Enzim merupakan protein yang bertindak sebagai katalis di dalam tubuh makhluk hidup.
Karena bekerja sebagai katalis di dalam tubuh makhluk hidup, enzim disebut juga
biokatalisator.
Enzim dapat bertindak sebagai katalis, yaitu dapat meningkatkan kecepatan reaksi kimia
tetapi tidak berubah dalam reaksi kimia tersebut. Molekul yang bereaksi di dalam suatu reaksi
yang dikatalisis oleh enzim disebut substrat, dan molekul yang dihasilkan disebut produk.
Enzim dibuat di dalam sel-sel yang hidup. Sebagian besar enzim bekerja di dalam sel, disebut
enzim intraseluler. Contoh enzim intraseluler adalah katalase. Katalase memecah senyawa
berbahaya seperti H2O2 (Hidrogen Peroksida) di dalam sel-sel hati. Beberapa enzim dibuat
di dalam sel, kemudian dikeluarkan dari dalam sel untuk melakukan fungsinya, disebut enzim
ekstraseluler. Contoh enzim ekstraseluler adalah enzim-enzim pencernaan, misalnya amilase.
Amilase memecah amilum menjadi maltosa. Amilase dihasilkan oleh kelenjar saliva (ludah)
dan dikeluarkan ke rongga mulut untuk melakukan fungsinya.
KOMPONEN ENZIM
Enzim tersusun dari komponen protein yang disebut apoenzim. Beberapa enzim memerlukan
komponen non protein untuk membantu aktivitas enzim yang disebut kofaktor. Kofaktor
beberapa enzim berupa ion anorganik.
Kofaktor yang berupa ion organik disebut koenzim. Beberapa kofaktor tidak berubah di akhir
reaksi, tetapi kadang berubah dan terlibat dalam reaksi yang lain. Enzim yang terikat dengan
kofaktor disebut holoenzim. Berikut beberapa jenis kofaktor yang membantu aktivitas enzim.
ION-ION ANORGANIK
Ion-ion anorganik sederhana merupakan salah satu kofaktor. Ion-ion ini terikat dengan enzim
atau substrat kompleks dan dapat membuat fungsi enzim lebih efektif. Sebagai contoh,
amilase dalam saliva akan bekerja lebih baik dengan adanya ion klorida dan kalsium.
GUGUS PROSTETIK
Gugus prostetik merupakan tipe kofaktor yang lain. Gugus prostetik berperan memberi
kekuatan tambahan terhadap kerja enzim. Gugus prostetik terdiri dari molekul-molekul
organik yang terikat rapat dengan enzim. Contohnya adalah heme, yaitu suatu molekul
berbentuk cincin pipih yang mengandung besi. Heme merupakan gugus prostetik sejumlah
enzim, diantaranya katalase, peroksidase, dan sitokrom oksidase.
KOENZIM
Koenzim merupakan kofaktor yang terdiri dari molekul-molekul non protein kompleks yang
terikat renggang dengan enzim. Koenzim berfungsi memindahkan gugus kimia, atom, atau
elektron dari satu enzim ke enzim yang lain. Beberapa koenzim adalah vitamin atau turunan
vitamin. Contohnya, NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide) merupakan koenzim yang
sangat penting dalam respirasi seluler.
Gugus prostetik secara kimiawi hampir sama dengan koenzim, yaitu senyawa
non-protein yang dapat terdialisa dan termostabil, namun ikatannya dengan
apoenzim cukup kuat, sehingga biasanya tidak bersifat reversibel. Sifat
ikatannya dengan apoenzim inilah yang membedakan gugus prostetik dengan
koenzim. Tidak seperti koenzim yang dapat terikat, lepas, kemudian diikat lagi
oleh apoenzim selama kerja enzim, maka gugus prostetik umumnya berada
dalam keadaan terikat terus menerus menjadi satu dengan bagian apoenzim.
Hanya saja, dalam mekanisme kerja enzim, ia mengalami perubahan-perubahan
bentuk, misalnya dari keadaan tereduksi berubah menjadi keadaan teroksidasi,
dan kemudian berubah lagi menjadi keadaan tereduksi, dan seterusnya.
Beberapa contoh gugus prostetik adalah molibdopterin, lipoamida dan biotin.
1. Pengertian Enzim
Enzim adalah katalis untuk reaksi-reaksi dalam sistem biologi (biokatalisator), yaitu
substansi yang dapat mempercepat atau membantu suatu reaksi kimia tanpa harus ikut terlibat
di dalam reaksi itu sendiri. Ezim ditemukan dalam setiap sel hidup, mulai dari organisme
bersel tunggal sederhana sampai organisme multiseluler yang kompleks, termasuk manusia.
Enzim tersusun atas protein (Apoenzim), tersedia di alam dan mengontrol
pembentukan dan dekomposisi bahan-bahan penting yang ada di sayuran, buah-buahan dan
hewan. Reaksi biokimia yang paling sering saat mengaplikasian enzim secara industri adalah
peruraian hidrolitik komponen bahan pangan yang memiliki berat molekul (BM) tinggi
seperti pati, protein, selulosa, dan sebagainya.
Gugus Prostetik (Kofaktor), yaitu bagian enzim yang tidak tersusun dari protein,
tetapi dari ion-ion logam atau molekul-molekul organik yang disebut KOENZIM. Molekul
gugus prostetik lebih kecil dan tahan panas (termostabil), ion-ion logam yang menjadi
kofaktor berperan sebagai stabilisator agarenzim tetap aktif.
Menurut
teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya
kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim,
sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci masuk ke
dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzimsubstrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan
dilepas dan enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci
gembok.
Menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung
karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga
keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori
ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel.
Aktivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja enzim.
Contohnya ion klorida, yang dapat mengaktifkan enzim amilase.
Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan cara kerjanya,
inhibitor terbagi dua, inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif
adalah inhibitor yang bersaing aktif dengan substrat untuk mendapatkan situs aktif enzim,
contohnya sianida bersaing dengan oksigen dalam pengikatan Hb. Sementara itu, inhibitor
nonkompetitif adalah inhibitor yang melekat pada sisi lain selain situs aktif pada enzim, yang
lama kelamaan dapat mengubah sisi aktif enzim.
- Konsentrasi enzim dan substrat
Semakin tinggi konsentrasi enzim akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Dan
konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
Jika sudah mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik
dengan kecepatan reaksi.
Pengertian Enzim
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein.
Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan
dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis
dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk
membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi
satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan
koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan
berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama
dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim.
Akan tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim.
Koenzim bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat.
Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP
(Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah
dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.
Sifat-sifat Enzim
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah
produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya
meningkatkan laju suatu reaksi.
b. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat
tertentu saja.
c. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar.
Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat,
dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim
terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat
laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu
senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawasenyawa menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai
berikut.
Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada
sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik
sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat
spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan
bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi,
enzim dan substrat harus saling komplementer.
Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada
sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik
sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat
spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan
bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi,
enzim dan substrat harus saling komplementer.
Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak
kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
a. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci
yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan
energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan
produk serta membebaskan enzim.
b. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk
yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah
terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga,
substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Sumber:
Ada dua cara kerja enzim , yautu model kunci gembok dan induksi pas.
a. Model kunci gembok (block and key)
Enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat
berikatan dengan substrat . bagian tersebut disebut sisi aktif.
Substrat dimisalkan sebagai kunci karena dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif
enzim (gembok).
b. Induksi pas (model induced fit)
Pada model ini sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substratnya