Anda di halaman 1dari 10

30

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai pengaruh
pelaksanaan konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan
terhadap keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD telah dilaksanakan di
Desa Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis tahun
2010, hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Analisis univariat
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran atau
mendeskripsikan variabel-variabel yang diteliti, dalam penelitian ini
adalah pelaksanaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan dan keikutsertaan
ibu menjadi akseptor KB IUD, hasil penelitian akan disajikan dalam tabel
berikut ini :
a. Pelaksanaan Konseling KB dengan Alat

Bantu Pengambilan

Keputusan
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan
Konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan
di Desa Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar
Kabupaten Ciamis
tahun 2010
Pelaksanaan Konseling KB dengan
ABPK
Dilaksanakan sesuai standar
Tidak dilaksanakan sesuai standar
Jumlah

Frekuensi

Persentase

55
43
98

56,1
43,9
100

31

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar


pelaksanaan konseling KB dengan ABPK di Desa Bojongkondang
Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis tahun 2010 dilaksanakan
sesuai standar yaitu sebanyak 55 orang (56,1%).
b. Keikutsertaan Ibu Menjadi Akseptor KB IUD
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Ibu
Menjadi Akseptor KB IUD di Desa Bojongkondang
Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis
tahun 2010
Keikutsertaan Ibu menjadi
Akseptor KB
Ikut serta
Tidak ikut serta
Jumlah

Frekuensi

Persentase

54
44
98

55,1
44,9
100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di Desa Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar
Kabupaten Ciamis tahun 2010 ikut serta menjadi akseptor KB IUD
yaitu sebanyak 54 orang (55,1%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini adalah pengaruh
pelaksanaan konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan
terhadap keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD, hasil penelitian
sebagai berikut :

32

Tabel 4
Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Konseling KB dengan Alat
Bantu Pengambilan Keputusan Terhadap Keikutsertaan Ibu
Menjadi Akseptor KB IUD di Desa Bojongkondang
Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis
Tahun 2010
Pelaksanaan
Konseling KB
dengan ABPK
Dilaksanakan
sesuai standar
Tidak
dilaksanakan
sesuai standar
Jumlah

Keikutsertaan Ibu Menjadi Akseptor


KB IUD
Tidak ikut
Ikut serta
Total
serta
F
%
F
%
F
%
46

83,6

16,4

55

100

18,6

35

81,4

43

100

54

55,1

44

44

98

100

P value

0,000

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang


dilaksanakan konseling KB dengan ABPK sesuai standar sebanyak
46 orang (83,6%) ikut serta untuk menjadi akseptor KB IUD
dibandingkan dengan responden yang tidak dilaksanakan konseling
KB dengan ABPK tidak sesuai standar yaitu sebanyak 8 orang
(18,6%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square
diperoleh nilai hitung sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan
nilai (0,05), maka nilai hitung lebih kecil dari nilai (0,000 <
0,05). Artinya bahwa H0 ditolak, maka kesimpulannya adalah
terdapat pengaruh pelaksanaan konseling KB dengan ABPK
terhadap keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD di Desa

33

Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis


tahun 2010.
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan di Desa
Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis tahun 2010
sebagian besar ada pada kategori dilaksanakan sesuai standar yaitu sebesar
56,1 persen. Hal ini disebabkan karena bidan dalam menjelaskan tentang
jenis alat kontrasepsi kepada akseptor harus memperhatikan langkahlangkah yang ada dalam pedoman Alat Bantu Pengambilan Keputusan,
dengan tujuan supaya akseptor lebih mengerti dan memahami manfaat dan
kerugian dari berbagai jenis alat kontrasepsi, sehingga akseptor bisa
memilih jenis alat kontrasepsi yang diinginkan dalam hal ini adalah alat
kontrasepsi IUD.
Hal ini sejalan dengan pendapat Erfand (2008) yang menyatakan
bahwa pemilihan suatu metode, selain mempertimbangkan efektifitas, efek
samping, keuntungan dan keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada
suatu metode kontrasepsi, juga ada faktor-faktor individual calon akseptor
maupun faktor eksternal yang pada akhirnya mempengaruhi pengambilan
keputusan calon akseptor tersebut.
2. Keikutsertaan Ibu Menjadi Akseptor KB IUD

34

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagaian besar ibu


di Desa Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis
tahun 2010 ikut serta untuk menjadi akseptor KB IUD yaitu sebesar 55,1
persen. Hal ini disebabkan karena keinginan ibu menjadi akseptor KB IUD
di dukung oleh keluarga terutama suami, keikutsertaan ibu menjadi
akseptor KB IUD setelah mendapatkan bimbingan dan konseling dari
bidan tentang manfaat dari IUD.
Keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD merupakan bentuk
partisipasi ibu dalam mewujudkan program Keluarga Berencana, dengan
keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD ibu telah berpartisipasi dalam
menekan akan pertumbuhan penduduk. Akseptor KB merupakan anggota
masyarakat

yang

mengikuti

gerakan

KB

dengan

melaksanakan

penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi


menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase
penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan
atau kesuburan.
Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur
inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan
dapat meningkatkan angka kelahiran.
3. Pengaruh

Pelaksanaan

Konseling

KB

Keikutsertaan Ibu Menjadi Akseptor KB IUD

dengan

ABPK

Terhadap

35

Hasil analisis dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh nilai


hitung sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan nilai (0,05), maka nilai
hitung lebih kecil dari nilai (0,000 < 0,05). Artinya bahwa H0 ditolak,
maka kesimpulannya adalah terdapat pengaruh pelaksanaan konseling KB
dengan ABPK terhadap keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD di
Desa Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis tahun
2010. Hal ini disebabkan karena setelah ibu mengetahui tentang manfaat
alat kontrasepsi IUD melalui Alat Bantu Pengambilan Keputusan, ibu
mengerti dan memahami sehingga ibu merasa tertarik untuk memakai alat
kontrasepsi IUD, selain itu pendekatan secara personal antara bidan
dengan ibu, membuat ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi IUD.
Peran bidan dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada
masyarakat terutama kepada ibu yang menjadi akseptor KB sangatlah
penting, dengan menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi baik keuntungan
dan kerugian melalui ABPK akan memudahkan ibu untuk lebih
memahami tentang bermacam-macam alat kontrasepsi baik keuntungan
maupun kerugian dari jenis-jenis alat kontrasepsi termasuk alat kontrasepsi
IUD. Dengan adanya ABPK memudahkan bidan dalam menjelaskan
kepada akseptor KB tentang jenis-jenis alat kontrasepsi, ini karena di
dalam pedoman ABPK terdapat langkah-langkah atau kegiatan yang harus
dilakukan oleh bidan, dengan tujuan supaya akseptor KB benar-benar bisa
memilih jenis alat kontrasepsi yang diinginkan.

36

Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan


awal

(initial

acceptability)

dan

penerimaan

lanjut

(continued

acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan


persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lebih lanjut
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : umur, daerah (desa atau kota),
pendidikan dan pekerjaan, agama, motivasi, adat istiadat, dan tidak kalah
pentingnya sifat yang ada pada cara KB tersebut (Siswosudarmo, 2001).
Peran perempuan masih terbatas pada pengambilan keputusan di
dalam keluarga atau urusan domestik keluarga, sedangkan suami masih
berperan sebagai pengambil keputusan yang dominan serta mempunyai
anggapan bahwa suamilah yang harus dihormati dalam pengambilan
keputusan, karena sudah berlaku umum dalam masyarakat serta dianut
secara turun menurun sebagai kepala keluarga. Sedangkan pendidikan
formal maupun tidak formal sangat berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan dalam keluarga, dimana perempuan yang bekerja membantu
ekonomi keluarga yang diharapkan tidak memprioritaskan pendidikan
hanya untuk anak laki-laki saja tetapi memberi kesempatan kepada semua
anak baik laki-laki maupun perempuan (Sriudiyani, 2003).

37

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Pelaksanaan konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan


Keputusan (ABPK) di Desa Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar
Kabupaten Ciamis tahun 2010 sebagian besar telah dilaksanakan sesuai
standar yaitu sebesar 56,1 persen.

2.

Keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB IUD di Desa


Bojongkondang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis tahun 2010
sebagian besar ikut serta untuk menjadi akseptor KB IUD yaitu sebesar
55,1 persen.

3.

Terdapat pengaruh pelaksanaan konseling KB dengan Alat


Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) terhadap keikutsertaan ibu
menjadi akseptor KB IUD di Desa Bojongkondang Kecamatan
Langkaplancar Kabupaten Ciamis tahun 2010 dengan nilai hitung sebesar
0,000 (0,000 < 0,05).

B. Saran
1. Diadakan pelatihan tentang konseling KB dengan ABPK bagi bidan-bidan,
sehingga dapat memberikan konseling kepada akseptor KB dengan baik.

37

38

2. Untuk meningkatkan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi IUD,


disarankan untuk bidan agar mau mengikuti pelatihan tentang Alat Bantu
Pengambilan Keputusan (ABPK), sehingga dapat menjelaskan dengan baik
kepada akseptor KB tentang macam-macam jenis alat kontrasepsi.
3. Perlu adanya kerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat
terutama tokoh agama, sehingga jumlah pengguna IUD dapat tercapai
sesuai target.

Anda mungkin juga menyukai