Anda di halaman 1dari 51

DINI NOVIANI

Tetanus merupakan gangguan neurologis


yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan
oleh Tetanospsmin.
Tetanospasmin adalah suatu toksin
protein kuat yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani. (Ismanoe, 2007)

tifitas neuromuskular jungtion

Tiga fase kontraksi(kont tunggal)


1.periode laten :stimulasi
awitan kontraksi
-impuls menjalar ke T Tub & epot
sarkolema
-ca 2+ lepas ke sitosol
-mulai siklus cros bridge tp belum
pemendekan otot
2.periode kontraksi :sarkomer memendek
kecepatan pemendekan tgt tipe
otot(ot
putih,ot merah)
3.periode relaksasi :puncak kontr
relaksasi
sempurna
- Ca2+ dg TA msk cisterna (pompa
ca)
-siklus cross brigde berakhir
-tonus menurun,pjg otot kembali
semula

Penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh


eksotoksin Clostridium tetani
Etiologi :
Clostridium tetani : Anaerob murni, berspora,
gram +,tak berkapsul
Tersebar di tanah (tahan lama), debu, saluran
pencernaan kuda
Toksin: tetanolisin (hemolisis darah),
tetanospasmin (spamus)

Sporadis
CDC 1998-2000 melaporkan insidensi tetanus
di Amerika 0,16 kasus/1000000 populasi, 43
kasus tiap tahun 15% kasus terjadi pada
pengguna obat suntik. Angka kematian 18%
Nigeria melaporkan 14% gangguan neurologis
disebabkan oleh tetanus
WHO 1992 memperkirakan 1000000 kematian
terjadi akibat tetanus di seluruh dunia
580000 tetanus neonatorum, 210000 di Asia
Tenggara, 152000 di Afrika

Kuman tidak invasif, masuk lewat (berbagai


luka) jejas potensial oksidasi-reduksi rendah
(anaerob) dalam bentuk spora
60% port d entri ada di kaki sebagai luka
tusuk.
Spora berubah vegetatif, mengeluarkan
eksotoksin: tetanolisin dan tetanospasmin
Tetanospamin: protein toksik terhadap sel
syaraf, terabsorbsi oleh end organ saraf
motorik diteruskan ke sel saraf lain dan
susunan saraf pusat, toksin tidak bisa
dinetralkan

Saraf sensorik dan berdegenerasi tidak


mengabsorbsi toksin
Toksin bebas di darah mudah di netralkan
Tetanolisin: menghancurkan sel darah merah, tidak
menimbulkan tetanus, menambah optimal kondisi
lokal berkembang kuman

Masuk kedalam otot


Sistem limfatik
Hematogen
Ssp

Port d entri yang lain:


Uterus post partum
Abortus provokatus
Umbilikus (bayi)
Otitis media
Caries dentis

C. tetani masuk tubuh lewat luka anaerob spora


tumbuh produksi tetanospasmin & tetanolisin
spora menetap di jaringan normal
Toksin diabsorbsi ujung saraf motorik dibawa ke kornu
anterior CNS
Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik sirkulasi
arteriCNS
Tetanospasmin dilepaskan di tempat luka menyebar
melalui sirkulasi vaskuler&limfatikend plates semua
saraf toksin masuk ke sistem saraf perifer di
neuromuscular junction ditranspor secara retrograd
ke dalam badan sel batang otak&saraf spinal toksin
migrasi melalui sinaps ke ujung presinaps memblok
pelepasan penghambat neurotransmiter glisin & GABA
Sebagian saraf sensitif tetanospasminkegagalan
menghambat respon refleks motor terhadap
rangsangan sensorikspasme otot

sinaps inhibisi dari susunan saraf pusat, yaitu


dengan jalan mencegah pelepasan
neurotransmitter inhibisi seperti glisin,
Gamma Amino Butyric Acid (GABA), dopamin
dan noradrenalin.
GABA berfungsi mencegah pelepasan impuls
saraf yang eksesif.
menghambat pelepasan kedua
neurotransmitter tersebut di daerah sinaps
dangan cara mempengaruhi sensitifitas
terhadap kalsium dan proses eksositosis.

Susunan saraf pusat


Efek terhadap inhibisi presinap menimbulkan
keadaan terjadinya letupan listrik yang terusmenerus yang disebut sebagai Generator of
pathological enhance excitation
Keadaan ini menimbulkan aliran impuls dengan
frekuensi tinggi dari SSP ke perifer, sehingga
terjadi kekakuan otot dan kejang.
Stimulus seperti suara, emosi, raba dan cahaya
dapat menjadi pencetus kejang karena
motorneuron di daerah medula spinalis
berhubungan dengan jaringan saraf lain seperti
retikulospinalis.

Rasa sakit
ditemukan neurotic pain yang berat diduga
karena pengaruh toksin terhadap sel saraf
ganglion posterior, sel-sel pada kornu
posterior dan interneuron.
Fungsi Luhur
Kesadaran penderita pada umumnya baik.
Pada mereka yang tidak sadar biasanya
brhubungan dengan seberapa besar efek
toksin terhadap otak, seberapa jauh efek
hipoksia, gangguan metabolisme dan sedatif
atau antikonvulsan yang diberikan.

Aktifitas neuromuskular perifer


penurunan pelepasan asetilkolin efek
neuroparalitikterlihat pada tetanus sefal yaitu
paralisis nervus fasialis, hal ini mungkin n.
fasialis lebih sensitif terhadap efek paralitik dari
toksin
Efek lain toksin tetanus terhadap aktivitas
neuromuskular perifer berupa:
1. Neuropati perifer
2. Kontraktur miostatik yang dapat berupa
kekakuan otot, pergerakan otot yang terbatas
dan nyeri, yang dapat terjadi beberapa minggu
sampai beberapa bulan setelah sembuh.
3. Denervasi parsial dari otot tertentu.

Perubahan pada sistem saraf autonom


Pada tetanus terjadi fluktuasi dari aktifitas
sistem simpatis dan parasimpatis adanya
ketidakseimbangan dari kedua sistem
efek toksin yang berasal dari otot (retrograd)
maupun hasil penyebaran intraspinalis (dari
kornu anterior ke kornu lateralis medula
spinalis torakal).

Gangguan Sistem pernafasan


Kekakuan dan hipertonus dari otot-otot
interkostal, badan dan abdomen; otot
diafragma terkena paling akhir. Kekakuan
dinding.
Tetanus berat sering mengakibatkan gagal
nafas yang ditandai dengan hipoksia dan
hiperkapnia.
resiko tinggi untuk terjadinya aspirasi yang
dapat menimbulkan pneumonia,
bronkopneumonia dan atelektasis.

Gangguan hemodinamika
Ketidakstabilan sistem kardiovaskular
ditemukan penderita tetanus dengan
gangguan sistem saraf autonom yang berat.
Gangguan metabolik
Metabolik rate pada tetanus secara
bermakna meningkat dikarenakan adanya
kejang, peningkatan tonus otot, aktifitas
berlebihan dari sistem saraf simpatik dan
perubahan hormonal.
Konsumsi oksigen meningkat, hal ini pada
kasus tertentu dapat dikurangi dengan
pemberian muscle relaxans

Gangguan Hormonal
Gangguan terhadap hipotalamus atau jaras
batang otak-hipotalamus dicurigai terjadi
pada penderita tetanus berat atas dasar
ditemukannya episode hipertermia akut dan
adanya demam tanpa ditemukan adanya
infeksi sekunder
Adanya penurunan kadar prolaktin, TSH, LH
dan FSH yang diduga karena adanya
hambatan terhadap mekanisme umpan balik
hipofise-kelenjar endokrin.

TRIAS

rigiditas atau kekakuan, spasme dari otot, jika parah maka


bisa disfungsi otonom.
Kekakuan otot leher, nyeri tenggorokan, dan kesulitan
membuka mulut sering merupakan gejala awal.
Spasme otot masseter bisa menyebabkan trismus atau
lockjaw.
Spasme yang prosesif meluas dari otot muka
menyebabkan ekspresi khusus yang disebut Risus
Sardonicus dan pada otot menelan menyebabkan disfagia.
Kekakuan dari otot leher menyebabkan retraksi kepala.
Kekauan otot-otot rangka tubuh menyebabkan
opisthotonus dan kesulitan bernafas dengan complience
dinding dada yang menurun.

1. Kejang bertambah berat


selama 3 hari pertama , dan
menetap selama 5-7 hari.
2. Setelah 10 hari kejang
mulai berkurang frekuensinya.
3. Setelah 2 minggu kejang
mulai hilang.
4. Biasanya didahului dengan
ketegangan otot terutama
pada rahang dan leher.
5.Kemudian timbul kesukaran
membuka mulut ( trismus /
lockjaw) karena spasme otot
masseter.

6.
Kejang otot berlanjut ke kaku
kuduk ( nuchal rigidity)
7. Risus Sardonicus karena spasme
otot muka dengan gambaran alis
tertarik ke atas, sudut mulut
tertarik keluar dan kebawah, bibir
tertekan kuat.
8. badan kaku dengan opistotonus,
tungkai dengan eksistensi, lengan
kaku dengan mengepal, biasanya
kesadaran tetap baik.
9. Karena kontraksi otot yang
sangat kuat, dapat terjadi asfiksia
dan sianosis, retensi urin, bahkan
dapat terjadi fraktur collumna
vertebralis (pada anak).

Riwayat mendapat trauma, pemotongan


dan perawatan tali pusat yang tidak steril.
Riwayat tidak diimunisasi tetanus
(imunisasi tidak lengkap).
Manifestasi klinis :
Tetanus lokal : kaku otot dekat fokus,
nyeri
Tetanus sefalik : Lokasi di kepala,leher,
THT.
Tetanus generalisata :

A. Tetanus lokal
Manifestasi: kekakuan sekelompok otot yang
dekat dengan tempat inokulasi kuman, nyeri
yang terus menerus.
Tetanus ringan
Mortalitas 1%

B. Tetanus sefalik
Port d entri: kepala, leher, mata, telinga,
pasca tonsilektomi (jarang)
Waktu inkubasi pendek, biasanya tidak lebih
dari 1 atau 2 hari
Prognosa buruk
Kelumpuhan N II, IV, V,VI,VII, IX, X, XII
(sendiri/kombinasi)ad vitam jelek

3. Tetanus Generalisata
- Port dentre: luka tusuk dlm, furunkulosis,
cabut gigi, dekubitus, tusukan jarum tak steril,
fraktura komplikata (supuratif)
- Seluruh otot kaku, iritabel, trismus, risus
sardonikus, disfagia, kaku kuduk, opistotonus,
perut papan, fotofobia, kejang akibat
rangsangan (suara, angin, cahaya, dsb)
- Spasme otot laring dan pernafasan: obstruksi
- Sadar: sensorik dan fungsi korteks baik

Derajat I (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, kekakuan umum, spasme (-),
disfagia () atau ringan, gangguan respirasi (-).

Derajat II (sedang).
Trismus sedang, kekakuan jelas, spasme hanya sebentar,
takipnea, disfagia ringan.

Derajat III (berat).


Trismus berat, otot spastis, spasme spontan, takipnea, apneic
spell, disfagia berat, takikardi, aktifitas sistem otonom
meningkat.

Derajat IV (sangat berat)


Gejala derajat IV ditambah gangguan otonom berat, hipertensi
berat dan takikardi atau hipotensi dan bradikardi, hipertensi
berat atau hipotensi berat.

Kejang tetani : diagnosis dengan


pemeriksaan darah (hiperkalsemia)
Infeksi susunan saraf pusat : meningitis,
ensepalitis.
Kejang demam sederhana.
Epilepsi.
Rabies.
Mastoiditis, pneumonia lobaris atas,
miositis leher, spondilitis leher.

Gangguan ventilasi paru, Aspirasi pneumonia,


Bronkopneumonia, Atelektasis, Emfisema
mediastinal, Pneumotoraks,
Sepsis,
Fraktura vertebra,
Laserasi lidah/bukal,
Hematoma intra muskular,
Miokarditis, aritmia, Hipertensi, hipotensi,
Syok,
Malnutrisi,
Dehidrasi,
Tromboemboli.
Apnea

a. Tindakan spesifik
1.a. Imunoglobulin tetanus (TIG) : dosis tunggal
3000-6000 unit (sebagian IM, sebagian
infiltrasi lokal di sekeliling luka)
b. Antitoksin tetanus (ATS) : dosis 5000-10000
unit IV.+IM. ATS digunakan jika TIG tidak
tersedia.
2. Eksplorasi secara sirurgis terhadap luka,
eksisi jaringan nekrotik, pencucian dan
drainase.
3. Antibiotika : penisilin atau tetrasiklin
parenteral 10-14 hari.

B. Tindakan umum
1. Rawat penderita di tempat yang sepi, gelap,
penanganan seminimal mungkin.
2. Sedasi dan antikonvulsi.
Sedasi sesuai indikasi : benzodiazepin, barbiturat
Kejang hebat : fenobarbital (<1 tahun = 50 mg, >1
tahun = 75 mg. Dilanjutkan dosis 5 mg/kgbb/hari,
dibagi 6 dosis)
Diazepam : 4 mg/kgbb/hari, dibagi 6 dosis, bila perlu
bisa IV.
Largaktil : 4 mg/kgbb/hari, dibagi 6 dosis. Bila kejang
sukar diatasi : kloralhidrat 5%, 50 mg/kgbb/hari dibagi
dalam 3-4 dosis, perektal.

3. Aspirasi kalau perlu


4. Oksigen dan cairan IV : sesuai kebutuhan
5. Intubasi trakea atau trakeostomi K/P

a.

b.

c.

Imunisasi aktif
Suntikan tetanus toxoid (eksotoksin yang
sudah dilemahkan) untuk merangsang antibodi
tubuh terhadap eksotoksin tetanus
Imunisasi pasif
1. Heterolog (ATS)
2. Homolog (hipertet)
Luka harus dibersihkan. Luka yang dalam
perlu dilebarkan kemudian dibersihkan
dengan perhidrol 3% serta diadakan drainase
yang baik


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Buruk bila:
Masa tunas yang pendek (<7 hari)
Usia yang sangat muda
Usia lanjut
Frekuensi kejang yang tinggi
Kenaikan suhu tubuh yang tinggi
Pengobatan terlambat
Periode onset pendek
Komplikasi, terutama spasme otot pernapasan
dan obstruksi saluran pernapasan

Angka mortalitas pada bayi mencapai 70%.


Pada kelompok usia lain 10-60%

Port d entri : tali pusat


Perjalanan penyakit = tetanus anak, namun
lebih cepat dan lebih berat

Anamnesis: sangat spesifik, tiba-tiba bayi


demam, tidak mau atau tidak dapat menetek
yang biasanya bisa menetek (trismus)

Gejala:
karpermond (khas), kejang, sianosis, suhu tinggi,
kaku kuduk-opistotonus

1. Diasepam:
Dosis awal 2,5 mg IV perlahan selama 2-3
menit.
Dosis rumat 8-10 mg/kgbb/hari melalui IVFD.
Kejang masih sering timbul: diazepam
tambahan 2,5 mg IV perlahan dan dalam 24
jam boleh diberikan tambahan 5
mg/kgbb/hari.
Klinis membaik : diasepam peroral.

2. Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau


ATS 5000-10000 unit perhari selama 2 hari
3. Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis IV
selama 10 hari.
Gejala sepsis: diobati seperti sepsis, K/P
pungsi lumbal (tx meningitis bakterial)
4. Tali pusat dibersihkan: alkohol 70% atau
betadin.
5. Perhatikan jalan napas, diuresis dan tanda
vital. Banyak lendir: bersihkan, kalau perlu
oksigen

Tetanus toxoid 3 kali berturut-turut


pada trimester ketiga kehamilan.
Perhatikan sterilitas pada waktu
pemotongan tali pusat dan
perawatannya
Luka kemungkinan tidak kemasukan
kuman:

Tdk perlu serum ATS


Perlu vaksin kalau luka tambah besar
Perlu perhatian ststus imunisasinya

Belum pernah imunisasi: 1 dosis vaksin +


selesaikan imunisasi
Status imunisasi belum lengkap: 1 dosis
serum + 1 dosis vaksin
Status imunisasi lengkap
Vaksinasi terakhir

Pencegahan

< 2 tahun

Tidak perlu vaksin


+ serum

2 10 tahun

1 dosis vaksin

> 10 tahun

1 dosis vaksin + 1
dosis serum

Bronkopneumoni
Asfiksia
Sianosis
Sepsis neonatorum

ANAK YANG SEMBUH DARI TETANUS


TIDAK MENJADI KEBAL TERHADAP
INFEKSI KUMAN TETANUS, KARENA
ITU HARUS MENDAPAT VAKSINASI
TETANUS

Anda mungkin juga menyukai