Anda di halaman 1dari 13

GASTROENTERITIS AKUT

1.1

Latar Belakang
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada orang dewasa.

Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau
gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan
8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di
rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena
diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan
dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada
usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian
diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali
dibandingkan negara maju.1
1.2

Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1-4
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. 1-4
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya
para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik
pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan, tetapi
di Indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih
cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat. 1-4
Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang
menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari

diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang
dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari). 1-4
Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare
noninfektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut. 1-4
Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,
hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak ditemukan penyebab
organik. 1-4
1.3

Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu diare : akut atau

kronik, 2. Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik, 3. Berat ringan


diare: kecil atau besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-infektif, 5.
Penyebab organik atau tidak organik atau fungsional.1,2
1.4

Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri,

parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.1-4


Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia
entero

colytica,

Compylobacter

jejuni,

V.parahaemoliticus,

V.NAG.,

Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas,


Proteus dll.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada
usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang
menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery
diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi
mukosa.5
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan
aktifitas disakaridase.5

Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana
mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin
memegang peranan. 5
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi
didalam sel epitel kolon. 5
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1
dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan
perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome. 5
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang
masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk :

smooth

lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin


serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)
yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery
diarrhea. 5
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak
langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau
dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging
ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak
langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui
invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan,
yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang
terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.5
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi
oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person
jarang terjadi. 5
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat
mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya
3

enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti


accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT).
Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus. 5
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan
mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea. 5
Virus:

Rotavirus,

Cytomegalovirus

Adenovirus,
(CMV),

Norwalk

virus,

Norwalk

echovirus. Virus-virus

tersebut

like

virus,

merupakan

penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%).


Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada
manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta
serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan. 5
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person. 5
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa. 5
Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Balantidium coli.
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih
belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam
empedu.

Transmisi

melalui

fecal-oral

route.

Interaksi

host-parasite

dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas, dan status imun. Didaerah
dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik,
diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas
rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah terpapar dengan
manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia.
Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan
gembung. 5
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi, namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya
umur, dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infeksi asimtomatik
yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik. Amebiasis yang

simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant. 5
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 15% dari
kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan
asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa
diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited.
Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada
penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan
diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. 5
Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,
cestodiasis dll.
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva, menimbulkan diare. 5
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus. 5
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunum,
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea
dan nyeri abdomen. 5
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen. 5
Fungus: Kandida/moniliasis
1.5

Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme

sebagai berikut:1
1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;
2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik;
3). Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit;
5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6). Gangguan permeabilitas usus;
5

7). Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;


8). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
Dua hal umum yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan
enzim pencernaan.1,4
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan
menjadi: 1,2,4,6
A.

Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare

sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non
invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E.
coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera
eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan
Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh
air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
B.

Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare

inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),


Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C.
perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C. difficile,
Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
6

bercampur dengan lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kumankuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada
pemeriksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.

1.6

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.1-4,6-8
A. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena
kelainan kolon sering berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,
bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut
infektif datang dengan keluhan khas yaitu: nausea, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung
bakteri pathogen yang spesifik.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena
nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi
bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan
ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan
status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:
1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor
kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak,
pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang
ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis

B. Pemeriksaan Fisik
Kelainan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat
berguna dalam menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature
tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal
yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya
distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit,
hitung jenis leukosit, kadar elektrolit serum,
2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan
dan mineral tubuh.
3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang
menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit
dewasa.
4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi
giardiasis dan tes serologic amebiasis
5) Foto x-ray abdomen
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung
jenis leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama
pada infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan
kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses
rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya
miroorganisme, maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium
tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan
pemeriksaan laboratorium rutin.
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh >
38,50C, adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses,
laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotik.
8

Penentuan derajat dehidrasi


Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:
1. Keadaan klinis: ringan, sedang, dan berat
2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat
a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 1,040
b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 1,032
c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 1,028
3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)
Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal
Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi
Skor Daldiyono - penilaian klinis dehidrasi
Klinis

Skor

Rasa haus/muntah

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg

Tekanan darah sistolik <60>

Frekuensi nadi >120 x/mnt

Kesadaran apatis

Kesadaran somnolen, sopor atau koma

Frekuensi napas >30 x/mnt

Facies cholerica

Vox cholerica

Turgor kulit menurun

Washer womens hand

Ekstremitas dingin

Sianosis

Umur 50 60 tahun

-1

Umur >60 tahun

-2

1.7

Penatalaksanaan
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa

komplikasi, dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan.


Tidak jarang penderita mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan
obat-obatan anti diare yang dijual bebas. Biasanya penderita baru mencari
pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam belum ada perbaikan
dalam frekuensi buang air besar ataupun jumlah feses yang dikeluarkan.1,3
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:1,2,4,7
A.

Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang

adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin.
Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang
agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik
mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral
murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain:
ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan
dan status dehidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat
dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila
pasien mengalami kekurangan cairan 2-5% dari BB. Sedang bila pasien
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 810% dari berat badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam macam pemberian cairan:
a. BJ plasma dengan rumus:
BJ plasma 1,025
Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml
0,001

10

b. Metode pierce berdasarkan klinis:


Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.
skor
Kebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3
disertai syok diberikan cairan per intravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang,
nasogastrik atau intravena.
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui
infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih
dapat diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra
indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral
diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3.5 g
NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit generic,
renalyte, pharolit dll.
Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas :
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial); jumlah total kebutuhan cairan
menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam
2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan
berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi
inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3
dapat diganti cairan per oral.

11

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan


melalui tinja dan Insensible Water Loss (IWL).
B.

Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat.

Pasien dianjurkan minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas,
makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus
dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
C.

Obat anti-diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu

derifat opioid missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium.


Loperamid paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling
kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi
kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth.
Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas
(termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat
memperlama penyembuhan penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4
x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare
berhenti. c) obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
D.

Obat antimikroba
Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited

disease karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan
pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang
diduga mengalami infeksi bakteri invasif, diare turis, atau imunosupresif. Obat
pilihan yaitu kuinolon (siprofloksasin 500 mg 2x/hari selama 5-7 hari). Obat ini
baik terhadap bakteri patogen invasive termasuk Campylobacter, Shigella,
Salmonella, Yersinia, dan
kotrimoksazol

Aeromonas species. Sebagai alternatif

(trimetroprim/sulfametoksazol),

160/800

mg

2x/hari,

yaitu
atau
12

eritromisin 250-500 mg 4x/hari. Metronidazol 250 mg 3x/hari selama 7 hari


diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.

13

Anda mungkin juga menyukai