KONSUMEN
1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan
mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan
dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu
kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus
yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian cenderung
mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang
mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan,
di mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena
itu, identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan
dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi
pasar perusahaan.
Sifat-sifat Dasar Kepribadian :
1) Kepribadian mencerminkan perbedaan individu
Karena karakterisitik dalam diri yang memebentuk kepribadian individu me rupakan
kombinasi unik berbagai faktor, maka tidak ada dua individu yang betul-betul sama.
Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena memungkinkan kita untuk
menggolongkan konsumen ke dalam berbagai kelompok yang berbeda atas dasar
satu atau beberapa sifat.
2) Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan lama
Suatu kepribadian umumnya sudah terlihat sejak manusia berumur anak-anak , hal
ini cenderung akan bertahan secara konsisten membentuk kepribadian ketika kita
dewasa. Walaupun para pemasar tidak dapat merubah kepribadian konsumen supa
ya sesuai dengan produk mereka, jika mereka mengetahui, mereka dapat berusaha
me narik perhatian kelompok konsumen yang menjadi target mereka melalui sifat-
2. TEORI KEPRIBADIAN
2.1 Teori Freud
Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak
disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, merupakan inti
dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya , Freud
mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling
mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
Id dirumuskan sebagai gudang dari berbagai dorongan primitif dan impulsif
berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang
diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral
dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga
agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima
masyarakat.
Terakhir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya
sebagai p emantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan
id yang impulsi f dengan kendala sosial buadaya atas superego.
Freud juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia mela lui
beberapa tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini
terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten, dan genital. Menurut teori Freud,
kepribadian orang dewasa ditentukan oleh seberapa baik dia menghadapi krisis ya
ng dialami selama melalui setiap tahap ini.
Para peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi kepribadian
konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar tidak disadari
dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka yang
sebenarnya atas pembelian suatu jenis barang / jasa tertentu. Para peneliti ini
cenderung memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh
konsumen sebagaicerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
2.2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan
dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha
supaya
dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia
juga banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah
diri. Harry Stack Sullivan menekankan bahwa manusia terus menerus berusaha
membangun hubungan yang berarti dan bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama
tertarik pada
berbagai usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan. Karen
Horney juga memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua, dan keinginan
individu untuk mengatasi perasaan gelisah.
Banyak pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif. Misalnya jika
seorang pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai produk yang
memberikan kesempatan menjadi bagian dan dihargai orang lain dalam
lingkkungan kelompok / sosial tertentu, maka pemposisian produk tersebut
berdasarkan pengggambaran karakterisitik individu yang yang patuh menurut
Horney.
2.3 Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang
menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat
terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfikuskan pada pengukuran
kepribadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat
didefinisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat
membedakan seorang individu dari individu lain. Tes sifat kepribadian tunggal yang
dipilih (yang hanya mengukur satu sifat) sering disusun terutama untuk dipakai
dalam studi perilaku konsumen.
Tes kepribadian ini mengukur berbagai sifat seperti keinovatifan konsumen
(seberapa besar kemauan seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru),
materialisme konsumen (tingkat kecenderungan konsumen pada kepemilikan
duniawi), dan etnosentrisme konsumen (kemungkinan konsumen untuk menerima/
menoilak berbagai produk buatan luar negeri). Para peneliti sifat telah menemukan
dan orang yang suka verbal ( konsumen yang lebih menyukai informasi dan produk
tertulis atau verbal, seperti keanggotaan dalam klub buku atau klub audiotape).
Beberapa pemasar menekankan dimensi visualyang kuat untuk menarik orang yang
suka visual, yang lain mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban, atau
menonjolkan uraian atau penjelasan yang terinci untuk menarik perhatian orang
yang suka verbal.
3.3 Dari Materialisme Konsumen Samapai Ke Konsumen Yang Kompulsif
Materialisme Konsumen : Materialisme sebagai sifat kepribadian membedakan
antara individu yang menganggap kepemilikan barang sangat penting bagi identitas
dan kehidupan mereka, dan orang-orang yang menganggap kepemilikan barang
merupakan hal yang sekunder. Ciri-ciri orang yang materialistis yaitu : (1) mereka
sangat menghargai barang-barang yang dapat diperoleh dan dapat dipamerkan; (2)
mereka sangat egosentris dan egois;(3) mereka mencari gaya hidup dengan banyak
barang ( misalnya mereka ingin mempunyai berbagai barang, bukannya gaya hidup
yang teratur dan sederhana saja); (4) kebanyakan milik mereka tidak memberikan
kepuasan pribadi yang lebih besar (maksudnya barang-barang milik mereka tidak
memberikan kebahagiaan yang lebih besar).
kelompok
fokus,
wawancara
yang
mereka.
4.Citra-diri sosial ideal, yaitu bagaimana konsumen ingin dipandang oleh orang lain.
5.Citra-diri yang diharapkan, yaitu bagaimana konsumen diharapkan memandang
diri mereka di waktu tertentu di masa yang akan datang.
Citra diri yang diarapkan berada di antara citra diri aktual dan citra diri idea
l, yang merupakan kombinasi yang berorientasi ke masa depan antara apa
adanya(citra diri aktual) dan menjadi apa yang diingini konsumen (citra diri
ideal)sehingga dijadikan pedoman untuk merancang dan mempromosikan produk.
Konsep citra diri mempunyai implikasi strategis bagi para pemasar yaitu dengan
membagi pasar mereka atas dasar citra konsumen yang relevan dan kemudian
mengatur posisi produk atau jasa mereka menurut posisi citra diri tersebut.
Perluasan Diri
Saling keterkaitan antara citra-diri konsumen dan kepemilikannya (barang-barang
yang mereka sebut milik mereka) menegaskan atau memperluas citra diri
mereka. Contohnya, seorang anak belasan tahun dapat memandang dirinya
sebagai lebih didambakan, lebih modern, dan lebih sukses karena ia memiliki
sepasang sepatu karet model tahun terakhir yang diburu banyak emosi manusia
dapat dihubungkan dengan kepemilikan yang berharga sehingga kepimilikan
tersebut dapat dianggap sebagai perluasan diri. Kepemilikan dapat memperluas diri
dengan beberapa cara:
1.Secara aktual, dengan memberi kesempatan seseorang melakukan hal-hal yang
biasanya akan sangat sulit atau mustahil diselesaikan sendiri.
2.Secara simbolis, dengan membuat orang itu merasa lebih baik atau lebih
besar.
3.Dengan memberikan status atau peringkat.
4. Dengan memberikan perasaan abadi dengan mewariskan barang milik yang
berharga kepada angggota keluarga yang lebih muda.
5.Dengan memberkahi dengan kekuatan gaib.
Mengubah Diri
Kadang-kadang para konsumen ingin mengubah diri mereka menjadi pribadi yang
berbeda bertambah baik. Pakaian, alat bantu perawatan atau kosmetik, dan
segala macam asesori memberikan peluang kepada konsumen untuk mengubah
penampilan mereka dan dengan cara demikian mengubah pribadi mereka. Dengan
berbagai produk untuk mengubah diri, para konsumen serring menyatakan
konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan
mengenai dirinya, atau keyakinan apa yang seharusnya mengenai dirinya. Konsep
diri ideal ini terkait denga citra fisik maupun psikis. Pada masa anak terdapat
diskrepansi yang cukup renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang
lainnya. Namun diskrepansi itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya
usia anak (terutama apabila seseorang sudah masuk usia dewasa).
8. NILAI
Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang
dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka kelola dan mereka
miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap
kehidupan, maka makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang
dan jasa tersebut dari segi konsumsi.
Contohnya adalah jika seseorang memandang bahwa jenjang pendidikan yang lebih
tinggi adalah sesuatu yang mutlak dan penting, maka ia akan berusaha untuk
memperoleh pendidikan yang layak, walaupun tentu ada uang yang harus ia
keluarkan untuk hal tersebut. Dan sebaliknya, alau seseorang menmandang
pendidikan sebagai sesuatu yang kurang begitu penting bagi dirinya, maka ia tidak
akan berusaha untuk memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun
ia sebenarnya memiliki kemampuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
tinggi.
9. GAYA HIDUP
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih
untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan
kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi
konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan
terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama
mereka menjalani siklus kehidupan.
Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait
dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen
lebih kepada perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir,
perasaan dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian
yang ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan
mengubah gaya hidup individu tersebut.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi,
kepribadian, kelas sosial, daur hidup dalam rumah tangga. Kasali (1998)