LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2015
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH:
MUHAMAD HAKIMI BIN KASUAHDI
C 111 11 822
PEMBIMBING:
dr. ARNIS FANASARI
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama
Nim
: C 111 11 822
Universitas
: Universitas Hasanuddin
Makasar,
Disusun Oleh:
September 2015
PEMBIMBING :
dr Arnis Fanasari
LAPORAN KASUS
SIROSIS HEPATIS DEKOMPESATA
IDENTITAS PASIEN:
Nama
: Tn As
Tanggal Lahir
: 27-06-1970
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Takalar
PEMERIKSAAN FISIK:
Status Present: Sakit Sedang/ Gizi Cukup/ Compos Mentis
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Pernapasan
Suhu: 36,6'C
: 20 kali/ menit
IMT :18.06
: Tidak ada
Ukuran
: Normocephal
Gerakan
Mata:
Eksoftalmus : Tidak ada
Konjungtiva : Anemis (-)
Kornea
: Ikterus (+)
Pupil
Telinga:
Pendengaran : Dalam batas normal
Otorrhea
: Tidak ada
Hidung:
Epistaksis : Tidak ada
Rhinorrhea : Tidak ada
Mulut:
Bibir : Tidak kering, tidak pucat
Leher:
KGB : Tidak ada pembesaran
Dada:
Bentuk
Buah dada
Sela iga
Pulmo:
Palpasi
Perkusis
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas :
Edema pretibial ada bilateral, Eritema Palmaris ada bilateral, Flapping tremor
tidak ada.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium
Darah rutin :
WBC : 7.8 x 10'3
RBC : 3.61 x 106
HGB
: 11.3
HCT : 32.7 %
PLT : 106 x 10'3
GDS : 259
Ureum : 16
Creatinin : 0,8
SGOT : 144
SGPT : 141
Bilirubin total : 21.99
Bilirubin direk : 18.01
Protein total : 6.4
Albumin : 1.9
Hbs Ag : reaktif
Anti HCV : non reaktif
Urinalisa:
Protein : +++/500
Bilirubine : ++/5.1
Lekosit : ++/15
Sedimen lain-lain : bakteri (+)
Foto thorax PA:
Pleural reaction sinistra
USG Abdomen atas + bawah:
-Hepar: Mengecil, permukaan irregular, tip tumpul.
-GB: Distended, dinding tipis
RESUME:
Pasien datang ke IRD RSWS dengan keluhan perut membesar yang
disertai dengan pembengkakan pada kedua kaki sejak 2 minggu terakhir. Tidak
ada pembengkakan pada wajah. Perut dirasakan membesar disertai rasa penuh,
rasa kembung, penurunan selera makan, dan penurunan berat badan >18kg dalam
2 bulan terakhir. Mual, muntah dan nyeri perut tidak ada. Pasien juga mengeluh
demam dialami sejak 2 minggu yang lalu, tidak terus-menerus, mengigil tidak
ada, sakit kepala tidak ada. Tidak ada batuk atau sesak napas. BAB biasa warna
kuning, riwayat BAB hitam tidak ada. BAK warna seperti teh sejak 2 minggu
terakhir, ada riwayat sakit saat BAK sejak 4 hari yang lalu. Mata dan tubuh
tampak kuning sejak 2 minggu terakhir. Riwayat sakit kuning sebelumnya tidak
ada. Riwayat Diabetes mellitus selama 5 tahun, berobat dengan glibenclamide 2 x
2mg, sejak 2 minggu yang lalu pernah berobat insulin di takalar tapi tidak
diketahui dosisnya. Didapatkan adanya riwayat HCV dan riwayat diabetes
mellitus. Pola hidup, pasien tidak merokok dan tidak pernah konsumsi alcohol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sclera ikterus, palpasi abdomen didapatkan
ascites (shifting dullness), pada ekstremitas adanya adema pretibia bilateral dan
eritema palmaris bilateral.
ASSESSMENT :
1. Sirosis hepatis dekompensata CTP Class C ec HBV
2. Asites grade II
3. Hepatitis B virus
4. Diabetes Mellitus Tipe 2 Non Obese
5. ISK non komplikata
PLANNING :
A. Plan Diagnositik
-
B. Plan Terapi
-
Restriksi cairan
Diet Hepar
Furosemide 40mg/24jam/oral
Spironolactone 100mg/24jam/oral
Koreksi Hipoalbumin
Ciprofloxacin 500mg/12jam
GDS Pre-meal P, S, M.
PROGNOSIS :
Ad Sanationam : malam
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
FOLLOW UP:
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT
10.09.2015
T:110/70
mmHg
N:87 x/i
P:22 x/i
S:37.2 c
LP:94 cm
BB:68 KG
Perawatan Hari I
S: perut membesar (+)
O: anemis(-), ikterus(+),sianosis (-).
Bp: bronkovesikuler
Bt: Rh -/-, wh -/Jantung: BJ I/II murni reguler
H/L sulit dinilai, Shifting
dullness(+)
Ext: udem pretibial (+)/(+),
eritema palmaris (+)/(+)
INSTRUKSI DOKTER
R/
Furosemid
40
mg/pagi/24jam/oral
Spironolactan
100mg/pagi/24jam/oral
Maxiliv 1 kapsul /
12jam/intravena
HASIL LAB:
WBC : 7.8 x 10'3
Hb : 11
PLT : 106 x 10'3
GDS : 259
Ureum : 16
Creatinin : 0,8
SGOT : 144
SGPT : 141
Bilirubin total : 21.99
Bilirubin direk : 18.01
Protein total : 6.4
Albumin : 1.9
Hbs Ag : reaktif
Anti HCV : non reaktif
Anjuran :
-Koreksi albumin
-GDP,G2PP, HbA1C
Perawatan Hari II
S: perut membesar (+)
O: anemis(-), ikterus(+),sianosis (-).
Bp: bronkovesikuler
R/
Diet DM 1300 kkal &
Diet rendah garam 1gr/hari &
P:22x/i
S:36.6c
LP:94 cm
BB:68 kg
GDS : 352
Anjuran :
Ukur lingkar perut/hari
Ukur BB/hari
PT/APTT, DR,Elektrolit,
Alkaline fosfatase, Profil lipid
GDP, G2PP, HbA1C
GDS pagi, siang, malam
R/
Diet DM 1300 kkal &
Diet rendah garam 1gr/hari &
Diet hepar III
Novorapid 6-6-6
IU/subcutan
Furosemid 40
mg/pagi/24jam/oral
Spironolactan
100mg/pagi/24jam/oral
Ciprofloxacin
250mg/12jam/oral
GDS pagi, siang, malam
Kontrol albumin
Ukur lingkar perut/hari
Ukur BB/hari
HASIL LAB :
12.09.2015
T:120/80mmHg
N:80x/i
P:22x/i
S:37.2c
LP:94 cm
BB:68 kg
Anjuran :
CT-Scan abdomen
tanpa kontras
Albumin : 2.1
Ureum/Kreatinin :18/ 0.70
SGOT/SGPT : 230/154
A . Sirosis hepatis dekompensata
CTP Class C ec HBV
B. Hepatitis B virus
C. Diabetes Mellitus Tipe 2 Non
Obese
D. ISK non komplikata
E. Asites grade II
13.09.2015
T:120/80
mmHg
N:88x/i
P:20x/i
S:37c
BB : 67 kg
LP :93 cm
Perawatan Hari IV
S: perut membesar (+).
O: anemis(-), ikterus(+),sianosis (-).
Bp: bronkovesikuler
Bt: Rh -/-, wh -/Jantung: BJ I/II murni reguler
H/L sulit dinilai, Shifting
dullness (+)
Ext: udem pretibial (+)/(+),
eritema palmaris (+)/(+)
HASIL LAB:
GDP : 214
R/
-
Perawatan Hari V
S: perut membesar (+).
O: anemis(-), ikterus(+),sianosis (-).
Bp: bronkovesikuler
Bt: Rh -/-, wh -/Jantung: BJ I/II murni reguler
H/L sulit dinilai, Shifting
dullness(+)
Ext: udem pretibial (+)/(+),
eritema palmaris (+)/(+)
R/
-
100mg/pagi/24jam/oral
GDS pagi, siang,
malam
ukur lingkar perut/hari
ukur BB/hari
DISKUSI
Pasien masuk dengan keluhan perut membesar yang terjadi secara perlahanlahan akibat penimbunan cairan secara patologis ke dalam rongga peritoneum,
yang disebut asites. Asites bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan
suatu gejala. Mekanisme terjadinya suatu asites dapat disebabkan oleh adanya
hipertensi portal dan non hipertensi portal.
Asites pada sirosis hepatis terjadi akibat hipertensi portal (peningkatan tekanan
hidrostatik), hipoalbuminemia (penurunan tekanan onkotik), vasodilatasi perifer,
penurunan inaktifasi aldosteron oleh hati dan peningkatan sekresi aldosteron
(sekunder akibat peningkatan produksi renin).
Untuk membedakan asites dengan tumor, dilakukan pemeriksaan fisis
abdomen. Pada perkusi, didapatkan shifting dullness positif sehingga sudah dapat
dipastikan bahwa perut membesar yang dimaksud akibat penumpukan cairan
ronggga peritoneum (asites).
Asites dapat ditemukam pada berbagai penyakit, seperti sirosis hepatis, CHF,
CKD, SN, atau kondisi hipoalbuminemia. Pada anamnesis terpimpin kasus
didapatkan bahwa pasien tidak mengalami sesak sehingga bukan suatu CHF.
Selain itu, pada pemeriksaan penunjang diperoleh kadar ureum dan kreatinin
dalam batas normal, maka bukan merupakan suatu CKD. Selanjutnya, didapatkan
kadar bilirubin yang tinggi dalam urin, serta SGOT, SGPT, bilirubin direk, dan
indirek yang tinggi dalam darah, rasio albumin dan globulin yang terbalik. Dari
hasil pemeriksaan penunjang yang bermakna tersebut di atas, sangat khas untuk
penyakit sirosis hati. Oleh karena itu, pasien ini didiagnosis dengan penyakit
sirosis hepatis dekompesata, dimana gejala dan tanda klinis sudah mulai tampak,
seperti asites dan ikterus. Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi
tubuh terhadap kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala
sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan
rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera
makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun. Pada
kasus ini, berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan, didapatkan beberapa
gejala yang dapat mengarah pada keluhan yang sering didapat pada sirosis hati
yaitu terkait dengan kegagalan fungsi hati, diantaranya perut yang membesar dan
bengkak pada kedua kaki, air kencing yang berwarna seperti teh, ikterus pada
kedua mata dan kulit.
Untuk lebih memastikan bahwa pasien ini mengalami sirosis, maka dilakukan
pemeriksaan USG abdomen. Hasil dari pemeriksaan ini, didapatkan tanda-tanda
sirosis hepar, distended gall bladder, slight splenomegaly, efusi pleural bilateral
dan asites
Penyebab dari sirosis sangat banyak, antara lain alkohol, hepatitis virus, zat
hepatotoksik, penyakit autoimun, gagal jantung kanan kronik, dan masih banyak
lagi penyebab lainnya. Pada pemeriksaan HbsAg dan antiHCV, didapatkan HbsAg
positif dan anti HCV negatif, sehingga dapat diketahui penyebab dari sirosis
pasien ini adalah virus hepatitis B.
Penatalaksanaan awal pada pasien ini diberikan diet rendah garam dan terapi
asitesnya
diberikan
diuretik.
Oleh
karena
pada
pasien
sirosis
terjadi
TINJAUAN PUSTAKA
SIROSIS HEPATIS DEKOMPESATA
I.
Medium kimia yang aktif dari hati dikenal kemampuannya dalam melakukan
detoksifikasi atau ekskresi berbagai obat-obatan meliputi sulfonamid, penisilin,
ampisilin, dan eritromisin ke dalam empedu. Beberapa hormon yang disekresi
oleh kelenjar endokrin diekskresi atau dihambat secara kimia oleh hati meliputi
tiroksin dan terutama semua hormon steroid seperti estrogen, kortisol, dan
aldosteron.
-
Hati adalah organ venosa yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan
darah yang bermakna saat volume darah berlebihan dan mampu menyuplai darah
ekstra di saat kekurangan volume darah. Sinusoid hati merupakan depot darah
yang mengalir kembali dari vena cava (gagal jantung kanan). kerja fagositik sel
Kupffer membuang bakteri dan debris dari darah.
II.
III.
2. Etiologi
a. Penyakit
infeksi:
bruselosis,
ekinokokus,
skistosomiasis,
Patofisiologi
Gambaran patologi hati biasanya mengerut, berbentuk tidak teratur,
dan terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang
padat dan lebar. Gambaran mikroskopik konsisten dengan gambaran
makroskopik. Ukuran nodulus sangat bervariasi, dengan sejumlah besar
jaringan ikat memisahkan pulau parenkim regenerasi yang susunannya
tidak teratur. [2]
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan
adanya peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata
mempunyai
peranan
dalam
keseimbangan
pembentukan
matriks
awal
sirosis
sering
kali
dijumpai
tanpa
gejala
normositer,
hipokrom
mikrositer
atau
hipokrom
Pemeriksaan hati bisa dinilai dengan USG meliputi hati mengecil dan
nodular, permukaan irregular dan peningkatan ekogenitas parenkim
hati. Selain itu dapat melihat asites, splenomegali, trombosis vena
porta dan pelebaran vena porta, serta skrining adanya karsinoma hati
pada pasien sirosis.
VI.
Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas
sindrom
hepatopulmonal
terdapat
hydrothorax
dan
hipertensi
portopulmonal. [2]
VII. Penatalaksanaan
Sekali diagnosis Sirosis hati ditegakkan, prosesnya akan berjalan terus
tanpa dapat dibendung. Usaha-usaha yang dapat dilakukan hanya bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyulit-penyulit. Membatasi kerja fisik, tidak minum
alcohol, dan menghindari obat-obat dan bahan-bahan hepatotoksik merupakan
suatu keharusan. Bilamana tidak ada koma hepatic diberikan diet yang
mengandung protein 1g/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari. [2]
Penatalaksanaan sirosis dekompensata
i. Ascites
Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram
atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretic.
Awalnya
dengan
pemberian
spironolakton
dengan
dosis
100-200
mg
sehari.Respon diuretic bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari,
tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kaki. Bilamana pemberian
hidup selama satu tahun pada pasien. Angka kelangsungan hidup selama 1 tahun
untuk penderita sirosis dengan Child-Pugh A, B, dan C diperkirakan masingmasing 100, 80, dan 45% [2]
Daftar Pustaka
1. Raymon T. Chung, Daniel K. Podolsky. Cirrhosis and its complication. In:
Kasper DL et.al, eds. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th Edition.
USA : Mc-Graw Hill; 2005. p. 1858-62
2. Nurdjanah S. Sirosis hati. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K. MS, Setiati S,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 4436.
3. Wilson LM, Lester LB. Hati, saluran empedu, dan pankreas. In Wijaya C, editor.
Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Jakarta: ECG; 1994. p. 42663.
4. Guyton AC, Hall JE. The liver as an organ. In Textbook of medical physiology.
11th ed.: Elsevier; 2006. p. 859-64.
5. Netter FH, Machade CAG. Interactive atlas of human anatomy [Electronic
Atlas].: Saunders/Elsevier; 2003.
6. Amiruddin R. Fisiologi dan biokimia hati. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
K. MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. p. 415-9.
7. Porth CM. Alterations
in
hepatobiliary
function.
In
Essentials
of