NAMA
NIM
: 10 - 2008 - 206
KELOMPOK
: C2
PENDAHULUAN
Tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar tiroid
mensekresi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini sangat meningkatkan
kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan
penurunan metabolisme basal kira-kira 40-50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan
sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai
setinggi 60-100 persen di atas normal. Karena pentingnya fungsi tiroid ini, kelainan pada
kelenjar tiroid akan berpengaruh besar pada proses fisiologis tubuh, seperti pada skenario
kedua ini, dimana ada seorang pasien yang mengeluh dengan gejala jantung yang
berdebar-debar, berkeringat yang banyak, bertambah kurus, dan lehernya mengalami
pembesaran.
A)
I)
Struktur Makro
menghubungkan kedua lobus yang terletak setinggi cincin trakea kedua dan ketiga.
Kelenjar ini diselaputi oleh kapsula fibrosa . Darah dialirkan ke dalam kelenjar ini
oleh sepasang a. tiroidea superior dan inferior. Terdapat hampir 10% orang mempunyai a.
tiriod ima yang merupakan percabangan daripada trunkus brachiocephalica.
Vena yang menjadi pembuluh darah balik kelenjar ini ialah v. tiroidea superior, v.
tiroidea media dan v.tiroidea inferior. V. tiroidea superior dan media bermuara ke v.
jugularis interna manakala yang inferior bermuara ke v. anonyma.
Duktus limfatikus kelenjar ini pula ialah noduli limfatisi prelaryngeal, pretracheal,
dan para trakeal yang bermuara ke dalam duktus limfatisi inferior profudus.
Persarafan kelenjar ini ialah ganglia simpatik cervicalis superior, medius dan inferior.
Saraf-saraf ini sampai ke kelenjar melalui plexus tiroidea periarterial inferior, superior
dan cardiaci
Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, yang keduanya harus
diserap dari darah oleh sel-sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, disintesis dalam jumlah
memadai oleh tubuh, sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam makanan. Di
pihak lain, iodium yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroid, harus diperoleh dari
makanan. Pembentukan, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkahlangkah berikut:
1. Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam
koloid. Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan oleh kompleks Golgi/retikulum endoplasma
sel folikel tiroid. Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul
besar ini diproduksi. Setelah diproduksi, tiroglobulin yang mengandung tirosin
dikeluarkan dari sel folikel ke dalam koloid melalui eksositosis.
2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui
suatu "pompa iodium" yang sangat aktif atau "iodine-trapping mechanism"protein
pembawa yang sangat kuat dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel
folikel. Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasinya
ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon tiroid. Selain untuk sintesis hormon tiroid,
iodium tidak memiliki manfaat lain di tubuh.
3. Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul
tiroglobulin. Perlekatan sebuah iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin
(MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT).
4. Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin beriodium
untuk
membentuk
hormon
tiroid.
Penggabungan
dua
DIT (masing-masing
tiroid yang secara normal disimpan di koloid cukup untuk memasok kebutuhan tubuh
untuk beberapa bulan.
Sel folikel memfagositosis koloid berisi tiroglobulin untuk melakukan sekresi
hormon tiroid.
Pengeluaran hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik memerlukan proses
yang agak rumit karena dua alasan. Pertama, sebelum dikeluarkan, T4 dan T3 tetap terikat
ke molekul tiroglobulin. Kedua, hormon-hormon ini disimpan di tempat ekstrasel
pedalaman, lumen folikel; sebelum dapat memasuki pembuluh darah yang berjalan di
ruang interstisium, mereka harus diangkut menembus sel folikel. Proses sekresi hormon
tiroid pada dasarnya melibatkan "penggigitan" sepotong koloid oleh sel folikel, sehingga
molekul tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya, dan "peludahan" T4 dan T3
bebas ke dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang sesuai untuk mengeluarkan
hormon tiroid, sel-sel folikel memasukkan sebagian dari kompleks hormon-tiroglobulin
dengan memfagositosis sekeping koloid. Di dalam sel, butir-butir koloid terbungkus
membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya kemudian memisahkan
hormon tiroid yang aktif secara biologis, T4 dan T3, serta iodotirosin yang nonaktif, MIT
dan DIT. Hormon-hormon tiroid, karena sangat lipofilik, dengan mudah melewati
membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah. MIT dan DIT tidak memiliki nilai
endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang dengan cepat mengeluarkan
iodium dari MIT dan DIT, sehingga iodium yang dibebaskan dapat didaur ulang untuk
sintesis lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium
hanya dari MIT dan DIT vang tidak berguna, bukan dari T4 dan T3.
Di luar tiroid, sebagian besar T4 yang disekresikan diubah menjadi T3.
Sekitar 90% produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam
bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten
daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan Kemudian diubah menjadi T3,
atau diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T 3
dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran iodium di
jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis
aktif di tingkat sel, walaupun tiroid mengeluarkan lebih banyak T4.
Sebagian besar T4 dan T3 diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein
plasma tertentu.
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik dengan cepat
berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4
tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa
mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan homon tiroid memiliki akses ke
reseptor sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat tiga protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid: globulin
pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin) yang secara selektif mengikat hormon
tiroid55% dari T4 dan 65% dari T3 dalam sirkulasiwalaupun namanya hanya
menyebutkan secara khusus "tiroksin" (T4); albumin yang secara nonselektif mengikat
banyak hormon lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3; dan thyroxine-binding
prealbumin yang mengikat sisa 35% T4.
Hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolik tubuh keseluruhan dan juga
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi sistem saraf.
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yang saling tumpang tindih:
Efek pada Laju Metabolisme Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik basal tubuh
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi 0 2 dan
pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
Dibandingkan dengan hormon-hormon lain, efek hormon tiroid bersifat "lamban".
Setelah tertunda beberapa jam barulah respons metabolik terhadap hormon tiroid dapat
dideteksi, dan respons maksimum belum terjadi sampai beberapa hari. Durasi respons
juga cukup panjang, sebagian karena hormon tiroid tidak cepat mengalami penguraian,
tetapi juga karena respons terus berlangsung selama beberapa hari atau bahkan minggu
setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali ke normal.
Efek Kalorigenik Yang berkaitan erat dengan efek metabolik keseluruhan dari hormon
tiroid adalah efek kalorigenik (penghasil panas). Peningkatan laju metabolisme
menyebabkan peningkatan produksi panas.
Efek pada Metabolisme Perantara Selain meningkatkan laju metabolisme basal,
hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat
multifaset; hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak, dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat
menginduksi efek yang bertentangan. Sebagai contoh, perubahan glukosa menjadi
glikogen, bentuk simpanan glukosa, dipermudah oleh keberadaan hormon tiroid dalam
jumlah kecil, tetapi kebalikannyapenguraian glikogen menjadi glukosaterjadi apabila
terdapat hormon tiroid dalam jumlah besar. Demikian juga, sejumlah tertentu hormon
tiroid diperlukan untuk sintesis protein yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh,
namun hormon tiroid dalam dosis tinggi menyebabkan penguraian protein. Secara umum,
kadar hormon tiroid dalam plasma yang berlebihan, misalnya pada hipersekresi tiroid,
akan lebih menimbulkan efek peningkatan konsumsi bahan bakar dibandingkan dengan
efek penyimpanan bahan bakar, seperti termanifestasi dalam pengurangan simpanan
glikogen, penurunan simpanan lemak, dan penciutan otot akibat penguraian protein.
(Komponen struktural utama sel adalah protein. Sel-sel otot sangat banyak mengandung
protein struktural sebab mereka penuh berisi unsur-unsur kontraktil yang terbuat dari
protein filamen aktin dan miosin.)
Efek Simpatotnitnetik Setiap efek yang serupa dengan , yang dihasilkan oleh sistem saraf
simpatis disebut sebagai efek simpatomimetik ("mirip-simpatis"). Hormon tiroid
meningkatkan
ketanggapan
sel
sasaran
terhadap
katekolamin
(epinefrin
dan
norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan
hormon dari medula adrenal. Hormon tiroid diperkirakan menimbulkan efek permisif ini
dengan menyebabkan proliferasi reseptor spesifik katekolamin di sel sasaran. Karena itu,
banyak efek yang dijumpai pada saat sekresi hormon tiroid meningkat serupa dengan
efek yang menyertai peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (suatu efek simpatomimetik).
Efek pada Sistem Kardiovaskuler Melalui efeknya pada peningkatan ketanggapan
jantung terhadap katekolamin dalam darah, hormon tiroid meningkatkan kecepatan
denyut dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah jantung meningkat. Selain itu,
sebagai respons terhadap beban panas yang ditimbulkan oleh efek kalorigenik hormon
tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk menyalurkan kelebihan panas tersebut ke
permukaan tubuh untuk dieliminasi ke lingkungan.
Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan
yang normal. Efek hormon tiroid dalam mendorong pertumbuhan tampaknya merupakan
efek sekunder dari efeknya pada hormon pertumbuhan. Hormon tiroid tidak saja
merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek hormon
pertumbuhan (atau somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pada
pertumbuhan rangka. Anak yang mengalami defisiensi tiroid mengalami gangguan
pertumbuhan, yang reversibel jika anak tersebut diberi hormon tiroid pengganti. Namun,
tidak seperti kelebihan hormon pertumbuhan, kelebihan hormon tiroid tidak
menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, terutama SSP,
suatu efek yang terganggu pada anak yang mengidap defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon
tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa. Kadar hormon
tiroid yang abnormal berkaitan dengan perubahan perilaku. Selain itu, kecepatan saraf
perifer menghantarkan impuls berkaitan secara langsung dengan ketersediaan hormon
tiroid.
dingin tidak terjadi, walaupun hal ini secara fisiologis masuk akal dan memang terjadi
pada beberapa jenis hewan percobaan.
Berbagai jenis stres diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, diperkirakan
melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, walaupun makna adaptif inhibisi ini belum
jelas.
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat (1) kegagalan
sendiri;(2)
primer
kelenjar
tiroid
itu
sekunder dari defisiensi TRH, TSH, atau keduanya; atau (3) dari defisiensi
Jika individu mengalami hipotiroidisme sejak iahir, yang terjadi adalah kretinisme.
Karena pertumbuhan yang normal dan perkembangan SSP memerlukan kadar hormon
tiroid yang adekuat. kretinisme ditandai oleh tubuh yang cebol dan retardasi mental serta
gejala-gejala defisiensi tiroid umum lainnya. Retardasi mental dapat dicegah apabila
terapi penggantian {replacement therapy) segera diberikan, tetapi menjadi ireversibel
jika retardasi tersebut sudah berkembang sampai beberapa bulan setelah lahir, bahkan
apabila kemudian diberi hormon tiroid. Karena itu, diciptakan satu usaha kesehatan
masyarakat berupa program screening neonatus, yakni dengan satu tetes darah bayi baru
lahir dapat ditentukan ada tidaknya hipotiroidisme kongenital.
Terapi hipotiroidisme, dengan satu pengecualian, adalah terapi pengganti melalui
pemberian hormon tiroid eksogen. Pengecualian tersebut adalah hipotiroidisme yang
disebabkan oleh defisiensi iodium, yang pengobatannya adalah asupan iodium adekuat
dalam makanan.
Hipertiroidisme
Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Grave, suatu penyakit
otoimun.
yakni
tubuh
secara
serampangan
membentuk
thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid.
Imunoglobulin perangsang tiroid (TSI) merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid
dengan cara yang serupa dengan yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH,
TSI tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan-balik negatif oleh hormon tiroid, sehingga
sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung. Yang lebih jarang, hipertiroidisme juga
dapat disebabkan oleh adanya TRH atau TSH yang berlebihan atau yang berkaitan
dengan tumor tiroid hipersekretorik.
Seperti diperkirakan, pasien hipertiroidisme mengalami peningkatan laju metabolik basal.
Terjadi peningkatan pembentukan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat
berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan
makanan meningkat terjadi sebagai akibat meningkatnya kebutuhan metabolik, berat
badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan
abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Penurunan
dalam darah sirkulasi yang tinggi menghambat hipofisis anterior, sekresi TSH itu
sendiri rendah. Pada semua kasus lain dengan gondok, kadar TSH meningkat dan
secara langsung merupakan penyebab pertumbuhan tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme yang terjadi akibat aktivitas berlebihan tiroid tanpa stimulasi
berlebihan, misalnya pada kasus tumor tiroid yang tidak terkontrol, tidak disertai oleh
gondok. Sekresi spontan T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan menghambat TSH,
sehingga tidak terjadi stimulasi untuk mendorong pertumbuhan kelenjar tiroid.
C.PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis, Dalam pemeriksaan fisik terhadap Glandula Tiroid dilakukan
dengan cara Inspeksi dan Palpasi pada Glandula Tiroid Pasien yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Saat konsultasi dengan dokter praktik, setelah pemeriksaan fisik, pasien mungkin
disarankan untuk menjalani suatu pemeriksaan penunjang. Bisa juga dilakukan saat
pasien sedang dalam perawatan atau sesudah perawatan. Pemeriksaan ini dapat
membantu menegakkan diagnosis dan mengevaluasi perawatan / pengobatan. Sejumlah
informasi sebaiknya disampaikan dokter kepada pasien atau dapat ditanyakan oleh pasien
kepada dokter mengenai pemeriksaan penunjang.
Sesudah dokter memeriksa fisik, dan menentukan arah penyebab Jantung Berdebar
disetai kepanasan dan sulit tidur. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah
Pemeriksaan Laboratorium Kelenjar Tiroid.
Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium.Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan faal kelenjar
tiroid. Yaitu:
1. pemeriksaan kadar hormon ( T4, T3, TSH )
2. pemeriksaan protein pengangkut ( TBG, TBPA, T3U )
3. pemeriksaan hormone bebas ( FT4, FT3, FT4I, FT3I )
Pemeriksaan paling tepat untuk menetapkan hipertiroidism atau hipotiroidisme adalah
dengan mengukur FT4 atau memperkirakannya dari hasil pemeriksaan FT4I (dikarenakan
hasil pemeriksaan tidak lagi dipengaruhi oleh perubahan kadar TBG plasma).
Pemeriksaan paling sensitive terhadap hipertiroidisme adalah pemeriksaan TSH generasi
kedua/TSHs (sebaiknya pemeriksaan TSHs dan FT4 dilakukan secara bersamaan untuk
mendiagnosis hipertiroidisme)
darah
untuk
mengukur
respon
dari
kelenjar
hipofisa.
KESIMPULAN
Seorang Pasien yang mempunyai Keluhan Jantung sering berdebar, kepanasan, dan sulit
tidur biasanya Gejala gejala yang di Timbulkan Penyakit Hipertiroidisme.
Penyakit Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH
yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH dan
malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan, sehingga dapt menimbulkan gejala gejala seperti Jantung berdebar,
kepanasan, dan sulit tidur.
Daftar Pustaka
1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem, Edisi 2. Jakarta:
EGC, 2001.
2. Eroschenko, Victor P. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional / Victor
P. Eroschenko ; alihbahasa, Jan tambayong ; editor edisi bahasa Indonesia, dewi
anggraini. Ed. 9 Jakarta : EGC, 2003.
3. Santoso,M. Pemeriksaan Fisik Diagnosis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UKRIDA/ SMF Penyakit Dalam RSUD Koja. Penerbit Yadina, Jakarta. 2004.
4. Pemeriksaan terhadap Glandula tiroid,
http://www.medicine_indonesia.com/2007/ pemeriksaan-terhadap-glandulatiroid.html (2007)
5. Struktur Glandula Tiroid, http:// www.nutrecare.com/2008/02/struktur-glandulatiroid.html (Februari 2008)
6. Hipertiroid, http://www.totalkesehatananda.com/hipertiroid.html (2008)
7. Hipotiroid, http://www.totalkesehatananda.com/hipotiroid.html (2008)