Ini semua dalam kondisi fisilogis yang berpengaruh pada lansia biasaya
terjadi penurunan kemampuan berkemih. Pada lansia terjadi proses menua
yang berdampak pada perubahan hampir seluruh organ tubuh termasuk organ
berkemih yang menyebabkan lansia mengalami inkntinensia urin. Perubahan
ini diantaranya adalah melemahnya otot dasar panggul yang menjaga kandung
kemih dan pintu saluran kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada kandung
kemih yang menimbulkan rangsangan berkemih sebelum waktunya dann
meninggalkan sisa. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
menyebabkan urin di dalam andung kemih yang cukup anyak sehingga dengan
pengisian sedikit saja sudah merangsang untuk berkemih. Hipertrpi prostat juga
dapat mengakibatkan banyaknya sisa air kemih di kandung kemih sebagai
akibat pengosongan yang tidak sempurna (Suyono,2001).
Faktor psikologis seperti stress juga dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan pengeluaran urine sebagai efek dari norepinefrin yang mana
norefinefrin merupakan hormon yang mempengaruhi kontraksi otot polos yang
bekerjanya berlawanan dengan asetilkolin
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya inkontinensia urin
diantaranya pengaruh cuaca atau iklim terutama pada cuaca dingin dan karena
letak toilet yang jauh sehingga sebelum mencapai tempatnya sudah tidak dapat
menahan air kemih
Inontinensia urin dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mengiringi perubahan pada organ tubuh antara lain infeksi saluran kemih, obatobatan imobilisasi, dan kepikunan
ETIOLOGI
Inkontinensia urin biasaya diklasifikasikan sebagai inontinensia stress,
urgensi, inkntinensia overflow, inkontinensia funsional. Inkontinensia stress
dimana urin keluar ketika tekanan intradominal meningkat seperti pada saat
atuk, bersin, tertawa atau latihan. Ini disebabkan karena melemahnya otot dasar
panggul. Inkontinensia urgensi merupakan akiat ketidamampuan untuk
berkemih begitu sensasi untuk berkemih begitu sensasi untuk berkemih
muncul. Ini bisa diaktifkan karena aktifitas otot kemih meningkat dan adanya
masalah neurologik. Inkontinensia overflow atau aliran yang berlebihan, terjadi
jika pengisian kandung kemih melebihi kapasitas kandung kemih dan sebagian
urin terlepas secara tidak terkontrol. Ini disebabkan oleh sumbatan seperti
hipertropi prostat, akibat faktor saraf (pada diabetes) atau obat-obatan.
Inkontinensia fungsional yang merupakan inkntinensia tanpa gangguan pada
sistem saluran kemih akibat dari dimensia berat, gangguan muskuloskeletal,
imobilisasi dan lingkungan yang tidak mendukung (Suyono,2001)
KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin
ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya
berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana
menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan
akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan inflamasi, atrophic
vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin production
(produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction
(impaksi feses).
2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) : Inkontinensia urin ini tidak
berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama ( lebih dari 6
bulan ). Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang melatar belakangi
Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu : menurunnya kapasitas
kandung kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan
kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia
urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge,
overflow, mixed). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing
tipe Inkontinensia urin kronik atau persisten :
a. Inkontinensia urin tipe stress : Inkontinensia urin ini terjadi
apabila urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan
tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar panggul,
operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing
Daftar pustaka :
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:
EGC. Hal.49
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.