Pengertian ........................................................................... 16
2.3.2 Jenis Data .......................................................................... 17
2.3.3 Komponen SIG .................................................................. 18
2.3.4 Kemampuan SIG ............................................................... 21
2.4 Konsep Dasar Webgis .................................................................. 22
2.5 Pengenalan Radar Cuaca ............................................................. 23
2.5.1 Sejarah Radar .................................................................... 23
2.5.2 Jenis Radar ......................................................................... 24
2.5.3 Klasifikasi Radar ............................................................... 26
2.5.4 Komponen Radar ............................................................... 27
2.5.5 Manfaat Radar ................................................................... 29
2.5.6 Radar Cuaca (Weather Radar) ........................................... 30
2.5.7 Prinsip Kerja Radar Cuaca ................................................. 31

xi

2.5.8 Keuntungan dan Kerugian Radar Cuaca ............................. 31


2.6 Konsep Pengertian Realtime ........................................................ 32
2.7 Pengenalan Program Harimau....................................................... 33
2.7.1 Spesifikasi Radar Cuaca Serpong ....................................... 34
2.7.2 Spesifikasi Radar Cuaca Padang ........................................ 35
2.8 Analisis Data ............................................................................... 36
2.8.1 Data Radar Doppler ........................................................... 36
2.8.2 Curah Hujan (Rainrate) ..................................................... 37
2.9 Pendekatan dalam membangun Webgis ........................................ 39
2.9.1 Basis Data .......................................................................... 39
2.9.2 Basis Data Spasial .............................................................. 40
2.9.3 Model Basis data ................................................................ 41
2.9.4 Metode Pengembangan Sistem ........................................... 42
2.10 Tools Analysis and Design Sistem ............................................. 46
2.10.1 Data Flow Diagram (DFD) ........................................... 46
2.10.2 Entity Relationship Diagram (ERD) .............................. 50
2.10.3 Kamus Data .................................................................... 52
2.11 Pengenalan Software .................................................................. 53
2.11.1 Map Server (MS4W) ..................................................... 53
2.11.2 Pengenalan POSTGRE SQL dan POSTGIS SQL ........... 57
2.11.3 Macromedia Dreamweeaver .......................................... 58
2.12 Referensi Penelitian Sebelumnya ............................................... 58
2.13 Profil Organisasi ......................................................................... 60
2.13.1 Sejarah BPPT ................................................................ 60

xii

2.13.2 Logo Organisasi ............................................................ 60


2.13.3 Visi dan Misi Organisasi ................................................ 61
2.13.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang ....................................... 61
2.13.5 Struktur Organisasi ........................................................ 62
2.13.6 NEONet ......................................................................... 63
2.13.7 Struktur Organisasi NEONet ......................................... 65

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Pengumpulan Data .................................................... 67
3.2 Peralatan dan Bahan .................................................................... 69
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 70
3.4 Kondisi Awal Data ...................................................................... 70
3.5 Metode Pengembangan Sistem .................................................... 71
3.5.1 Pengumpulan Kebutuhan (Scope Definition) ........................ 72
3.5.2 Analisis Sistem (Analysis) ................................................... 73
3.5.2.1 Sistem yang Berjalan ................................................ 73
3.5.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Sistem Berjalan ............. 75
3.5.2.3 Sistem Usulan ........................................................... 76
3.5.3 Perancangan Cepat Perangkat Lunak (Design) ..................... 78
3.5.4 Pembentukan Prototipe Perangkat Lunak (Construction) ...... 79
3.5.5 Evaluasi Prototipe oleh Pengguna (Testing) .......................... 80
3.5.6 Delivery of a version ............................................................. 80

xiii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Perancangan Cepat Prototipe .............................................. 80
4.1.1 Data Flow Diagram ........................................................... 80
4.1.2 Desain Kamus Data ........................................................... 92
4.1.3 Desain Basis Data .............................................................. 93
4.1.4 Desain Struktur Menu Webgis ............................................ 103
4.1.5 Desain Antar Muka Pengguna ............................................ 104
4.2 Pembentukan Prototipe ................................................................ 106
4.2.1 Pembuatan Database ......................................................... 106
4.2.2 Konversi Data .................................................................... 110
4.2.3 Pembuatan Webmapping .................................................... 114
4.2.4 Pembangunan Web Front ................................................... 118
4.3 Prototipe Webgis .......................................................................... 120
4.4 Testing Sistem ............................................................................. 126

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 132
5.2 Saran .............................................................................................. 132

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 134


LAMPIRAN .................................................................................................. 136

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Atribut Informasi................................................................................. 16


Tabel 2.2 Klasifikasi Radar Berdasarkan Band ................................................... 26
Tabel 2.3 Spesifikasi Radar ................................................................................. 34
Tabel 2.4 Spesifikasi Radar Padang .................................................................... 35
Tabel 2.5 Simbol dan Notasi DFD ...................................................................... 49
Tabel 2.6 Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram ................................. 51
Tabel 2.7 Notasi Kamus Data............................................................................. 52
Tabel 2.8 Daftar Penelitian.................................................................................. 58
Tabel 4.1 Alur Proses Sistem .............................................................................. 82
Tabel 4.2 Proses Pengamatan Curah Hujan ......................................................... 83
Tabel 4.3 Proses Pengiriman Data ....................................................................... 84
Tabel 4.4 Proses Pengolahan Data....................................................................... 84
Tabel 4.5 Proses Webgis Radar ........................................................................... 85
Tabel 4.6 Proses Penyapuan Daerah .................................................................... 86
Tabel 4.7 Konversi Data ..................................................................................... 87
Tabel 4.8 Proses Penyapuan Daerah .................................................................... 88
Tabel 4.9 Koreksi Data ....................................................................................... 89
Tabel 4.10 Konversi data ke dalam basis data spasial .......................................... 89
Tabel 4.11 Lihat_info_cuaca ............................................................................... 90
Tabel 4.12 Isi form login..................................................................................... 91
Tabel 4.13 Download .......................................................................................... 91
Tabel 4.14 Contact Us ........................................................................................ 91

xv

Tabel 4.15 Kamus Data ...................................................................................... 92


Tabel 4.16 Tabel kab_serpong ........................................................................... 97
Tabel 4.17 Tabel kec_serpong ............................................................................ 97
Tabel 4.18 Tabel kab_padang ............................................................................ 98
Tabel 4.19 Tabel kec_padang ............................................................................. 99
Tabel 4.20 Tabel Radarserpong .......................................................................... 99
Tabel 4.21 Tabel RadarPadang ........................................................................... 100
Tabel 4.22 Tabel spatial_ref_sys ........................................................................ 101
Tabel 4.23 Tabel Geometry_columns ................................................................. 101
Tabel 4.24 Tabel Pengguna ................................................................................ 102
Tabel 4.25 Tabel Komentar ................................................................................ 103
Tabel 4.26 Pengujian Sistem .............................................................................. 127
Tabel 4.27 Pengujian Metode White ................................................................... 130

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Pengembangan Sistem dengan Model Prototipe ................ 8


Gambar 2.1 Jenis Data SIG(a)titik, (b)garis, (c)Area .......................................... 18
Gambar 2.2 Fungsi Subsistem SIG ...................................................................... 19
Gambar 2.3 Komponen SIG ................................................................................ 20
Gambar 2.4 Efek Doppler ................................................................................... 25
Gambar 2.5 Radar Bistatik ................................................................................. 26
Gambar 2.6 Komponen Radar ............................................................................. 28
Gambar 2.7 Prinsip kerja Radar .......................................................................... 31
Gambar 2.8 Persamaan Reflektifitas ................................................................... 34
Gambar 2.9 Radar C-Band Serpong ................................................................... 34
Gambar 2.10 Radar X-Band Padang ................................................................... 35
Gambar 2.11Data image Radar Serpong.............................................................. 37
Gambar 2.12 Diagram Rapid Apllication Development (RAD) ............................ 42
Gambar 2.13 Konfigurasi PHP/MapScript ......................................................... 55
Gambar 2.14 Logo BPPT ................................................................................... 60
Gambar 2.15 Struktur Organisasi BPPT ............................................................. 63
Gambar 2.16 Integrasi Sensor-sensor Pemantauan Bumi .................................... 65
Gambar 2.16 Struktur Organisasi NEONet ......................................................... 65
Gambar 3.1 Alur kegiatan penyusunan tugas akhir .............................................. 66
Gambar 3.2 Data image Radar Serpong .............................................................. 71
Gambar 3.3 Diagram Rapid Apllication Development (RAD) .............................. 72
Gambar 3.4 Bagan Alir Dokumen Sistem yang Berjalan .................................... 74

xvii

Gambar 3.5 Diagram Alir Dokumen yang Diusulkan ......................................... 77


Gambar 4.1 Diagram Konteks ............................................................................. 81
Gambar 4.2 Diagram Zero .................................................................................. 83
Gambar 4.3 Diagram Detail Proses 1 .................................................................. 86
Gambar 4.4 Diagram Detail Proses 3 .................................................................. 87
Gambar 4.5 Diagram Detail Proses 4 ................................................................. 90
Gambar 4.6 ERD Non-Spasial Sebelum Normalisasi .......................................... 93
Gambar 4.7 ERD Spasial Sebelum Normalisasi ................................................. 94
Gambar 4.8 Bentuk Tidak Normal (Unnormalized) ............................................. 94
Gambar 4.9 ERD non-spasial .............................................................................. 95
Gambar 4.10 ERD Spatial ................................................................................... 96
Gambar 4.11 Struktur Menu................................................................................ 104
Gambar 4.12Rancangan tampilan (a)halaman home, (b)halaman Radar Serpong,
(c)halaman Radar Padang, (d)halaman login user, (e) halaman registrasi user, (f)
halaman download data, (g) halaman Gallery, (h) halaman About us, (i)halaman
Contact Us ......................................................................................................... 106
Gambar 4.13 Halaman Utama pgAdmin III ......................................................... 107
Gambar 4.14 Data New Database ....................................................................... 107
Gambar 4.15 Create New Table .......................................................................... 108
Gambar 4.16 Data Tabel Baru ............................................................................. 108
Gambar 4.17 Halaman Kolom............................................................................. 108
Gambar 4.18 Data Kolom Baru ........................................................................... 109
Gambar 4.19 Daftar Kolom................................................................................. 109
Gambar 4.20 Command Prompt .......................................................................... 110

xviii

Gambar 4.21 Direktori Bin.................................................................................. 111


Gambar 4.22 shp2pgsql.exe ................................................................................ 112
Gambar 4.23 Import Shapefile ............................................................................ 112
Gambar 4.24 Tabel Data Spasial ......................................................................... 113
Gambar 4.25 Alur Kerja Generator Radar ........................................................... 113
Gambar 4.26 Install Apache ................................................................................ 115
Gambar 4.27 Main Menu Macromedia Dreamweaver ......................................... 118
Gambar 4.28 Tampilan Menu Utama Web .......................................................... 119
Gambar 4.29 Halaman Utama ............................................................................. 120
Gambar 4.30 Tampilan Halaman (a)About, (b)Download, (c)Galery, (d)Contact 121
Gambar 4.31 Halaman Registrasi ........................................................................ 122
Gambar 4.32 Tampilan halaman (a) Pilih radar, (b) Data Serpong, (c) Download
Data Serpong, (d) Data Padang ........................................................................... 123
Gambar 4.33 Tampilan Webgis Radar Serpong ................................................... 124

xix

DAFTAR ISTILAH
No.

Istilah

Keterangan

1.

Spatial / Spasial

Sesuatu yang memiliki unsur keruangan.

2.

Prototipe

Model atau tiruan yang represenratif terhadap


produk yang sebenarnya.

3.

Hardware

Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai


'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan
pengguna komputer untuk diteruskan ke atau
diproses oleh perangkat keras.

4.

Software

Program komputer yang berfungsi sebagai sarana


interaksi antara pengguna dan perangkat keras.
Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai
'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan
pengguna komputer untuk diteruskan ke atau
diproses oleh perangkat keras.

5.

Shapefile

Merupakan format data spasial yang memiliki


unsur keruangan, yang terdiri dari data gambar,
metadata dan basis data.

6.

Spatial Database

Sekumpulan data yang digunakan untuk


memberikan informasi keruangan (spasial) suatu
kajian wilayah, terutama untuk menghasilkan
informasi keadaan alam dan potensi yang ada pada
suatu wilayah.

7.

Web

Merupakan sistem informasi terdistribusi berbasis


hypertext.

8.

Webgis

Aplikasi sistem informasi geografis yang dapat


dijalankan pada web browser baik yang berada
pada satu jaringan global (internet) maupun yang
hanya berbasis jaringan lokal (intranet) namun
memiliki dan terkonfigurasi pada jaringan web
server

xx

9.

Realtime

sebagai jumlah waktu sesungguhnya (waktu aktual)


yang dibutuhkan menjalankan/menyelesaikan suatu
operasi.

10.

Rainrate

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada


suatu daerah dalam waktu tertentu.

11.

Reflectivity

Nilai pemantulan dari titik air yang jatuh hingga


kembali pada radar.

12.

Velocity

Pengamatan kecepatan angin atau kecepatan


sampainya nilai hujan dari titik pengamatan ke
radar.

13.

Sistem Informasi

Sistem berbasis komputer yang digunakan untuk

Geografi

memperoleh, memasukkan, menyimpan,


mengelola, memperbaharui (update), menganalisis,
memanipulasi dan mengaktifkan kembali data yang
mempunyai referensi keruangan (geografi) untuk
berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan
dan perencanaan.

14.

Raw Image

Gambar mentah hasil tangkapan sensor yang belum


mengalami proses perubahan sama sekali. Gambar
dengan ukuran pixel biasanya setiap pixel-nya
hanya terdiri dari satu warna, yaitu merah, hijau
atau biru.

15.

Localhost

Fasilitas untuk melihat halaman web/situs secara


local (tidak terhubung dengan internet)

16.

Sudut Elevasi

Sudut pengamatan antena radar terhadap benda

17.

Interface

Tampilan yang menjadi perantara antar user dengan


software/program aplikasi.

18.

Debizle (dBz)

Satuan baku untuk rainrate atau laju hujan.

19.

Resolusi spasial

Perbandingan perhitungan pixel pada gambar hasil


penginderaan jauh dengan kondisi sebenarnya di
permukaan bumi

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Wawancara....................................................................................... 136


Lampiran II Source Code..................................................................................... 138
Lampiran III Dokumen Penelitian ........................................................................144

xxii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa dan diapit dua

samudera dan dua benua, mengakibatkan kondisi iklim di negara ini berpengaruh
terhadap kondisi iklim di belahan benua lainnya. Salah satu faktor penentu iklim
adalah cuaca harian yang dipengaruhi oleh intensitas curah hujan

di suatu

kawasan dan beberapa elemen lain seperti ketinggian tempat dari permukaan laut
dan arah angin.
Saat ini cuaca harian Indonesia juga dipengaruhi oleh efek pemanasan
global (global warming). Hal ini dapat diamati dari terjadinya perubahan yang
nyata pada pola hujan yang terjadi di Indonesia. Curah hujan dengan intensitas
tinggi biasanya terjadi pada penghujung hingga awal tahun (September-Februari).
Namun, sekarang pola ini mulai mengalami pergeseran, terjadi mulai bulan
Oktober Maret (BMG, 2009).
Pola hujan dan intensitas hujan merupakan hal yang sangat penting untuk
diamati di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh hampir semua bencana alam yang
terjadi di Indonesia dipengaruhi tingkat intensitas hujan. Ditambah lagi dengan
ketidaktahuan masyarakat atau lambatnya informasi mengenai tingkat intensitas
curah hujan yang terjadi di suatu wilayah, yang berdampak terhadap tingginya
kerugian yang diderita pasca bencana.

Bencana banjir di daerah Jakarta misalnya, dengan mengetahui dan


mengamati secara langsung (realtime) intensitas hujan yang terjadi di daerah hulu
sungai (Bogor) selama waktu tertentu, masyarakat atau peneliti dapat
memperkirakan apakah hujan akan berpotensi banjir atau tidak. Sehingga hal ini
setidaknya akan mengurangi kerugian baik harta maupun jiwa yang disebabkan
oleh bencana yang terjadi.
Untuk itu, diperlukan pengamatan curah hujan dengan menggunakan
teknologi mutakhir yang dapat memantau intensitas dan pola hujan yang terjadi
secara cepat dan akurat. Selain itu, diperlukan suatu media berbasis internet untuk
menyampaikan informasi curah hujan secara realtime yang dapat diakses oleh
masyarakat dimanapun berada. Dengan ketersediaan informasi yang baik, resiko
terjadinya bencana akibat perubahan iklim baik di Indonesia maupun di negara
yang dipengaruhi oleh iklim Benua Maritim Indonesia (BMI) diharapkan dapat
berkurang.
Penerapan teknologi di bidang pemantauan hujan di Indonesia terus
berkembang. Salah satunya dengan pemanfaatan teknologi radar cuaca dalam
pemantauan cuaca harian di BMI. Penerapan teknologi ini menghasilkan data
realtime setiap enam menit, artinya wilayah dalam jangkauan sapuan radar dapat
terus diamati perubahan cuacanya dalam resolusi temporal enam menit.
Pengamatan cuaca dengan menggunakan radar sebenarnya bukan teknologi
baru. Ini dikarenakan keakuratan data radar yang cukup tinggi serta proses
distribusi yang tidak terlalu sulit. Banyak Negara asing dan instansi swasta yang
telah memanfaatkan teknologi ini untuk observasi cuaca seperti Malaysia, Korea,

Australia, NOAA dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia teknologi Radar baru


diterapkan untuk pengamatan cuaca dalam lima tahun terakhir. Teknologi radar
untuk pengamatan cuaca harian ini dikembangkan dalam program HARIMAU
(Hydrometeorological Array for ISV Monsoon Auto Monitoring) kerja sama
Jepang dengan Indonesia yang baru berlangsung selama dua tahun. Radar
ditempatkan di lokasi-lokasi strategis untuk pengamatan cuaca seperti di Padang
(Sumatera Barat) yang merupakan wilayah yang dilalui garis khatulistiwa serta di
Serpong (Banten).
Meskipun teknologi ini telah dikembangkan di Indonesia, pemanfaatan
datanya masih sangat minim. Datanya belum didistribusikan secara baik dan
belum berbasis spasial. Selain itu data juga belum didistribusikan untuk umum
melainkan hanya dipakai untuk keperluan tertentu. Tidak adanya distribusi data
yang baik mengakibatkan informasi curah hujan dari data radar cuaca tidak
sampai kepada masyarakat.
Saat ini data hasil pemantauan radar untuk setiap stasiun radar di backup
secara terpisah pada masing-masing server di daerah tersebut. Data radar belum
terintegrasi dengan baik dan belum memiliki database spatial yang

mampu

mengelola data dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi.


System backup data radar HARIMAU yang masih terdistribusi ini sangat
menyulitkan penggunaan data radar untuk pengolahan lebih lanjut. Untuk itu
diperlukan adanya implementasi sistem basis data spasial pada data ini, sehingga
management data radar dapat lebih baik dari sebelumnya dan data dapat diakses

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna, selain itu keamanan data juga
dapat ditingkatkan.
Pembangunan basis data spasial membuat data dapat didistribusikan kepada
pengguna melalui webgis. Webgis merupakan wujud perkembangan teknologi
GIS untuk dapat memenuhi kebutuhan solusi atas berbagai permasalahan yang
hanya dapat dijawab dengan teknologi GIS (Prahasta, 2005). Implementasi webgis
pada informasi radar cuaca diperlukan karena hingga saat ini di Indonesia belum
ada media yang mampu memberikan informasi cuaca secara realtime dan berbasis
spasial yang dapat menjangkau pengguna dengan menghilangkan aspek jarak dan
waktu karena berbasis internet. Web ini juga dapat menjadi bank data radar yang
interaktif dengan kebutuhan user, yaitu dengan melakukan query data sesuai
dengan kebutuhan user.
Berbagai permasalahan tersebut melatarbelakangi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul Rancang Bangun WebGIS Intensitas Hujan secara
Realtime dengan menggunakan data radar cuaca yang dikembangkan dalam
program HARIMAU, yang terletak pada daerah Puspitek Serpong Tangerang
sebagai studi kasus. Perancangan webgis dengan menggunakan map server, php,
map script, serta database POSTGRE SQL.

1.2

Rumusan Masalah
Atas dasar permasalahan yang dipaparkan pada latar belakang, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan sebuah webGIS informasi intensitas curah


hujan yang informatif secara realtime.
2. Bagaimana mengatasi masalah yang berhubungan dengan manajemen
spatial database data radar cuaca yang dihadapi oleh pengguna data spasial.
3. Bagaimana memanfaatkan dan mendistribusikan data radar sehingga
menjadi informasi yang lebih berguna melalui jaringan internet.

1.3 Batasan Masalah


Masalah yang dikaji pada penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut:
1. Pemanfaatan data radar cuaca Serpong untuk memberikan informasi cuaca
secara realtime dan berbasis spasial kepada pengguna yang berada dalam
daerah jangkauan radar.
2. Menganalisis dan merancang prototipe sistem basis data spasial data radar
cuaca dengan pemanfaatan software basis data spasial yaitu POSTGRE
SQL.
3. Merancang dan membangun webgis untuk informasi radar cuaca secara
realtime dengan kemampuan query data yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna untuk wilayah cakupan radar cuaca Serpong.
4. Tahapan pembangunan sistem hanya sebatas pada pengujian prototipe
sistem oleh pengguna dan tidak sampai pada tahap implementasi sistem.

1.4

Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan WebGIS yang informatif serta sesuai dengan kebutuhan
informasi pengguna. Serta membangun WebGIS yang menyajikan informasi
curah hujan dari data radar cuaca secara realtime dan berbasis spasial untuk
wilyah jangkauan radar Serpong.
2. Memaksimalkan penggunaan database spatial POSTGRE SQL untuk
pengaturan (management) data spasial dengan volume data yang besar dan
kompleksitas yang tinggi.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Webgis yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan berguna bagi
masyarakat dalam memperoleh informasi cuaca secara realtime dengan mudah
dan akurat, memperoleh data radar cuaca sesuai dengan kebutuhan dengan
memilih dari data yang ada dan dapat melakukan pengolahan terhadap informasi
yang telah ada untuk bahan penelitian lebih lanjut, seperti analisis hujan dan
sebagainya.

1.5

Metode Penelitian

1.5.1 Metode Pengumpulan Data


1. Studi Pustaka
Untuk menambah referensi akan teori-teori yang diperlukan peneliti
melakukan studi pustaka dengan membaca dan mempelajari secara mendalam

literatur-literatur yang mendukung penelitian ini. Diantaranya buku-buku


mengenai radar dan intensitas hujan, diktat, catatan, makalah dan artikel baik
cetak maupun elektronik. Daftar bacaan untuk penelitian ini dirinci pada
daftar pustaka.
2. Observasi
Observasi dilaksanakan pada tahap awal penelitian selama satu bulan
yaitu selama bulan April 2009 di NEONet BPPT Thamrin. Observasi ini
bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh pengguna
dengan data radar yang ada dan masalah pada sistem yang tengah berjalan
saat ini, serta mengetahui bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah
tersebut.
3. Wawancara / Interview
Wawancara

memungkinkan

peneliti

sebagai

pewawancara

(interviewer) untuk mengumpulkan data secara tatap muka langsung dengan


orang yang diwawancarai (interview). Hal ini membuat peneliti dapat
menggali permasalahan secara lebih mendalam. Melalui wawancara peneliti
juga mengetahui masalah dan solusi pengembangan sistem yang diperlukan
dan diinginkan oleh pengguna.
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan untuk pengembangan webgis ini adalah metode
Rapid application development, karena metode ini paling cocok digunakan untuk
pengembangan dan pembangunan webgis.

Rapid application development merupakan model pengembangan sistem


perangkat lunak yang melibatkan proses-proses pembentukan model (versi)
perangkat lunak secara iteratif yang harus bersifat representatif terhadap sistem
yang sebenarnya dan menekankan pada aspek pencapaian produk akhir secara
cepat (Prahasta, 2005).
Adapun alur pengembangan sistem dengan menggunakan metode RAD
dijelaskan pada diagram pengembangan sistem pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Diagram Pengembangan Sistem dengan Model RAD

Dari diagram diatas dapat diketahui aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam


pengembangan sistem dengan metode RAD adalah sebagai berikut:
1. Scope Definition
Menentukan tujuan, kebutuhan, batasan dan ukuran sistem yang
akan dibangun serta mengumpulkan data yang diperlukan. Selain itu
menggambarkan pandangan umum mengenai permasalahan sistem secara
singkat dan jelas. Proses pengumpulan kebutuhan juga melibatkan proses
2. Analisis Sistem (Analysis)

Pada proses ini dijabarkan mengenai analisis terhadap berbagai


permasalahan yang mungkin terjadi pada sistem yang berjalan sehingga
diperoleh solusi untuk masalah yang dihadapi. Metode analisis yang
digunakan adalah pendekatan analisis terstruktur dengan menggunakan
diagram aliran data, contexs diagram, diagram entitas dan diagram
pendukung lainnya.
3. Perancangan Cepat Perangkat Lunak (Design)
Terdiri dari logical design dan phisical design, dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu model atau bentuk representasi dari entitas yang akan
dibangun.
Adapun tools yang digunakan untuk mendukung desain sistem
adalah dengan menggunakan diagram aliran data (Data Flow Diagram
DFD), ERD (Entity Relation Diagram).

4. Implementasi Sistem (Construction & Testing)


a. Construction
Pembangunan prototipe merupakan bentuk implementasi dari desain
sistem. Prototipe dibangun dengan menggunakan mapserver yang
berbasis bahasa pemograman php dan map script. Sedangkan untuk
database digunakan PostGre SQL dengan template PostGIS yang
mendukung aspek spasial dalam pembangunan database.
b. Testing
Tahapan pengujian prototipe dilakukan oleh pengembang dan pengguna
untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada sistem serta untuk

10

mengetahui apakah prototipe yang ada telah sesuai dengan kebutuhan


dan keinginan pengguna atau belum. Tahapan ini meliputi dua metode
pengujian sistem yaitu, Black Box dan White Box Testing.
5. Perbaikan Prototipe oleh Pengembang
Perbaikan prototipe dilakukan berdasarkan hasil evaluasi prototipe
oleh pengguna. Jika masih ada features yang harus ditambahkan atau
mungkin dihilangkan dari prototipe yang telah dirancang.
6. Produk Rekayasa
Merupakan implementasi sistem yang telah dibangun dan telah
disetujui oleh user.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam skripsi ini, pembahasan yang peneliti sajikan terbagi dalam lima bab,
yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Bab ini membahas secara singkat teori yang diperlukan dalam
penelitian skripsi.

BAB III

METODE PENELITIAN

11

Pada bab ini akan dijelaskan metodologi yang digunakan peneliti


dalam melakukan penelitian.
BAB IV

PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan hasil analisis dan perancangan sistem yang
dibuat.

BAB V

PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir yang menyajikan kesimpulan serta saran
dari apa yang telah diterangkan dan diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.

12

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Rancang Bangun


Menurut Pressman (2002) perancangan sistem merupakan serangkaian
prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dari sebuah sistem ke dalam bahasa
pemograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponenkomponen sistem diimplementasikan.
Sedangkan pengertian pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan
sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik
secara keseluruhan maupun sebagian (Pressman, 2002).
Dengan demikian pengertian rancang bangun sistem adalah serangkaian
proses yang saling terintegrasi dengan baik untuk menerjemahkan hasil analisis ke
dalam bahasa pemograman, dan mengimplementasikan komponen-komponen
sistem yang diperlukan dalam rangka penciptaan maupun pengembangan sebuah
sistem baik secara keseluruhan maupun sebagian.

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi


2.2.1 Definisi dan Karakteristik Sistem
Sistem menurut Fatta (2007) adalah kumpulan dari bagian-bagian yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Sistem juga diartikan sebagai
kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Jogiyanto, 2007).

13

Definisi sistem menurut Rober dan Michael (1991) dalam Prahasta (2005)
adalah kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam
inteaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas (boundary) yang jelas.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan
kumpulan dari elemen-elemen atau dapat dikatakan sebagai sub sistem yang
saling berinteraksi baik secara kuat maupun lemah untuk mencapai suatu tujuan
yang sama dalam batasan sistem yang jelas.
Sistem memiliki karakterisitik atau beberapa sifat

tertentu, yang

membedakan satu sistem dengan sistem lainnya. Karakter dan sifat tersebut
menurut Jogiyanto (2001) adalah:
1.

Komponen (components), biasa disebut subsistem yang memiliki tugas dan


fungsi masing-masing. Komponen tersebut saling berinteraksi dalam sistem
dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

2.

Batas sistem (boundary),

menunjukkan ruang lingkup dari sistem, serta

menunjukkan batasan antara satu sistem dengan sistem yang lain maupun
dengan lingkungan luar sistem. Batasan inilah yang membentuk suatu sistem
menjadi suatu kesatuan yang saling berhubungan.
3.

Lingkungan luar sistem (environments), segala sesuatu yang berada diluar


sistem namun berpengaruh terhadap kerja sistem baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh yang diberikan lingkungan luar kepada
sistem dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi sistem itu
sendiri.

14

4.

Penghubung (interface), merupakan media yang menghubungkan elemenelemen atau subsistem dengan subsistem lainnya. Dengan adanya media
penghubung dalam sistem dimungkinkan adanya pengiriman input dan output
antar subsistem.

5.

Masukan (input), segala sesuatu yang diperlukan dan dimasukkan ke dalam


sistem untuk diproses, sehingga sistem dapat berjalan atau menghasilkan
keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Masukan dapat berupa data, bahan
baku, peralatan, maupun energi.

6.

Keluaran (output), hasil yang diperoleh dari masukan yang telah diproses
dalam sistem. Keluaran dapat berupa hasil akhir yang ingin dicapai seperti
informasi, laporan, dokumen, tampilan layar komputer, dan barang jadi. Serta
dapat pula berupa masukan bagi subsistem lain.

7.

Proses (process), bagian dari sistem yang mengubah masukan (input) menjadi
keluaran (output).

8.

Sasaran atau tujuan (goal), merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh sistem,
tujuan akan menjadi penentu masukan, alur dan keluaran sistem. Sasaran atau
tujuan

menjadi

tolak

ukur

keberhasilan

sistem

yaitu

dengan

memperhitungkan apakah keluaran telah sesuai dengan harapan atau belum.


2.2.2 Definisi Data dan Informasi
Data Menurut Ladjamudin (2005) dapat didefinisikan sebagai deskripsi dari
sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Informasi adalah data yang telah diproses
atau diorganisasi ulang menjadi bentuk yang berarti. Informasi diperoleh dari

15

kombinasi data yang diharapkan memiliki arti bagi penerima (Whitten et al,
2004).
Prahasta (2005) dalam bukunya menjelaskan pengertian informasi adalah
makna atau pengertian yang dapat diambil dari suatu data dengan menggunakan
konversi-konversi umum yang digunakan didalam representasinya.
Perbedaan data dan informasi sangat relatif bergantung pada nilai gunanya
dalam sebuah sistem dan level manajerial. Sebuah informasi dapat saja menjadi
data bagi proses yang lain. Informasi dapat menjadi keluaran bagi suatu subsistem
dan menjadi masukan bagi subsistem selanjutnya.
2.2.3 Kualitas dan Nilai Informasi
Kualitas dan nilai informasi ditinjau dari konsep informasi bergantung pada
atribut-atribut yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengambarkan
kebutuhan informasi yang spesifik. Informasi yang baik memiliki atribut-atribut
yang dijelaskan pada Table 2.1.
Tabel 2.1 Atribut Informasi
No

Kriteria

Keterangan

1.

Akurat

Derajat informasi dari kesalahan

2.

Presisi

3.

Tepat waktu

4.

Jelas

5.

Dibutuhkan

6.

Quantifiable

Ukuran detail yang digunakan di dalam penyediaan


informasi
Penerimaan informasi masih dalam jangkauan
waktu yang dibutuhkan oleh user
Derajat informasi dari keraguan
Tingkat

relevansi

yang bersangkutan dengan

kebutuhan user
Tingkat

atau kemampuan dalam menyatakan

16

informasi dalam bentuk numeric


Tingkat kesepakatan atau kesamaan nilai sebagai
7.

Verifiable

hasil pengujian informasi yang sama oleh berbagai


user

8.

Accessible

Tingkat

kemudahan

dan

kecepatan

dalam

memperoleh informasi yang bersangkutan


Derajat perubahan yang sengaja dibuat untuk

9.

Non-bias

merubah atau memodifikasi informasi dengan


tujuan mempengaruhi para penerima

10.

Comprehensive

Tingkat kelengkapan informasi

Sumber: Prahasta, 2005


2.2.4 Pengertian Sistem Informasi
Dari pengertian sistem dan informasi sebelumnya maka dapat diartikan
bahwa sistem informasi adalah serangkaian sumber daya fisik dan logika yang
saling terkait membentuk satu kesatuan dengan tujuan menghasilkan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Selain itu, sistem informasi berarti pengaturan sumber daya manusia, data,
proses, dan teknologi informasi yang berintegrasi untuk mengumpulkan,
mengolah, menyimpan dan menghasilkan output informasi yang diperlukan untuk
mendukung sebuah organisasi (Whitten et al, 2004).

2.3 Sistem Informasi Geografis


2.3.1 Pengertian
Geografi berasal dari bahasa Yunani, gabungan dari dua suku kata, yaitu
Geo yang berarti bumi dan Graphien yang berarti lukisan. Sehingga dapat
diartikan bahwa geografi merupakan lukisan bumi. Pengertian geografi secara

17

umum adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah bumi secara luas dalam
hubungannya dengan keruangan (Barus, 1996).
Sistem Informasi Geografis (SIG) didefinisikan oleh Prahasta (2005)
sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memperoleh,
memasukkan, menyimpan, mengelola, memperbaharui (update), menganalisis,
memanipulasi dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi
keruangan (geografi) untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan
perencanaan.
Kemampuan dasar SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis data
seperti query, menganalisisnya dan menyimpan serta menampilkannya dalam
bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG
dengan sistem informasi lainnya.
Berdasarkan cara pengolahannya SIG dibagi menjadi dua kelompok yaitu
sistem manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer).
Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta,
lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik
dan laporan survey lapangan. Seluruh data tersebut kemudian dikompilasi dan
dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi
Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data
melalui proses digitasi (Prahasta, 2005).
2.3.2 Jenis Data
Data-data yang diolah dalam SIG terdiri dari data spasial dan data atribut
dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah

18

analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan
dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut
merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek
sebagai data spasial.
Data spasial disajikan dalam tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik (point),
garis (line) atau area (polygon) seperti terlihat pada Gambar 2.1. Struktur data
spasial dibagi menjadi dua model yaitu model data raster dan model data vektor.
Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau
sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang
direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon).

Gambar 2.1 Jenis data SIG (a). titik, (b) garis, dan (c) Area
2.3.3 Komponen SIG
Komponen

SIG

dapat

dikelompokkan

berdasarkan

fungsi

dan

arsitekturnya. SIG menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri


dari beberapa fungsi subsistem. Adapun alur fungsi subsistem SIG tersebut seperti
Gambar 2.2.

19

Manipulasi Data &


Analisis

Masukan Data

SIG

Pelaporan
Data

Manajemen
Data

Gambar 2.2 Fungsi Subsistem SIG


Sumber: Prahasta, 2005
1.

Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta
(peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan
jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh dan lain-lain. Pada
proses ini data ditransformasikan ke dalam format yang dapat digunakan oleh
SIG.

2.

Manipulasi data dan analisis ialah serangkaian kegiatan untuk menentukan


informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem, dengan cara memanipulasi dan
melakukan pemodelan data. Manipulasi data merupakan proses penting dalam
SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial
dan data atribut menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi.

3.

Manajemen data merupakan tahapan pengorganisasian data baik dalam


bentuk spasial maupun atribut ke dalam suatu basis data, sehingga lebih mudah
dipanggil, di-update dan di-edit.

4.

Pelaporan data ialah menyajikan data hasil pengolahan serta menampilkan


basis data baik secara keseluruhan maupun sebagian. Pelaporan data dapat
berupa softcopy maupun hardcopy dari peta, tabel, grafik dan lain-lain.

20

Sedangkan berdasarkan arsitektur menurut Prahasta (2005), SIG dibangun


dengan komponen dasar (Gambar 2.3) yang terdiri dari perangkat keras
(Hardware), Perangkat lunak (software), data geografis dan sumber daya
manusia. Dalam SIG semua komponen ini harus terintegrasi secara efektif dan
menyeluruh untuk menghasilkan informasi (output) yang sesuai dengan
kebutuhan user dan tujuan pengembangan sistem. Berikut gambaran keterkaitan
komponen-komponen dalam SIG:

Perangkat Keras

SIG

Data
Data dan Informasi Geografis

Sumber Daya Manusia

Perangkat Lunak

Gambar 2.3 Komponen SIG


Sumber: Prahasta, 2005
Pertama, komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan
adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya.
Kedua, komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah data
dan informasi geografis, seperti ArcGIS, ERDAS, ArcView, MapInfo dan lainlain.
Komponen ketiga yaitu data dan Informasi, yang terdiri dari data spatial
maupun non-spatial. Komponen keempat, adalah Sumber Daya Manusia (SDM),
teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem

21

dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi dunia


nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi lain user SIG pun memiliki tingkatan
tertentu, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem
hingga pengguna yang menggunakan SIG untuk memudahkan pekerjaan mereka.
Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan
menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG.
2.3.4 Kemampuan SIG
Secara jelas, kemampuan SIG juga dapat dilihat dari pengertian atau
definisinya. Kemampuan-kemampuan SIG yang diambil dari beberapa definisi
SIG yaitu:
1. Memasukan dan mengumpulkan data geografi.
2. Mengintegrasikan data geografi.
3. Memeriksa, meng-update data geografi.
4. Menyimpan dan memanggil kembali data.
5. Mempresentasikan atau menampilkan data geografi.
6. Mengelola data geografi.
7. Memanipulasi data geografi.
8.

Menganalisis data geografi.

9.

Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk: peta


tematik (view dan layout), tabel, grafik (chart), laporan (report), dan lainnya
baik dalam bentuk softcopy ataupun hardcopy.

22

2.4 Konsep Dasar Webgis


Web merupakan bentuk aplikasi sistem informasi terdistribusi yang berbasis
hypertext dengan menggunakan konsep hyperlink. Web atau lebih dikenal dengan
world wide web (www)

merupakan aplikasi jaringan

yang mendukung

terlaksananya HTTP (hypertext transfer protocol) dalam suatu jaringan internet.


Sedangkan aplikasi sistem informasi geografis yang dapat dijalankan pada
web browser baik yang berada pada satu jaringan global (internet) maupun yang
hanya berbasis jaringan lokal (intranet) namun memiliki dan terkonfigurasi pada
jaringan web server dikenal dengan Webgis atau SIG yang berbasis web. Webgis
mendukung penggunaan aplikasi web dalam melakukan operasi SIG. Webgis
terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait, dan merupakan gabungan
antara desain grafis, pemetaan, peta digital dengan analisis spasial, pemograman
komputer dan database (Prahasta, 2007).
Menurut Prahasta (2007), Webgis memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan, yaitu:
1. Kelebihan:
a. Data menjadi terpusat pada satu tempat.
b. Biaya untuk hardware dan software menjadi lebih murah.
c. Lebih mudah digunakan (user friendly).
d.

Pengaksesan yang lebih luas terhadap data dan fungsinya.

2. Kelemahan:
a. Lamanya waktu akses bergantung pada spesifikasi komputer yang dimiliki
baik pada server maupun client. Selain itu juga bergantung pada koneksi

23

internet, traffic web site, dan efisiensi data.


b. Resolusi dan ukuran tampilan monitor (display) perlu diatur supaya sesuai
dengan tampilan web. Selain itu juga diperlukan pengaturan terhadap
resolusi maupun menu browser.
c. Kompleksitas dan ketahanan sistem.
d. Variasi dari teknologi baru.

2.5 Pengenalan Radar Cuaca


2.5.1 Sejarah Radar
Radar (radio detection and ranging) adalah sistem yang digunakan untuk
mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat dan
hujan. Istilah radar pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah
RDF (Radio Direction Finding). Prinsip kerja radar adalah pengiriman gelombang
radio kuat dan menangkap gema hasil pemantulan gelombang radio tersebut.
Dengan menganalisis sinyal yang dipantulkan, pemantul gema dapat ditentukan
lokasi dan jenisnya.
Pada tahun 1865 James Clerk Maxwell mengembangkan dasar-dasar teori
tentang elektromagnetik. Satu tahun kemudian, Heinrich Rudolf Hertz
membuktikan teori Maxwell dengan menemukan gelombang elektromagnetik.
Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi keberadaan
suatu benda, pertama kali digunakan oleh Christian Hlsmeyer pada tahun 1904
dengan membuktikan kemampuan untuk mendeteksi keberadaan sebuah kapal
pada cuaca berkabut tebal, tetapi belum sampai mengetahui jarak kapal tersebut.

24

Pada Tahun 1921 Albert Wallace Hull menemukan Magnetron sebagai


tabung pemancar sinyal atau transmitter efisien. Setahun berikutnya A. H. Taylor
and L.C.Young berhasil menempatkan transmitter pada kapal kayu. Kemudian
pada tahun 1930 L. A. Hyland dari Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat
berhasil menerapkan transmitter pada pesawat terbang untuk pertama kalinya.
Sebelum Perang Dunia II, antara tahun 1934 hingga 1936, ilmuan dari
Amerika, Jerman, Prancis dan Inggris mengembangkan sistem radar. Setelah
Perang Dunia II sistem radar berkembang sangat pesat, baik tingkat resolusi dan
portabilitas yang lebih tinggi, maupun peningkatan kemampuan sistem radar
sebagai pertahanan militer. Hingga saat ini sistem radar sudah lebih luas lagi
penggunaannya yakni meliputi kendali lalu lintas udara (Air Traffic Control),
pemantau cuaca, jalan dan lain-lain.
2.5.2 Jenis Radar
1.

Radar Doppler
Merupakan jenis radar yang menggunakan Efek Doppler untuk
mengukur kecepatan radial (kecepatan benda dalam garis lurus [lihat
(Gambar 2.4)] dari sebuah objek yang masuk daerah tangkapan radar. Radar
jenis ini sangat akurat dalam mengukur kecepatan radial. Contoh Radar
Doppler yaitu Weather radar atau radar cuaca yang digunakan untuk
mendeteksi cuaca.
Contoh pengukuran Radar Doppler adalah dalam mengukur kecepatan
dan arah angin dengan menggunakan efek Doppler. Radar Doppler
merupakan jenis radar yang memiliki dua kutub dimana radar dapat

25

berfungsi sebagai penerima dan pengirim sinyal, inilah yang membedakan


radar Doppler dengan radar biastik. Perbedaan lainnya adalah radar Doppler
bekerja dengan prinsip efek Doppler.

Gambar 2.4 Efek Doppler1


2.

Radar Bistatik
Radar Bistatik (Gambar 2.5) kebalikan dari radar doppler. Radar ini
mempunyai dua komponen bistatik yang terpisah. Komponen tersebut
adalah pemancar sinyal (transmitter) yang dipisahkan dengan jarak tertentu
dari penerima sinyal (receiver). Jarak antara kedua komponen ini biasanya
dapat dibandingkan dengan jarak target atau objek yang dideteksi. Dengan
adanya dua komponen sinyal yang terpisah maka radar ini dapat digunakan
untuk melengkapi hasil pengamatan angin dengan radar Doppler.
Pada radar bistatik Objek dideteksi berdasarkan pantulan sinyal dari
objek tersebut (bias) ke pusat antena. Contoh Radar Bistatik yaitu Passive
radar.

sumber: http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=279&fname=materi3.html

26

Gambar 2.5 Radar Bistatik


2.5.3 Klasifikasi Radar
Radar dapat diklasifikasikan berdasarkan Band (Gelombang Radar). Radar
dapat dikelompokkan sesuai dengan panjang gelombang sinyal radar. Kebanyakan
imaging radar dioperasikan pada frekuensi antara 1.25 dan 35.2GHz dengan
panjang gelombang antara 24 cm 0.8 cm.
Penamaan Band atau gelombang pita radar dinamakan secara sembarangan
oleh militer pada Perang Dunia II untuk menjaga kerahasiaan teknologi radar.
Klasifikasi radar berdasarkan band dijelaskan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Radar Berdasarkan Band
Jenis
Band

Frekuensi
Normal
3 30
MHz
30 300
MHz
300

1,000 MHz

Panjang
Gelombang

L-band

1 2 GHz

30 15 cm

S-band

2 4 GHz

15 8 cm

HF
VHF
UHF

100 10 m
10 1 m
1 0.3 m

Target
Pengamatan
Hujan,
Turbulence
Hujan,
Turbulence
Hujan,
Turbulence
Hujan,
Turbulence

Hujan,
Ketinggian

Kegunaan

Gelombang televise
Dalam bidang militer dan satelit
penginderaan jauh
Observasi cuaca jarak dekat maupun
jarak jauh. NWS (National Weather
Service) menggunakan Radar band S
untuk
observasi
cuaca
pada
gelombang 10. kekurangan radar ini
adalah membutuhkan antena yang
besar serta daya listrik yang besar.

27

C-band

4 8 GHz

8 4 cm

Hujan,
Ketinggian

X-band

8
GHz

12

4 2.5 cm

Hujan

Ku-band

12
GHz

18

2.7 1.7 cm

Hujan

K-band

18
GHz

27

1.7 1.2 cm

Drizzle,
Kabut/Asap,
Awan

Ka-band

27
GHz

40

mm or
W-band

40 300
GHz

1.2 0.75
cm
7.5 - 1 mm

Drizzle,
Kabut/Asap,
Awan
Kabut/asap,
Awan

Selain itu ukuran piringan radar juga


besar sekitar 25 kaki.
Sangat Baik untuk Observasi Cuaca.
Keuntungannya
adalah
ukuran
piringan radar tidak terlalu besar,
sehingga radar jenis ini sangat
banyak digunakan untuk stasiun
televisi. Selain itu daya listrik yang
dibutuhkan tidak terlalu besar dan
keakuratan data hasil observasi cukup
baik
Pengamatan awan karena dapat
menangkap sinyal dari partikel air
dan juga dapat digunakan untuk
memantau salju. Jangkauan radar ini
lebih kecil dari Radar Band C.
Biasanya
digunakan
untuk
pengamatan jarak dekat, portable
radar, pengamatan cuaca pada
pesawat
serta
pada
lembaga
kepolisian.
Biasanya
digunakan
dalam;
beroperasi pada frekuensi, dengan
panjang gelombang. dapat digunakan
untuk pengukuran tinggi penyerapan
air serta banyak digunakan pada
lembaga kepolisian.

Pemetaan gambar (image mapping)


pada USA JPL-Airsat

Sumber: BPPT, 2009


2.5.4 Komponen Radar
Radar terdiri dari tiga komponen utama yang merupakan bagian dari
antena dan transmitter (Gambar 2.6). Tiga komponen tersebut adalah Radar Data
Acquisition (RDA), Radar Product Generator (RPG), dan Principal User
Processor (PUP). Ketiga kompoenen ini sangat peka terhadap sensor. Oleh karena
itu, biasanya radar diberi tutupan pada bagian atasnya, seperti tutupan yang
menyerupai bola pada radar cuaca. Tutupan ini berfungsi sebagai pelindung dari

28

berbagai macam gangguan, bencana, serta untuk alasan keamanan.

Gambar 2.6 Komponen Radar


Sumber: BPPT, 2009
Tiga komponen tersebut yang pertama, RDA (Radar Data Acquisition)
berfungsi sebagai antena pengirim gelombang elektromagnetik kepada benda atau
hujan dalam jangkauan radar. RDA terdiri dari antena dan transmitter (Gambar
2.6). Antena radar bersifat dwikutub (untuk mengirim dan menerima sinyal).
Receiver pada antena ini berfungsi untuk menangkap kembali gelombang yang
dipantulkan oleh benda yang terkena sinyal radar untuk setiap detiknya. RDA juga
terdiri dari transmitter yang berfungsi untuk memancarkan gelombang
elektromagnetik melalui reflektor antena agar sinyal objek yang berada pada
daerah tangkapan radar dapat dikenali, umumnya transmitter mempunyai
bandwidth yang besar dan tenaga yang kuat serta dapat bekerja efisien, dengan
akurasi data yang tinggi, kelebihannya adalah ukuran data tidak terlalu besar.
Selain itu, RDA juga tidak terlalu berat serta mudah perawatannya.
Selanjutnya data ini akan dikirim ke dalam komponen RPG (Radar

29

Product Generator) atau disebut juga receiver berfungsi untuk menerima pantulan
kembali gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap radar
melalui reflektor antena. Umumnya receiver mempunyai kemampuan untuk
menyaring sinyal agar sesuai dengan pendeteksian serta menguatkan sinyal objek
yang lemah dan meneruskan sinyal objek tersebut ke signal and data processor
(Pemroses data dan sinyal), kemudian menampilkan gambarnya di layar monitor
(Display). Data hasil pengolahan biasanya memiliki nilai reflectivity dan velocity
dengan menggunakan perhitungan efek dopler.
Komponen PUP (Principal User Processor) atau disebut juga control and
communication processor merupakan komponen yang bertugas untuk mengatur
atau mengendalikan proses penyapuan daerah oleh radar untuk mengatur sudut
pengamatan serta untuk mengirimkan data ke server melalui jaringan internet.
Sebelum data dikirim data terlebih dahulu diproses dengan menggunakan
software khusus untuk mengolah data radar. Hasil pengolahan data oleh software
radar ini menghasilkan file gambar dengan resolusi temporal enam menit.
2.5.5 Manfaat Radar
1.

2.

Keperluan Militer
a.

Airborne early warning (AEW)

b.

Radar Pengendali atau pemandu peluru kendali

Keperluan Kepolisian
Radar Gun dan Microdigicam radar merupakan contoh radar yang
sering digunakan pihak kepolisian untuk mendeteksi kecepatan kendaraan
bermotor di jalan.

30

3.

Keperluan Penerbangan
Air traffic control (ATC) adalah kendali lalu lintas udara yang
bertugas mengatur kelancaran lalulintas udara bagi pesawat terbang yang
akan lepas landas, ketika terbang di udara maupun ketika akan mendarat
serta memberikan layanan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan
kondisi Bandara.

4.

Keperluan Cuaca
a. Weather radar; merupakan jenis radar cuaca yang mampu mendeteksi
intensitas curah hujan dan cuaca buruk seperti adanya badai.
b. Wind profiler; merupakan jenis radar cuaca yang menggunakan
gelombang suara (SODAR) untuk mendeteksi kecepatan dan arah angin.

2.5.6 Radar Cuaca (Weather Radar)


Radar cuaca adalah jenis radar yang digunakan untuk memetakan dan
menghitung pergerakan benda-benda seperti hujan, salju, kabut, awan dan lain
sebagainya, memperkirakan jenis benda tersebut, serta memperkirakan posisi dan
intensitas benda yang diamati pada masa yang akan datang.2
Radar cuaca biasanya ditempatkan dengan ketinggian tertentu dari
permukaan bumi, Hal ini dilakukan karena sinyal radar tidak dapat mendeteksi
cuaca jika terhalang oleh bangunan, pohon dan benda padat lainnya.
Pemanfaatan teknologi radar untuk observasi cuaca di wilayah Indonesia
pada penelitian ini dikembangkan oleh BPPT. Teknologi serupa juga
dikembangkan oleh BMKG untuk pengamatan cuaca di Indonesia.

(http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=279&fname=materi2.html)

31

2.5.7

Prinsip Kerja Radar Cuaca


Prinsip kerja radar Doppler (Gambar 2.7) pada dasarnya tidaklah berbeda

dengan radar lainnya. Hanya saja radar Doppler menggunakan prinsip Doppler
untuk mendapatkan nilai reflektivitas dari objek yang diamati.

Keterangan :
h : tinggi gelombang
: sudut elevasi
: panjang gelombang
D : jarak titik hujan dari radar

Gambar 2.7 Prinsip kerja Radar


Gambar 2.7 menganalogikan nilai-nilai yang diperlukan untuk menghitung
reflektifitas hujan. Radar akan mengirimkan gelombang elektromagnetik pada
sudut elevasi tertentu untuk menangkap gelombang pantulan dari titik hujan,
sehingga nantinya akan diketahui panjang dan tinggi gelombang elektromagnetik
radar untuk menghitung jarak titik hujan dari radar.
2.5.8

Keuntungan dan Kerugian Radar Cuaca


Ada banyak keuntungan penggunaan radar untuk remote sensing. Sensor

radar tersedia pada semua kapabilitas cuaca sebagaimana energi gelombang mikro
menembus awan dan hujan. Hujan menjadi sebuah faktor pada radar wavelength
kecil dari tiga cm. Sensor radar merupakan sistem penginderaan jauh yang aktif
(active remote sensing system), independen terhadap cahaya matahari,
menyediakan sumber energi sendiri dan juga mampu melakukan pengambilan
data baik pada siang maupun malam hari.

32

Namun Radar juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Kelemahan


tersebut antara lain sensitif terhadap topografi, penutup tanah (ground cover), dan
gerakan. Kemampuan pendeteksian cuaca oleh radar tidak dapat menembus pohon
maupun gedung tinggi sehingga pada ketinggian dan elevasi tertentu curah hujan
tidak akan terpantau.

2.6

Pengertian Realtime
Menurut Arlinda (2005) dalam kamus istilah komputer dan internet

realtime diartikan sebagai jumlah waktu sesungguhnya (waktu aktual) yang


dibutuhkan menjalankan/menyelesaikan suatu operasi. Sistem komputer yang
tetap mampu menjaga hubungan/berinteraksi dengan dunia luar. Artinya,
memberikan hasil keluaran beberapa saat kemudian setelah masukan diberikan.
Contohnya pada sistem informasi cuaca yang dibangun ini.
Sistem realtime menurut Pressman (2002) terdiri dari beberapa komponen
sebagai berikut:
1. Komponen pengumpul data yang mengumpulkan dan memformat informasi
dari lingkungan eksternal
2. Komponen analisis yang mentransformasikan informasi pada saat
dibutuhkan oleh aplikasi.
3. Komponen kontrol yang memberikan respon kepada lingkungan eksternal.
4. Komponen monitor yang mengkoordinasikan semua komponen lain agar
respon realtime-nya dapat tetap terjaga.

33

2.7

Pengenalan Program Harimau


Harimau (Hydrometeorological Array for Intra Session Variation

Moonsoon Automonitoring) merupakan program kerjasama Indonesia dengan


JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), yang
dimulai sejak bulan Maret 2006 Oktober 2010.
Tujuan program HARIMAU untuk mengetahui lebih jauh proses fisik
variasi antarmusiman (periode 60-90 harian) yang terkait langsung dengan
aktivitas awan konveksi dan curah hujan di Benua Maritim Indonesia (BMI) dan
mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap perubahan iklim global, seperti
El Nino dan La Nina (ENSO) serta Indian Ocean Dipole (IOD).
Informasi yang diperoleh antara lain dapat digunakan untuk:
a.

Penentuan waktu tanam komoditas pertanian.

b.

Manajemen sumber daya air.

c.

Transportasi laut, udara dan darat.

d.

Monitoring polusi udara.

e.

Peringatan dini.

f.

Sebagainya.
Riset ini memanfaatkan teknologi Radar Cuaca (Weather Radar) yang

tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sejauh ini sudah dipasang X dan C


Band Doppler Radar (XDR dan CDR) serta Wind Profiler Radar (WPR) di
wilayah ekuator Benua Maritim Indonesia. XDR di Pantai Tiku, Kabupaten
Ketaping, Sumatera Barat (Sumbar). Sedangkan WPR dipasang di Pontianak dan
Biak pada Februari dan Maret 2007. Menyusul kemudian CDR di Laboratorium

34

Teknologi Kebumian dan Mitigasi Bencana (GEOSTECH) BPPT Puspitek


Serpong pada Juni 2007. Program HARIMAU akan berlangsung hingga 2010
dengan target memasang 22 radar di lokasi berbeda di Indonesia pada 2009.
2.7.1

Spesifikasi Radar Cuaca Serpong


Radar cuaca Serpong (Gambar 2.9) digunakan untuk pemantauan cuaca di

wilayah DKI Jakarta termasuk kepulauan seribu dan hampir seluruh wilayah Jawa
Barat spesifikasi secara jelas mengenai radar ini dijelaskan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Spesifikasi Radar
Nama

Radar Serpong

Gambar

Gambar 2.9 Radar C-Band Serpong


Lokasi

PUSPITEK SERPONG

Koordinat

106,70 BT dan -6,40 LS

Kegunaan

Observasi Cuaca

Jenis Band

Doppler Radar C Band Frekuensi 5,32 GHz

Resolusi Temporal

6 menit

Radius Jangkauan

105 km

Elevasi

10 - 810 (18 sudut elevasi, diantaranya 10, 4,50 , dan


23,80)

Ketinggian

4,6 meter

35

Type Observasi

Observasi hujan

Transmitter Power

140 kW (140.000 watt)

Sistem Operasi

RedHat Enterprise Linux 4 (EL4)

Output

Data RAW dan Data Image

Spesifikasi
Image

Data Resolusi Spatial : 1 km x 1 km


Waktu akuisisi data (dalam GMT+7)
Data Reflectivity awan dan hujan dalam dBz

Sumber: www.turbulance.ddo.jp
2.7.2 Spesifikasi Radar Cuaca Padang
Radar cuaca Padang (Gambar 2.10) berada di kawasan Minangkabau
Internasional Airport (MIA). Merupakan jenis radar Doppler band X yang
beroperasi pada frekuensi delapan hingga dua belas GHz. Selengkapnya mengenai
spesifikasi radar ini dibahas pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Spesifikasi Radar Padang
Nama

Radar MIA

Gambar

Gambar 2.10 Radar X-Band Padang


Lokasi

Bandara Internasiolnal
Sumatera Barat

Koordinat

100.3 BT dan -0.79 LS

Kegunaan

Observasi Cuaca

Minangkabau

Padang

36

Jenis Band

Doppler Radar X Band Frekuensi 9.7 GHz

Resolusi Temporal

6 menit

Radius Jangkauan

200 km

Elevasi

10 - 810 (18 sudut elevasi, yaitu 0.60, 1.10, 2.40, 3.20,


4.10, 5.10, 6.30, 7.80, 9.60, 11.80, 14.50, 17.80, 21.80,
26.60, 32.60, 40.00, 50.00)

Ketinggian

5 meter

Type Observasi

Observasi hujan

Transmitter Power

70 KW (700.000 watt)

Output

Data RAW dan Data Image

Sistem Operasi

RedHat Enterprise Linux 4 (EL4)

Spesifikasi Data Image Resolusi Spasial : 1km x 1 km


Waktu akuisisi data (dalam GMT+7)
Data Reflectivitas awan dan hujan dalam dBz

Sumber: www.turbulance.ddo.jp
2.8 Analisis Data
2.8.1

Data Radar Doppler


Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data Image (Gambar

2.11) dari hasil penyapuan wilayah dengan menggunakan radar Doppler yang ada
di Puspitek Serpong serta di Padang-Sumatera Barat.
Dalam data gambar dari radar Serpong (Gambar 2.11) dapat diamati titiktitik hujan yang jatuh di wilayah DKI Jakarta, Banten dan hampir seluruh wilayah
Jawa Barat. Sedangkan dari data radar Padang diperoleh informasi titik-titik hujan
yang jatuh di wilayah Sumatera Barat.

37

Gambar 2.11 Data Image Radar Serpong


Pengamatan dilakukan dalam berbagai sudut elevasi dari 1 810, namun
yang diambil untuk pengolahan pada laporan ini adalah data dengan elevasi 6.10
karena dinilai paling tinggi tingkat akurasi datanya.
Adapun informasi yang ada dalam gambar radar cuaca tersebut (Gambar
2.11) adalah informasi mengenai reflektivitas, velocity dan rainrate (curah hujan)
dalam satuan debizle (dBz). Reflektivitas adalah nilai pemantulan dari titik air
yang jatuh hingga kembali pada radar. Sedangkan velocity adalah pengamatan
kecepatan angin atau kecepatan sampainya nilai hujan dari titik pengamatan ke
radar. Nilai curah hujan hasil pengamatan radar masih dalam satuan dBz. Nilai ini
akan dikonversi untuk mendapatkan nilai curah hujan dalam satuan milimeter per
jam.
2.8.2

Curah Hujan (Rainrate)


Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke

permukaan bumi. Sedangkan curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu. Biasanya curah hujan diukur dengan

38

menggunakan Rain Gauge. Namun dalam skripsi ini nilai curah hujan didapatkan
dari radar Doppler yang merupakan jenis radar cuaca. Curah hujan diukur dalam
satuan milimeter, satu milimeter berarti dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau sebanyak satu liter.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1) Bentuk medan atau topografi;
2) Arah lereng medan;
3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Pola Distribusi Hujan di Indonesia, ada 3 yaitu:
1.

Pola Monsoonal (Monsun): intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada


awal dan akhir tahun, adanya musim kemarau dan musim hujan yang
masing-masing berlangsung kurang lebih 6 bulan.

2.

Pola Ekuatorial: mengalami dua Puncak curah hujan tertinggi dalam 1


tahun yaitu bulan Maret dan Oktober saat matahari berada di dekat ekuator.

3.

Pola Lokal: daerah yang di pengaruhi hujan dengan satu puncak dengan
puncak yang terbalik dengan pola hujan munson.
Untuk radar sendiri pola yang diamati adalah pola monsoonal yang

dianggap paling berpengaruh terhadap kondisi iklim global dan adanya badai El
Nino dan La Nina (ENSO) serta Indian Ocean Dipole (IOD).

39

2.9

Pendekatan dalam membangun Webgis

2.9.1 Basis Data


Basis data merupakan suatu komponen penting dalam sistem, karena
merupakan dasar dalam menyediakan informasi. Basis data menurut pustaka
Prahasta (2005) merupakan kumpulan tabel-tabel atau files yang saling berelasi
satu dengan lainnya.. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan data non-redundant
yang dapat dipakai secara bersama (shared) oleh sistem-sistem aplikasi yang
berbeda.
Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, tersimpan di perangkat keras (hardware) komputer dan
menggunakan perangkat lunak (software) dalam memanipulasi basis data tersebut
(Jogiyanto, 2007). Dengan adanya basis data proses editing dan updating data
dapat dilakukan tanpa mempengaruhi komponen-komponen lainnya di dalam
sistem yang bersangkutan. Perubahan tersebut antara lain proses konversi
(perubahan format data), struktur file, atau relokasi data dari satu perangkat ke
perangkat lainnya.
Keuntungan penggunaan basis data adalah:
a. Meminimalkan duplikasi data.
b. Efisiensi, kecepatan dan kemudahan dalam pengaksesan data.
c. Penjagaan integritas data.
d. Data menjadi self-documented dan self-descriptive.
e. Meminimalkan biaya pengembangan perangkat lunak.
f. Meningkatkan security atau keamanan data.

40

2.9.2 Basis Data Spasial


Basis data spasial atau basis data SIG atau dikenal juga dengan geodatabase
(geographic database) tidak jauh berbeda dengan basis data lainnya baik dalam
hal perancangan, manajemen maupun strukturnya. Perbedaan yang terjadi adalah
terdapat dua jenis data yang harus disimpan dan diintegrasikan untuk membangun
SIG yang utuh.
Suwahyono (1999) dalam BAKOSURTANAL (2002) mendefinisikan basis
data spasial sebagai sekumpulan data yang digunakan untuk memberikan
informasi keruangan (spasial) suatu kajian wilayah, terutama untuk menghasilkan
informasi keadaan alam dan potensi yang ada pada suatu wilayah.
Basis data spasial mendeskripsikan sekumpulan entitas (entity-set) baik
yang memiliki lokasi atau posisi yang tetap maupun yang tidak tetap (memiliki
kecenderungan untuk berubah, bergerak dan berkembang). Tipe-tipe entitas
spasial ini memiliki properties topografi dasar yang meliputi lokasi, dimensi dan
bentuk (titik, garis, ruang). (Prahasta, 2009)
Pemanfaatan basis data spasial untuk mendapatkan informasi keruangan dan
kajian wilayah dilakukan dalam satu sistem informasi geografis (SIG). Pada
intinya, SIG mencakup dua kemampuan yang berbeda yaitu: (1) Melakukan
pemanggilan (query) dan menyediakan informasi; (2) Menggabungkan modelmodel analisis. Namun demikian, kedua kemampuan SIG ini sangat tergantung
pada inti (core) dari SIG itu sendiri yaitu basis data yang terorganisir atau disebut
juga basis data spasial. Pentingnya basis data spasial dalam SIG berawal dari
kenyataan bahwa elemen dari basis data tersebut saling terkait satu sama lain,

41

sehingga harus dibuat dalam suatu struktur yang mudah untuk diintegrasikan dan
dipanggil kembali. Basis data spasial juga harus dapat digunakan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan aplikasi.
Pengembangan basis data spasial merupakan bagian penting untuk
mewujudkan suatu sistem informasi keruangan (spatial). Komponen yang
termasuk dalam pengembangan basis data spasial adalah (1) Sub-sistem masukan
data; (2) Sub-sistem penyimpanan dan pemanggilan data; (3) Sub-sistem
manipulasi dan analisis; (4) Sub-sistem tampilan dan (updating) data. (Prahasta,
2005)
2.9.3 Model Basis data
File-file yang disusun tidak berstruktur rentan terutama untuk data yang
terdapat dalam jumlah besar atau untuk data yang berubah secara terus-menerus.
Semua sistem basis data (database) ditujukan untuk mempermudah pencarian,
penghubung data tabular, serta dapat digunakan untuk memanipulasi berbagai tipe
dan variasi hubungan antar obyek.
Model basis data menunjukkan mekanisme yang digunakan untuk
mengelola atau mengorganisasi data secara fisik dalam memori sekunder yang
akan berdampak terhadap bagaimana mengelompokkan dan membentuk
keseluruhan data yang terkait dalam sistem yang ditinjau. Secara konvensional
model basis data dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: model hierarki,
jaringan dan relasional. Model basis data yang baru mulai dikembangkan,
khususnya pada era 1990-an adalah model berorientasi obyek (Barus, 1996).

42

2.9.4 Metode Pengembangan Sistem


Proses pengembangan sistem diartikan sebagai sekumpulan aktivitas,
metode, best practice, deliverable dan tools-tools otomatis yang digunakan
stakeholder untuk mengembangkan sistem informasi dan software secara kontinu,
artinya pengembangan yang dilakukan secara bertahap dari hal-hal yang menjadi
kendala sistem sampai hal-hal yang menjadi kebutuhan sistem (Whitten,
2004:84). Untuk mengembangkan sistem, dibutuhkan metode yang tepat agar
memenuhi tujuannya. Pada sistem ini dipilih metode pengembangan RAD.
RAD

(rapid

application

development)

adalah

sebuah

strategi

pengembangan sistem yang menekankan kecepatan pengembangan melalui


keterlibatan pengguna yang ekstensif dalam konstruksi, cepat, berulang dan
bertambah serangkain prototype/ prototipe bekerja sebuah sistem yang pada
akhirnya berkembang kedalam sistem final (atau sebuah versi). (Jeffrey L.
Whitten, Lonnie D. Bentley, Kevin C. Dittman, 2004). Berikut diagram yang
menerangkan rute dalam RAD, yaitu:

The User
Community

Scope
Definition

Problem Analysis +
Requirement
Analysis +
Decision Analysis

Design

Current System
Operation &
Maintenance

Delivery
of a version

Construction &
Testing

Gambar 2.12 Diagram Rapid Apllication Development (RAD)


Sebagai respon pada kemajuan ekonomi pada umumnya, rapid application
development (RAD) / pengembangan aplikasi cepat telah menjadi rute yang

43

populer untuk mengakselerasi pengembangan sistem. Gagasan-gagasan RAD


adalah (Jeffrey L. Whitten, Lonnie D. Bentley, Kevin C. Dittman, 2004 : 104):
1. Lebih aktif melibatkan para pengguna sistem dalam aktifitas analisis,
desain, konstruksi.
2. Mengorganisasikan pengembangan sistem ke dalam rangkaian seminar
yang intensif dan berfokus dengan para pemilik, pengguna, analis,
desainer, pembangun sistem.
3. Mengakselerasi fase-fase analisis dan desain persyaratan melalui
pendekatan konstruksi berulang.
4. Memperpendek waktu yang diperlukan sebelum para pengguna mulai
melihat sebuah sistem yang bekerja.
Adapun aktivitas yang terlibat dalam pengembangan sistem dengan metode
RAD adalah sebagai berikut:
7. Scope Definition
Menentukan tujuan, kebutuhan, batasan dan ukuran sistem yang
akan dibangun serta mengumpulkan data yang diperlukan. Selain itu
menggambarkan pandangan umum mengenai permasalahan sistem secara
singkat dan jelas. Proses pengumpulan kebutuhan juga melibatkan proses
8. Analisis Sistem (Analysis)
Tahapan analisis sistem dimulai karena adanya permintaan terhadap
sistem baru. Bisa juga karena diinginkannya pengembangan dari sistem
yang sedang berjalan. Permintaan dapat datang dari seorang manajer di luar

44

departemen sistem informasi atau dari pihak eksekutif yang melihat adanya
masalah atau menemukan adanya peluang baru. (Abdul Kadir, 2003)
Namun, adakalanya inisiatif pengembangan sistem baru berasal dari
bagian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem informasi
seperti bagian inventori science pada sistem ini, yang bermaksud
mengembangkan sistem yang sudah ada atau mendefinisikan masalahmasalah yang belum tertangani.
Pada proses ini dijabarkan mengenai analisis terhadap berbagai
permasalahan yang mungkin terjadi pada sistem yang berjalan sehingga
diperoleh solusi untuk masalah yang dihadapi. Metode analisis yang
digunakan adalah pendekatan analisis terstruktur dengan menggunakan
diagram aliran data, contexs diagram, diagram entitas dan diagram
pendukung lainnya.
9. Perancangan Cepat Perangkat Lunak (Design)
Perancangan dilakukan setelah proses analisis selesai dan merupakan
tahapan atau proses pemodelan untuk memperoleh pengertian yang lebih
baik terhadap aliran data dan kontrol, proses-proses fungsional dan
informasi-informasi yang terkandung di dalamnya. Terdiri dari logical
design dan phisical design, dengan tujuan untuk menghasilkan suatu model
atau bentuk representasi dari entitas yang akan dibangun.
Adapun tools yang digunakan untuk mendukung desain sistem
adalah dengan menggunakan diagram aliran data (Data Flow Diagram
DFD), ERD (Entity Relation Diagram).

45

10. Implementasi Sistem (Construction & Testing)


a. Construction
Pembangunan prototipe merupakan bentuk implementasi dari desain
sistem. Prototipe dibangun dengan menggunakan mapserver yang
berbasis bahasa pemograman php dan map script. Sedangkan untuk
database digunakan PostGre SQL dengan template PostGIS yang
mendukung aspek spasial dalam pembangunan database.
b. Testing
Tahapan pengujian prototipe dilakukan oleh pengembang dan pengguna
untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada sistem serta untuk
mengetahui apakah prototipe yang ada telah sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan pengguna atau belum. Tahapan ini meliputi dua metode
pengujian sistem yaitu, Black Box dan White Box Testing.
Black-box testing adalah pengujian yang dilakukan untuk antar
muka perangkat lunak, pengujian ini dilakukan untuk memperlihatkan
bahwa fungsi-fungsi pada program bekerja dengan baik dan benar,
dalam arti masukan yang diterima benar dan keluaran yang dihasilkan
benar-benar tepat, pengintegrasian dari eksternal data berjalan dengan
baik. (Pohan, 2008)
White Box Testing adalah pengujian terhadap source code sistem,
untuk mengetahui pada browser dan sistem operasi apa sistem ini dapat
berjalan dengan baik.

46

11. Delivery of a version


Merupakan tahapan implementasi sistem yang telah melalui proses
testing, dan telah disetujui oleh pengguna. Webgis intensitas curah hujan ini
tidak sampai pada tahap implementasi sistem karena sistem yang dihasilkan
merupakan prototipe sistem yang akan dikembangkan kembali.
12. Maintenace
Merupakan

tahapan

pemeliharaan

sistem

yang

telah

diimplementasikan untuk mengurangi kesalahan penggunaan sistem dan


menjaga stabilitas sistem.

2.10 Tools Analysis and Design Sistem


2.10.1 Data Flow Diagram (DFD)
Pada tahap perancangan sistem dibutuhkan rancangan sistem dalam suatu
bagan yang menunjukkan prosedur-prosedur dari sistem tersebut. Alat yang
digunakan untuk merancang sistem ada bermacam-macam, di antaranya adalah
DFD dan Bagan Alir (Flow Chart).
Menurut Whitten, et al (2006) DFD adalah alat yang menggambarkan aliran
data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem
tersebut.
Diagram aliran data juga diartikan sebagai gambaran grafis dari suatu sistem
yang menggunakan sejumlah bentuk-bentuk simbol untuk menggambarkan
bagaimana data mengalir dari suatu proses yang saling berkaitan. (McLeod, 2004)

47

Untuk memudahkan pembacaan DFD, maka penggambaran DFD disusun


berdasarkan tingkatan atau level dari atas ke bawah, yaitu:
a.

Diagram Konteks ( Level 0 )


Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup proses. Menurut Pressman (2002) DFD level 0
merepresentasikan seluruh elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal
dengan data input dan output yang ditunjukkan oleh anak panah yang masuk
dan keluar secara berurutan. Hal yang digambarkan dalam diagram konteks
adalah hubungan terminator dengan sistem dan juga sistem dalam suatu proses.
Sedangkan hal yang tidak digambarkan dalam diagram konteks adalah
hubungan antar terminator dan data store.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar diagram
konteks:
a.

Terminologi sistem:
a)

Batas Sistem adalah batas antara daerah


kepentingan sistem.

b)

Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang


berhubungan atau mempengaruhi sistem tersebut.

c)

Interface adalah aliran yang menghubungkan


sebuah sistem dengan lingkungan sistem tersebut.

b.

Menggunakan satu simbol proses,

c.

Nama atau keterangan di simbol proses tersebut sesuai


dengan fungsi sistem tersebut,

48

d.

Antara

entitas

eksternal

atau

terminator

tidak

diperbolehkan komunikasi secara langsung,


e.

Jika terdapat terminator yang mempunyai banyak


masukan dan keluaran, diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu
sehingga mencegah penggambaran yang terlalu rumit, dengan memberikan
tanda asterik (*) atau garis silang (#),

f.

Jika terminator mewakili individu (personil) sebaiknya diwakili


oleh peran yang dipermainkan personil tersebut,

g.

Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran


data berbeda.

b.

Diagram Zero ( Level 1 )


Merupakan diagram yang berada diantara Diagram Konteks dan Diagram
Detail serta menggambarkan proses utama dari DFD. Hal yang digambarkan
dalam Diagram Zero adalah proses utama dari sistem serta hubungan Entity,
Proses, alur data dan data store.

c.

Diagram Detail (Diagram Rinci)


Menurut

Ladjamudin (2005) diagram rinci adalah diagram yang

menguraikan proses apa yang ada dalam diagram zero atau diagram level
diatasnya. Menggambarkan rincian tiap proses yang terdapat pada diagram nol,
dimana proses rinci ini dapat dipecahkan sampai pada proses yang paling rinci
hingga tidak dapat diuraikan lagi.

49

Ada dua versi simbol atau notasi grafik yang digunakan untuk pemodelan
entitas dalam DFD. Notasi grafis / simbol yang digunakan dalam DFD dalam
dua versi berbeda dijelaskan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Simbol dan Notasi DFD
Gene dan Serson

Keterangan
Terminator
entity)

Yourdan dan DeMarco


(External

Proses

Data Flow
(Arus Data)

Data Store
(Penyimpanan Data)

Sumber: Whitten, Bentey & Dittman, 2004


a.

Terminator (External entity);


Mendefinisikan orang, unit organisasi, sistem lain, atau organisasi lain
yang berada di luar sistem tetapi berinteraksi dengan sistem. Terminator
diberi nama yang berhubungan dengan sistem tersebut dan biasanya
menggunakan kata benda. Simbol ini menggambarkan asal dan tujuan dari
data dan atau informasi.

b.

Proses;
Kerja yang dilakukan pada atau sebagai respon terhadap aliran data
masuk/kondisi. Komponen proses menggambarkan transformasi input

50

menjadi output. Penamaan proses disesuaikan dgn proses/kegiatan yang


sedang dilakukan.
c.

Alur data (garis berarah);


Digunakan untuk menerangkan perpindahan data/paket data dari satu
bagian ke bagian lainnya. Alur data dapat berupa kata, pesan, formulir/
informasi. Arah panah menjelaskan arah aliran data dalam sistem.

d.

Data store;
Menggambarkan tempat penyimpanan data (sementara) yang akan
digunakan oleh proses-proses yang ada di dalam sistem. Komponen ini
digunakan untuk membuat model sekumpulan paket data dan diberi nama
dengan kata benda bersifat jamak. Data store dapat berupa file/ database yang
tersimpan dalam disket, harddisk atau bersifat manual seperti buku alamat,
file folder. (Whitten, 2004)

2.10.2 Entity Relationship Diagram (ERD)


ERD adalah diagram yang menunjukan hubungan antar entitas. ERD
digunakan untuk menggambarkan struktur logika dari database secara
keseluruhan.
Menurut McLeod (2004) ERD adalah mendokumentasikan data dengan
mengindentifikasikan jenis entitas dan hubungannya. ERD merupakan peralatan
pembuatan data yang paling fleksibel, dapat di adaptasi untuk berbagai
pendekatan dalam pengembangan sistem.
Pada Tabel 2.6 dijelaskan notasi Entity Relationship Diagram menurut
McLeod (2004):

51

No

Tabel 2.6 Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram


Simbol
Keterangan

1.

2.

3.

4.

Persegi panjang
Entitas/tipe entitas menyatakan objek atau
kejadian
Ellips menyatakan atribut-atribut entity set
Atribut adalah item data yang menjadi bagian
dari entitas
Belah ketupat (Diamond) menggambarkan
relationship set. Relationship adalah asosiasi
antara dua entitas
Garis, menghubungkan antara entity set
dengan atribut-atributnya dan antara entity set
dengan relationship setnya.

Sumber: McLeod, 2006


Derajat hubungan antar entitas dapat di katagorikan dalam tiga jenis, yaitu:
1.

Derajat hubungan 1 : 1 (One to one)


Derajat hubungan antar entitas 1 : 1 terjadi bila entitas A hanya boleh
berpasangan dengan satu anggota dari entitas B. Demikian pula sebaliknya.

2.

Derajat hubungan 1 : m (One to many) atau m :1 (Many to one)


Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan
dengan lebih dari satu anggota entitas B. Sebaliknya setiap anggota entitas B
hanya boleh berpasangan dengan satu anggota entitas A.

3.

Derajat hubungan m : n (Many to many)


Terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih dari satu
anggota entitas B. Demikian pula sebaliknya.

52

2.10.3 Kamus Data


Menurut Jogiyanto (2005), kamus data adalah sistem fakta tentang data dan
kebutuhan-kebutuhan dari suatu sistem informasi. Dengan menggunakan kamus
data analis sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan
lengkap dan terstruktur. Kamus data dibuat pada tahap analisis sistem dan
perancangan suatu sistem.
Pada tahap analisis, kamus data digunakan sebagai alat komunikasi antara
analis sistem dan pemakai sistem tentang data yang mengalir di sistem, yaitu
tentang data yang masuk ke sistem dan tentang informasi yang dibutuhkan oleh
pemakai sistem. Pada tahap perancangan, kamus data digunakan untuk merancang
input, laporan-laporan dan basis data.
Kamus data harus dapat mencerminkan keterangan yang jelas tentang data
yang dicatatnya. Simbol dan notasi yang digunakan dalam kamus data dapat
dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Notasi Kamus Data
No
1.

Simbol
=

Keterangan
Terdiri dari

2.

Dan

3.

()

Opsional

4.

{}

Pengulangan

5.

[]

Memilih salah satu dari sejumlah alternatif

6.

**

Komentar

7.

Identifikasi atribut kunci

Sumber: Jogiyanto, 2005

53

2.11 Pengenalan Software


2.11.1 Mapserver (MS4W)
a.

Pengenalan Mapserver
Mapserver merupakan salah satu perangkat lunak (software) open source

untuk pemetaan online (webgis) yang pertama kali dikembangkan oleh


Universitas Minnesota, NASA dan Departemen Sumber Daya Alam Minnesota
(Minnesota Department of Natural Resource). Mapserver compatible dengan
sistem operasi Windows, Unix/Linux dan MacOS.
Map Server for Windows atau yang lebih dikenal dengan MS4W
merupakan bundle instalasi mapserver untuk windows yang disediakan secara
gratis oleh mapserver.org, untuk memudahkan pengguna mapserver dalam proses
instalasi maupun dalam pembangunan dan distribusi aplikasi mapserver.
MS4W juga dilengkapi dengan berbagai macam modul tambahan yang
memberikan

kemudahan

bagi

pengguna

dalam

membangun

dan

mengadministrasikan sistem webgis, antara lain : MapLab, KaMap, Chameleon,


Pmapper, Gmap dan lain-lain.
Adapun fitur yang didukung oleh mapserver adalah:
1) Format vektor: ESRI shapefile, ESRI ArcSDE, serta Format raster:
TIFF/GeoTIFF, GIF, PNG, ERDAS, JPEG, EPPL7 dan mendukung
penggabungan kedua format data dalam penyajian.
2) Quadtree spatial indexing untuk shapefile.
3) Dapat sepenuhnya dikustomisasi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
4) Mendukung TrueType font.

54

5) Mendukung OpenGIS.
6) Legenda dan skala yang otomatis.
7) Mendukung pengembangan peta tematik online.
8) Pelabelan fitur
9) Konfigurasi dapat dilakukan secara online (on-the fly configuration)
10) Proyeksi dapat dilakukan secara online (on-the-fly projection)
b. Pengenalan PHP dan Map Script
PHP atau Personal Home Pages merupakan bahasa pemograman yang
digunakan untuk membangun web server-side. PHP awalnya merupakan program
CGI yang dikhususkan untuk menerima input melalui form yang ditampilkan
dalam browser web. Dibuat pertama kali oleh Rasmus Lerdoff, dan kemudian
secara resmi disebarkan dan dilisensikan sebagai perangkar lunak open source.
PHP script merupakan bahasa pemograman PHP yang disisipkan pada tag
HTML. Penggunaan PHP menjadikan dokumen HTML sebagai suatu dokumen
yang dihasilkan dari aplikasi bukan dari text editor atau HTML editor lagi.
Script PHP digunakan dengan format penyisipan terhadap tag HTML,
kemudian menggunakan <? sebagai tanda diawalinya script PHP yang
berfungsi untuk masuk ke dalam mode script PHP dan tanda ?> untuk menutup
script serta keluar dari mode script PHP.
Mapscript adalah modul PHP yang dapat melakukan operasi-operasi untuk
data spasial termasuk dalam mengolah data spasial, proyeksi ulang peta dan
operasi lainnya. Mapscript diawali dengan tag MAP dan diakhiri dengan tag END
sebagai penutup script.

55

c.

Konfigurasi Mapserver
Untuk menjalankan dan menampilkan peta yang dihasilkan oleh

MapServer, diperlukan dua file yaitu Map File dan HTML File. Map File
berisikan konfigurasi penyajian peta yang ditulis dalam bahasa dan syntax
tersendiri. Informasi ini kemudian diolah dan disajikan oleh program MapServer.
Sedangkan file HTML digunakan untuk melakukan format penyajian hasil (peta).
File HTML dapat berupa HTML biasa atau template yang disisipi syntax
MapServer atau file HTML yang disisipi PHP/Mapscript.
Konfigurasi PHP/MapScript ini dikembangkan oleh DM Solutions
(http://www.dmsolutions.on.ca/PHP/MapScript) untuk konfigurasi MapScript
dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Konfigurasi PHP/MapScript

56

d. Pengembangan Web SIG menggunakan Mapserver


Sebelum membuat aplikasi web SIG menggunakan Mapserver hal yang
harus diperhatikan adalah arsitektur penyimpanan file Mapserver dan data SIG.
Secara umum ada tiga kategori data yang dimiliki yaitu:
1)

File Mapserver; map file dan PHP/MapScript.

2)

File HTML dan gambar/grafis; file web dan gambar yang


disertakan.

3)

Data SIG; data vektor dan citra (raster) yang digunakan.

Contoh Map File:


MAP
NAME INDO
SIZE 700 500
STATUS ON
EXTENT 699493.82895484706000 9233848.75381607750000
703636.19825386233000 9236285.34508262020000
UNITS METERS
SHAPEPATH "master/shp/"
WEB
IMAGEPATH "C:/ms4w/test/tmp/"
IMAGEURL "tmp/"
END
LAYER
NAME "batas"
TYPE POLYGON
STATUS ON
DATA "bts_prop"
CLASS
COLOR 211 254 210
OUTLINECOLOR 200 200 200
END
END
END

Contoh file PHP sederhana yang menyajikan data geospasial:


<?
dl('php_mapscript_40.dll');
$map = ms_newMapObj("example1.map");
$image=$map->draw();

57

$image_url=$image->saveWebImage();
?>
<HTML>
<HEAD>
<TITLE>Contoh 1</TITLE>
</HEAD>
<BODY>
<center>
<TABLE>
<TR><td>
<INPUT TYPE=Image name=map style="border:1px solid

#ccc;"

src=<?php echo $image_url?>>


</td></TR>
</TABLE>
<center>
</BODY>
</HMTL>

2.11.2 Pengenalan POSTGRE SQL dan POSTGIS SQL


Postgre SQL merupakan suatu sistem manajemen hubungan objek dalam
suatu basis data atau lebih dikenal dengan object-relational database management
system (ORDBMS). Merupakan perangkat database open source yang cukup
populer. Dikembangkan pertama kali pada tahun 1982 oleh Barkley, University of
California. Saat ini berada di bawah lisensi dari BSD-style dan dikembangkan
secara gratis oleh berbagai komunitas database di seluruh dunia.
Postgre memiliki ketangguhan dan kemampuan pengelolaan data yang
cukup baik sehingga database ini banyak digunakan untuk pembangunan
database baik berbasis web maupun berbasis desktop. Software ini dapat diunduh
melalui situs http://www.postgresql.org.
PostGIS SQL merupakan ekstensi tambahan yang tersedia pada database

58

Postgre SQL. PostGIS mendukung pengelolaan data spasial untuk aplikasi sistem
informasi geografis. Data dari database Postgre ataupun PostGIS dapat digunakan
sebagai data sumber untuk software server spasial seperti Mapserver dan
Geoserver. PostGIS seperti halnya Postgre merupakan perangkat lunak yang
didistribusikan secara gratis di bawah lisensi dari GNU GPL. PostGIS
dikembangkan oleh Refractions Research Inc, yang merupakan salah satu
perusahaan konsultan database di Canada.
2.11.3 Macromedia Dreamweeaver
Menurut Pranomo (2005) Macromedia Dreamweaver adalah software
yang dikhususkan untuk pembuatan halaman web secara visual. Software
termasuk jenis HTML editor professional yang membantu visualisasi perancangan
halaman web secara langsung. Dreamweaver memungkinkan seseorang untuk
merancang dan membuat halaman web dengan cepat tanpa harus memahami
sintaks HTML secara mendalam.

2.12 Referensi Penelitian Sebelumnya


Penelitian ini juga merujuk kepada beberapa penelitian mengenai radar yang
telah dilakukan sebelumnya. Keterangan mengenai penelitian tersebut dijelaskan
pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Daftar Penelitian
No

Nama

Judul Penelitian

Dwi Rahardjo Membangun

Sistem 2010

Penelitian

Putro

Curah

proses konversi data radar

Konversi

Data

Tahun

Hujan Secara Otomatis

Keterangan

secara

ini

otomatis

mengenai

dengan

59

Dengan Pendekatan Basis

sistem operasi Linux, untuk

Data Spasial (Studi Kasus

mengubah

Serpong dan Padang)

radar (Raw) menjadi data

data

mentah

spasial yang disimpan dalam


sebuah basis data spasial.
Penelitian ini menghasilkan
basis

data

radar

berisikan

yang

informasi

mengenai intensitas curah


hujan, sudut tembak radar,
dan

satuan

pengamatan

waktu

dari

tahun,

bulan, tanggal, jam dan


menit.
2

J. M. Yuan,

Real-time urban drainage 1999

Penelitian mengenai Sistem

K.A. Tilford, system modelling using

Drainase

H.Y Jiang dan weather

(Urban Drainage System -

I. D. Cluckie

radar

rainfall

data

di

Perkotaan

UDS). Dengan menggunakan


pemodelan RHINOS (Real-

Pemodelan
Drainase

Sistem

time

urban

Hydrological

Perkotaan

Infrastructure and Output

Realtime

modelling Strategy). RHINOS

menggunakan Data Curah

menggunakan perhitungan

Hujan Radar Cuaca

curah

secara

hujan

kuantitatif

secara
untuk

memperkirakan aliran pipa


pembuangan

pada

suatu

lokasi dengan menggunakan


jaringan pipa. Penelitian ini
menjelaskan
pemanfaatan

bahwa
data

radar

60

cuaca dapat digunakan pada


berbagai

bidang

seperti

pemodelan sistem drainase


perkotaan yang lebih akurat.

2.13 Profil Organisasi


2.13.1 Sejarah BPPT
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga
pemerintah non-departemen yang berada di bawah koordinasi Kementerian
Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
Proses pembentukan BPPT bermula pada tanggal 28 Januari 1974, melalui
gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie. Dengan
surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5 Januari 1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie
diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi
penerbangan (ATTP) yang bertanggung jawab langsung pada presiden.
Melalui surat

keputusan Dewan

Komisaris

Pemerintah Pertamina

No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi


Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25
tanggal 21 Agustus 1978. KEPRI ini kemudian diperbaharui dengan Surat
Keputusan Presiden No.47 tahun 1991.
2.13.2 Logo Organisasi
Logo BPPT adalah seperti yang terlihat pada gambar 2.14.

61

Gambar 2.14 Logo BPPT

2.13.3 Visi dan Misi Organisasi


BPPT memiliki misi untuk Mewujudkan teknologi sebagai pilar utama
pembangunan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Sedangkan visii yang ingin dicapai oleh organisasi ini
adalah sebagai berikut:
1.

Meningkatkan daya saing industri.

2.

Mewujudkan BPPT sebagai agen pembangunan masyarakat


dalam bidang teknologi.

3.

Menyusun kebijakan pengkajian dan penerapan teknologi.

4.

Mengembangkan BPPT sebagai pusat unggulan teknologi dan


SDM yang handal (technology center of excellence).

2.13.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang


a) Tugas
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b) Fungsi
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi.

62

Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT.


Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi
pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam
rangka inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas, serta membina alih
teknologi.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan

umum,

ketatausahaan,

organisasi

dan

tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah


tangga.
c) Wewenang
Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
Penetapan sistem informasi di bidangnya.
Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: Perumusan
dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi.

Serta pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan

melaksanakan audit teknologi.


2.13.5 Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada BPPT dijelaskan pada Gambar 2.15.

63

Direktorat TISDA

NEOnet

Gambar 2.15 Struktur Organisasi BPPT

2.13.6 NEONet
Nusantara Earth Observation Networking (NeoNet) berada dibawah
Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA). Dibentuk pada
awal tahun 2008, dengan visi menjadi Pusat Informasi Kebumian Nusantara,
merupakan lembaga untuk memfasilitasi kegiatan jejaring observasi kebumian di
Indonesia terutama dalam observasi dan pemetaan sumber daya alam.
NEONet bertujuan untuk menyediakan informasi kebumian secara lengkap
dan realtime, serta mampu menjadi bank data dan mengumpulkan ataupun
menjadi penghubung (networking) setiap lembaga terkait baik yang telah memiliki
data maupun yang memerlukan data mengenai kebumian Indonesia untuk
pengolahan lebih lanjut.

64

Beberapa program unggulan yang dikelola oleh NEONet adalah sebagai


berikut:
a.

Webgis yang merupakan wadah untuk informasi spasial yang dapat


diakses melalui web.

b.

Awal Earth yang merupakan aplikasi online yang dapat


menampilkan beragam informasi kebumian secara online, baik yang berskala
menitan maupun yang ter-update harian atau mingguan.

c.

Geo-network yang merupakan wadah untuk menyatukan semua


meta-data informasi kebumian di seluruh nusantara.

d.

Integrated web yang merupakan antar-muka yang menghubungkan


seluruh produk di atas.
Pembangunan Sistem Nusantara Earth Observation Network (NEONet)

yang terintegrasi diharapkan akan mendukung pengelolaan informasi spasial yang


terhimpun dari berbagai stasiun pengamatan di seluruh nusantara sehingga akan
memudahkan para pengguna dalam mengakses data dan informasi tentang kondisi
dan dinamika kebumian di bumi nusantara ini. Pada tahun 2008 silam proses
pembuatan sistem difokuskan pada observasi beberapa peristiwa alam yang terkait
dengan bencana. Integrasi dari berbagai stasiun pengamatan bumi yang terhubung
dengan NEONet dijelaskan pada Gambar 2.16.

65

Gambar 2.16 Integrasi Sensor-sensor Pemantauan Bumi


2.13.7 Struktur Organisasi NEONet
Adapun struktur organisasi NEONet adalah seperti pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Struktur Organisasi NEONet

66

BAB III
METODE PENELITIAN

Alur kegiatan pada penelitian perancangan dan pembangunan WebGIS


radar cuaca secara realtime meliputi beberapa tahapan seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur kegiatan penyusunan tugas akhir

67

Penelitian ini dimulai dengan tahapan pengumpulan data dan identifikasi


kebutuhan pengguna. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka,
observasi dan wawancara langsung di BPPT Thamrin. Sedangkan identifikasi
pengguna dilakukan untuk mengetahui kelemahan sistem yang berjalan dan
kebutuhan penggunan terhadap sistem yang dirancang. Setelah tahapan ini selesai
penelitian dilanjutkan ke tahapan perancangan Webgis dengan menggunakan
mapserver yang akan menghasilkan rancangan Webgis. Webgis ini kemudian
dihubungkan dengan basis data spasial radar cuaca, dimana datanya merupakan
hasil konversi dari data image radar dalam format gif ke format shapefile yang
kemudian dikonversi lagi ke format basis data spasial postgre sql.
Penelitian ini menghasilkan prototipe Webgis radar cuaca yang
menampilkan data curah hujan untuk wilayah Serpong, yang telah diuji melalui
tahapan white box dan black box testing. Tahapan proses ini dijelaskan pada sub
bab berikut:
3.1 Pendekatan Pengumpulan Data
Pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Tahap awal pada penelitian adalah mengumpulkan serta mengkaji
informasi dan data pendukung penelitian. Dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan dan sebagai referensi terhadap penelitian yang dilakukan. Data
dan informasi tersebut diperoleh dari berbagai sumber pustaka seperti bukubuku, artikel, jurnal, baik cetak maupun elektronik. Daftar kepustakaan yang

68

digunakan pada penelitian ini dipaparkan pada Daftar Pustaka, yaitu terdiri
dari 17 buku dan dua artikel dari internet.
2. Observasi (field research)
Observasi dilaksanakan pada tahap awal penelitian selama satu bulan
yaitu selama bulan April 2009 di NEONet BPPT Thamrin. Observasi ini
bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh pengguna
dengan data radar yang ada dan masalah pada sistem yang tengah berjalan
saat ini, serta mengetahui bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah
tersebut. Selain itu melalui observasi dapat dianalisis sistem seperti apa yang
paling cocok untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pengguna.
Dari observasi yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan
pengembangan sistem monitoring intensitas curah hujan dari data radar cuaca
yang terdapat di daerah Serpong (Banten) dan di Padang (Sumatera Barat),
secara realtime melalui media berbasis jaringan internet yaitu dengan
membangun sebuah Webgis.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
melalui tatap muka secara langsung dengan Bapak Winarno, S.kom sebagai
penanggung jawab data radar dan koordinator pembangunan Webgis radar.
Hasil wawancara terlampir pada Lampiran I.

69

3.2 Peralatan dan Bahan


Adapun data-data yang diperlukan dalam pembangunan Webgis informasi
radar cuaca secara realtime adalah data image dari radar cuaca yang ada di
Serpong dan Padang, serta peta Indonesia dengan detail informasi administrasi
kecamatan, jalan, sungai, danau dan ketinggian. Peta Indonesia yang digunakan
adalah peta Data Elevation Model (DEM).
Sedangkan alat-alat untuk pembangunan aplikasi adalah sebuah perangkat
komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
1.

Hardware
Processor Intel Pentium Dual Core
Hardisk 160 GB
Memory 2 GB
DVD RW
LAN Card
Perangkat keras lainnya (Keyboard, Mouse dan lain - lain)

2.

Software
Windows XP Service Pack 2
Macromedia Dreamweaver MX 2004
Aplikasi Postgre 8.3 dan PostGIS 1.3.5
Arcview 3.3
Mapserver : MS4W 2.3.1
Mapbender 2.4.3
Geoserver

70

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat

: Nusantara Earth Observation Network (NEONet), Badan


Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Alamat

: Gedung I lt. 20 BPPT Jl. M.H Thamrin No. 8 Jakarta

Waktu

: 1 April 2009 Januari 2010

3.4 Kondisi Awal Data


Berdasarkan prinsip kerja radar yang telah dibahas pada Bab 2, diperoleh
hasil penyapuan radar berupa data binary (RAW data). Meskipun dalam format
binary namun ukuran data ini cukup besar untuk satu kali pengambilan data. Oleh
karena itu, Data RAW terlebih dahulu diekstrak oleh radar itu sendiri ke dalam
bentuk peta dasar yang disimpan dalam format gif. Setiap peta mengandung nilai
reflektifitas dan kecepatan hujan dalam bentuk titik (point) sesuai dengan
perhitungan di lokasi mana titik-titik hujan tersebut ditangkap oleh radar. Radar
ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas V-sat, untuk melakukan komunikasi data
melalui jaringan internet. Dimana gambar hasil sapuan radar dalam format gif
tersebut (Gambar 3.2) akan terkirim secara otomatis ke web server yang ada di
Jepang.
Dalam data gambar dari radar Serpong (Gambar 3.2) dapat diamati titiktitik hujan yang jatuh di wilayah DKI Jakarta, Banten dan hampir seluruh wilayah
Jawa Barat. Sedangkan dari data radar Padang diperoleh informasi titik-titik hujan
yang jatuh di wilayah Sumatera Barat.

71

Gambar 3.2 Data Image Radar Serpong


Gambar inilah yang kemudian diolah untuk membangun sebuah Webgis
informasi radar cuaca secara realtime yang berbasis spasial dan interaktif dengan
user, sehingga user tidak hanya dapat mengamati tetapi juga dapat memperoleh
informasi secara detail dan dapat mengunduh data sesuai dengan keperluan untuk
pengolahan atau penelitian lebih lanjut. Tahapan pengolahan data radar secara
lengkap akan dibahas pada Bab 4.

3.5 Metode Pengembangan Sistem


Metode yang digunakan untuk pengembangan sistem berbasis Webgis
pada penelitian ini adalah metode pengembangan aplikasi cepat atau lebih dikenal
dengan RAD (Rapid Application Development).
RAD menurut Whitten, et al (2004) adalah sebuah strategi pengembangan
sistem yang menekankan pada kecepatan pengembangan melalui keterlibatan
pengguna yang ekstensif dalam konstruksi, cepat, berulang dan bertambah

72

serangkaian prototype/ prototipe bekerja sebuah sistem yang pada akhirnya


berkembang kedalam sistem final (atau sebuah versi).
Metode ini dipilih karena metode ini yang paling mewakili kebutuhan
pengguna yang menginginkan perancangan sistem secara cepat serta melibatkan
pengguna secara langsung dalam proses perancangan. Selain itu metode ini lebih
efiesien dalam hal biaya dan waktu jika dibandingkan dengan metode
pengembangan sistem lainnya.
Adapun alur pengembangan sistem dengan menggunakan metode RAD
dijelaskan pada diagram pengembangan sistem seperti terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Diagram Rapid Apllication Development (RAD)


Dari diagram di atas dapat diketahui aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam
pengembangan sistem dengan metode prototipe adalah sebagai berikut:
3.5.1 Pengumpulan Kebutuhan (Scope Definition)
Pengumpulan kebutuhan pengguna merupakan tahap awal pada proses
perancangan sistem. Identifikasi kebutuhan pengguna diperoleh melalui tahapan
wawancara dan penelitian secara langsung di BPPT. Hasil dari identifikasi
kebutuhan tersebut antara lain:

73

1. Kebutuhan terhadap database spasial yang mampu menyimpan, mengatur dan


mengorganisir data dengan baik.
2. Kebutuhan pembangunan sebuah webgis radar cuaca secara realtime yang
memungkinkan query dan pengunduhan data oleh pengguna untuk radar
cuaca di daerah Serpong dan Padang.
3.5.2 Analisis Sistem (Analysis)
Dari hasil pengumpulan kebutuhan dilakukan proses analisis sistem yang
berjalan maupun sistem usulan yang menjabarkan berbagai permasalahan yang
mungkin terjadi pada sistem untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem
sehingga diperoleh solusi untuk masalah yang dihadapi.
3.5.2.1 Sistem yang Berjalan
Webgis radar cuaca untuk wilayah Serpong pernah dibangun oleh BPPT
dengan menggunakan mapserver namun web ini belum sepenuhnya berbasis
spasial. Dari analisis yang dilakukan diketahui kelemahan sistem yang berjalan
yaitu :
1. Sistem yang ada berada di bawah pengawasan BPPT melalui program
Harimau (Hydrometeorological Array for Intra Session Variation
Moonsoon Automonitoring). Sistem ditangani oleh tim yang terdiri dari
beberapa orang.
2. Data radar cuaca yang ada di Serpong dikirim melalui jaringan internet ke
server BPPT yang ada di Thamrin.

74

3. Data yang diperoleh berupa RAW_imageradar (peta dasar radar) yang


secara otomatis di convert kedalam format shapefile (shp) dan textfile (txt).
Data ini kemudian tersimpan dalam satu direktori yang telah ditentukan.
4. Data radar cuaca kemudian ditampilkan pada webgis radar cuaca.
Adapun bagan alir dokumen sistem yang berjalan seperti pada Gambar 4.6.
Radar

Start
Perekaman Data
Hujan

Data hasil
pengamatan radar

Data disimpan
dalam server radar

Data Radar

NEONet

Data Radar
(RAW Image *gif)
Data disimpan
dalam direktori
tertentu

Koversi data ke
dalam format
shp & txt

Data Radar
dan peta
administrasi

(RAW Image *gif)

Data dikirim ke
server di Thamrin

Input data ke
dalam map file

Display data
pada Webgis

End

Gambar 3.4 Bagan Alir Dokumen Sistem yang Berjalan

75

Gambar 3.4 menjelaskan aliran dokumen sistem yang berjalan, data hasil
perekaman hujan disimpan dalam server radar yang kemudian data radar ini
dikirim ke server di Thamrin. Pada server Thamrin data disimpan dalam direktori
tertentu untuk kemudian dikonversikan lagi ke dalam format shapefile (shp) dan
textfile (txt). Selanjutnya data radar dan peta administrasi di overlay untuk
kemudian ditampilkan dalam webgis radar.
Dari proses alir dokumen ini dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
dalam sistem ini yaitu:
1. Sistem yang berjalan hanya menampilkan data hujan dari radar cuaca pada
sebuah Webgis namun belum berbasis spasial secara penuh.
2. Belum adanya manajemen data radar cuaca dalam sebuah database spasial
sehingga sering kali para admin kesulitan melakukan pencarian data.
3. Pada sistem lama (saat ini tidak beroperasi lagi) pengguna hanya dapat
melihat data radar dan tidak dapat melakukan query untuk mengunduh data.
4. Pada sistem yang telah ada, data radar yang ditampilkan hanya berasal dari
satu radar cuaca yaitu radar Serpong.
5. Sistem masih bersifat beta dalam artian masih berupa produk uji coba yang
masih belum sempurna, sistem juga belum dipublikasikan melalui jaringan
internet, tetapi masih sebatas intranet.
3.5.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Sistem Berjalan
a. Kelebihan Sistem berjalan
Sistem informasi cuaca berdasarkan data radar cuaca merupakan teknologi
yang baru diterapkan di Indonesia untuk pengamatan cuaca secara realtime.

76

b. Kekurangan Sistem berjalan


1. Belum adanya manajemen data yang baik.
2. Penyebaran informasi masih terbatas pada lingkungan tertentu.
3. Pengguna tidak dapat mengunduh data untuk keperluan penelitian lainnya.
3.5.2.3 Sistem Usulan
Berdasarkan permasalahan yang ada pada sistem berjalan yang telah
diuraikan di atas, maka solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan
pembangunan prototipe Webgis radar cuaca secara realtime untuk radar di daerah
Serpong dan Padang.
Webgis yang dibangun secara penuh berbasis spasial dan terkoneksi
dengan spatial database untuk manajemen data. Informasi yang disajikan pada
Webgis nanti berbasis spatial dan terus ter-update dalam kurun waktu enam menit.
Hal ini berarti setiap enam menit data akan terus ter-update secara langsung oleh
sistem tanpa adanya administrator untuk pengolahan data radar.
Gambar 3.5 menjelaskan diagram alir dokumen pada sistem yang
diusulkan, yang merepresentasikan kebutuhan dan keinginan pengguna:

77

Radar

Start

NEONet

Data Radar
(RAW Image *gif)

Perekaman Data
Curah Hujan
(rainrate)

Data hasil
pengamatan radar

Data disimpan
dalam server
radar
Data Radar

Data disimpan
dalam direktori
tertentu

DB Radar

Display data
pada Webgis

Koversi data ke
dalam format
shp dan txt

Lihat Informasi
Curah hujan

Data Radar
dan peta
administrasi

Download data
curah hujan

(RAW Image *gif)


Data dikirim ke
server di Thamrin

Pengguna

End
Input data
dalam spatial
database

Gambar 3.5 Diagram Alir Dokumen yang Diusulkan


Adapun kelebihan yang diajukan dari sistem usulan jika dibandingkan
dengan sistem yang telah ada antara lain:
1. Data radar disimpan dalam spatial database dengan menggunakan Postgre
SQL.
2. Database terkoneksi langsung dengan webgis sehingga tampilan informasi
cuaca pada webgis terus ter-update.
3. Sistem memungkinkan pengguna melakukan query terhadap data yang ada
untuk memperoleh data yang diinginkan.

78

4. Tersedianya data history untuk setiap pengunduhan data yang dilakukan


oleh pengguna.
3.5.3 Perancangan Cepat Perangkat Lunak (Design)
Perancangan dilakukan setelah proses analisis selesai dan merupakan
tahapan atau proses pemodelan untuk memperoleh pengertian yang lebih baik
terhadap aliran data dan kontrol, proses-proses fungsional, dan informasiinformasi yang terkandung di dalamnya. Terdiri dari logical design dan phisical
design, dengan tujuan untuk menghasilkan suatu model atau bentuk representasi
dari entitas yang akan dibangun. Perancangan cepat pada metode prototipe
dilakukan dengan melibatkan pengguna sehingga dapat dilakukan evaluasi secara
langsung terhadap sistem yang dirancang.
Dalam tahap ini digunakan beberapa alat bantu (tools) untuk perancangan
sistem yang berguna sebagai alat pemodelan proses dan dokumentasi sistem.
Tools yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
1.

Perancangan Proses
Pada tahapan perancangan sistem digunakan alat (tools) berupa
Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram - DFD) untuk menggambarkan
aliran data dalam sistem yang dirancang dan dilengkapi dengan kamus data
spasial (Spatial Data Dictionary) untuk menjelaskan data yang ada pada
DFD. DFD merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan pengguna dan
menggambarkan sistem yang diusulkan.

79

2.

Perancangan Basis Data


Perancangan basis data dilakukan setelah perancangan proses selesai.
Perancangan ini menggunakan Spatial Entity Relationship Diagram (Spatial
ERD) sebagai alat bantu untuk menjelaskan hubungan antar entitas-entitas
spasial yang ada dalam sistem. Perancangan ER Diagram merupakan bentuk
penggambaran relasi(hubungan) yang terjadi antar tabel. Sedangkan ERD
spasial digunakan untuk menggambarkan hubungan antar tabel dengan
menambahkan atribut spasial di dalamnya. Selain itu juga dilakukan
normalisasi basis data untuk menghindari duplikasi data dalam database
yang dirancang.

3.

Perancangan Struktur Menu Aplikasi


Perancangan struktur menu aplikasi bertujuan untuk menentukan
menu-menu yang dibutuhkan pada aplikasi yang akan dikembangkan serta
untuk menjelaskan navigasi menu yang ada kepada pengguna.

4.

Perancangan GUI (Grafic User Interface)


GUI pada Webgis ini dirancang secara sederhana dan optimal sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Perancangan GUI ini penting
untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kenyamanan
pengguna pada saat berinterkasi dengan sistem ketika mengakses data.
Rancangan GUI yang diusulkan dijelaskan pada bab selanjutnya.

3.5.4 Pembentukan Prototipe Perangkat Lunak (Construction)


Pembangunan prototipe merupakan bentuk implementasi dari desain sistem.
Prototipe dibangun dengan menggunakan mapserver yang berbasis bahasa

80

pemograman php dan map script. Sedangkan untuk database digunakan PostGre
SQL dengan template PostGIS yang mendukung aspek spasial dalam
pembangunan database. Proses pembentukan prototipe lebih lanjut dijelaskan
pada Bab 4.
3.5.5 Evaluasi Prototipe oleh Pengguna (Testing)
Tahapan pengujian prototipe oleh pengguna untuk mengetahui apakah
prototipe yang ada telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna atau
belum. Pada tahapan ini juga dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah ada
kesalahan dalam interface dan apakah terjadi kesalahan struktur data atau akses
database. Tahapan ini meliputi white-box testing dan black-box testing. Hasil
evaluasi pengguna dibahas pada bab selanjutnya.
3.5.6 Delivery of a version
Merupakan implementasi sistem yang telah dibangun dan telah disetujui
oleh user. Namun seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai
pembatasan masalah bahwa skripsi ini hanya membahas pengembangan sistem
hingga tahap testing sistem.

81

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tahapan rancang bangun webgis radar cuaca secara
realtime dengan menggunakan mapserver, beserta hasil analisis dan perancangan
sistem serta hasil perancangan dan pengujian sistem.
4.2

Hasil Perancangan Cepat Prototipe


Proses

perancangan

cepat

prototipe

sistem

dilakukan

dengan

mempertimbangkan hasil analisa dan identifikasi terhadap kebutuhan sistem.


Hasil analisa dan identifikasi kemudian diterjemahkan ke dalam sebuah
representasi perangkat lunak sebelum dimulai pengkodean. Ini dilakukan untuk
mendapatkan bentuk yang optimal dari aplikasi yang dibangun. Perancangan ini
juga didokumentasikan dengan menggunakan serangkaian alat bantu perancangan
sebagai bagian dari konfigurasi sistem.
Tahapan perancangan terdiri dari perancangan arsitektur perangkat lunak,
antarmuka pemakai, masukan, proses dan keluaran. Dengan menggunakan alat
bantu perancangan sistem seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Hasil dari proses perancangan tersebut adalah sebagai berikut:
4.1.1 Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) digunakan untuk menggambarkan aliran data
dalam sistem. Secara garis besar DFD menggambarkan data masukan dan
keluaran yang terjadi pada sistem. Melalui diagram ini pengembang dan user
dapat berkomunikasi mengenai sistem yang dibangun.

82

Perancangan DFD untuk sistem webgis Radar cuaca merupakan hasil


analisis terhadap kebutuhan pengguna. Diagram aliran data tersebut terdiri dari
diagram konteks/ Context Diagram, Diagram Zero dan DFD level 2.
Diagram Konteks (Level 0)
Diagram konteks menjelaskan semua entitas luar yang menerima atau
memberikan informasi dari webgis radar cuaca. Namun pada diagram ini (Gambar
4.1) proses yang masuk dan keluar tidak dijelaskan secara rinci. Gambar 4.1
adalah diagram konteks untuk webgis radar cuaca secara realtime.

Gambar 4.1 Diagram konteks


Diagram konteks tersebut menjelaskan hubungan entitas luar yaitu Radar
Serpong dan Padang, NEONet dan Pengguna terhadap sistem. Dimana sistem
menerima input berupa gambar hujan, rainrate dan velocity dari Radar Serpong
dan Padang yang kemudian diolah dalam sistem yang menghasilkan
Raw_imageradar yang menjadi masukan bagi NEONet. NEONet meng-input
Raw_imageradar dan peta_administrasi ke dalam sistem, kedua masukan ini
diproses menjadi informasi_hujan_harian dan DB_radar yang dapat dimanfaatkan

83

oleh pengguna. Secara singkat alur Proses webgis radar cuaca digambarkan dalam
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Alur Proses Sistem
Nama Proses

: Webgis Informasi Radar Cuaca Secara Realtime

Deskripsi

: Proses mendeskripsikan tentang sistem berjalan pada


Webgis radar cuaca secara realtime

Input

: 1. Proses Konversi
2. Proses Pengolahan Data
3. Proses Web Mapping
4. Webgis Radar

Output

:1.

Informasi Data Radar Cuaca

2.

Informasi Mengenai Radar dan Program Harimau

Diagram Zero (Level 1)


Diagram Zero (Gambar 4.9) menjelaskan proses-proses yang terdapat pada
webgis Radar Cuaca Secara Realtime, proses utama yang pada sistem ini meliputi
Proses rekam data oleh radar, Proses Pengolahan data radar di NEONet, Proses
Lihat Data dan Proses Download Data. Semua proses ini digambarkan pada
Diagram Zero seperti pada Gambar 4.2.

84

Gambar 4.2 Diagram Zero


Proses rekam data oleh radar merupakan proses serangkaian proses dalam
memperoleh gambar hujan, rainrate, dan velovity yang akan menghasilkan
RAW_ImageRadar untuk disimpan pada database Image2_Radar. Alur proses
pengamatan curah hujan dijelaskan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Proses Pengamatan Curah Hujan
No. Proses

1.0

Nama Proses

Proses Pengamatan Curah Hujan

Deskripsi

Proses

mendeskripsikan

tentang

tahapan

pengamatan curah hujan oleh radar.


Input

Gambar_hujan dari hasil sapuan radar yang


mengandung nilai rainrate (curah hujan) dan
velocity terhadap wilayah dalam jangkauan radar.

Output

Raw_ImageRadar

85

Proses Pengamatan Curah Hujan kemudian dilanjutkan dengan proses

pengiriman data ke server NEONet untuk diolah dan di-overlay dengan peta
administrasi wilayah. Alur ke dua proses ini dijelaskan pada Tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3 Proses Pengiriman Data
No. Proses

2.0

Nama Proses

Pengiriman Data

Deskripsi

Proses ini merupakan proses pengiriman data


image radar yang ada pada server radar, ke server
NEONet yang ada di Thamrin melalui koneksi
jaringan internet.

Input

RAW_ImageRadar

Output

Data RAW_ImageRadar disimpan pada server


NEONet, serta adanya report pengiriman data
radar.

Tabel 4.4 Proses Pengolahan Data


No. Proses

3.0

Nama Proses

Pengolahan Data

Deskripsi

Proses ini merupakan proses pengolahan data


image radar menjadi informasi yang dapat
disajikan dalam webgis informasi cuaca.

Input

RAW_Image Radar,
Peta_administrasi (Kab, Kec, Kota, Sungai),

Output

Basisdata spasial data radar (DB_Radar).

86

Hasil olahan ini disimpan pada database radar. Dari database ini data
melalui beberapa proses untuk ditampilkan pada webgis radar. Sehingga pengguna
dapat memperoleh informasi mengenai curah hujan dan informasi mengenai radar.
Alur proses webgis Radar dijelaskan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Proses Webgis Radar
No. Proses

4.0

Nama Proses

Webgis Radar

Deskripsi

Proses ini merupakan proses menampilkan data


radar pada webgis serta proses melihat dan mendownload data yang dilakukan oleh pengguna.

Input

Basis data spasial radar (DB_Radar)


Data_pengguna

Output

Webgis Spasial Informasi Cuaca Secara Realtime

Diagram Rinci (Level 2)


Proses 1 Level 2
Proses 1 level 2 merupakan penjabaran (detail) dari proses proses
pengamatan curah hujan. Diagram detail untuk proses ini dijelaskan pada Gambar
4.3.

87

Gambar 4.3 Diagram Detail Proses 1


Proses 1 level 2 terdiri dari 2 proses yaitu proses penyapuan daerah untuk
mendapatkan data_binary yang berisikan data skala_rainrate dan velocity, dan
proses konversi Data_binary menjadi Raw_ImageRadar. Alur Proses Diagram
Detail Proses 1 level 2 dijelaskan pada Tabel 4.6 Tabel 4.7.
Tabel 4.6 Proses Penyapuan Daerah
No. Proses

1.1

Nama Proses

Penyapuan daerah pengamatan

Deskripsi

Proses ini merupakan proses penyapuan daerah


yang berada dalam jangkauan pengamatan radar
untuk memperoleh data mengenai rainrate serta
velocity hujan pada suatu daerah

Input

Gambar_hujan,

88

Data rainrate dan velocity


Output

Informasi rainrate dan velocity pada daerah


sapuan radar dalam format binary atau disebut
data binary.

Tabel 4.7 Konversi Data


No. Proses

1.2

Nama Proses

Konversi Data

Deskripsi

Proses ini merupakan proses konversi data yang


dilakukan dalam server radar untuk merubah
format data dari binary menjadi image (*.gif).

Input

Data binary hasil sapuan radar

Output

RAW_ImageRadar

Proses 3 Level 1
Diagram detail untuk proses 3 level 1 dijelaskan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Diagram Detail Proses 3

89

Gambar 4.4 menjelaskan bahwa terdapat 3 proses yang merupakan


penjabaran dari proses 3 yaitu Proses Pengolahan Data. Proses yang pertama yaitu
proses konversi data ke format shapefile (shp). Pada proses ini fomat data
Raw_Image (*.gif) dikonversikan secara otomatis dengan menggunakan generator
ke dalam format shp. Demikian juga halnya dengan peta administrasi, peta ini
dikonversikan ke dalam format shp.
Selanjutnya data ini akan masuk ke dalam proses koreksi dan konversi data
ke format basis data spasial. Proses koreksi perlu dilakukan untuk meminimalkan
persentase kesalahan pada data hasil konversi. Data hasil koreksi kemudian
dikonverikan lagi ke dalam basis data spasial dan disimpan dalam database radar.
Alur Proses Diagram Detail Proses 3 level 2 Webgis Radar Cuaca Secara
Realtime lebih lanjut dijelaskan pada Tabel 4.8 Tabel 4.10.
Tabel 4.8 Proses Penyapuan Daerah
No. Proses

3.1

Nama Proses

Konversi Data ke Format shp

Deskripsi

Proses ini merupakan proses merubah format data


image radar yang berformat gif menjadi shapefile
(shp)

Input

Raw_ImageRadar,
peta_administrasi

Output

Shapefile radar.

90

Tabel 4.9 Koreksi Data


No. Proses

3.2

Nama Proses

Koreksi data

Deskripsi

Proses ini merupakan tahapan penyaringan data


untuk memilih shapefile yang mengandung nilai
dan shapefile yang kosong.

Input

Semua Shapefile radar

Output

Shapefile radar yang hanya memiliki data

Tabel 4.10 Konversi data ke dalam basis data spasial


No. Proses

3.3

Nama Proses

Konversi data ke dalam basis data spasial.

Deskripsi

Proses ini merupakan proses konversi data dari


format shp ke format basis data spasial yang
nantinya akan ditampilkan dalam webgis.

Input

Shapefile hasil koreksi data,


Shapefile peta administrasi (Kab, Kec, Kota,
Sungai)

Output

Basis data spasial radar (DB_Radar).

Proses 4 Level 2
Diagram detail proses 4 level 2 merupakan penjabaran dari proses Webgis
Radar. Terdiri dari 4 proses seperti digambarkan pada Gambar 4.5.

91

Gambar 4.5 Diagram Detail Proses 4


Alur Proses Diagram Detail Proses 4 level 2 pada Webgis Radar Cuaca
Secara Realtime dijelaskan pada Tabel 4.11 Tabel 4.14.
Tabel 4.11 Lihat_info_cuaca
No. Proses

4.1

Nama Proses

Lihat_ cuaca_harian

Deskripsi

Proses untuk mengamati cuaca secara realtime


berdasarkan data radar, pada daerah-daerah yang
berada dalam jangkauan pengamatan radar.

Input

Query lihat cuaca

Output

Tampilan cuaca secara realtime

92

Tabel 4.12 Isi form login


No. Proses

4.2

Nama Proses

Isi form login

Deskripsi

Merupakan tahapan unt.k user melakukan login


ke dalam sistem untuk dapat men-download data
radar.

Input

Username, password
Request_data

Output

Validasi user, Menuju halaman download

Tabel 4.13 Download


No. Proses

4.3

Nama Proses

Isi Form Download

Deskripsi

Proses untuk men-download data radar yang


diinginkan

Input

Query Request_data

Output

Data dalam bentuk zip file

Tabel 4.14 Contact Us


No. Proses

4.4

Nama Proses

Contact Us

Deskripsi

Proses untuk menghubungi admin web.

Input

Comment pengguna

Output

Form pengiriman email kepada admin web.

93

4.1.2 Desain Kamus Data


Perancangan kamus data diperlukan untuk menjelaskan kepada pengguna
mengenai aliran data dan informasi yang terdapat pada saat analisa dan
perancangan sistem. Tabel 4.15 menggambarkan kamus data untuk webgis
informasi radar cuaca secara realtime.
Tabel 4.15 Kamus Data
Radarserpong

=*file radarserpong.pgsql*
{@oid + id + rainrate + tahun + bulan + tanggal +
jam + menit + @the_geom}

Radarpadang

=*file radarpadang.pgsql*
{@oid + id + rainrate + tahun + bulan + tanggal +
jam + menit + @the_geom}

spatial_ref_sys

=*file spatial_ref_sys.pgsql*
{@ srid + auth_name + auth_srid + srtext +
proj4text}

geometry_columns =*file geometry_columns.pgsql*


{oid + @f_table_catalog + @f_table_schema +
@f_table_name

@f_geometry_column

@coord_dimension + @ srid + type}


Pengguna

=*file pengguna.pgsql*
{@id_user + pass + nama + email + keperluan}

Komentar

=*file komentar.pgsql*

94

{@id + nama + email + pesan}


Kab_serpong

=*file Kab_serpong.pgsql*
{@oid + id_kab + nama_kab + provinsi +
type_kab + sumber_kab + @the_geom }

Kec_serpong

=*file Kec_serpong.pgsql*
{@oid + id_kec + nama_kec + type_kec +
sumber_kec + @id_kab + @the_geom }

Kab_padang

=*file Kab_padang.pgsql*
{@oid + id_kab + nama_kab + provinsi +
type_kab + sumber_kab + @the_geom }

Kec_padang

=*file Kec_padang.pgsql*
{@oid + id_kec + nama_kec + type_kec +
sumber_kec + @id_kab + @the_geom }

4.1.3 Desain Basis Data


Desain basis data dimulai dengan membuat sebuah pemodelan data
konseptual yang akan dijadikan landasan dalam pembangunan basis data. Setelah
didapatkan model basis data yang sesuai kebutuhan, maka tahapan selanjutnya
adalah membangun hubungan relational antar tabel berdasarkan pada model data
konseptual yang menghasilkan model data relational. Tahapan perancangan basis
data pada sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Perangancangan Entity Relationship Diagram (ERD)

95

Rancangan ERD untuk data non-spasial pada sistem yang dibangun sebelum
normalisasi data seperti pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 ERD Non-Spasial Sebelum Normalisasi


2. Perangancangan Spatial Entity Relationship Diagram (ERD Spasial)
Rancangan ERD untuk data spasial pada sistem yang dibangun dijelaskan
melalui relational tabel atau hubungan antar tabel pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Relational tabel


Normalisasi data pada sistem ini merupakan tahapan pemisahan data spasial
dan data non-spasial. Adapun bentuk data spasial dan non-spasial sebelum
dinormalisasi pada sistem ini adalah seperti pada Gambar 4.8.

id_kec

rainrate

tahun

Email

id_kec

nama_kec

tahun

bulan

Tlpn

nama_kec

type_kec

bulan

tanggal

Instansi

type_kec

sumber_kec

tanggal

jam

Keperluan

sumber_kec

jam

menit

Id

menit

Id_user

Nama

id_kab
nama_kab
provinsi

id_kab
nama_kab
provinsi

96

Gambar 4.8 Bentuk Tidak Normal (Unnormalized)


Kemudian data ini dipisah berdasarkan data spasial dan data non-spasial.
Tahapan normalisasi pada data non-spasial meliputi proses menghilangkan
elemen data yang berulang, menghilangkan ketergantungan fungsional serta
menghilangkan ketergantungan transitif pada atribut data yang ada.
Bentuk data setelah proses normalisasi digambarkan dalam sebuah diagram
hubungan antar entitas atau yang lebih dikenal dengan Entity Relationship
Diagram (ERD), dimana data saling berelasi dalam suatu database seperti pada
Gambar 4.9.

Gambar 4.9 ERD non-spasial


Pada basis data spasial normalisasi dilakukan secara otomatis dimana data
dikonfersikan dari format shapefile ke dalam format database spatial (pgsql)

97

sehingga tabel data yang ada merupakan bentuk data yang telah dinormalisasikan.
Hasil normalisasi data tersebut digambarkan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 ERD Spasial


3. Struktur Data
a.

Spasial
Rancangan basis data atribut spasial dalam aplikasi webgis ini terdiri dari

tabel-tabel sebagai berikut:


1. Tabel Kabupaten
1) Nama File

: kab_serpong.pgsql

2) Isi

: Data Atribut Kabupaten

3) Primary Key

: oid

4) Foreign Key

: the_geom

98

Tabel 4.16 Tabel kab_serpong


Nama Field

Type

Lebar

Keterangan

*oid

Integer

10

Penomoran field sebagai primary key

id_kab

Varchar

11

Id Kabupaten

nama_kab

Varchar

30

Nama Kabupaten

provinsi

Varchar

20

Nama Provinsi

type_kab

Varchar

20

Tipe shp Kabupaten

Sumber_kab

Varchar

20

Sumber data Kabupaten

The_geom

Geometry

Nilai geometri dari data kabupaten


sebagai Foreign Key

2. Tabel Kecamatan
1) Nama File

: kec_serpong.pgsql

2) Isi

: Data Atribut Kecamatan

3) Primary Key

: oid

4) Foreign Key

: id_kab, the_geom
Tabel 4.17 Tabel kec_serpong

Nama Field

Type

Lebar

Keterangan

*oid

Integer

10

Penomoran field sebagai primary key

id_kec

Varchar

11

Id Kecamatan sebagai primary key

nama_kec

Varchar

30

Nama Kecamatan

type_kab

Varchar

20

Tipe shp Kecamatan

Sumber_kab

Varchar

50

Sumber data Kecamatan

Id_kab

Varchar

20

Foreign Key

The_geom

Geometry

Nilai geometri dari data kabupaten

99

sebagai Foreign Key

3. Tabel Kabupaten
1) Nama File

: kab_padang.pgsql

2) Isi

: Data Atribut Kabupaten

3) Primary Key

: oid

4) Foreign Key

: the_geom
Tabel 4.18 Tabel kab_padang

Nama Field

Type

Lebar

*oid

Integer

10

Keterangan
Penomoran field sebagai primary
key

id_kab

Varchar

11

Id Kabupaten

nama_kab

Varchar

30

Nama Kabupaten

provinsi

Varchar

20

Nama Provinsi

type_kab

Varchar

20

Tipe shp Kabupaten

Sumber_kab

Varchar

20

Sumber data Kabupaten

The_geom

Geometry

Nilai geometri dari data kabupaten


sebagai Foreign Key

4. Tabel Kecamatan
1) Nama File

: kec_padang.pgsql

2) Isi

: Data Atribut Kecamatan

100

3) Primary Key

: oid

4) Foreign Key

: id_kab, the_geom

Tabel 4.19 Tabel kec_padang


Nama Field

Type

Lebar

Keterangan

*oid

Integer

10

Penomoran field sebagai primary key

id_kec

Varchar

11

Id Kecamatan sebagai primary key

nama_kec

Varchar

30

Nama Kecamatan

type_kab

Varchar

20

Tipe shp Kecamatan

Sumber_kab

Varchar

50

Sumber data Kecamatan

Id_kab

Varchar

20

Foreign Key

The_geom

Geometry

Nilai geometri dari data kabupaten


sebagai Foreign Key

5. Tabel Radarserpong
1) Nama File

: Radarserpong.pgsql

2) Isi

: Data radarserpong

3) Primary Key

: oid

4) Foreign Key

: the_geom
Tabel 4.20 Tabel Radarserpong

Nama Field

Type

Lebar

Keterangan

*oid

Integer

default

Id

Integer

default Id Kecamatan sebagai primary key

rainrate

Varchar

30

tahun

Integer

Tahun pengamatan

bulan

Varchar

10

Bulan Pengamatan

tanggal

Integer

Penomoran field sebagai primary


key

Skala rainrate

Tanggal Pengamatan

101

Jam

Integer

Jam pengamatan

menit

Integer

Menit Pengamatan

The_geom

Geometry

Nilai geometri dari data kabupaten


sebagai Foreign Key

6. Tabel RadarPadang
1) Nama File

: RadarPadang.pgsql

2) Isi

: Data radarserpong

3) Primary Key

: oid

4) Foreign Key

: the_geom
Tabel 4.21 Tabel RadarPadang

Nama Field

Type

Lebar

Keterangan

Oid

Integer

default Penomoran field sebagai primary key

Id

Integer

default Id Kecamatan sebagai primary key

rainrate

Varchar

30

tahun

Integer

Tahun pengamatan

bulan

Varchar

10

Bulan Pengamatan

tanggal

Integer

Tanggal Pengamatan

Jam

Integer

Jam pengamatan

menit

Integer

Menit Pengamatan

The_geom

Geometry

Nilai geometri sebagai Foreign Key

Skala rainrate

7. Tabel spatial_ref_sys
1) Nama File

: spatial_ref_sys.pgsql

2) Isi

: Data atribut referensi spasial

102

3) Primary Key

: srid

Tabel 4.22 Tabel spatial_ref_sys


Nama Field
Type
Lebar

Keterangan

srid

Integer

Default primary key

auth_name

Varchar

256

auth_srid

Integer

srtext

Varchar

2048

Tahun pengamatan

proj4text

Varchar

2048

Bulan Pengamatan

Id Kecamatan sebagai primary key


Skala rainrate

8. geometry_columns
1) Nama File

: geometry_columns.pgsql

2) Isi

: Data atribut geometry

3)

Primary Key

: f_table_schema,

f_table_name, f_table_catalog, f_geometry_column


4) Foreign Key

: oid, srid

Tabel 4.23 Tabel geometry_columns


Nama Field

Type

Lebar

Keterangan

Oid

integer

f_table_catalog

varchar

256

primary key

f_table_schema

varchar

256

primary key

f_table_name

varchar

256

primary key

f_geometry_column

varchar

256

primary key

default Foreign Key

103

coord_dimension

integer

Srid

integer

Type

varchar

Foreign key
30

b. Non-Spasial
Rancangan basis data non-spasial terdiri dari dua tabel yaitu tabel data
pengguna serta tabel komentar untuk menyimpan saran dan pesan dari
pengguna.
1.

Tabel Pengguna
1) Nama File

: pengguna.pgsql

2) Isi

: Data Atribut pengguna

3) Primary Key

: id_user
Tabel 4.24 Tabel pengguna

Nama Field

Type

Lebar

id_user

varchar

50

Primary key

Pass

varchar

50

Password pengguna

Nama

Text

Nama pengguna

Email

Text

Email pengguna

Tlpn

Text

Telepon pengguna

Instansi

Text

Instansi pengguna

Keperluan

Text

Keperluan pengguna terhadap data

2.

Keterangan

Tabel komentar
1) Nama File

: komentar.pgsql

104

2) Isi

: Data komentar pengguna

3) Primary Key

: id

Tabel 4.25 Tabel komentar


Nama Field
Type
Lebar
10

Keterangan

Id

Integer

Primary key

Nama

Text

Nama pengguna

Email

Text

Email pengguna

Pesan

Text

Komentar pengguna

4.1.4 Desain Struktur Menu Webgis


Desain struktur menu pada webgis radar cuaca ini bertujuan untuk
menentukan menu-menu yang diperlukan dalam aplikasi yang akan dibangun
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Webgis ini terdiri dari webfront
atau halaman pembuka yang akan menghubungkan pengguna dengan webgis.
Karena produk aplikasi yang dihasilkan adalah prototipe untuk sistem yang akan
dikembangkan nantinya, maka menu pada sistem ini dirancang secara sederhana.
Halaman pembuka pada web ini terdiri dari beberapa menu utama yaitu
halaman pembuka (Home), About, Download, Gallery, Contact Us, serta beberapa
menu pendukung yang menghubungkan ke halaman web pendukung lainnya,
seperti website UIN Jakarta, website Neonet dan beberapa web pendukung
lainnya. Gambar 4.11 adalah gambaran hierarki struktur menu webgis radar cuaca:

105

Gambar 4.11 Struktur Menu


4.1.5 Desain Antar Muka Pengguna
Desain antar muka pengguna (user interface) bertujuan untuk menemukan
bentuk yang paling optimal untuk tampilan webgis radar cuaca. Sehingga interaksi
pengguna dengan sistem dapat berjalan dengan baik, dan sistem dapat memenuhi
kebutuhan pengguna.
Rancangan desain antar muka yang akan digunakan pada web GIS radar
cuaca ini adalah seperti pada Gambar 4.12.

106

(a)

b)

(c)

(d)

(e)

(f)

107

(
(g)

h)

(i)

Gambar 4.12 Rancangan tampilan (a)halaman home, (b)halaman Radar Serpong,


(c)halaman Radar Padang, (d)halaman login user, (e) halaman registrasi user, (f)
halaman download data, (g) halaman Gallery, (h) halaman About us, (i)halaman
Contact Us

4.3

Pembentukan Prototipe
Pembentukan prototipe dapat diartikan sebagai tahapan implementasi dari

rancangan sistem yang telah ditentukan sebelumnya. Proses pembentukan


prototipe pada webgis radar cuaca ini meliputi beberapa tahapan yaitu:
4.2.1 Pembuatan Database

108

Database yang digunakan pada webgis ini adalah PostGRE SQL 8.3,
dengan langkah-langkah pengerjaan sebagai berikut;
1.

Buka aplikasi PostGRE melalui start menu program files PostGRE


SQL 8.3 PgAdmin III.

2.

Klik close pada layar tips of the day atau klik next tip untuk membaca
beberapa keterangan mengenai PostGRE SQL.

3.

Klik ganda pada postgreSQL 8.3 (Gambar 4.13), kemudian masukkan


password yang telah ditentukan pada saat instalasi postgre, default password
yang ditentukan oleh postgre adalah root. Kemudian klik ok.

Gambar 4.13 Halaman Utama pgAdmin III


4.

Klik edit pada menu bar kemudian pilih new object new database.
Selanjutnya masukkan data mengenai database yang akan dibangun. Pada
web ini database dibangun dengan nama DBRadar, dengan menggunakan
template postgis dan owner postgres, seperti pada Gambar 4.14.

109

Gambar 4.14 data new database


5.

Setelah database berhasil dibuat, klik kanan pada DBRadar schema


public kemudian klik new object kemudian pilih new table, seperti Gambar
4.15.

Gambar 4.15 Create New Table


6.

Kemudian masukkan nama tabel yang akan dibuat

110

Gambar 4.16 Data Tabel Baru


7.

Klik columns yang ada pada menu bar untuk membuat, menambah, maupun
menghapus kolom yang ada pada tabel.
Menu bar columns

Untuk membuat
atau menambah
kolom

Gambar 4.17 Halaman Kolom


8.

Kemudian klik add dan masukkan atribut kolom yang diinginkan pada
tampilan new columns. Jika semua kolom yang dibutuhkan telah dibuat
klik ok.

111

Gambar 4.18 Data Kolom Baru


9.

Untuk menghapus kolom yang telah dibuat klik kolom yang telah dibuat
kemudian klik Remove, dan klik yes pada box klarifikasi untuk menghapus
kolom.

Untuk menghapus
kolom

Gambar 4.19 Daftar Kolom


Setelah semua tabel beserta atributnya selesai dibuat. Selanjutnya adalah
mengkonversikan data shapefile kedalam format basis data spasial.

4.2.2 Konversi Data


Konversi data dilakukan untuk menyamakan format data yang akan
ditampilkan dalam web GIS ke dalam format basisdata spasial (format pgsql).

112

Dengan mengkonversikan data ke dalam basisdata spasial, ukuran data menjadi


lebih kecil, data terintegrasi dan tersimpan dengan baik serta menjadikan data
lebih mudah diakses.
Proses konversi sebenarnya sudah terjadi sebelum data radar diterima di
server NEONet, proses ini terjadi pada radar itu sendiri yaitu konversi dari format
binary ke dalam format

Image. Konversi data dilakukan dengan mengubah

format data dari Image menjadi shapefile dengan menggunakan generator yang
telah tersedia di server NEONet.
Selanjutnya data radar dan peta administrasi dikonversikan dari format
shapefile (shp) ke dalam format basis data spasial (pgsql), dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1.

Buka program command prompt melalui start menu run


kemudian ketik cmd dan klik ok. Kemudian masuk ke direktori postgre sql
hingga ke direktori bin (Gambar 4.20).

Gambar 4.20 Command Prompt


2.

Ketik dir kemudian tekan enter untuk mengetahui content


dari direktori bin (Gambar 4.21). Direktori bin merupakan tempat

113

penyimpanan data dan fungsi-fungsi postgre yang dapat dieksekusi sesuai


dengan kebutuhan pengguna.

Gambar 4.21 Direktori Bin


3.

Ketik shp2pgsql.exe kemudian tekan enter (Gambar 4.22)


untuk merubah format shapefile menjadi pgsql. Sehingga layar akan
menampilkan aturan pengetikkan sintak untuk mengkonversi file, serta
beberapa option atau pilihan fungsi pendukung yang dapat digunakan
sebagai alternatif tabel database yang akan dihasilkan.

aturan penulisan sintak

Pilihan fungsi (options)

114

Gambar 4.22 shp2pgsql.exe


4.

Selanjutnya file dapat langsung dikonversikan dari shapefile ke


dalam format sql, kemudian dikonversikan lagi ke dalam format postgres sql
(pgsql) dengan menggunakan syntax seperti Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Import Shapefile


5.

Dengan demikian table hasil konversi data dari shapefile ke


dalam format pgsql telah berhasil dibentuk seperti pada Gambar 4.24.

115

Gambar 4.24 Tabel Data Spasial


Proses konversi manual ini kemudian di-generate menjadi program
sederhana dalam format bat file (*.bat) yang disebut generator. Generator ini
berfungsi mengkonversi

setiap file radar baru secara otomatis ke dalam

format pgsql dengan interval enam menit. Alur kerja generator otomatis ini
dijelaskan pada Gambar 4.25 berikut:

Gambar 4.25 Alur Kerja Generator Radar


Pada Gambar 4.25 dianalogikan bahwa shp radar masuk ke dalam
direktori server setiap enam menit melalui jaringan internet, namun pada
skripsi ini karena keterbatasan jaringan maka shp radar akan di-input ke
dalam direktori server secara manual. Kemudian generator akan membaca
adanya file baru dalam direktori, dan menyalin file tersebut ke dalam direktori
baru yaitu direktori conv. Selanjutnya semua file dalam direktori conv akan
otomatis dikonversi ke dalam format database spasial. Hasil konversi
disimpan pada database DB_Radar dalam dua tabel yang berbeda, yaitu tabel
yang menyimpan semua data dan tabel yang hanya menyimpan data terbaru.
Tabel yang hanya menyimpan data terbaru inilah yang ditampilkan pada
webgis radar.

116

4.2.3 Pembuatan Webmapping


Webmapping adalah proses menampilkan peta spasial dalam aplikasi
berbasis internet. Proses ini menggunakan perangkat lunak MS4W yang
dikhususkan bagi sistem operasi windows dan menggunakan kamap sebagai
framework-nya.
Tahapan pembuatan webmapping webgis radar cuaca adalah sebagai
berikut:
MS4W
Proses pertama yang diperlukan dalam pembuatan webmapping adalah
menginstall ms4w. perangkat lunak ini dapat di-download secara gratis di situs
resmi mapserver3, aplikasi ini dapat di download dalam versi lengkap atau paket
(sudah termasuk aplikasi apache webserver,php,pgsql,gmap) seperti file
ms4w_1.2.2.zip atau ms4w_1.0.1.zip maupun file tunggal (hanya aplikasi ms4w)
seperti file ms4w-4.4.0-win32-php4.3.7.zip. MS4W yang digunakan pada
pengembangan ini adalah ms4w_1.2.2.zip. Karena pada versi paket ini terdapat
aplikasi php.
1) Untuk meng-install ms4w ekstrak file ms4w_1.2.2.zip pada direktori C:\
sehingga menjadi C:\ms4w, setelah itu double-click pada apache-install.bat
untuk instalasi aplikasi web server-nya.

http://mapserver.gis.umn.edu/download

117

Gambar 4.26 Install Apache


2) Untuk memeriksa hasil instalasi jalankan browser (IE, firefox, opera atau
aplikasi browser lainnya) dengan mengetikkan http://localhost/. Kita dapat
menggunakan program Apache Monitor untuk mengontrol web server
Apache dengan lebih mudah. Jalankan program ApacheMonitor.exe pada
direktori C:\ms4w\Apache\bin klik kanan lalu pilih Create Shortcut.

Mapfile
Mapfile digunakan untuk menampilkan data spasial yaitu peta administrasi
wilayah Serpong dan Padang sebagai peta dasar dan menampilkan peta hujan
untuk wilyah jangkauan radar Serpong dan Padang. Dimana semua peta tersebut
sudah dalam format pgsql. Sehingga pada setiap layer dalam mapfile ditambahkan
script seperti berikut:

LAYER
NAME 'radarserpong'
CONNECTIONTYPE postgis

118

CONNECTION

"user=postgres

dbname=DBRadar

password='root'

host=localhost"
DATA "the_geom from radarserpong"
OPACITY 60
PROJECTION
"+proj=latlong"
"+ellps=WGS84"
END #end projection
METADATA
"DESCRIPTION" "Radar"
"RESULT_FIELDS" "rainrate"
"RESULT_HEADERS" "rainrate"
"ows_title" "Radar"
END

Jika ingin menggunakan template dalam penyajian mapfile, buat template


dalam format htm atau html (template.html). Kemudian di dalam mapfile
tambahkan baris template, seperti:
WEB
TEMPLATE 'map.html'
IMAGEPATH '/ms4w/tmp/ms_tmp/'
IMAGEURL '/ms_tmp/'
END

KaMap
Kamap yang digunakan pada aplikasi ini adalah versi 1.0. Langkahlangkah penggunaan modul kamap dalam aplikasi web gis adalah sebagai berikut:
1) Download paket modul kamap secara gratis dari situs resmi http://kamap.maptools.org/. Pada sistem ini digunakan KaMap versi 1.0.

119

2) Unzip file ke dalam suatu sub-direktori sementara sehingga akan


menghasilkan beberapa file dan sub-direktori seperti berikut: (1) file
/ms4w/apache/htdoc/ka-map.pkg.html, (2) file /downloads/ms4w/http.d/
httpd_ka-map.conf, dan (3) sub-direktori /ms4w/apps/ka-map-1.0.
3) Salin sub-direktori ka-map-1.0 ke direktori webserver yang diinginkan,
contoh c:/ms4w/apache/webgisradar/. Kemudian ganti nama sub-direktori
tadi menjadi kamap.
4) Salin file ka-map.pkg.html ke dalam direktori c:/ms4w/apache/htdoc.
5) Salin file /downloads/ms4w/http.d/httpd_ ka-map.conf ke dalam subdirektori mapserver c:/ms4w/http.d/. Edit file ini sesuai dengan konfigurasi
yang sebenarnya, seperti berikut ini :
Alias /kamap "/ms4w/apps/WebgisRadar/kamap/htdocs"
<Directory "/ms4w/apps/WebgisRadar/kamap">
AllowOverride None
Options Indexes FollowSymLinks Multiviews
Order allow,deny
Allow from all
</Directory>

6) Buka file ../htdocs/kamap/include/config.php, kemudian sesuaikan kode


(versi atau nama file DLL) yang berhubungan dengan setting pustaka PHP
dan modul GD dengan lingkungan MapServer (lihat di dalam sub-direktori
c:/ms4w/apache/php/extentions/).
7) Kemudian edit file config.php untuk mendeklarasikan data lokasi mapfile,
format image, skala dan lain-lain. Data ini diisimpan dalam variabel

120

$aszMapfile sebagai fungsi array. Setelah selesai test dengan menggunakan


browser dengan alamat http://localhost/kamap/.
4.2.4 Pembangunan Web Front
Pembuatan web Front sistem ini menggunakan software Macromedia
Dreamweaver MX 2004, berikut adalah tampilan jendela Macromedia
Dreamweaver saat pertama kali digunakan pada Gambar 4.27:
Insert Bar

Document Toolbar

Tag Selector

Property

Coding Area

Panel

Design Area

Gambar 4.27 Main Menu Macromedia Dreamweaver


Macromedia Dreamweaver digunakan untuk memudahkan dalam proses
pembuatan rancangan tampilan antar muka pengguna beserta source code-nya.
Hasil dari pembuatan rancangan kode interface ini disimpan dalam format *.php
atau *.htm. Namun dalam web ini setiap halaman utama disimpan dalam format
*.php untuk mendukung fungsi php pada coding web. Gambar 4.28 merupakan

121

salah satu contoh fungsi Macromedia Dreamweaver dalam membuat tampilan


menu web database:

Gambar 4.28 Tampilan Menu Utama Web


Setelah semua tampilan dan coding program diselesaikan dengan baik, file
disimpan dalam satu folder pada C:/ms4w/apps/. Kemudian edit file konfigurasi
MS4W httpd.conf yang terdapat pada direktori C:/ms4w/Apache/conf sehingga
terlihat seperti script berikut:
Alias /WebgisRadar "C:\ms4w\apps\WebgisRadar"
<Directory "C:\ms4w\apps\WebgisRadar">
AllowOverride None
DirectoryIndex ndex.htm
Options None
Order allow,deny
Allow from all
</Directory>

122

Fungsi script tersebut adalah untuk memanggil halaman utama web dengan alamat
http://localhost/WebgisRadar/. Tampilan layar yang terdapat dalam web GIS
radar cuaca dilampirkan pada lampiran.

4.4

Prototipe Webgis
Prototipe sistem hasil perancangan dan analisa sistem adalah berupa webgis

radar cuaca dengan tampilan halaman utama seperti terlihat pada Gambar 4.29.

KLik Menuju
halaman radar

Gambar 4.29 Halaman Utama


Menu pembuka pada halaman utama prototipe radar menampilkan gambar
peta Indonesia yang menampilkan lokasi-lokasi radar. Apabila salah satu halaman
ini di klik maka akan menuju ke halaman radar Serpong ataupun radar Padang.
Pada halaman ini juga terdapat button atau tombol menuju halaman lain, yaitu
menuju halaman About, Download,Gallery, dan Contact. Tampilan
untuk setiap halaman tersebut digambarkan pada Gambar 4.30.

123

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4.30 Tampilan Halaman (a) About, (b) Download, (c) Galery, (d)
Contact

Pada Halaman About (Gambar 4.30 (a)) ditampilkan mengenai radar dan
program HARIMAU secara singkat. Hal ini diperlukan untuk memperkenalkan
teknologi radar kepada pengguna sehingga pengguna tidak hanya menggunakan
data radar tetapi juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan teknologi radar
saat ini.

124

Halaman selanjutnya adalah halaman Download [lihat Gambar 4.30 (b)].


Halaman ini adalah halaman untuk download data radar, pengguna dapat
mengunduh data radar sesuai dengan kebutuhan, namun sebelumnya pengguna
diminta untuk melakukan login terhadap sistem. Hal ini diperlukan untuk
mendapatkan history pengunduhan data yang dilakukan oleh pengguna. Pengguna
yang tidak memiliki account dapat melakukan registrasi secara gratis. Halaman
untuk registrasi pengguna digambarkan seperti pada Gambar 4.31.

Gamba
r 4.31 Halaman Registrasi
Pada halaman ini pengguna diminta untuk mengisi data-data untuk
mengetahui identitas dan kepentingan pengguna terhadap data yang akan diunduh.
Setelah melakukan registrasi pengguna dapat melakukan login dan masuk ke
dalam halaman download data. Tampilan halaman download data pada radar
Serpong dan Padang ditunjukkan pada Gambar 4.32.

125

(a)

(b)

(c)
(d)

Gambar 4.32 Tampilan halaman (a) Pilih radar, (b) Data Serpong, (c) Download
Data Serpong, (d) Data Padang
Pada download data, pengguna dapat memilih data radar mana yang akan
diunduh (Gambar 4.32.a). Pengguna dapat memilih untuk menngunduh data radar
Serpong atau Padang, kemudian dapat memilih kembali data pada tanggal, bulan
dan tahun apa yang akan diunduh. Data hasil unduhan yang diperoleh oleh
pengguna berupa data spasial dengan format shp, shx, dan dbf.

126

Halaman lainnya adalah halaman contact (Gambar 4.32 [d]) yang dapat
digunakan pengguna untuk menghubungi administrator web. Sedangkan tampilan
untuk webgis radar adalah seperti Gambar 4.33.

Gambar 4.33 Tampilan Webgis Radar Serpong


Pada halaman ini ditampilkan curah hujan secara realtime dari radar
Serpong. Curah hujan ditunjukkan oleh point-point kecil yang ada pada peta
administrasi. Pengamatan dilakukan pada ketinggian 2000 meter dari permukaan
tanah. Sehingga terkadang adanya distorsi jarak jatuhnya titik hujan apabila terjadi
angin di bawah ketinggian 2000 meter. Pada Gambar 4.33 juga diperlihatkan
daerah jangkauan radar dalam lingkaran dengan radius 200 km dari titik pusat
radar Serpong pada koordinat 106.7 BT dan -6.4 LS.
Pada layar Web GIS radar di atas, terdapat sub menu yang mengantarkan
pengguna untuk kembali ke halaman depan dan ke halaman bantuan penggunaan
web GIS ini. Layar Web GIS mempunyai button yang dapat digunakan untuk

127

mengoptimalkan fungsi kendali peta. Berikut ini merupakan penjelasan dari


button tersebut:
1. Tombol zoom, terdapat empat jenis tombol zoom pada layar peta ini yang
pertama adalah zoom in

yang digunakan untuk memperbesar tampilan

peta. Kedua, tombol zoom out

yang berfungsi untuk memperkecil

tampilan peta. Menu zoom lainnya adalah rubber zoom

untuk

memperbesar tampilan peta pada area tertentu dan zoom to full extents
untuk menampilkan peta secara penuh.
2. Tombol map info

untuk menampilkan informasi mengenai peta di

sebelah kiri peta.


3. Tombol

untuk menampilkan legenda peta pada layar di sebelah peta.

4. Tombol

untuk mencetak peta yang ada pada layar peta dalam format pdf.

5. Tombol

untuk menggeser tampilan peta sesuai dengan keinginan.

6. Pilihan untuk mengatur skala peta pada menu

skala

dapat dipilih dari 1:1000000 hingga 1:40000000.


7. Tombol
8. Tombol
9. Tombol

untuk menampilkan query peta.


untuk melakukan pencarian daerah melalui database.
untuk mengirimkan tampilan peta dalam format gambar (*.jpg)

melalui email kepada seseorang.

128

10. Selain tombol-tombol tersebut, terdapat juga beberapa fungsi yang dapat
dilakukan dengan bantuan mouse,

seperti memperbesar peta dengan

melakukan klik ganda pada peta, atau klik kanan untuk melakukan drag and
drop peta.
11. Selain itu, tampilan peta juga dapat diatur dengan menggunakan tomboltombol pada keyboard, tombol-tombol tersebut antara lain :
a.

untuk memperbesar tampilan peta, melihat peta lebih dekat dan lebih
rinci.

4.5

b.

untuk memperkecil tampilan peta.

c.

untuk menggeser tampilan peta ke arah kiri.

d.

untuk menggeser tampilan peta ke arah kanan.

e.

untuk menggeser tampilan peta ke arah atas.

f.

untuk menggeser tampilan peta ke arah bawah.

Testing Sistem
Pada tahapan ini dilakukan pengujian coding dan interface webgis radar

cuaca. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah aplikasi yang dibuat telah
mencakup seluruh fungsi dan bekerja sesuai dengan yang diinginkan atau masih
adakah perbaikan dan penyempurnaan yang perlu dilakukan.
Webgis radar cuaca dapat dijalankan pada browser Internet Explorer,
Mozilla Firefox, Opera dan Google Chrome. Namun untuk tampilan yang

129

maksimal disarankan menggunakan Mozilla Firefox karena lebih compatible


dengan sistem. Karena web ini baru ter-install pada server lokal, maka pengujian
sistem menggunakan server lokal (localhost) dengan alamat http://localhost/
WebgisRadar/.
Pengujian yang dilakukan penulis menggunakan dua metode yaitu metode
black box dan white box. Adapun hasil pengujian adalah sebagai beriku:
1. Metode Black Box
Metode Black Box testing dipilih karena berfokus pada persyaratan
fungsional (Pressman, 1997). Dengan demikian memungkinkan diperoleh
serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan
fungsional untuk suatu program. Sehingga dapat diketahui apakah proses yang
dilakukan dapat sesuai dengan hasil yang ingin diperoleh. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1) Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang.
2) Kesalahan interface.
3) Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal.
4) Kesalahan kinerja sistem.
Tabel 4.26 berikut ini merupakan tabel hasil pengujian Webgis Radar
Cuaca secara realtime untuk studi kasus radar Serpong dan Padang :
Tabel 4.26 Pengujian Sistem
No

Nama Kegiatan / Test


Menu Utama Web
(home)

Hasil yang diharapkan

Masuk kehalaman home

Hasil
Test
Sesuai

Ket

130

Masuk ke halaman webgis


2

Klik pada icon Serpong

radar untuk wilayah

Sesuai

Serpong berbasis spasial.


Masuk ke halaman webgis
3

Klik pada icon Padang

radar untuk wilayah

Sesuai

Padang berbasis spasial.


9.

Klik navigasi Zoom In

10. Klik navigasi Zoom Out

Perbesar tampilan peta

Sesuai

Perkecil tampilan peta

Sesuai

Peta
11. Klik navigasi Full Extent

jangkauan

pengamatan

Radar

Serrpong

terlihat

Sesuai

seluruhnya
Wilayah kecamatan yang
12. Klik navigasi Query

di-klik akan ditampilkan


informasi

objek

yang

Sesuai

berada di dalamnya
13

Arahkan Cursor
peta

14

Klik Search

15

Option Padang

16

Option Serpong

17

Klik Download

pada Mengetahui

informasi

wilayah
Menampilkan daerah yang
dicari
Menampilkan Peta Padang
Menampilkan Peta
Serpong
Masuk ke halaman
download data

Sesuai

Sesuai
Sesuai
Sesuai

Sesuai

Masuk ke dalam halaman


18

Menu About

about radar sistem dan


program kerjasama

Sesuai

observasi cuaca
19

Menu Download

Masuk ke dalam Halaman

Sesuai

131

login
20

21

22

23

24

Klik Register for free

Menampilkan pesan

kemudian klik Go

kesalahan

Pengisian form Registrasi

Menampilkan pesan sukses

kemudian klik Go

silahkan login

Mengisi form login dan


klik login

download

27

Menu Contact

30

Klik pada icon UIN

31

Klik pada icon BPPT

32

Klik icon mapserver

Sesuai

Sesuai

Data
valid

user

Download data sesuai


dengan query pengguna
Masuk ke halaman galeri
foto
Masuk ke halaman Contact
Us

admin web.

Sesuai

Sesuai
Input
Sesuai

data

Input
Sesuai

data
invalid

jendela

baru

untuk website UIN


Membuka jendela baru ke
halaman website NEONet
Membuka

Sesuai

valid

kesalahan
Membuka

user
valid

Klik Send pada Menu Menampilkan pesan


contact

invalid

Data

Klik Send pada Menu Mengirim pesan kepada


contact

Sesuai

Data

invalid

klik login

Menu Gallery

Sesuai

Kembali ke halaman login

Masuk ke halaman

26

Sesuai

Data

Mengisi form login dan

Klik download

29

pengguna

Pengisian form Registrasi

25

28

Masuk ke halaman daftar

jendela

baru

Sesuai

Sesuai
Sesuai

132

halaman

website

mapserver

2. Metode White Box


Pengujian dilakukan pada sistem dengan lebih memperhatikan di
dalam source code sistem yang dibuat, agar dapat mengetahui pada browser
apa saja sistem ini dapat berjalan normal. Tabel 4.27 merupakan tabel dari
hasil uji coba program menggunakan metode white box.
Tabel 4.27 Pengujian Metode White
Hardware

Pengujian

Hasil

Sistem Operasi Windows

Kurang baik

XP Profesional SP2
Internet Explorer 6.0
Laptop monitor 14 inchi,
Sistem Operasi Windows
resolusi layar 1024 x 768
pixels

Sangat Baik

XP Profesional SP2
Mozila Firefox
Sistem Operasi Windows

Kurang Baik

XP Profesional SP2
Google Crome

Setelah melakukan pengujian terhadap sistem diperoleh produk rekayasa


web GIS radar cuaca. Produk ini nantinya dapat dikembangkan ataupun
diintegrasikan ke dalam sistem lain yang lebih komplek. Sesuai dengan

133

pembatasan masalah pada penulisan skripsi ini, maka prototipe yang dihasilkan
tidak dikembangkan ataupun diintegrasikan ke dalam sistem lain karena
keterbatasan waktu.
Namun untuk pengembangan, pengintegrasian dan penerapan sistem ini
dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan seperti pada pengembangan
sistem lainnya. Adapaun tahapan tersebut antara lain adalah:
1. Perencanaan dan inisiasi masalah
2. Analisa kebutuhan yang ingin dipenuhi.
3. Desain pengembangan aplikasi.
4. Implementasi sistem yang telah didesain dan testing aplikasi yang telah
dikembangkan.
5. Pemeliharaan aplikasi dan pengembangan lebih lanjut.

134

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan :
1. Pembangunan Web GIS radar cuaca secara realtime yang informatif dapat
dilakukan dengan menggunakan mapserver serta beberapa tools tambahan
seperti Kamap yang dapat menunjang pembangunan webgis.
2. Permasalahan manajemen data radar cuaca berbasis spasial yang komplek,
yang

sering

kali

dijumpai

pengguna

dapat

diselesaikan

dengan

pembangunan basis data spasial secara penuh dengan pemanfaatan database


POSTGRE SQL.
3. Dengan adanya web GIS radar cuaca, data radar dapat didistribusikan
dengan baik kepada pengguna dengan menghilangkan aspek jarak dan
waktu dengan pemanfaatan jaringan internet.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis
mengajukan beberapa saran antara lain :
1. Pengembangan sistem secara menyeluruh dengan mengintegrasikan data
radar dengan data cuaca lainnya seperti satelit atau BMKG.

135

2. Proses pengembangan sistem dilanjutkan hingga tahap implementasi sistem


pada jaringan internet secara global sehingga informasi radar cuaca bisa
sampai kepada masyarakat luas.
3. Data radar pada sistem ini dapat dikembangkan dan dikaji lebih jauh untuk
membuat early warning system bahaya banjir.

134

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta


Al Fatta, Hanif. 2007. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi untuk
Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Edisi I.
Yogyakarta : Andi
Barus, Baba. 1996. Sistem Informasi Geografi. Bogor : Laboratorium
Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Hartono, Jogiyanto. 2005. Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta:
Andi Offset
Jogiyanto H.M. 2001. Analisis & Design Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta
Jogiyanto, Prof.Dr. HM,MBA, Akt. 2007. Sistem Teknologi Informasi. Edisi II.
Yogyakarta : Andi
Ladjamudin, bin Al-Bahra. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
McLeod, Raymond. 2001. Management Information Systems. 8th Edition. Prentice
Hall International.
Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Sistem
Informasi Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung.
Prahasta, Eddy. 2007. Sistem Informasi Geografis, Membangun Aplikasi WebBased GIS dengan MapServer. Bandung : Informatika Bandung
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis, Konsep-Konsep Dasar
(Perspektif Geodesi dan Geomatika) . Bandung : Informatika Bandung
Pramono, Andi & M.Syafii. 2005. Kolaborasi Flash, Dreamweaver, dan PHP
untuk aplikasi Website. Edisi I. Yogyakarta: Andi.
Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan praktisi (buku
I). Yogyakarta: Andi.

135

Pohan, Ryan Fahreza. 2008. Pengembangan Sistem Informasi Inventori Berbasis


Jaringan Local Area Network (LAN) Pada pt. Mitra mega semesta
(doctorabbit). Skripsi UIN Jakarta
Sidik, Bheta Ir. 2006. Pemograman Web dengan PHP. Cetakan II. Bandung :
Informatika Bandung
Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley and Kevin C. Dittman. 2004. Metode
Desain & Analisis Sistem. Edisi keenam. Mc Graw Hill Education.
Yogyakarta: Andi.
Wibowo, Agus. 2009. Pelatihan WebGIS dengan Mapserver, PostGRESQL,
Postgis, dan mapbender. http://aw3126.blogspot.com (17/06/09 16:00
WIB)
http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=279&fname=materi2.html
(18/06/09 16:35 WIB)
http://www.everythingweather.com/weather-radar/Weather_radar.shtml (18/06/09
16:53 WIB)

Anda mungkin juga menyukai