Anda di halaman 1dari 7

Koordinasi Rele Pengaman sehubungan dengan Integrasi PT.

Lamipak Primula
Indonesia terhadap Jaringan PT. PLN
Arifiansyah Saputra - 2206100054
Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih - Sukolilo Surabaya 60111
Abstrak: Sistem kelistrikan yang terpasang pada suatu
industri membutuhkan keandalan dan kontinuitas untuk
menjamin terlaksananya proses produksi. Hal ini karena
konsumsi energi listrik oleh beban-beban industri berlangsung
secara terus menerus. Keandalan dari suatu sistem kelistrikan
dapat dinilai dari kemampuan sistem untuk tetap menyuplai
beban ketika terjadi gangguan pada sistem. Integrasi
dimaksudkan agar aktivitas produksi dalam pabrik berjalan
lancar. Untuk merencanakan keandalan sistem kelistrikan di
PT. Lamipak Primula Indonesia perlu adanya evaluasi
peralatan rele proteksi dengan menganalisa sistem kelistrikan
di PT. Lamipak Primula Indonesia, termasuk koordinasi
proteksinya
dan
setting
rele
pengaman
dengan
menggambarkan kurva karakteristik rele pengaman. Dari
analisa dapat diketahui setting dan koordinasi rele yang tepat
untuk mengamankan sistem kelisrikan di PT. Lamipak
Primula Indonesia, sehingga keandalan sistem tetap terjaga
dan optimal.
Kata Kunci : kontinuitas, koordinasi, setting rele pengaman
I. PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya pertumbuhan industri harus diimbangi
pula dengan kontinuitas pelayanan listrik kepada pelanggan
industri. Kontinuitas pelayanan listrik kepada pelanggan dapat
terwujud salah satunya adalah dengan melakukan koordinasi sistem
pengaman yang tepat.
Salah satu metoda yang dilakukan untuk memperoleh
keandalan sistem adalah koordinasi rele pengaman dengan
memfungsikan rele sebagai pengaman utama dan pengaman
cadangan. Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai
perlambatan waktu (time delay), hal ini untuk memberikan
kesempatan kepada poteksi utama beroperasi terlebih dahulu, dan
jika proteksi utama gagal baru proteksi cadangan yang akan
beroperasi [6]. Untuk memenuhi fungsi tersebut maka waktu rele
pengaman utama disetel lebih cepat daripada rele pengaman
cadangan [1]. Rele pengaman dengan kemampuan selektif yang
baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang tinggi
karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat akan dapat
mengisolir gangguan dan seminimal mungkin [ 1].
Dengan koordinasi rele yang baik dan relevan, mengisolir
gangguan, keandalan dan kontinuitas suppl daya tetap terjaga
optimal.
II. TEORI PENUNJANG
A. Rele Arus Lebih
Rele arus lebih merupakan suatu jenis rele yang bekerja
berdasarkan besarnya arus masukan, dan apabila besarnya arus
masukan melebihi suatu harga tertentu yang dapat diatur (Ip) maka
rele arus lebih bekerja. Dimana Ip merupakan arus kerja yang
dinyatakan menurut gulungan sekunder dari trafo arus (CT). Bila
suatu gangguan terjadi didalam daerah perlindungan rele, besarnya
arus gangguan If yang juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

CT juga. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai


berikut [11]:
If > Ip rele bekerja
(trip)
If < Ip tidak bekerja
(Blok)
Berdasarkan karakteristik waktuya rele arus lebih
dibedakan atas 3 jenis yaitu :
Instantaneous Rele
Prinsip kerja rele jenis ini adalah tanpa penundaan waktu,
tapi masih bekerja dengan waktu cepat sebesar 0.1detik,
pada umumnya kurang dari 0.08 detik [1]
Definite Rele
Didasarkan pada waktu kerjanya proteksi dengan tidak
melihat besarnya arus gangguan.
Inverse Rele
Karakteristik grafiknya terbalik antara arus dan waktu,
dimana semakin besar arus gangguan hubung singkat maka
semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk membuka
pemutus (CB) sehingga dalam settingnya rele perlu
mengetahui besarnya arus hubung singkat untuk tiap seksi.
B. Konsep Daerah Pengamanan.
Pada konsep daerah pengamanan fungsi dari pada rele
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai rele pengaman utama dan
rele pengaman cadangan (back up). Rele pengaman cadangan akan
berfungsi jika rele pengaman utama tidak bekerja saat terjadi
gangguan hubung singkat.

Gambar 2.1 Konsep daerah pengamanan


Daerah 1 merupakan daerah pengamanan generator, untuk
daerah 2 adalah pengamanan generator dan transformer, sedangkan
pada daerah 3 dan daerah 4 berturut turut merupakan
pengamanan busbar dan pengaman saluran transmisi.
Dengan mengacu pada konsep daerah pengamanan, penyetelan
rele arus lebih memiliki peranan yang penting dalam koordinasi
setting rele pengaman. Penyetelan rele arus lebih dapat dilakukan
berdasarkan setelan waktu, setelan arus maupun kombinasi
keduanya [4]
Pada setelan waktu dikenal adanya setting kelambatan waktu
(t). Perbedaan waktu kerja minimal antara rele utama dan rele
cadangan adalah 0.2 0.4 sec [3].
tset = t + t ....................................................................... (4)
dengan t adalah perbedaan waktu kerja 0,2 0,4 sec dan t adalah
setting arus lebih pada feeder.

Halaman 1 dari 7

Gambar 2.2. Setting koordinasi rele dengan kelambatan waktu

Tabel 3.1 Arus hubung singkat baru

Pemisalan pada gambar di atas adalah bila setelan t (waktu) di


rele bus 4 = 0.4 detik, waktu tunda (t) dipilih 0.3 detik, maka
diperoleh setelan waktu di rele pada bus 3 = 0.4 + 0.3 = 0.7 detik,
setelan waktu di incoming bus 2 = 0.7 + 0.3 = 1 detik, dan setelan
waktu di incoming bus 1 = 1 + 0.3 = 1.3 detik.
Sedangkan untuk setelan arus dan kombinasi antara setelan
waktu dan arus, kita kenal adanya Invers Definite Minimum Time
(IDMT), Rele dengan karakteristik ini mempunyai beberapa bagian
setelan invers dan definite [3].
Dengan karakteristik ini maka rele harus mampu bekerja untuk
gangguan 2 fasa di ujung akhir seksi berikutnya pada kondisi
pembangkitan minimal. Arus settingnya harus lebih besar dari arus
beban maksimal. Penyetelannya pun harus memperhatikan
kesalahan pick up sesuai dengan British Standard Pick Up = 1.05
s/d 1.3 Iset [6]. Dalam setting juga harus memperhatikan batasan
maksimum, untuk alasan keamanan dan back Up hingga sisi
downstream ditetapkan : Iset 0.8 Iscminimum [2].Dengan
pedoman diatas setting arus yang digunakan pada PT. Lamipak
Primula Indonesia adalah:
1,05 Imaks Is 0,8 Isc minimum.

3.2 Pola Operasi Jaringan 11 kV


Awalnya, pola operasi jaringan pada saat kondisi normal
didukung oleh beroperasinya generator utama, yaitu generator pada
pabrik dengan kapasitas sebesar 900 kW. Dari beropersainya
generator utama diatas maka daya total terbangkitkan pada sistem
adalah 5000 kVA. Namun, pada saat terjadi kondisi tidak normal
ataupun saat terjadi gangguan, back up generator belum
sepenuhnya tersedia dalam pabrik, sehingga proses produksi
sedikit terganggu. Oleh karena itu, sekarang ini generator utama
dijadikan back-up generator, dan pasokan daya utama diintegrsikan
ke PT. PLN.

C. Koordinasi Pengaman
Pengertian koordinasi pengaman yaitu terdapat 2 jenis atau
lebih peralatan proteksi diantara titik kesalahan/ gangguan.
Peralatan ini harus dikoordinasikan untuk memastikan bahwa
peralatan yang berada di titik terdekat dengan gangguan harus
dioperasikan terlebih dahulu. Kegagalan pada proteksi utama harus
dapat diatasi, yaitu dengan proteksi cadangan (back up
protection)[4]. Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai
perlambatan waktu (time delay), hal ini untuk memberikan
kesempatan kepada poteksi utama beroperasi terlebih dahulu, dan
jika proteksi utama gagal baru proteksi cadangan yang akan
beroperasi. Dengan demikian hanya bagian yang mengalami
gangguan saja yang dipisahkan atau diisolir dari sistem tersebut.
Rele pengaman dengan kemampuan selektif yang baik dibutuhkan
untuk mencapai keandalan sistem yang tinggi karena tindakan
pengaman yang cepat dan tepat akan dapat memperkecil gangguan
menjadi sekecil mungkin.
III. SISTEM KELISTRIKAN DI PT. LAMIPAK PRIMULA
INDONESIA
3.1 Sistem Jaringan Tenaga Listrik di PT. Lamipak Primula
Indonesia
Upaya pemenuhan kebutuhan kegiatan produksi terutama
sistem kelistrikan, PT. Lamipak Primula Indonesia dilayani oleh
pembangkit sendiri dengan kapasitas 1125 kVA ditambah pasokan
daya dari PT. PLN. Tegangan sistem untuk mensuppli beban pada
PT. Lamipak Primula Indonesia dibagi atas 11 kV, 6.9 kV dan
0.525 kV. Dalam usaha meningkatkan keandalan dan kontinyuitas
pelayanan, PT. Lamipak Primula Indonesia melakukan perubahan
sistem kelistrikan. Perubahan yang dilakukan adalah penambahan
motor yang dapat mempercepat kinerja produksi. Dengan sistem
integrasi tersebut diharapkan keandalan dan kontinuitas suplai daya
listrik dapat meningkat.

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

IV. KOORDINASI RELE PENGAMAN PT. LAMIPAK


PRIMULA INDONESIA
4.1 Analisa Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa dan 2
Phasa
Untuk perhitungan ini digunakan dua konfigurasi yang mewakili
hubung singkat minimum dan maksimum yaitu :
1. Hubung singkat minimum : Sistem disuplai oleh generator
PT. Lamipak Primula Indonesia
2. Hubung singkat maksimum : Sistem disuplai oleh
Generator PT. Lamipak Primula Indonesia dan sistem
Integrasi
Untuk menghitung arus hubung singkat digunakan software ETAP
4.0. Hubung singkat minimum adalah hubung singkat 2 fasa pada
30 cycle. Sedangkan hubung singkat maksimum adalah hubung
singkat 3 fasa, pada 4 cycle dan 30 cycle. Hubung singkat
maksimum 4 cycle digunakan untuk setting rele dengan setting
kelambatan waktu 0.1s, karena jika dikonversi ke besaran waktu
maka 4 cycle sama dengan 0.08s. Sedangkan hubung singkat
maksimum 30 cycle digunakan untuk setting rele dengan setting
kelambatan waktu 0.4s dan seterusnya, jika dikonversi ke besaran
waktu maka 30 cycle sama dengan 0.6s. Berikut adalah hasil
perhitungan hubung singkat maksimum dan minimum:
4.2

Analisis Setting Rele


Analisa dan perhitungan terhadap setting rele pengaman
arus lebih adalah sebagai berikut :
4.2.1

Setting Rele Untuk Bus LP1-01 6.9 kV hingga Bus LP1


11kV (Tipical 1)
Single line diagram untuk bus LP1-01, 6.9 kV sampai LP1,
11kV adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut :

Gambar 4.1 Single line diagram bus LP1-01 6,9 kV sampai


bus LP1, 11kV
Rele RL1B1
Jenis Rele
= MITSUBISHI MP11

Halaman 2 dari 7

Curve
Isc max LP1-01,6.9 kV
dikonversi ke HV

=
=
=

Extreme Inverse
2793
6 , 9 x 2793

Isc min
nCT

=
=
=

1751,97
2550
1000/5 A

11
LP1-01,6,9 Kv

FLA

KVA

3 * kV

2000
3 * 6 .9

= 167,35 A
Setting Arus ( I>) :
1,05 FLA

Ips

nCT

pada bus sisi sekunder trafo TSD-1 2000 kVA dan mengamankan
bus atasnya jika terdapat gangguan difeeder primier trafo. Untuk
penyetelan low set (I>) digunakan arus primer transformator
sedangkan untuk penyetelan high set (I>>)menggunakan arus
hubung singkat maksimum pada bus LP1-01 6.9 kV yang
dikonversi ke 11 kV. Menggunakan kurva definite dengan grading
waktu 0,1 s.
Rele RL1A
Jenis Rele
Curve
Isc max LP1-01 6.9 kV
Isc min LP1 11 kV
nCT

=
=
=
=
=

FLA

MITSUBISHI MSR-3
Very Inverse
2793
6805
1000/5 A

kVA

0,8 Isc min LP1 - 01, 6.9 kV

1000/5
175,7175

Ips

Ips

0,8 x 2550

1000/5
2040

1,05 x 167,35

10,2

1000/5
175,7175

1000 = 1000 A
5

scmax LP1- 02, 0.525 kV ( konversi 11kV))

I
0,7 =

80
1, 75197

D set

1000

0,8 Isc min

Ips

27.22

Tap current setting dipilih 5 A


Setelan aktual I set = 5 x 1000 = 1000 A

Setting Waktu ( Time dial ) :


Waktu operasi = td = 0,1 + t = 0,1 + 0,3 = 0,4 s
D = time dial
Isc max LP1,-01, 6.9 kV = 2793 = 2,793
1000
Iset

LP1-01, 6.9kV

< Isc max LP1-01, 6.9 kV (konv 11kV)

Sehingga perhitungan setting:


Iset

1000/5
5444

D = 0.53125
Dset 0.53125 dipilih D = 1

Setting Arus ( I>> ) :

I set

I 1 10
13 . 5 D
0,4 =
2, 793 1 x 10

0,18

LP1-01, 6.9 kV

Ips

Ips

13 . 5 D
ts =

Maka setting D dipilih : 1

Isc min

0,8 x 6805

1000/5

0.8785 A

D
X

1
10

Isc max LP1-01,6.9 kV (konv 11kV)

1000/5

= 1751,97 = 1,75197

set

0,8 Isc min LP1, 11 kV

Ips

nCT

1000/5

Setting Waktu (Time dial) :


Waktu yang diinginkan td = 0,1 s
td = 80 X D

I 2 1
10
Isc max LP1-01, 6.9 kV (dikonversi ke 11 kV) = 1751,97 A
I=

nCT

Tap current setting dipilih 5 A


Setelan aktual I set = 5 x

167,35 A

Setting Arus ( I>) :


1,05 FLA

1000/5
0.8785 A

Ips

2000
3 (6,9)

3 .kV
=

nCT

1,05 x 167,35

scmax LP1-01, 6.9 kV ( konversi 11kV))

nCT

1751,97
Iset
1000 / 5
Iset 8,759
Iset dipilih = 9 A
Setting waktu ( t>> ) dipilih : 0,1
Rele ini untuk mengamankan motor M-DRYL 430 kW
terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Setting Arus (I>>) :

I SC min LP1. 11 kV

Iset

0,8 x

Iset

0,8 x 6805

nCT
1000 5

Iset 27.22
Iset dipilih = 20 A
Setting waktu ( t>> ) : 0,1 +

= 0,1 + 0,3 = 0,4 s

Rele ini untuk mengamankan trafo TR-1 2000 kVA


terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi
pada bus LP1-01 6,9 kV, untuk penyetelan low set (I>) digunakan
arus sekunder trafo TR-1 2000 kVA, sedangkan untuk penyetelan

Halaman 3 dari 7

high set (I>>) digunakan arus hubung singkat minimum pada bus
LP1-01 6,9 kV dengan menggunakan kurva inverse dengan setting
waktu 0,4 sec.
Rele TR-1
Jenis Rele
Curve
Isc max LP1-01,6,9 kV

= MITSUBISHI MP11
= Very Inverse
= 2793

konversi 11 kV
Isc min
nCT

6,9
x 2793 = 1751,97 A
11

= 6805
= 500/5 A

LP1,11kV

FLA

KVA

3 * kV

2000
3 * 11

Setting waktu ( t>>) dipilih : 0,7


Rele ini untuk mengamankan trafo 2000 kVA dan bus LP1,
11 kV terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang
terjadi pada bus sekunder trafo dan feeder sisi primer trafo. Untuk
penyetelan low set (I>) digunakan arus primer transformator
sedangkan untuk penyetelan high set (I>>) digunakan arus hubung
singkat maksimum pada bus LP1-01 yang dikonversi ke 11 kV.
Menggunakan kurva inverse dengan setting waktu 0,7 detik.
Rele 1LP1
Jenis Rele
Curve
Isc max LP1, 11 kV
Isc min LP1, 11kV
nCT
FLA
TSD-3

=
=
=
=
=
=
=
=

= 104,97 A
Setting Arus ( I> ) :

Setting Arus ( I>) :


1,05 FLA

Ips

0,8 Isc min LP1 , 11 kV

1,05 FLA

nCT

nCT

nCT

1,05 x 104,97
500/5
110,22

0,8 x 6805

Ips

Ips

Ips

= 500 A
= 1751.97

= 3,504

500

13 ,5 D
0,7 =
3,504 1 x 10


Dset 1,298
Maka setting D dipilih : 2

600/5
5444
A

600/5

Setting Waktu ( Time dial ) :


Waktu operasi = td = 0,7 + t = 0,7 + 0,3 = 1 s
D = time dial

I
I=

scmax LP1, 11 kV)

7085
= 5,904 A
1200

set
13
,
5
D
td =
I 1 X 10

1 = 13 . 5 . D
5 . 904 1 10
Dset 3.6324 ;
Maka setting D dipilih = 4

Isc max LP1,11kV

I set

0,8x Isc min LP1, 11kV

I set

Maka setting =

6805
Iset 0,8 x
600 5

nCT

1751.97

500 5

Iset 17.5197
Iset Dipilih = 20

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

0,8 x

0,8x Isc min

LP1, 11kV

LP1, 11kV

smin LP1, 11kV

Iset

smax LP1-01, 6.9kV

Isc max LP1,11 kV > Isc min

Isc max LP1-01,6.9 kV,(konv 11 kV) > Isc min LP1, 11kV

Iset

Ips

Setting Arus (I>>)

Setting Arus ( I>>) :

Ips

Setting Waktu ( Time dial ) :


Waktu yang diinginkan td = 0,4 + 0,3 = 0,7
td = 13 , 5 x D
I 1 10
Isc max LP1-01,6,9 kV (Dikonversikan ke 11 kV) = 1751.97 A

Iset

0,8 x 6805

Setelan aktual I set = 10 x 600 = 1200 A

Isc max LP1-01,6.9 kV,(konv 11 kV)

0,8 Isc min LP1 , 11 kV

Ips 45,36
9,4897 A
Tap current setting dipilih 10 A

54.44

maka I = Isc max LP1 - 01,6.9 kV


Iset

Ips

600/5

Tap current setting dipilih 5 A


Setelan aktual Iset = 5 x 500 = 500 A

I set

nCT

600/5
1138,767

500/5

1,05 x 1084,54

500/5
5444

500/5
1.1022 A

Mitsubishi MSR-3
Very Inverse
7085
6805
600/5 A
FLA TR-1+ FLA TSD-2 + FLA
104,97 + 529,551 + 450,060
1084,54 A

nCT

Iset 45.36
Dipilih = 40
Setting waktu ( t>> ) : 1 s
Rele 1LP1 merupakan back up dari rele TR-1, dari
gangguan yang mungin terjadi pada bus LP1, 11 kV. Untuk
penyetelan low set (I>) digunakan penjumlahan dari arus primier

Halaman 4 dari 7

masing- masing trafo TSD-1,2,3, sedangkan untuk penyetelan high


set (I>>) digunakan arus hubung singkat maksimum pada bus LP101 6,9 KV yang dikonversi ke 11 kV . Menggunakan kurva definite
dengan grading waktu 1 s.

Gambar 4.4 Single line diagram bus MCC-1A 0,525 kV


sampai bus LP1, 11kV (Tipical 2a)
Rele TR-2
Jenis Rele TR-2
Curve
Isc max LP1-02, 0.525 kV
dikonversi ke HV

=
=
=
=

MITSUBISHI MP11
Extreme Inverse
18267
0 , 525
x 18267

Isc min
nCT

=
=
=

871,83
6897
150/5 A

11
LP1, 11 Kv

FLA

KVA

400
3 * 11

3 * kV
= 21 A
Setting Arus ( I>) :
1,05 FLA

0,8 Isc min LP1 , 11 kV

Ips

nCT

nCT

1,05 x 21
600/5
22,05
Gambar 4.2 Kurva koordinasi line proteksi existing dari bus LP101 hingga main bus LP1
Kemudian berdasarkan perhitungan diatas didapat kurva resetting
dari tipikal 1 yaitu seperti gambar dibawah ini.

A
A

0,8 x 6897

Ips

Ips

150/5
0,735 A

600/5
5517,6

150/5

Ips

183,92 A

Tap current setting dipilih 5 A


Setelan aktual I set = 5 x

150 = 150 A
5

Setting Waktu (Time dial) :


Waktu yang diinginkan td = 0,4 + 0,3 = 0,7 s
td = 80 X D
I

10

Isc max LP1-02, 0.525 kV (dikonversi ke 11 kV) = 871,83

I
I=

scmax LP1- 02, 0.525 kV ( konversi 11kV))

set

80

D
0,7 =
5 ,8122 2 1 X 10

D set

871,83
= 5,8122
150

2,868

Maka setting D dipilih : 3


Setting Arus ( I>> ) :
Gambar 4.3 Kurva koordinasi line proteksi resetting dari bus
LP1-01 hingga main bus LP1
4.2.2

Setting Rele Incoming Bus LP1-02, 0.525 kV hingga


Bus 1LP1, 11kV (Tipical 2)
Single line diagram bus MCC-1A hingga 1LP1 adalah sebagai
berikut :

Isc max LP1-02, 0.525 kV (konv 11kV)


Isc min
I set
I set
I set

I set

0,8 Isc min

LP1, 11 kV

LP1, 11 kV < Isc max LP1-02, 0.525 kV (konv 11kV)

scmax LP1- 02, 0,525kV ( konversi 11kV))

nCT

871,83
30
29,061

Dipilih = 30 A
Setting waktu ( t>> ) dipilih : 0,7
Rele ini untuk mengamankan trafo TSD-2 400 kVA terhadap
kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi pada bus

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Halaman 5 dari 7

sisi sekunder trafo TSD-2 400 kVA dan mengamankan bus atasnya
jika terdapat gangguan difeeder primier trafo . Untuk penyetelan
low set (I>) digunakan arus primer transformator sedangkan untuk
penyetelan high set (I>>)menggunakan arus hubung singkat
maksimum pada bus LP1-02 0,525 kV yang dikonversi ke 11 kV.
Sehingga, koordinasi existing rele untuk line proteksi dari bus
LP1-02 sampai bus LP1 (tipical 2a) dapat dilihat pada gambar
adalah sebagai berikut :

Gambar 4.7 Single line diagram koordinasi bus LP1, 11 kV


hingga bus LINE1A, 20 kV
Pada gambar 4.11 merupakan koordinasi utama antara setting
incoming line dari PT. PLN dengan PT. Lamipak Primula
Indonesia. Setting rele 1LP1 dan MLP1-01 disamakan, hal tersebut
karena antara kedua rele tidak terdapat beban.
Dengan cara hitungan yang sama sebelumnya, maka
untuk kondisi existing dan resetting, didapatkan kurva koordinasi
proteksi tipical 2 sebagai berikut :

Gambar 4.5 Kurva koordinasi line proteksi existing dari bus LP102, 0.525 kV hingga main bus LP1, 11 kV
Penjelasan gambar 4.5:
Setting
instantneous (50) dari LVCB-1A dan TR-2/3
melebihi quota. Diusahakan untuk diperkecil sesuai keadaan
gangguan arus maksimum yang mungkin terjadi. Sehingga,
koordinasi resetting rele untuk line proteksi dari bus LP1-02
sampai bus LP1 (tipical 2a) dapat dilihat pada gambar adalah
sebagai berikut :

Gambar 4.8 Kurva koordinasi line proteksi existing dari bus


LP1, 11 kV hingga bus LINE1A, 20 kV
Penjelasan gambar 4.8:
Setting instantneous (50) dari rele 1LP1, MLP1-01 dan INC_PLN
melebihi quota. Diusahakan untuk diperkecil sesuai keadaan
gangguan arus maksimum yang mungkin terjadi.
Khusus untuk INC_PLN, setting time lebih kecil dari arus
gangguan hubung singkat minimum dari bus LINE1A, akibatnya
jika terjadi gangguan pada feeder beban rele MLP1-01 juga ikut
trip, sistem 11 kV mati.

Gambar 4.6 Kurva koordinasi line proteksi resetting dari bus


LP1-02 hingga main bus LP1
4.2.3

Setting Bus LP1, 11kV hingga Bus LINE1A, 20kV


(tipical 3)

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Halaman 6 dari 7

Gambar 4.9 Kurva koordinasi line proteksi resetting dari


bus LP1, 11 kV hingga main bus LINE1A, 20 kV

Tabel 2 Data resetting rele pengaman

Dengan cara hitungan yang sama sebelumnya, maka


didapatkan kurva koordinasi proteksi yang mengamankan motor,
yaitu koordinasi dari bus LP1-03 kebeban motor MCCB 320 kW.

1.

2.

Gambar 4.10 Kurva koordinasi line proteksi existing dari bus


LP1-03 ke motor MCCB 320 kW (tipical 2b)
Penjelasan Gambar 4.10:
Setting instantneous (50) dari LVCB-1A dan TR-2/3 melebihi
quota. Diusahakan untuk diperkecil sesuai keadaan gangguan arus
maksimum yang mungkin terjadi.
Dengan cara hitungan yang sama sebelumnya, maka
didapatkan kurva koordinasi proteksi yang mengamankan motor,
yaitu koordinasi dari bus LP1-03 ke motor MCCB 320 kW (tipical
2b)

V. KESIMPULAN
Setelah pengintegrasian, setting rele yang terpasang di
resetting kembali sesuai dengan perhitungan dan
dikoordinasikan agar sistem bekerja secara optimal.
Hampir sebagian besar setting rele berubah seiring dengan
bertambahnya arus hubung singkat di masing-masing level
tegangan.
Penambahan beban pada pabrik menambah level arus
hubung singkat dibawah 0,1 %. Sehingga perlu dilakukan
resetting pada:

rele yang selisih waktu antara rele utama dan


backupnya kurang dari 0,3 detik.

beberapa rele setting waktu terlalu jauh dengan FLA


nya, ini berbahaya untuk perlatan yang diamankan
ketika beroperasi pada saat melebihi beban penuh.
koordinasi setting eksisting yang salah urutan, akibatnya
beberapa bus feeder bisa trip dan tidak memperoleh aliran
daya. Terutama pada tipical 3.
DAFTAR PUSTAKA

[1]
[2]
[3]

[4]
[5]
[6]

A.R. van C Warrington, Protective Relays volume 1,


Chapman & Hall LTD, 1962
Cristophe Preve, Protecton of Electrical Network, ISTE
Ltd, Great Britain and the United States, 2006
IEEE Recommended Practice for Protection
andCoordination of Industrial and Commercial Power
System, IEEE Standart 242- 1986
Titarenko M Ivonovsky,Protecive Relaying in Electrical
Power System.
Turan Gonen, Modern Power System Analysis, USA,
1988.
T. Davies, Protection of Industrial Power System second
edition, Great Britain, 2006.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gambar 4.11 Kurva koordinasi line proteksi resetting dari bus


LP1-03 ke motor MCCB 320 kW (tipical 2b)

Procedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Arifiansyah Saputra, dilahirkan di


Ngawi, 27 April 1988. Merupakan anak
kedua dari pasangan Bapak Sugito dan
Ibu Istiqomah. Menempuh jenjang
pendidikan di SDN Margomulyo 1
Ngawi tahun 1994-2000, MTs PPMI
As-Salaam Sukoharjo-Solo tahun 19972000, dan SMU Negeri 2 Ngawi tahun
2003-2006. Setelah lulus SMU, penulis
melanjutkan studinya di S1 Teknik
Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem
Tenaga, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya melalui jalur
PMDK. Selama kuliah, penulis aktif
dalam kegiatan organisasi di kampus, diantaranya di BEM-ITS,
dan pernah menjadi wakil ketua IEE Expo 2009.

Halaman 7 dari 7

Anda mungkin juga menyukai