Majalah Ilmiah
Kedokteran Gi
Scientific Journal in Dentistry
Juni 2009 ¢ Volume 24 ¢ No. 2
ISSN 0215 - 126 X
Kadar Neutrofil dan Interleukin-1 Penderita Periodontitis Agresif
sebelum dan sesudah diterapi dengan Klindamisin
Agung Krismariono
Efek Kontaminasi Saliva terhadap Kekuatan Perlekatan Breket
pada Permukaan Email antara Berbagai Bahan Adesif Ortodonti
Fonda, S.S. Winanto, Boedi Oetomo Roeslan dan Irawati Gandadinata
Efek Gaya Interrupted dan Continuous terhadap
Kadar Transforming Growth Factor B, Cairan Celah Gusi
Sisi Regang Kaninus
Andy Winata, Boedi Oetomo Roeslan dan Isnani Jenie
Aplikasi Mineral Trioxide Aggregate pada Kasus Perforasi Furkasi
Gigi Molar Atas
Bernard O. Iskandar
The Management of Unerupted Maxillary Canines in
‘A Severely Crowded Maxillary Arch
Benny M. Soegiharto
Perawatan Ortodontik dengan Alat Cekat Sedethana pada
Gigi Insisivus Sentral Atas Yang Rotasi Parah (90°)
Surwandi Walianto
Pemberian Flurbiprofen sebagai Perawatan Penunjang
Penyakit Periodotal
Maria Luciana Hartanto dan Robert Lessang
Korosi pada Logam Paduan Cobalt Chromium
yang Digunakan untuk Pembuatan Gigi Tiruan Cekat
Irsan Ibrahim dan Ellyza Herda
ISSN
Jumal Ked. Gigi | Vol. 24 | No. 02 | Him. 47-94 Juni 2009
jurnal Ked. Gigi | Vol 0. im. juni maeMajalah Ilmiah
Kedokteran Gigi
Scientific Journal in Dentistry
Penasehat:
Prof. Dr. Thoby Mutis:
(Rektor Usakti)
Penanggungjawab:
Dr. Bambang S. Trenggono, drg., MBiomed.
(Dekan FKG Usakti)
Pemimpin Redaksi:
Dr. Wita Anggraini, drg., MBiomed., PAK
Dewan Redaksi:
Dr. Melanie Sadono, drg., M.Biomed.
Dr.Tri Erri Astoeti, drg. MKes.
Dr. Didi Nugroho, drg., MSé
Dr. Joko Kusnoto, drg., MS
Rosalina Tjandrawinata, drg., MSi
Datu Mulyono, drg., S'
Yayuk Yuliarsi, drg., MS.
Enny Marwati Suwandi, drg., MKes.
Ph.D.
Mitra Bestari:
Prof.Dr. Hamilah D. Koesoemahardja, drg., Sp.Ort. (Usakti)
Prof. Dr. Sri Subekti Winanto, drg., Sp.KG. (Usakti)
Prof. Dr. E. Arlia Budiyanti., drg., SU. (Usakti)
Prof. Dr. Suzan Elias, drg., Sp-Pros. (Usakti)
Prof. Janti Sudiono, drg., MDSe.(Usakti)
Prof. Dr. Loes Sjahruddin, drg., MKes. (Usakti)
Prof. Dr. Tri Budi W Rahardjo, drg., MS. (Ul)
Prof, Dr. Daroewati Mardjono, drg., MSD, Sp.Pros. (Ul)
Prof. Dr. Soertini E, Lambri, drg., MS. (Unpad)
Prof. Dr.Hadi Soenartyo, drg., MSc., Sp.PM. (UNAIR)
Prof. Dr. Rosnah Mohd. Zain, BDSc., MS, FICD, FAMM,
Fellow AAOP (University of Malaya)
Prof. Dr. Hashim Yaacob, SPSK, DPSK, PAT, FDSRCS, FFOP,
FASc, MSc, BDS, CBiol, MBiol.
(International University College of Nursing. Malaya)
Sekretariat dan Sirkulasi:
Monica Dewi Ranggaini, drg.
Ekowati Dwitjahyani, S.Pd.
Dahno
Alamat Redaksi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta 11440 Indonesia
Telepon : 021- 5672731 ext. 1309; Fax : 021-5655787
E-mail : mikg_fkgtrisakti@yahoo.comMajalah Ilmiah
okteran Gigi
Scientific Journal in Dentistry
ISSN 0215 - 126 X
Vol. 24, No. 2, Juni 2009
Daftar Isi
Kadar Neutrofil dan Interleukin-1 Penderita Periodontitis Agresif
sebelum dan sesudah diterapi dengan Klindamisin ....0..
Agung Krismariono
47-52
Efek Kontaminasi Saliva terhadap Kekuatan Perlekatan Breket
pada Permukaan Email antara Berbagai Bahan Adesif Ortodonti . “ 53-37
Fonda, S.S. Winanto, Boedi Oetomo Roeslan dan Irawati Gandadinata’
Efek Gaya Interrupted dan Continuous terhadap Kadar
Transforming Growth Factor B, Cairan Celah Gusi Sisi Regang Kaninus . 58-64
Andy Winata, Boedi Oetomo Roeslan dan Isnani Jenie
Aplikasi Mineral ‘Trioxide Aggregate pada Kasus
Perforasi Furkasi Gigi Molar Atas . a
Bernard O. Iskandar,
65-72
The Management of Unerupted Maxillary Canines in A Severely
Crowded Maxillary Arch ... B-79
Benny M, Soegiharto
Perawatan Ortodontik dengan Alat Cekat Sederhana pada
Insisivus Sentral Atas Yang Rotasi Parah (90" . 80-84
Surwandi Walianto
Pemberian Flurbiprofen sebagai Perawatan Penunjang Penyakit Periodotal.... 85-89
Maria Luciana Hartanto dan Robert Lessang
Korosi pada Logam Paduan Cobalt Chromium yang Digunakan
untuk Pembuatan Gigi Tiruan Cekat .. “—_
Irsan Ibrahim dan Ellyza HerdaDari Redaksi
Pembaca yang budiman
Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi pada edisi Juni 2009
kali ini menyajikan artikel-artikel yang beragam. Ada 3 buah
laporan penelitian bidang IImu Periodonsia dan Orthodonsia.
Selain itu ada 3 buah laporah kasus bidang IImu Konservasi
dan Orthodonsia; serta 2 buah tinjauan pustaka bidang Ilmu
Periodonsia dan Material Kedokteran Gigi. Asal penulis bervariasi
yaitu dati Universitas Airlangga, Universitas Trisakti, Universitas
Mahasaraswati dan Universitas Indonesia. Demikian sajian kan
kali ini, Redaksi sangat berbesar hati bilamana ada saran maupun
kritik sejawat pembaca,
Salam RedaksiMLL Kedokteran Gigi
Vol. 24, No. 2, Juni 2009
Aplikasi Mineral Trioxide Aggregate pada Kasus
Perforasi Furkasi Gigi Molar Atas
Bemard O. Iskandar,
Bagian Konservasi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
ABSTRACT
The purpose of this case report was to inform the procedure of root canal treatment and the use of
mineral trioxide aggregate (MTA) on furcation perforation sealing caused by iatrogenic endodon-
tic procedure, and also informing the use of fiber post as retention of porcelain fused to metal
crown with composite core to restore tooth function on maxillary right first molar. Before root canal
treatment was conducted the tooth coloured filling and root canal post were removed so that the
furcation perforation could be seen on the pulp chamber s base. Perforation closure at the floor of
the chamber utilized MTA which set after 4-6 hours. The biomechanical preparation was performed
using crown down technique with ProTaper hand use. Calcium hydroxide paste was then placed
in the root canal as dressing material and left for one week. The root canal was obturated using
vertical condensation technique. The root canal treated tooth was restored using peerless type fiber
post and chemical activated composite resin core followed by placement of porcelain fused to metal
crown. The result of treatment was evaluated one week since the placement of porcelain fused to
‘metal crown, and four weeks afier perforation sealing. It showed that treated tooth was asymp-
tomatic and the radiographic examination demonstrated regeneration of periapical lesion (the size
reducing of radiolucency at the apex).
Key words: endodontic, retreatment, furcation perforation, mineral trioxide aggregate (MTA),
proTaper hand use
PENDAHULUAN
Perawatan endodontik, seperti pada pro-
sedur perawatan gigi lainnya, tidak terlepas dari
kemungkinan adanya kegagalan. Kegagalan ini
umumnya terjadi Karena ketidaktahuan atau
kecerobohan operator selama prosedur pera-
watan endodontik (Dummer, 2004). Beberapa
kesalahan prosedur perawatan endodontik
diantaranya adalah: pengisian saluran akar
yang kurang sempurna, adanya saluran akar
ISSN 0215 - 126 X
yang tidak terisi, terjadinya perforasi_ dasar
kamar pulpa atau pada dinding saluran akar dan
prosedur restorasi akhir yang menggunakan
bahan dan alat yang kurang tepat. Operator perlu
mengidentifikasi berbagai masalah kegagalan
perawatan untuk merencanakan penanganannya
(Cohen dan Burn, 2002).
Perforasi pada dasar kamar pulpa atau
perforasi furkasi, selalu melibatkan jaringan
65i Nol. 24 No. 2, Juni 2009: 65-72
periodonsium. Berkontaknya jaringan ini dengan
mikroorganisme akan menyebabkan penurunan
kemampuan penyembuhan jaringan pendukung
gigi termasuk kerusakan pada jaringan tulang
di sekelilingnya (Nakata dkk., 1998), karena
itu daerah perforasi harus segera ditutup untuk
meminimalkan kontaminasi, baik yang terjadi
selama perawatan ataupun setelah perawatan.
Penutupan daerah perforasi dapat dilakukan
dengan suatu bahan restorasi yang memiliki
kriteria, tidak beracun, dapat diterima oleh ja-
ringan gigi dan periodonsium, merangsang
terbentuknya barierkalsifikasi,mempunyai
waktu pengerasan yang singkat, memiliki efek
antimikrobial dan tidak menimbulkan inflamasi
(Vizgirda dkk., 2004).
Penutupan perforasi furkasi dapat meng-
gunakan beberapa bahan di antaranya Cavit,
ZOE (Zine Oxide Eugenol), Ca(OH), (Calcium
Hydroxide), amalgam, gutaperca, tricalcium
phospahate, IRM (Intermediate Restorative Ma-
terial), hydroxyapatit, semen ionomer kaca dan
bahan yang akhir-akhir ini banyak digunakan
adalah MTA (mineral trioxide aggregate).
Bahan ini bila mengeras dapat menghasilkan
penutupan yang sangat rapat. Keuntungan lain
sifat biokompatibilitasnya yang sangat baik
tethadap jaringan periodonsium dan jaringan
periapikal (Torabinejad dkk., 1995; Joffe,
2002). Sekalipun hasil perawatan saluran akar
baik, namun jika restorasi bagian koronal ti-
dak sempuma, kebocoran dapat terjadi pada
tumpatan dan berakibat gagalnya perawatan.
Perawatan saluran akar hendaknya diakhiri de-
ngan restorasi yang dapat melindungi gigi dan
jaringan _pendukungnya serta mengembalikan
fungsi gigi, karena pada umumnya_ struktur
jaringan keras yang tersisa tinggal sedikit dan
sudah lemah (Ferris dan Baumgartner, 2004;
Ibbetson, 2004).
LAPORAN KASUS.
Pasien wanita, 34 tahun, datang ke Klinik
pendidikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Trisakti pada tanggal 20 Juni
66
2007. Keluhan gigi belakang atas kanan
tidak bisa untuk mengunyah, terasa sakit dan
gusi sering berdarah karena makanan mudah
terselip. Gigi pernah dirawat enam bulan yang
lalu. Hasil pemeriksaan ekstra oral tidak ada
pembengkakan. Pemeriksaan intra oral, pada
gigi molar satu kanan atas terdapat tumpatan
warna gigi pada bagian palatal dengan kavitas
kelas Il, struktur gigi yang tersisa hanya pada
bagian bukal. Hubungan oklusi gigi normal.
Tampak garis fraktur pada batas tumpatan di
bagian distal terdapat karies sekunder dan poket
gusi di bagian palatal. Perkusi positif, palpasi
dan tes mobilitas negatif. Evaluasi secara
radiograf, terlihat pasak jenis berulir berada di
kamar pulpa ke arah distopalatal dengan bahan
radioopak yang keluar dari dasar kamar pulpa.
Terlihat bahan tumpatan berlebih pada bagian
mesioservikal disertai adanya karies sekunder.
Saluran akar belum terisi bahan pengisi saluran
akar. Lamina dura pada sisi distal menebal,
tulang alveolar pada sisi mesial mengalami
resorpsi, gambaran radiolusensi pada periapikal
akar mesial menunjukkan adanya hubungan lesi
periodontal dengan lesi endodontik. Berdasarkan
pemeriksaan subjektif, objektif dan temuan
radiografis, maka dapat ditentukan diagnosis gigi
molar satu kanan maksila adalah gigi nekrosis
dengan perforasi furkasi disertai_kelainan
periapikal (Gambar 1). Rencana perawatan
dilakukan penutupan iatrogenik perforasi furkasi
menggunakan bahan mineral trioxide aggregate
(MTA), perawatan saluran akar dan dilanjutkan
dengan restorasi mahkota penuh metal porselin
disertai penguat pasak fiber tipe Peerless dari
produk Sybron Endo.
Kunjungan I, 20 Juni 2007 membongkar
tumpatan resin komposit dan melepas pasak
dengan menggunakan ultrasonik skeler, jaringan
aries dibersihkan (Gambar 2). Dinding buatan
dibuat dari bahan resin komposit polimerisasi
kimiawi (MultiCore Vivadent, Ivoclar) dengan
bantuan automatriks. Isolator karet dipasang,
dilakukan pembuatan akses kavitas dan preparasi
saluran akarpalatal menggunakan teknik Crown-Aplikasi Mineral Trioxide Aggregate pada Kasus Perforasi Furkasi Gigi Molar Atas
Gambar 1. a. Gigi 16. Foto intra oral gigi dan b.
foto periapikal dari gigi 16 sebelum perawatan.
Gambar 2. a. Terlihat pasak setelah tumpatan
dibongkar. b, Pasak setelah dilepas. c. Area perforasi
pada furkasi.
Gambar 3. a Saluran akar palatal setelah diisi dengan Ca(OH)2. b. Jaringan inflamasi pada area perforasi
dibersihkan. c. Perdarahan dikendalikan. d. Perforasi furkasi telah diisi dengan bahan MTA, ¢. Evaluasi
hasil penutupan dengan MTA.
Down, dengan instrumen hand use ProTaper
‘mencapai pembesaran F5 dengan panjang kerja
17 mm, dan disinfeksi menggunakan kalsium
hidroksida (Metapasta), dan orifis ditumpat
sementara. Tahap berikutnya penutupan perfo-
rasi dengan bahan MTA. Daerah perforasi
dibersihkan dan jaringan periodonsium yang
mengalami inflamasi dilakukan kuretasi serta
diirigasi dengan sodium hipoklorit (NaOCl)
2,5%, kemudian dikeringkan dengan paper
point. MAP system (micro apical placement,
PD, Vevey, Switzerland), digunakan untuk
memasukkan campuran MTA ke area perforasi,
kemudian permukaan kavitas ditumpat
(Gambar 3).
Kunjungan II, 21 Juni 2007. Setelah ba-
han MTA mengeras, dilakukan preparasi
biomekanik saluran akar mesiobukal dan
distobukal, menggunakan hand use ProTaper,
pembesaran akhir saluran akar mesiobukal
pada F2-16mm, dan saluran distobukal F2-
16mm., selanjutnya saluran akar disinfeksi
menggunakan bahan kalsium hidroksida,
kavitas ditumpat (Gambar 4).
Kunjungan Ill, 26 Juni 2007. Dilakukan
pengisian saluran akar, isolator karet dipasang,
‘tumpatan sementara dibongkar dan dresing kal-
sium hidroksida dikeluarkan sambil diirigasi
larutan sodium hipoklorit 2,5%, etylenediamin-
etetricacetid acid (EDTA) 15%, khlorheksidin
(CHX) 0,2%, lalu dikeringkan. Gutaperca utama
disterilkan, semen saluran akar yang digunakan
adalah TopSeal-Densiply. Pengisian saluran akar
‘menggunakan teknik vertikal kondensasi dengan
System B. Evaluasi hasil pengisian saluran akar
dengan pembuatan foto periapikal, kemudian
daerah orifis diberi lapisan semen ionomer kaca
tipe I, dan kavitas ditumpat dengan tumpatan
sementara (Gambar 5).
Kunjungan IV, 2 Juli 2007. Pemasangan
pasak fiber tipe Peerless, Sybron Endo, pada
saluran akar palatal sebagai pasak utama dan
67MAL Kedokteran Gigi Vol. 24 No. 2, Juni 2009: 65-72.
Gambar 4. a. Bahan MTA telah mengeras, b. Preparasi saluran akar mesiobukal dan mesiodistal, dan palatal.
¢. Saluran akar siap untuk obturasi.
Gambar 5. a dan b. Foto periapikal pasca obturasi.
saluran akar distobukal sebagai pasak kedua
dengan ukuran pasak 0,9 mm-4% (biru), dan
pasak 0,8 mm-6% (merah) dicobakan pada
saluran palatal dan distobukal. Sementasi pasak
‘menggunakan semen resin C&B cement (Bisco,
USA), serta silane coupling agent, (Pentron
USA), untuk meningkatkan daya rekat semen
resin pada pasak. Kavitas dan saluran pasak
dietsa menggunakan H,PO, 37% selama 15
detik, dicuci serta dikeringkan, Saluran pasak
akar distobukal, palatal dan kavitas diolesi
bonding PrimeBond NT, Denstply, dikeringkan
dan disinari (/C) selama 30 detik, campuran
semen resin dioleskan pada bagian ujung pasak,
dan diisikan pada saluran pasak, kemudian pasak
dimasukkan ke dalam saluran pasak. Pembuatan
inti pasak dari resin komposit pengerasan secara
kimiawi dari produk Multicore HB, Ivoclar.
Aplikasi bahan resin komposit ke dalam
kavitas menggunakan Unitip applier, GC, dan
disinari selama 30 detik, kemudian isolator
karet dilepas. Preparasi gigi untuk pembuatan
mahkota porselin dilakukan dengan mereduksi
68
Gambar 6 a. Foto periapikal gigi 16 setelah
preparasi mahkota. b. Restorasi mahkota metal .
struktur gigi sehingga memberikan cukup ruang
untuk bahan porselin dan batas akhir preparasi
gigi bagian servikal pada struktur gigi di
daerah subgingiva | mm dibawah free gingival
‘margin. Sebelum pencetakan dipasang gingival
retraction cord (Ultradent, USA), dipasang
pada bagian servikal gigi sebelum pencetakan,
Kemudian dilakukan pemasangan mahkota
sementara.
Kunjungan V, 13 Juli 2007, Mahkota
sementara dilepas, sisa semen dibersihkan dan
mahkota penuh metal porselin diinsersikan.
Tahap selanjutnya sementasi menggunakan
semen ionomer kaca tipe I, kelebihan semen
dibersihkan dengan dental floss (Gambar 6).
Kunjungan VI, 20 Juli 2007. Evaluasi
hasil perawatan dilakukan satu minggu pasca
pemasangan mahkota metal porselin. Pemerik-
saan subjektif, pasien mengatakan tidak ada
keluhan rasa sakit, dan gigi yang dirawat
dapat digunakan untuk mastikasi, Pemeriksaan
perkusi, pasien tidak memberikan respon adanya
rasa sakit, palpasi pada daerah mukosa bukalAplikasi Mineral Triovide Aggregate pada Kasus Perforasi Furkasi Gigi Molar Atas
tidak memberikan rasa nyeri atau sakit, tidak
ada mobilitas dari gigi molar satu atas kanan
maksila. Jaringan mukosa di sekitar mahkota
porselin fusi metal terlihat sehat tidak ada
peradangan gingiva.
Kunjungan VII, evaluasi hasil perawatan.
Foto periapikal empat minggu pasca perawatan
saluran akar dan penutupan perforasi furkasi,,
tidak terlihat gambaran radiolusensi baik di
daerah furkasi maupun diperiapeks akar mesial.
(Gambar 7).
Gambar 7. Foto periapikal empat minggu pasca
pemasangan restorasi akhir.
DISKUSI
Gigi molar satu atas kanan yang mengalami
nekrosis menunjukan lesi di daerah periapikal.
Peradangan akibat pulpa nekrosis dapat meluas
ke daerah furkasi melalui perforasi dasar kamar
pulpa, Menurut Gutman dan Lovdahl (1997),
kasus ini merupakan lesi kronik pada jaringan
periodontal yang mungkin- menimbulkan
degenerasi pulpa melalui foramen apikal.
Tanda perforasi pada molar satu atas kanan
terlihat jelas pada gambaran radiografis, dengan
adanya gambaran radioopak yang melampaui
batasdasarkamarpulpa, Padakasusinipelepasan
pasak dilakukan dengan cara menggetarkan
pasak memakai alat ultrasonik. Setelah pasak
terlepas terlihat saluran pasak berada pada dasar
kavitas. Penutupan perforasi furkasi dilakukan
dengan bahan Mineral Trioxide Aggregate
(MTA). Bahan ini bersifat biokompatibilitas,
bersifat bakterisidal dengan pH 12,5, dan
tingkat toksisitas yang sangat rendah schingga
termasuk bahan yang non-sitotoksik, dan non-
mutagenik (Torabinejad dkk., 1995; Sarkar
dkk., 2005; Jafari dkk., 2005), Penutupan daerah
perforasi dengan bahan MTA dapat memberikan
kerapatan yang maksimal sekalipun terdapat
darah disekitamya (Lee dkk.,1993).
Keberhasilan perawatan saluran akar
tergantungpadaketepatan diagnosisperencanaan
perawatan, tahappreparasibiomekanis, pengisian
sistem saluran akar dengan bahan yang dapat
‘menutup secara hermetis sampai batas dentin dan
sementum. Dinding buatan dari resin komposit
yang mengeras secara kimiawi dengan bantuan
automatriks, diperlukan untuk memudahkan
prosedur perawatan dan memasang isolator
karet agar tidak terjadi kontaminasi saliva.
Perawatan saluran akar yang dilakukan
bertujuan mencegah perluasan penyakit dari
pulpa ke jaringan periapikal dan mengembalikan
jaringan periapikal ke keadaan normal. Preparasi
biomekanik diawali dengan membuat akses
kavitas eksplorasi untuk membuat alur saluran
akar agar mempermudah preparasi_ saluran
akar, menghindari salah arah, Saluran akar
palatal dipreparasi untuk melihat berapa banyak
sisa_jaringan antara orifis palatal dan area
perforasi. Preparasi biomekanik menggunakan
teknik crown down mengingat pada gambaran
radiografik, saluran akar gigi tersebut agak
sempit dan sedikit melengkung. Teknik ini
berguna untuk menghilangkan penyempitan di
daerah servikal dan mengurangi kelengkungan
saluran akar sehingga daerah sepertiga apikal
dapat dicapai dengan leluasa dan larutan irigasi
dapat berpenetrasi lebih dalam (Pitt Ford, 2004).
Keunggulan lain teknik crown down yaitu dapat
mengeliminasi debris dan bakteri mulai dari
korona sehingga dapat mencegah inokulasi
ke jaringan apikal, pergerakan awal sejumlah
besar irigan dan lubrikan ke bagian apikal, dan
memfasilitasi determinasi panjang kerja yang
akurat (Regan dan Gutmann, 2004). Selain itu,
untuk menghindari terdorongnya dentin dan
debris kearah apikal atau keluar dari foramen;
69MAL. Kedokteran Gigi Vol. 24No. 2, Juni 2009: 68-72
untuk terbentuknya birai atau ledge; terjadinya
transportasi apikal dan perforasi, serta patahnya
instrumen di dalam saluran akar (Clifford,
2002).
Preparasi bagian apikal saluran akar
dengan ukuran instrumen yang lebih besar akan
membantu mengeliminasi mikroorganisme yang
berada di bagian paling apikal dari saluran akar
(Card dkk., 2002; Stuart dkk., 2006).
Irigasi saluran akar menggunakan larutan
sodium hipoklorit (NaOCl 2,5%, Larutan ini
cukup efektif dalam membantu melarutkan
jaringan pulpa nekrotik, mencegah pembentukan
‘smear layer, memilikisifatantimikrobaspektrum
luas, dan efektif terhadap bakteri anaerob
(Estrela dkk., 2002; Regan dan Gutmann, 2004;
Siqueira, 2007). Sterilisasi saluran akar dengan
menggunakan kalsium hidroksida sebagai
medikamen intrakanal Kurang efektif untuk
membunuh Enterococcus faecalis mengingat
kuman ini dapat mempertahankan homeostasis
pH dan adanya bufer dentin schingga pH 11.5
tidak dapat dipertahankan di dalam tubulus
dentin (Stuart dkk., 2006).
Obturasi saluran akar pada kasus ini dengan
teknik vertikal kondensasi menggunakan System
B, Penggunaan alat ini akan mempercepat waktu
pengerasan semen saluran akar berbahan dasar
resin akibat panas yang berasal dari gutaperca.
Sehingga, tingkat alergi dan peradangan dapat
ditekan (Schmalz, 2003; Dummer, 2004).
Pasak fiber tipe peerless, mempunyai
‘modulus elastisitas hampir sama dengan jaringan
dentin, kekuatan yang maksimal karena dibuat
dari bahan carbon fiber (Ferati dkk., 2000).
Sementasi pasak menggunakan bahan semen
resin yang pengerasannya secara_kimiawi.
Pemakaian semen jenis ini dianjurkan karena
unsur resin pada pasak yang akan melekat
dengan baik dan akan meningkatkan sifat retensi
di dalam saluran pasak (Cohen dan Burn, 1998;
Kostka dan Roulet, 2003).
Preparasi. dengan mengambil _struktur
gigi 16 secara merata di sekeliling gigi dan
permukaan oklusal berjarak 2 mm dengan gigi
70
antagonis, Batas akhir preparasi bagian servikal
pada struktur gigi, dan sebelum dilakukan
pencetakan, pada bagian servikal dipasang
gingival retraction cord, agar batas prepatasi
bagian servikal menjadi jelas pada hasil cetakan
(Schwartz, 1996).
Pemasangan mahkota sementara diperlukan
agar posisi gigi tidak berubah (Schwartz, 2004),
mencegah terjadi fraktur gigi sebelum mahkota
permanen terpasang (Pitt Ford dkk., 2002).
Namun yang paling penting adalah mencegah
Kontaminasi ke dalam kavitas (Torabinejad
kk., 1990).
Restorasi akhir menggunakan mahkota
penuh metal porselin untuk mengembalikan
fungsimastikasi.Kayserdkk, (1984) menyatakan
bahwa restorasi mahkota penuh metal porselin
mempunyai resistensi lebih besar dibandingkan
dengan restorasi mahkota porselin penuh karena
adanya lapisan logam. Penelitian Robbin (1996)
membuktikan bahwa gigi pasca perawatan
saluran akar membutuhkan pelindung_ sisa
jaringan mahkota agar tidak terjadi fraktur dari
mahkota dan dengan demikian juga mencegah
kebocoran dari arah koronal ke apikal.
KESIMPULAN
Perforasi furkasi disertai kelainan_periapikal,
dapat dikembalikan fungsinya dengan mela-
kukan penutupan area perforasi di daerah furkasi
menggunakan MTA disetai dengan perawatan
saluran akar, Restorasi akhir-menggunakan
mahkota penuh metal porselin dengan penguat
pasak fiber tipe peerless dapat mengembalikan
fungsi mastikasi melindungi jaringan pendukung
gigi dan, memberikan nilai estetik.
DAFTAR PUSTAKA
Card, S. J. Sigurdsson, A., and Orstavik, D., 2002, The
effectiveness of increase apical enlargement in re-
dlucing intracanal bacteria, J. Endod, 28:779-783.
Clifford, J. R.,2002, Cleaning and Shaping The Root Ca-
nal System, dalam Pathways: of the Pulp. Stephen>
Aplikasi Minoral Trioxide Aggregate pada Kasus Perforasi Furkasi Gigi Molar Atas
dan Richard (eds). Ed Ke 8.Mosby, Inc, St.Louis.
Him 231-291
Cohen, S., and Burns, R. C. 2002. Pathways of the Pulp,
Ed. Ke-8. Mosby, St.Louis, Missouri, Him 610
615, 917-929.
Dummer, P.M.H. 2004. Root Canal Filling dalam Harty's
Endodontic in Clinical Practice,, Ford PTS. (eds).
Ed ke 5. Wright, Edinburgh, Him 115-133.
Estrela, C., Estrela, C.R.A., Barbin, E.L., Spano, J.C.E.,
Marchesan, M.A., and Pecora, J.D. 2002. Mecha-
nism of Action of Sodium Hypochlorite. J. Braz
Dent 2:113-117.
Ferrari, M., Vichi, A., Mannocci, F., and Mason, P.N.
2000. Retrospective Study of The Clinical Perfor-
mance of Fiber Posts. Am J. Dent. 13(Spee N.):9B-
138.
Ferris, DIM. and Baumgartner, J.C. 2004, Perforation
Repair Two Types of Mineral Trioxide Ageregate
J. Endod. 30:422-424,
Gutmann, J.L., and Lovdahl, PE. 1997. Problems En-
‘countered with Pulpal- Periodontal Interrelation-
ships dalam Problem Solving in Endodontics. Gut-
mann, J.L., Dumsha, T.C., Lovdahl, P.E. and Hov-
land, E.J. (eds). ed. ke-3, HIm 303-23.
Ibbetson, RJ. 2004. Restoration of Endodontically
‘Treated Teeth, dalam Harty s Endodontics in Clini-
cal Practice. Pitt Ford, T.R. (ed). Ed Ke-5. Wright,
Edinburgh, Him 253-277.
Jafari, M. S. Mantellini, M.G., Botero, T.M., McDonald,
N.J., and Nor, J.E. 2005. Effect of ProRoot MTA
‘on Pulp Cell Apoptosis and Proliferation in Vitro. J
Endod, 31:387-391
Joffe, E, 2002. Use of Mineral Trioxide Aggregate
(MTA) in Root Repairs. NV ¥ State Dent J. Him 34-
36.
Kayser, A.F., Plasmans, J.P, dan Snoek, PA. 1984. Geli-
gi yang Rusak dan Perawatannya Dengan Cara
‘Mahkota dan Jembatan (ter).) Bina Cipta, Jakarta.
Him 99-138
Kostka, E., Roulet, J.F, 2003. The Root Filled Tooth in
Prosthodontic Reconstruction. dalam Textbook of
Endodontology. Blackwell Munksgaard, UK. Him
177-190,
Lee, §. J, Monsef, M., and Torabinejad, M. 1993, Seal-
ing Ability of a Mineral Trioxide Aggregate for
Repair of Lateral Root Perforation, J. Endod. 19:
Sal-s44.
Nakata, T, T., Bae, K. S., and Baumgartner, J. C.1998.
Perforation Repair Comparing Mineral Trioxide
Aggregate and Amalgam Using an Anaerobic Bac-
terial Leakage Model. J. Endod. 24:184-186,
Pitt Ford, T.R., Rhodes, J.S., Pitt Ford, H.E. 2002, Res-
toration of the Endodontically Treated Tooth. dalam
Endodontics Problem-Solving in Clinical Practice.
Martin Dunitz. London, Him 149-164,
Pitt Ford, T.R. 2004. Pulp Space Anatomy and Access
Cavities. dalam Harty’ Endodontic in Clinical
Practice. Ford, PLTR. (eds) ed ke 5. Wright Edin
burgh. Him 17-33, 215-235
Regan, J.D. dan Gutmann, J.L. 2004. Preparation of The
Root Canal System. dalam Hart's Endodonies in
Clinical Practice, Pitt Ford TS., ed. ke-S. Wright
Edinburgh, Him 77-94.
Robbins, J.W. 1996, Restoration Of Endodontically
Treated Teeth. dalam Fundamentals of Operative
Demistry A Contemporary Approach. Schwartz.
RS., Summitt, J.B., Robbins, J.W. (ed). Quintes-
sence Publishing. Chicago. Him 321-336
Sarkar, N.K., Caicedo, R.. Ritwik, P., and Moiseyeva, R.
2005. Physicochemical Basis of the Biologic Prop-
erties of Mineral Trioxide Aggregate, J. Endod.
31:97-100,
Schmalz, G. 2003, Root Canal Filling Material. dalam
Textbook of Endodontology. Blackwell Munks-
gaard, UK. Him 276-278
Schwartz, R.S. 1996. Impressions and Provisional
(Temporary) Restoration. Dalam Fundamentals
of Operative Dentistry A Contemporary Approach.
Schwartz. R.S., Summit, J.B., Robbins, J.W. (ed).
Quintessence Publishing. Chicago. Him 337-348,
Schwartz, R.S., and Robbins, J.W. 2004. Post Placement
and Restoration of Endodontically Treated Teeth: A
Literature Review. J. Endod. 30:289-301
Siqueira Jr, J.F., Pinto, G.T., and Rocas, I.N..2007. EF-
fect of Chemomechanical Prepration With 2,5%
Sodium Hypochlorite and Intracanal Medication
With Calcium Hydroxide on Cultivable Bacteria in
Infected Root Canals. J, Endod. 7:800-805,
Stuart, C.H., Schwartz, $.A., Beeson, T.J., and Owatz,
C.B.,2006, Enterococcus faecalis: Its Role in Root
1MAL. Kedokteran Gigi Vol. 24 No. 2, Juni 2009: 65-72,
Canal Treatment Failures and Current Concept in
Retreatment. J. Endod. 32: 93-8
Torabinejad, M., Ung, B., and Kettering, J.D. 1990, In-
Vitro Bacterial Penetration of Coronally Unsealed
Endodontically Treated Teeth. J. Endod. 16:566-
569,
Torabinejad, M., Hong, C.U., Pitt Ford, T.R., and Ket-
2
tering, J.D. 1995. Cytotoxicity of Four Root End
Filling Materials. J. Endod. 21:489-92.
Vizgirda, P. J., Liewehr, F. R., Patton, W. R., and
Mepherson, J. C. 2004. A Comparison of Laterally
Condensed Guttapercha, Thermoplasticized Gut-
tapercha, dan Mineral Trioxide Aggregate as Root
Canal Filling Materials. J. Endod. 30:103-106.