Pembimbing:
dr.
Penyusun:
Keyne Christa Monintja
Angelina
2013-061-111
2013-061-112
ABSTRAK
Latar Belakang: Terapi paling efektif dan akurat dari pasien hipertensi mengurangi kejadian
penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan: Studi ini membandingkan efektivitas dan kemaanan dari terapi kombinasi dengan
angiotensin-receptor
blocker
(ARB)
dan
calcium-channel
blocker
(CCB)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di seluruh dunia dan
membutuhkan kontrol ketat dalam menurunkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular
secara maksimal. Sebanyak 26,4% dari populasi dewasa di dunia mengalami hipertensi pada
tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat mencapai 29,2% pada tahun 2015. Studi
metanalisis di Iran yang dilakukan tahun 1999 mendapatkan angka prevalensi hipertensi di
negara tersebut sebesar 21.9%. Penatalaksanaan hipertensi merupakan tantangan dalam
bidang kesehatan masyarakat. Pencapaian target tekanan darah (TD) (TD<140/90 mmHg atau
TD<130/80) pada pasien hipertensi yang disertai dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis
merupakan hal yang sulit. Obat-obatan untuk penanganan hipertensi telah banyak tersedia.
Variasi dari obat-obatan antihipertensi dan juga studi klinis ekstensif telah membawa klinisi
untuk memiliki anggapan yang berbeda-beda dalam memberikan obat-obatan tersebut. Target
idealnya adalah bahwa obat tersebut sepatutnya efektif, bebas efek samping, mudah
digunakan serta dijangkau. Pasien onset baru yang didiagnosis dengan hipertensi tanpa
komplikasi dan indikasi mendesak, monoterapi lini pertama mencakup angiotensin
converting enzyme (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), calcium channel blocker
(CCB) and diuretik. Pada pasien dengan hipertensi tingkat 2 atau selebihnya, terapi
kombinasi direkomendasikan. Dalam studi ini, kami mengevaluasi efektivitas dari terapi
kombinasi dengan ARB dan CCB, dibandingkan dengan dosis tinggi ARB atau CCB yang
dikombinasi hidroklorotiazid (HCTZ) pada pasien berusia lebih dari 40 tahun dengan
hipertensi tingkat 2.
dirangkum pada Gambar 1. Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dilakukan secara
manual dengan sfigmotensiofon terkalibrasi, Riester Sfigmomanometer. Pada setiap
kunjungan, tekanan darah diukur sebanyak dua kali dengan jarak waktu 5 menit, saat pasien
duduk di kursi. Tekanan darah diukur pada kedua lengan dan yang diambil ialah nilai
tertinggi. Pasien diminta untuk menghindari rokok atau konsumsi kafein paling sedikit 30
menit sebelum pengukuran. Studi ini melibatkan pasien rawat jalanyang terdiri dari laki-laki
dan perempuan diatas 40 tahun dengan hipertensi tingkat 2, didefinisikan sebagai rata-rata
tekanan sistolik dalam posisi duduk (mean sitting sistolic blood pressure / MSSBP) 160
mmHg atau rata-rata tekanan diastolik dalam posisi duduk (mean sitting diastolic blood
pressure / MSDBP) 100 mmHg. Pasien dieksklusi apabila telah mendapatkan terapi
antihipertensi yang telah disebutkan sebelumnya, sedang hamil, atau menolak menjalani
kunjungan follow-up. Terapi diubah ke obat lain setelah 1 minggu apabila ditemukan adanya
efek simpang dari obat yang bersangkutan. Kriteria eksklusi kunci lainnya adalah MSSBP
diatas 200 mgHg atau MSDBP di atas 110 mmHg pada saat pertama kali diperiksa,
penggunaan 4 obat antihipertensi selama 30 hari terakhir, hipertensi sekunder, atau hipertensi
resisten. Obat antihipertensi telah diekskresi secara sempurna 5 hari setelah penghentian obat
dan pasien yang memenuhi syarat dirandomisasi untuk mendapatkan Amlopres (Amlodipin
yang diproduksi oleh Alborz Darou) dengan dosis maksimal (5 mg bid) dan hidroklorotiazid
dosis rendah (25 mg per hari) (Kelompok Amlodipin/HCTZ), Losartan dosis maksimal
(50mg bid) dan Hidroklorotiazid dosis rendah (Kelompok Losartan/HCTZ) atau Amlodipin 5
mg bid dan Losartan 25 mg bida (Kelompok Amlodipin Losartan) (Gambar 1). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan perubahan dari nilai dasar MSSBP dengan
regimen obat terkait dalam 8 minggu. Pada setiap kunjungan, pasien akan dikeluarkan dari
studi ini apabila mereka memiliki MSSBP di atas 200 mmHg atau MSDP di atas 110 mmHg
atau hipotensi (MSSBP < 100 mmHg atau MSDBP < 60 mmHg) atau menunjukkan adanya
kejadian simpang lain. Pasien tidak diperbolehkan menggunakan obat antihipertensi lainnya
selama studi berlangsung. Studi ini dilakukan berdasarkan prinsip etis Deklarasi Helsinki.
ANALISA STATISKIK
Program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 19.0 digunakan untuk
melakukan analisa statistic. Statistik deskriptif digunakan untuk memperlihatkan frekuensi
dan presentasi. Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik serta persentase penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolic diperlihatkan sebagai MeanSD. Pared student t-test
dilakukan untuk membandingkan pembacaan nilai dasar tekanan darah dengan penilaian
setelah intervensi dan juga one-way ANOVA untuk membandingkan parameter studi antara
3
kedua kelompok terapi. Chi-square digunakan untuk membandingkan jenis kelamin, riwayat
merokok, serta kadar kolesterol yang tinggi di antara kedua kelompok terapi. Analisis
kovarian (ANCOVA) untuk pengukuran berulang dilakukan untuk mengidentifikasi interaksi
antara kategori studi dan perubahan tekanan darah sistolik serta diastolic. Derajat
kepercayaan 0.95 dan nilai p < 0.05 dianggap sebagai signifikan.
HASIL
Tabel 1. Distribusi Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Diabetes Mellitus, Merokok, Peningkatan Kadar
Kolesterol Darah, Tekanan Sistolik dan Diastolik pada Populasi sebagai Kesatuan dan masing-masing
Subgrup Terapi pada Nilai Dasar
and
4. Ong KL, Cheung BM, Man YB, Lau CP, Lam KS. Prevalence, awareness, treatment,
and control of hypertension among United States adults 1999-2004. Hypertension.
2007;49(1):69-75.
5. Oparil S, Silfani TN, Walker JF. Role of Angiotensin Receptor Blockers as
Monotherapy in Reaching Blood Pressure Goals. Am J Hypertens. 2005;18:287-94
6. Kjeldsen SE, Devereux RB, Hille DA, Lyle PA, Dahlf B, Julius S, et al. Predictors of
cardiovascular events in patients with hypertension and left ventricular hypertrophy:
the Losartan Intervention for Endpoint reduction in hypertension study. Blood Press.
2009;18:348-61.
7. Parati G, Asmar R, Bilo G, Kandra A, Di Giovanni R, Mengden T. Effectiveness and
safety of high-dose valsartan monotherapy in hypertension treatment: the ValTop
study. Hypertens Res. 2010;33(10):986-94.
8. Gavras H. Update on the clinical pharmacology of candesartan cilexetil. Am J
Hypertens. 2000;13(1 Pt 2):25S-30S.
9. White WB. Improving blood pressure control and clinical outcomes through initial
use of combination therapy in stage 2 hypertension. Blood Press Monit.
2008;13(2):123-9.
10. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al.
Seventh
report
of
the
joint
national
committee