Anda di halaman 1dari 11

PARADIGMA SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN DI SAAT KRITIS

> Does Sampoerno *


>
> 1. Pendahuluan
>
> Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk mengalami
banyak
> perubahan sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita bagaimana
suatu
> masyarakat menghayati dan menghargai bahwa kesehatan itu merupakan
Human
> Capital yang sangat besar nilainya. Pemahaman masyarakat tentang
sebab
> musabab penyakit, konsep rumah sakit dan pemahaman bahwa upaya
kesehatan
> sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia akan mendasari
bagaimana
> upaya kesehatan di suatu negara sebaiknya diselenggarakan.
>
> Sampai saat ini di banyak negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia
> apabila berbicara masalah kesehatan pada umumnya asosiasi kita tertuju
pada
> pengobatan penyakit, rumah sakit, puskesmas, poliklinik, sehingga
pembiayaan
> rumah sakit dan pembiayaan penanganan orang sakit merupakan komponen
utama
> pembiayaan upaya kesehatan. Penanganan kesehatan penduduk masih berupa
> program-program konvensional masih menekankan pada pengembangan rumah
> sakit - rumah sakit, penanganan penyakit secara individual,
spesialistis
> terutama penanganan peristiwa sakit secara episodik.
>
> Program kesehatan yang mengutamakan upaya kuratif dalam jangka panjang
tidak
> menguntungkan. Oleh karena berapapun besar biaya yang disediakan akan
tetap
> kurang, oleh karena permintaan akan pelayanan medis kuratif akan
selalu
> meningkat. Upaya kesehatan kuratif khususnya rumah sakit akan
cenderung
> berkumpul di tempat yang banyak uang, yaitu di kota-kota besar saja.
Upaya
> kesehatan yang bersifat kuratif tidak akan membawa masyarakat ke sehat
> produktif secara lebih cost efektif. Hal ini menyebabkan upaya
kesehatan
> yang berorientasi kuratif dari segi ekonomi bersifat konsumtif tidak
> produktif.
>
> Dipandang dari segi ekonomi melakukan investasi pada orang yang tidak
atau
> belum sakit lebih cost effective daripada terhadap orang sakit
karena
> investasi pada orang sehat dan orang tidak sakit lebih dekat ke
> produktivitas ketimbang investasi pada orang sakit.
>
> 2. Apakah itu Paradigma ?

>
> Stepen R. Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective
People
> menguraikan The word paradigm comes from the Greek. It was originally
a
> scientific form, and is more commonly used today to mean a model
theory,
> concept, perception, orientation, assumption or frame reference. In
the more
> general sense, its the way we see the world, not in term or our
visual
> sense of sight, but in term of perceiving, understanding and
interpreting.
>
> Dalam makna yang lebih popular dapat diartikan visi serta orientasi
kita
> terhadap realitas. Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam
> kesadaran manusia terhadap informasi - informasi yang diperolehnya
apakah
> dari pengalaman ataupun dari penelitian.
>
> 3. Konsep baru tentang makna sehat.
>
> Konsep sehatsakit senantiasa berubah sejalan dengan pemahaman kita
tentang
> nilai, peran, penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan.
Dimulai
> pada zaman keemasan Yunani bahwa sehat itu virtue, sebagai sesuatu
yang
> dibanggakan, sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tak bermanfaat.
Filosofi
> yang berkembang pada saat itu adalah filosofi Cartesian yang
berorientasi
> pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang
disebut
> sehat bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan
urusan
> dokter melainkan urusan agama.
>
> Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit, batasan sehat juga berubah,
> seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara
seksama
> tidak ditemukan penyebab penyakit. Tahun lima puluhan definisi WHO
tentang
> sehat sebagai keadaan sehat sejahtera fisik mental sosial dan bukan
hanya
> bebas dari penyakit dan kelemahan, dan tahun delapan puluhan kemudian
> definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang tertera dalam UU
> Kesehatan RI no 23 tahun 1992 telah memasukkan unsur hidup produktif
sosial
> dan ekonomi.
>
> Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Canada
yang
> mengutamakan konsep sehat produktif, sehat adalah sarana atau alat
untuk

> hidup sehari-hari secara produktif. Tanpa kesehatan yang memadai


seseorang
> tidak bisa berkarya secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan
untuk
> dapat membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa
hidup
> produktif. Kesehatan bersama dengan pendidikan dan rasa aman merupakan
dasar
> dari human capital
>
> 4. Paradigma Baru Kesehatan
>
> Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta
> memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di
dunia.
> Tahun 1974 dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan
kesehatan
> masyarakat baru karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi intensif yang
> berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan
metoda
> untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
>
> Selama tiga dekade terakhir ini khususnya setelah deklarasi Alma Ata,
HFA
> Year 2000 (1976) pertemuan Mexico (1990) dan Saltama (1991), perhatian
para
> ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari
orientasi
> sakit ke orientasi sehat. Perubahan orientasi tersebut antara lain
> disebabkan oleh karena :
> (a) Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang
> semula disebabkan oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis degeneratif
dan
> kecelakaan
> (b) Perubahan konsep dari cartesian ke holistik filosofi.
> (c) Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat /sarana
> (d) Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi
> kesehatan penduduk. Lalondo (1974) dan diperkuat Hendrik L. Bluum
(1974)
> dalam tulisannya secara jelas menyatakan bahwa status kesehatan
penduduk
> bukanlah merupakan hasil pelayanan medis semata-mata akan tetapi
> faktor-faktor lain seperti lingkungan, perilaku dan genetika justru
lebih
> menentukan terhadap status kesehatan penduduk.
>
> Sayangnya bahwa perubahan pemahaman dan pengetahuan tentang determinan
> kesehatan tersebut, meskipun jelas-jelas mempunyai nilai positif tidak
> segera diikuti dalam perubahan kebijakan dalam upaya pelayanan
kesehatan di
> Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan bahwa para pengambil keputusan
di
> tingkat pusat dalam sektor kesehatan belum memahami akan perubahan
paradigma
> yang terjadi setelah tahun tujuh puluhan . Bahkan walaupun GBHN 1993
tujuan

> program kesehatan telah berubah namun upaya kesehatan yang dilakukan
> pemerintah belum berubah juga, hal ini terlihat dengan belum
ditanganinya
> pembuatan sejumlah PP yang penting dalam UU Kesehatan No. 23 1992,
terutama
> yang berkaitan dengan upaya promotif dan preventif.
>
> 5. Upaya Kesehatan yang Ada
>
> Upaya kesehatan yang selama ini dilaksanakan pemerintah masih
berorientasi
> pada upaya penanggulangan penyakit episodik dan upaya penyembuhan.
Upaya
> kesehatan yang demikian seringkali menyesatkan pemikiran kita seolaholah
> apabila semua orang yang sakit bisa diobati maka masyarakat menjadi
sehat.
> Padahal apabila seluruh sarana pengobatan yang ada dewasa ini
dikerahkan
> seluruhnya, hanya akan mampu menangani / mengobati sekitar 30 persen
dari
> semua orang sakit yang ingin berobat.
>
> Upaya kesehatan yang berorientasi pada penanggulangan penyakit,
indikator
> yang yang sering digunakan adalah cakupan pelayanan, ratio dokter per
> penduduk serta banyaknya rumah sakit, banyaknya Puskesmas dan
sebagainya.
> Sebenarnya apabila kita mau berpikir secara kritis, banyaknya dokter,
rumah
> sakit, puskesmas dan balai pengobatan tidak menjamin masyarakat
menjadi
> sehat. Upaya kesehatan dengan pendekatan penyembuhan penyakit membuat
upaya
> kesehatan dinilai sebagai konsumtif bukan produktif dan menempatkan
> pelayanan kesehatan di arus pinggir dari pembangunan. Perubahan
paradigma
> upaya kesehatan secara nyata seharusnya sudah harus dimulai sejak
berlakunya
> GBHN 1993 sejak pemerintah menginginkan bahwa upaya kesehatan
ditujukan
> untuk membentuk SDM yang berkualitas.
>
> Oleh karena itu pemerintah sekarang perlu segera merencanakan
perubahan
> upaya kesehatan yang berorientasi pada pembinaan kesehatan bangsa
(Shaping
> the health of the nation), yaitu upaya kesehatan dalam jangka panjang
dapat
> menjamin kemandirian dan ketahanan penduduk membentuk manusia
Indonesia yang
> sehat dan membebaskan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap
dokter
> dan obat.
>
> Upaya kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat
untuk

> lebih memiliki pengetahuan untuk dapat menghindari diri dari penyakit
serta
> membawa masyarakat untuk lebih tahan terhadap penyakit, untuk hidup
secara
> produktif. Upaya kesehatan yang demikian dalam jangka panjang akan
> menempatkan kesehatan di arus tengah pembangunan. Upaya kesehatan
> berparadigma sehat yang dalam jangka panjang akan menjamin kemandirian
yang
> lebih besar dan akan meningkatkan ketahanan mental dan fisik dari
penduduk
> dan bermuara pada terciptanya SDM manusia Indonesia yang berkualitas.
>
> 6. Kebijakan Kesehatan Baru
>
> Menteri Kesehatan Prof Dr. F.A. Moeloek, dalam rapat kerja dengan
Komisi VI
> DPR-RI. Selasa tanggal 15 September 1998 menyatakan bahwa Departemen
> Kesehatan akan memperkenalkan paradigma baru yaitu Paradigma SEHAT.
Dengan
> paradigma baru ini maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada
upaya
> promotif-preventif dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Dalam rapat
kerja
> tersebut Menteri Kesehatan juga menyebutkan bahwa: Paradigma sehat ini
> sebenarnya sudah lama diketahui oleh para ahli kesehatan, namun tidak
pernah
> menjadi kebijakan kesehatan . Kalau baru sekarang dijalankan karena di
masa
> lalu lebih banyak tidur (Kompas, 16 September 1998)
>
> Perubahan paradigma yang diungkapkan oleh Menkes di DPR baru-baru ini
> diharapkan benar-benar merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam
> menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang
> menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa (shaping the health of
the
> nation), dan bukan sekedar penyembuhan penyakit. Thomas Kuhn dalam
bukunya
> yang sangat berpengaruh: The Structur of Scientific Revolution",
seperti
> yang dikutip oleh Covey menyatakan bahwa hampir pada setiap terobosan
baru
> perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk memecahkan atau
merubah
> kebiasaan dan cara berpikir yang lama.
>
> Membina bangsa yang sehat (shaping the health of the nation) jauh
lebih
> luas dari sekedar upaya penyembuhan penduduk yang sakit. Membina
kesehatan
> suatu bangsa atau menciptakan bangsa yang sehat, cerdas, trampil tidak
bisa
> dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja. Mencerdaskan bangsa yang
sehat
> bukan merupakan tanggungjawab Depkes saja. Menciptakan bangsa yang
sehat
> perlu dilakukan dengan pendekatan holistik, multi sektor dan release

> approach yaitu menciptakan bangsa yang sehat, produktif , mandiri,


lebih
> tahan terhadap penyakit, bebas dari ketergantungan terhadap obat dan
> pelayanan medis yang berlebihan.
>
> Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan dan
menghasilkan SDM
> Indonesia yang sehat produktif. Sehingga obsesi upaya kesehatan harus
dapat
> mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.
Orientasi
> baru upaya kesehatan adalah orientasi menyehatkan penduduk suatu
orientasi
> sehat positif. Sebagai kebalikan dari orientasi pengobatan penyakit
yang
> bersifat kuratif, membetulkan, memperbaiki atau mengembalikan sesuatu
yang
> terjadi.
>
> 7. Konsekwensi / Implikasi dari Perubahan Paradigma.
>
> Perubahan paradigma yang diutarakan oleh Bapak Menteri Kesehatan di
DPR
> tanggal 15 September 1998 apabila dilaksanakan akan membawa dampak
yang
> cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan
yang
> ada, tenaga-tenaga kesehatan yang ada, fasilitas pelayanan kesehatan
yang
> ada, peraturanperundangan kesehatan yang ada adalah merupakan wahana
dan
> sarana pendukung dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
berorientasi
> pada upaya penyembuhan penyakit, maka untuk mendukung
terselenggaranya
> paradigma sehat yang berorientasi pada upaya promotif-preventif,
proaktif,
> community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan masyarakat,
maka
> semua wahana, tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan
> penyesuaian atau bahkan reformasi, termasuk reformasi kegiatan dan
program
> di Pusat Penyuluhan Kesehatan di Departemen Kesehatan.
>
> Selama ini masyarakat diberi anggapan bahwa kesehatan merupakan
> tanggungjawab pemerintah karena pemerintahlah yang selalu menyediakan
> pelayanan kesehatan jika mereka sakit. Masyarakat seolah-olah
dibiarkan
> dihujani dengan iklan obat-obat yang menyesatkan tanpa ada iklan
> sebaliknya. Sehingga setiap individu dalam masyarakat tidak berusaha
atau
> tidak tahu untuk mempraktekkan gaya hidup sehat seperti olahraga,
makan
> makanan sehat, tidak merokok dan istirahat yang cukup. Pemerintah
harus ikut
> bertanggungjawab atas terciptanya gaya hidup sehat di kalangan
masyarakat

> yang selama ini kurang dilakukan secara sungguh-sungguh .


>
> Pada masa krisis sekarang ini di mana obat dan pengobatan menjadi
mahal,
> keluarga-keluarga dipaksa untuk membuat keputusan yang bijak untuk
> membelanjakan uangnya yang terbatas, seharusnya pemerintah lebih
menekankan
> pada pendidikan dan penyuluhan kesehatan agar masyarakat mampu
menghindarkan
> diri dari penyakit, tidak mudah jatuh sakit, dan melaksanakan
kebiasaan
> hidup sehat agar biaya pengobatan bisa dihemat.
>
> 8. Indikator Kesehatan
>
> Sementara itu masyarakat mulai mempertanyakan apakah indikatorindikator
> kesehatan yang digunakan dewasa ini yaitu IMR, CDR, Life expectancy
masih
> cocok disebut sebagai indikator kesehatan penduduk.
>
> Untuk dapat menilai berapa banyak penduduk yang sehat tidak mungkin
> digunakan angka kematian dan angka kesakitan penduduk. Untuk dapat
mengukur
> status kesehatan penduduk yang tepat perlu digunakan indikator positif
> (sehat), dan bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa
ini
> masih dipakai. WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan
penduduk
> harus mengacu pada 4 hal sebagai berikut: (a) melihat ada tidaknya
kelainan
> pathofisiologis pada seseorang, (b) mengukur kemampuan fisik seseorang
> seperti kemampuan aerobik, ketahanan, kekuatan dan kelenturan sesuai
dengan
> umur. (c) penilaian atas kesehatan sendiri dan (d). Indeks Massa
Tubuh
> (BMI): B.kg / (T.m2)
>
> Dewasa ini mulai dipertanyakan keterkaitan antara IMR yang rendah
dengan
> bayi sehat Penelitian di Afrika menemukan bahwa 26% dari bayi yang
dapat
> diselamatkan (tidak mati) ternyata cacad.
>
> Demikian halnya dengan peningkatan umur harapan hidup waktu lahir. WHO
> menegaskan bahwa peningkatan umur harapan hidup itu harus diartikan
sebagai
> bertambahnya produktivitas dan bukan sekedar bertambah umur tapi
> sakit-sakitan. WHO menyebutkan bahwa perpanjangan umur harus diartikan
> sebagai add life to years rather than merely add years to life Di
samping
> itu penambahan umur harus pula diartikan sebagai penambahan years of
> disability free life dan bukan penambahan years of disabled life
>
> 9. Tenaga Kesehatan
>

> Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan
yang
> menekankan pengobatan penyakit adalah sangat penting. Mereka itu semua
> merupakan tulang punggung upaya pelayanan medis di Indonesia. Namun
untuk
> pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat, tenaga
> kesehatan telah ada tersebut ternyata tidak cukup. Membina kesehatan
banyak
> memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh dilakukan
> terhadap masyarakat secara kolektif tidak individual. Intervensi yang
utama
> antara lain adalah membina lingkungan yang memungkinkan masyarakat
dapat
> hidup sehat, membina perilaku hidup sehat, menggalakkan upaya
> promotif,preventif, memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan
agar
> lebih efektif dan efisien, menyususn peraturan dan perundangan yang
> mendukung terciptanya upaya pembinaan kesehatan bangsa. Untuk
menangani
> beberapa kegiatan tersebut di atas di samping tenaga kesehatan yang
telah
> ada diperlukan pula tenaga kesehatan yang memiliki wawasan,
keterampilan dan
> ilmu pengetahuan yang berbeda dengan dokter, dokter gigi, bidan dan
> keperawatan. Tenaga tersebut harus dapat bekerja sama saling
melengkapi
> dengan tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan yang dimaksud
adalah
> Sarjana Psychologi, Sosial dan juga Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM).
>
> Tenaga kesehatan ini harus mampu mengajak, memotivasi dan
memberdayakan
> masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu
mengelola
> sistem pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, mampu menjadi
pemimpin,
> pelopor, pembina dan teladan hidup sehat. Tenaga kesehatan tersebut
harus
> berwawasan menciptakan bangsa yang sehat, bukan sekedar penyembuhan
> penyakit. Membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat baik yang
sakit
> maupun yang tidak sakit, agar lebih sehat, kreatif dan produktif.
>
> 10. Pemberdayaan Masyarakat
>
> Dalam membina dan menciptakan bangsa yang sehat memberdayakan
masyarakat
> menjadi sangat penting. Bukankah masyarakat juga mempunyai hak dan
kewajiban
> untuk memelihara kesehatan? Bukankah kesehatan itu pada dasarnya
bukanlah
> komoditi yang bisa dijualbelikan ataupun yang bisa dilayankan dari
seseorang
> kepada orang lain? Dalam menanggulangi penyakit kronis degeneratif,
AIDS dan

> kecelakaan erat berkaitan dengan perilaku dan pola hidup, disini
jelas
> sekali perilaku dan pola hidup hanya bisa dirubah oleh masyarakat
sendiri.
> Menciptakan lingkungan hidup yang sehat yang memungkinkan masyarakat
dapat
> sehat juga hanya bisa dengan partisipasi aktif masyarakat. Pada
dasarnya
> dengan peran serta aktif masyarakat dengan memberdayakan akan dapat
> diciptakan masyarakat yang sehat, masyarakat yang lebih tahan terhadap
> penyakit, masyarakat yang dapat menghindari diri dari penyakit.
>
> Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah
> bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik
dan
> bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi
sumber
> dana dan daya yang ada pada mereka.
>
> 11. Kesehatan dan Komitmen Politik
>
> Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik, oleh karena
itu
> untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politis.
Pembangunan
> sosial ekonomi yang baik diperlukan tenaga pembangunan yang sehat yang
> memiliki daya tahan yang cukup.
>
> Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk
tidak
> banyak berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi. Para penentu
kebijakan
> banyak yang beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sektor
konsumtif
> ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang
> berkualitas, sehingga apabila ada keguncangan dalam keadaan ekonomi
negara
> alokasi terhadap sektor ini tidak akan meningkat.
>
> Sementara itu para pakar kesehatan belum mampu memperlihatkan secara
jelas
> manfaat investasi bidang kesehatan dalam menunjang pembangunan negara.
> Kesenjangan derajat kesehatan masyarakat antar wilayah atau spesial
perlu
> segera diatasi. Investasi yang selama ini lebih ditekankan pada
penambahan
> fasilitas, peralatan dan tenaga medis perlu dipelajari kembali. Banyak
rumah
> sakit, puskesmas, poliklinik, bidan dan dokter bukan merupakan jaminan
> meningkatnya kesehatan penduduk.
>
> Oleh karena itu tidak berlebihan agaknya kalau saya katakan disini
bahwa
> pemecahan masalah kesehatan tidak bisa ditemukan di bangsal-bangsal
rumah
> sakit ataupun ruang tunggu poliklinik atau puskesmas melainkan di
Departemen

> Kesehatan, Kanwil, Dinas Kesehatan dan juga di gedung Dewan Perwakilan
> Rakyat. Pergeseran paradigma dari pelayanan medis ke pembangunan
kesehatan
> memerlukan pembaharuan komitmen politik dari pemerintah.
>
> Membina kesehatan bangsa jauh lebih luas dari menangani penyakit oleh
karena
> tidak dapat ditangani oleh sektor yang bersangkutan saja. Menyiapkan
> generasi baru yang sehat, cerdas, terampil perlu dilaksanakan secara
multi
> sektor.
>
> Di masa pemerintahan orde baru lalu kendatipun diungkapkan secara
jelas
> bahwa pembangunan di Indonesia adalah merupakan pembangunan manusia
> Indonesia seutuhnya namun dalam kenyataan yang diutamakan adalah
pembangunan
> ekonomi semata dan bukan pada Human Capital Investment
>
> Apabila kita ingin membangun bangsa Indonesia (Shaping the health of
the
> nation) yang berkualitas maka pembangunan yang semula berorientasi
pada GNP
> Growth perlu dirubah menjadi Human Capital Growth yaitu: health,
education
> and social security.
>
> Pengembangan Human Capital merupakan prasyarat dasar dan penting untuk
> meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan
> dan kesejahteraan masyarakat.
>
> 12. Penutup
>
> Demikianlah telah dicoba untuk diuraikan Paradigma Baru Sehat yang
dimulai
> dengan re-orientasi dari sudut pandang yang semula upaya kuratif > rehabilitatif pasif reaktif - individual centered, menjadi upaya
> promotif - preventif - proaktif - community centered. Dari paradigma
> penanganan kesehatan individu melalui pendekatan fisik organik ke
paradigma
> sehat holistik dengan pendekatan masyarakat menyeluruh.
>
> Mengingat masalah kesehatan adalah masalah politik maka penyelesaian
masalah
> kesehatan tidak berada di bangsal rumah sakit, puskesmas, ataupun di
> lapangan tetapi di gedung Departemen Kesehatan, Kanwil, Dinas
Kesehatan dan
> di DPR dan kesediaan melakukan perubahan pada seluruh jajaran
pengelola
> kesehatan.
>
> Perubahan paradigma hanya akan terjadi bila diikuti dengan perubahan
> orientasi para pengambil keputusan, perubahan peraturan perundangan
yang
> mungkin terjadi perubahan pendekatan, pengorganisasian, fasilitas,

> ketenagaan dan alokasi pembiayaan yang akhir ini menjadi kunci
tercapainya
> perubahan.
> Mudah-mudahan uraian tersebut bermanfaat bagi upaya peningkatan
Program
> Promosi Kesehatan di Indonesia.
>
> Jakarta, 16 Desember 1998
> Prof Dr. Does Sampoerno, MPH
>

Anda mungkin juga menyukai