Anda di halaman 1dari 53

JURNAL READING - R E F E R A T

KEDARURATAN PSIKIATRI : BUNUH DIRI

Disusun oleh : Pembimbing :


❖ Adhe W. FanggidaE 112021044
dr. H. Riza Putra, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA
PERIODE 8 AGUSTUS – 9 SEPTEMBER 2022
1. Judul : Suicide risk in people with post-traumatic
stress disorder: A cohort study of 3.1 million
people in Sweden
2. Journal of Affective Disorders, 2021
3. Penulis : Verity Fox et all, division of psychiatry
4. Diunduh dari : www. Elsevier.com/locate/jad
Abstrak

• LATAR BELAKANG : tidak jelas apakah gangguan stress pasca-trauma (PTSD)


dikaitkan dengan resiko bunuh diri pada populasi umum, apakah ini berbeda
berdasarkan jenis kelamin, atau apa dampak populasi PTSD untuk bunuh diri.
• METODA : study kohort dari semua orang yang tinggal di swedia, yang lahir di
tahun 1973-1997, diikuti mulai usia 14 tahun hingga bunuh diri, atau kematian
akibat lain, imigrasi atau 31 desember 2016. menggunakan cox proportional
utnuk memperkirakan bahaya rasio, dan menghitung dampak PTSD pada
bunuh diri. Menganalisa sensitivitas untuk mengeksplorasi definisis dan efek
dari outcome, dan untuk memperhitungkan potesial resiko.
Abstrak
• HASIL : dari 3.177.706 peserta, 22.361 (0.7%) didiagnosa dengan PTSD, dan 6.319 (0.2%)
meninggal karena bunuh diri lebih dari 49.2 juta orang/tahun. Dibandingkan dengan
wanita dan pria tanpa PTSD, tingkat bunuh diri adalah 6.74 dan 3.96 kali lebih tinggi pada
mereka dengan PTSD. Setelah penyesuaian sosiodemografi, tingkat bunuh diri pada
wanita lebih tinggi dari pria setelah penyesuaian kondisi kejiwaan sebelumnya, ini
didorong oleh upaya bunuh diri non-fatal sebelumnya.
• BATASAN : residual confounding tetapi mungkin karena depresi dan kecemasan
didiagnosa dalam perawatan primer tetapi tidak tercatat.
• KESIMPULAN : pedoman klinis untuk pengelolaan orang dengan PTSD harus mengenali
resiko bunuh diri.

4
Pendahuluan

• PTSD adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan respons yang


berkepanjangan atau tertunda terhadap situasi atau peristiwa
traumatis yang bersifat mengancam atau bencana (WHO)
• Gejala termasuk pengulangan dalam bentuk ingatan (kilas balik),
traumatis
• WHO memperkirakan di 24 negara bahwa prevalensi PTSD di segala
usia bervariasi dari 2.1 % di negara berpenghasilan menengah ke
bawah hingga 5.0% di negara berpenghasilan tinggi termasuk di
swedia 5.6%. Prevalensi usia menurut jenis kelamin, wanita lebih
tinggi dari pria (USA, 10.4% wanita & 5.0% pria)
Metode
• Desain :
• studi kohort, mengidenfikasi individu di swedia yang di diagnosa
PTSD dibandingkan dengan individu tanpa diagnose PTSD, dengan
tahun kelahiran antara 1973-1997 yang tinggal di swedia, dihitung
mulai usia 14 tahun. Termasuk yang bermigrasi ke swedia hingga
2011. jika kemudian imigrasi ke swedia sampai keluar kohort (baik
kematian, imigrasi, atau sampai akhir masa follow up: 31 desember
2016)
Metode
Hasil : Kematian karena bunuh diri, sebagaimana dicatat dalam Daftar
Penyebab Kematian
Penyebab kematian karena bunuh diri atau kematian karena niat yang
tidak ditentukan sebagai hasil utama
Metode
• Exposure : a binary variable. Didiagnosa PTSD sebelum kematian
karena bunuh diri selama periode follow up yang tercatat dalam
dalam daftar pasien (Ludvigsson et al, 2011) dan sebelumnya telah
divalidasi untuk penelitian (AC Hollander dkk,2019).
• Confounders :variable sosiodemografi dan klinis sebagai potential
confounders. Berdasarkan perjalanan klinis dan literature: jenis
kelamin, usia, wilayah kelahiran, lingkungan dan kepadatan
penduduk.
Metode
Analisis statistic :
• Melaporkan statistic deskriptif dasar untuk kohort dan memeriksa tingkat kematian
untuk bunuh diri dari populasi
• Menggunakan cox proportional hazard models, memeriksa apakah angka kematian
bunuh diri berbeda berdasarkan status PTSD, dengan memperkirakan hazard ratio
(HR) dan 95% convidence intervals (95% CI). Karena resiko bunuh diri bervariasi
menurut usia (shah, 2012), usia sebagai kovariat yang bervariasi waktu,
mengelompokan peserta dalam beberapa pengamatan usia (14–19, 20–24, 25–29,
30–34, 35–39, 40–44).
• Menjalankan 3 model : a univariable model, a multivariable model adjusted for all
sociodemographic variables simultaneously, and a fully-adjusted model with further
adjustment for clinical variables. Menguji interaksi antara PTSD dan jenis kelamin
Metode
Analisis sensitivitas
1. Menggunakan definisi yang lebih luas dari ICD-9 PTSD (“reaksi stress akut” (309A)
dan “reaksi krisis, tidak ditentukan lain” (309X) termasuk ) mengubah hubungan
yang diamati antara PTSD dan kematian karena bunuh diri
2. Menggunakan model tersediri untuk menetukan apakah hasil kami berbeda
untuk kematian karena bunuh diri dengan niat yang tidak ditentukan.
3. Menggunakan model tersendiri, mengecualikan orang yang didiagnosa PTSD
sebagai pasien rawat jalan (2001-2005) ketika cakupan rawat jalan tidak lengkap
4. Merobak data menggunakan Fine and gray (Fine and Gray, 1999) memeriksa
sensitifitas hasil terhadap kemungkinan bahwa kematian atau yang lain bertindak
sebagai resiko untuk bunuh diri
Hasil
• 3.194.141 individu, 3.177.706 (99.5%) dengan data lengkap dimasukkan dalam analisa
• > 49.2 juta orang/ tahun di follow up
• Dikecualikan 16.435 (0.5%) data hilang yang lebih cenderung laki-laki, lebih muda, lahir
di luar swedia, memiliki riwayat PTSD, tetapi mungkin meninggal bunuh diri atau
penyebab lain
• 22.361 (0.7%) dengan PTSD, 192 meninggal bunuh diri selama masa follow up
• PTSD lebih sering pada migran dibanding pada penduduk asli swedia
• Usia rata-rata 25.2 tahun pada mereka tanpa PTSD, pria
• Pada mereka dengan PTSD usia rata-rata 26.1, wanita
• Ekonomi rendah
• Memiliki riwayat masalah kesehatan mental sebelumnya
Hasil
 Total populasi swedia, angka kematian kasar pada bunuh diri
12.9% /tahun, naik 53.9% /tahun dengan PTSD, pria>wanita
 Tanpa PTSD 41.3 % / tahun (usia berkisar 14-44 tahun)
Univariabel , mereka dengan PTSD lebih beresiko dari tanpa PTSD
Diperkirakan 1.6% dapat dicegah jika tanpa
PTSD dengan asumsi wanita> pria
Jika dapat diidentifikasii dan menghilangkan
semua faktor yang meningkatkan resiko
bunuh diri pada orang dengan PTSD dapat
dicegah hingga 53.7 % pada mereka yang
terpapar PTSD di swedia
Hasil
Analisis sensitivitas
• Mempertimbangkan resiko berkaitan untuk bunuh diri, orang yang
didiagnosa PTSD juga lebih mungkin meninggal karena alasan lain
dari pada meraka yang tidak menderita PTSD.
• Diikuti oleh bukti kecil perbedan jenis kelamin dalam resiko bunuh
diri yang terkait PTSD
Diskusi
Temuan utama
• Ditemukan bukti longitudinal bahwa PTSD dikaitkan dengan
peningkatan tingkat bunuh diri, dengan individu yang didiagnosis
dengan PTSD dua kali lebih mungkin meninggal karena bunuh diri
dibandingkan mereka yang tidak PTSD. Ada bukti kuat bahwa cukup
kuat pada wanita daripada pria. Efek ini tidak tergantung pada
sebelumnya gangguan kejiwaan, termasuk riwayat pribadi depresi
berat atau gangguan kecemasan, penyakit mental yang parah.
Diskusi
Keunggulan
• Menggunakan kelompok besar berbasis populasi lebih dari 3,1 juta
orang, diikuti selama lebih dari 49,2 juta orang-tahun, dengan
kerugian minimal untuk mendeteksi pola yang tepat dari resiko
bunuh diri yang terkait PTSD
Keterbatasan
• Tidak dapat mengecualikan kemungkinan residual confounding dari hasil. Ini mungkin
menjadi masalah untuk tindakan sebelumnya riwayat gangguan depresi atau kecemasan,
yang terbatas pada gangguan mayor gangguan yang diidentifikasi dan diobati melalui
mental sekunder atau darurat layanan kesehatan di Swedia.
• Daftar pasien nasional tidak termasuk diagnosis yang hanya dibuat dalam perawatan
primer, yang berarti akan melewatkan paien dengan psikopatologi depresi dan neurotik
dalam populasi.
• Dalam penelitian ini, mengontrol upaya bunuh diri yang tidak fatal (dioperasionalkan
sebagai tindakan melukai diri sendiri yang tercatat setidaknya 31 hari sebelum mencatat
kematian bunuh diri) yang memerlukan perhatian klinis dan terjadi sebelum diagnosis
PTSD.
• Membatasi ukuran upaya bunuh diri nonfatal yang terjadi sebelum diagnosis PTSD, tetapi
tidak tahu tanggal pastinya di mana gejala PTSD pertama kali dimulai.

19
Keterbatasan
• tidak dapat menyelidiki bagaimana trauma yang terkait dengan
diagnosis PTSD mungkin memengaruhi hubungannya dengan bunuh
diri.

20
Kesimpulan

• Temuan memiliki implikasi untuk manajemen klinis orang dengan


PTSD, yang tampaknya memiliki risiko kematian sekitar dua kali lipat
bunuh diri daripada populasi umum.
• Meskipun tidak mengeksplorasi cara spesifik bunuh diri pada pasien
dengan PTSD. Dalam hal kesehatan mental masyarakat,
memperkirakan dalam populasi ini menunjukkan bahwa PTSD akan
menyebabkan 0,6% bunuh diri pada pria dan 3,5% pada wanita.
R E F RAT
1 kematian →
Kedaruratan Kedaruratan Bunuh diri
setiap 40
Medis psikiatrik (suicide)
detik

01. PENDAHULUAN
02.
TINJAUAN
PUSTAKA
KEDARURATAN PSIKIATRI

Definisi Gangguan 3P
Cabang ilmu kedokteran jiwa dan ▪ Kondisi gaduh gelisah
kedokteran kedaruratan → ▪ Kekerasan
menghadapi kasus kedaruratan yang ▪ Bunuh diri
memerlukan intervensi psikiatrik ▪ Gejala ekstra pyramidal
▪ Delirium
Tempat Pelayanan Kedaruratan
Psikiatri

Rumah Sakit Rumah Sakit


Klinik Sentral Primer
Umum Jiwa
Hal” yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pelayanan Kesehatan :

• Keamanan

• Pemisahan ruang secara spesifik

• Akses langsung dan mudah

• Psikofarmaka

• Tim yang bertugas

• Sikap, perilaku staf dan pasien, harus dijaga dan dipahami


Evaluasi :
Menilai kondisi pasien yang sedang dalam
krisis secara cepat dan tepat
Dalam proses evaluasi, dilakukan:

Wawancara kedaruratan
psikiatrik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Riwayat
• Keluhan pasien dan
perjalanan
alasan dibawa ke
penyakit
UGD
• Status mental
• Status neurologik
5 hal yang ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:

Keamanan pasien

Medik atau Psikiatrik

Psikosis

Suicidal atau
Homicidal
Kemampuan merawat
diri sendiri
BUNUH DIRI
(SUICIDE)

Definisi
● Kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya
sendiri
● Dalam psikiatri, bunuh diri adalah keadaan darurat utama
● Bunuh diri sulit diprediksi tapi banyak petunjuk yang dapat dilihat.
● Bunuh diri hampir selalu merupakan hasil dari penyakit mental, biasanya
depresi, dan dapat menerima perawatan psikologis dan farmakologis.
Epidemiologi
● WHO Global Health Estimates
Epidemiologi
● Angka kematian akibat bunuh diri tertinggi adalah di Eropa dan Asia
Tenggara, terendah di Mediterania Timur
● Angka kematian lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan
Epidemiologi
Etiologi
Egoistik

Teori Durkheim Altruistik

Teori Freud Anomik


Etiologi
Teori Terbaru

Faktor Biologis
Faktor Risiko

1. Laki-laki 5. Kesehatan Fisik


2. Usia Tua 6. Perilaku Bunuh Diri Sebelumnya
3. Status Pernikahan 7. Gangguan Kesehatan Jiwa
4. Tidak Mempunyai Pekerjaan 8. Pasien Psikiatri
Gangguan Kejiwaan yang Berhubungan
dengan Bunuh Diri
Gangguan Depresif

• Sekitar 60-70% korban bunuh diri mengalami depresi.

Skizofrenia

• 10% meninggal karena bunuh diri


• Di AS diperkirakan 4.000 pasien bunuh diri setiap tahun
Gangguan Kejiwaan yang Berhubungan
dengan Bunuh Diri
Ketergantungan Alkohol
• 15% orang dengan ketergantungan alkohol bunuh diri

Gangguan Kepribadian
• 5% pasein dengan gangguan kepribadian antisosial melakukan bunuh diri

Gangguan Kecemasan
• 20% pasein dengan gangguan panik dan fobia sosial melakukan upaya
bunuh diri
Paduan Wawancara
● Pasein mungkin mengutarakan langsung adanya ide bunuh diri. Bila tidak, bisa
langsung ditanyakan
● Mulai dengan pertanyaan berikut:

○ Apakah anda pernah merasa ingin menyerah saja?

○ Apakah anda pernah merasa bahwa lebih baik anda mati saja?
Paduan Wawancara
● Setelah itu tanyakan isi pikiran pasien. Begitu topik ini dibuka, gunakan kata-kata
seperti “membunuh diri” atau “mati”, bukan “menyakiti diri”

○ Berapa sering pikiran-pikiran bunuh diri ini muncul?

○ Apakah pikiran-pikiran tentang bunuh diri ini meningkat?

○ Apakah anda hanya memikirkan kematian, ataukah anda sudah memikirkan


secara pasti bagaimana anda akan membunuh diri anda?
Paduan Wawancara
● Selidiki:

○ Apakah pasien bisa mendapatkan alat atau cara untuk melakukan


rencana bunuh dirinya?

○ Apakah mereka sudah mengambil langkah-langkah aktif, misalnya


mengumpulkan obat, menyelesaikan segala urusannya?

○ Seberapa pesimiskah mereka?

○ Apakah mereka bisa membayangkan atau memikirkan bahwa


kehidupannya dapat membaik?
Paduan Wawancara
○ Pertanyaan terakhir tadi dapat membantu assessment dan terapi, karena
pasien dapat mengajukan suatu alternatif untuk memecahkan
masalahnya.

○ Jika tidak, apakah merasa masa depannya suram, tak ada harapan lagi?

○ Jika ya, apakah ketakutannya itu rasional atau tidak?

○ Jika pasien tidak kooperatif, cari data dari orang-orang penting dalam
kehidupannya.
Evaluasi
1. Jangan tinggalkan mereka sendiri di ruangan
2. Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari ruangan tersebut
3. Buat penilaian apakah hal itu direncanakan atau dilakukan secara impulsif
4. Tentukan tingkat letalitas
5. Kemungkinan pasien dipergoki, reaksi pasien ketika diselamatkan, apakah
faktor-faktor yang mendorong tindakan itu sudah berubah
Terapi

Psikofarmaka Non Farmakologi

Obat pilihan adalah Terfokus untuk memulihkan


golongan benzodiazepin, strategi kopingnya dan
misalnya lorazepam 3x1mg melihat perspektif serta
sehari, selama 2 minggu. berbagai pilihan lain selain
bunuh diri
Inpatient versus Outpatient Treatment
1. Jika pasien yang dianggap serius ingin bunuh diri tidak dapat membuat
komitmen, rawat inap darurat segera diindikasikan
2. Jika pasien menolak rawat inap, keluarga harus bertanggung jawab untuk
bersama pasien 24 jam sehari
3. Jika pasien harus dirawat secara rawat jalan, terapis harus mencatat nomor
telepon rumah dan kantor pasien untuk referensi darurat
Tindakan
1. Memeriksa pasien dan barang-barang yang dibawa
2. Idealnya, pasien di bangsal terkunci, jendelanya tahan pecah, dan kamar
pasien harus ditempatkan di dekat stasiun perawat untuk memaksimalkan
pengamatan oleh staf perawat
3. Tim perawatan harus menilai seberapa banyak membatasi pasien dan apakah
akan melakukan pemeriksaan rutin atau menggunakan pengamatan langsung
terus menerus
Bunuh Diri yang Tak Terhindarkan
1. Tidak semua bunuh diri dapat dicegah
2. Sepertiga dari semua kasus bunuh diri terjadi pada orang yang menerima
pengobatan untuk gangguan kejiwaan, paling sering depresi, gangguan
bipolar, atau skizofrenia
3. Riwayat genetik yang kuat dari bunuh diri pada satu atau lebih anggota
keluarga serta beban genetik yang berat untuk penyakit mental
Bunuh Diri yang Melibatkan Kematian
Lainnya
Victim-Precipitated Homocide
• Fenomena menggunakan orang lain, biasanya polisi, untuk membunuh diri
sendiri sudah dikenal oleh aparat penegak hukum

Murder-Suicide
• Bunuh diri teroris : Bunuh diri pengebom teroris mewakili kategori khusus
pembunuhan bunuh diri, di mana tidak ada pertanyaan tentang kesediaan
pihak korban dan di mana korban tidak diketahui oleh pelaku kecuali dalam
pengertian umum kelompok (misalnya, orang Yahudi, orang Barat)
Pencegahan
Pencegahan bunuh diri menurut Conwell:
1. Pencegahan primer adalah suatu upaya pencegahan terjadinya perilaku
bunuh diri atau keadaan yang berkembang menjadi menjadi upaya bunuh
diri.
2. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya pencegahan dengan cara
menemukan sedini mungkin krisis bunuh diri dan melakukan tindakan agar
tidak berlanjut menjadi bunuh diri.
3. Pencegahan tertier adalah tindakan yang ditujukan untuk menyelamatkan
sesorang yang melakukan bunuh diri, mengurangi gejala psikiatris dan
penyakit sosial pada kelompok risiko.
Pencegahan
1. Salah satu langkah preventif awal yang dapat dilakukan adalah menggali
tentang adanya ide bunuh diri pada remaja
2. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga dan masyarakat
adalah mengetahui ciri atau faktor risiko individu yang rentan untuk
melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri.
3. Keyakinan bahwa hidup ini adalah anugerah yang harus dipelihara sebaik-
baiknya
Kesimpulan
❖ Bunuh diri → perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri
yang sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, dilakukan
dalam waktu singkat

❖ Durkheim, bunuh diri → 3 tipe yaitu egoistik, altruistik, anomik

❖ Penyebab → faktor psikologis, faktor biologis dan faktor sosiologis

❖ Terapi → psikofarmaka & psikoedukasi


DAFTAR PUSTAKA
1. Baldacara L, da Silva AG, Pereira LA, Malloy-Diniz L, Tung TC. The managements of psychiatric emergencies in
situations of public calamity. São Paulo: Frontiers in Psychiatry; 2021;12: 556792.
2. Elvira SD,Hadisukanto G. Editor. Buku Ajar Psikiatri Edisi Ketiga. Edisi ketiga. 2018. p. 392- 409.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri. Pusat Data dan Informasi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019. p. 1–12.
4. Jong hyun shinee bunuh diri karena depresi. Made for Minds. 2017. Di unduh dari
https://www.dw.com/id/jong-hyun-shinee-bunuh-diri-karena-depresi/a-41858973.
5. Wareza M. Sulli f(x) bunuh diri, netizen julid & kejamnya industri k-pop. CNBS Indonesia. 209. Di unduh dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191019172434-4-108342/sulli-f-x--bunuh-diri-netizen-julid-kejamnya-indu
stri-kpop
.
6. Kodrati F. Bintang film spiderman 3 tewas bunuh diri. Showbiz. Di unduh dari
https://www.viva.co.id/showbiz/59889-bintang-film-spiderman-3-tewas-bunuh-diri.
7. AFP. Avici dilaporkan meninggal karena bunuh diri. CNN Indonesia. Di unduh dari
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180502092432-234-295014/avicii-dilaporkan-meninggal-karena-bunuh-
diri
.
8. Mirantri K, Khairina. Kedaruratan psikiatri (fokus pada intervensi psikososial). Surabaya; Journal Unair. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Airlangga. 2017. p. 21-31.
9. Sadock, BJ, Sadock, VA, Ruiz P. Kaplan and sadock’s synopsis of psychiatry behavioral science clinical
psychiatry 11th Edition. 2015. p. 763-773.
10. Maramis, WF, Maramis, AA. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
11. Sadock, BJ, Sadock VA. Kaplan and Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Edisi Ke-2. 2019. p. 361.

Anda mungkin juga menyukai