TINJAUAN PUSTAKA
DIARE INVASIF
A. Definisi
Episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah
terlihat secara kasat mata. Diare berdarah sering disebut juga
sebagai
sindrom
disentri.
Sindrom
disentri
terdiri
dari
B. Etiologi
Sekitar 10% episode diare akut pada anak kurang dari 5
tahun, disertai darah pada tinjanya. Hal ini menyebabkan 1525% kematian akibat diare pada kelompok ini. Diare akut
berdarah biasanya lebih lama sembuh dan berhubungan
dengan komplikasi yang lebih banyak antara lain dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
anak
dan
memiliki
resiko
mikroabses
dan
ulkus
superfisial
yang
D. Diagnosis
1.Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau,
ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah volume dan
frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakahh panas atau penyakit lain
yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak.
Tindakan yang telah dilakukan
darah.
Selanjutnya
perlu
dicari
tanda-tanda
yang
lemah
atau
tidak
ada
bila
terdapat
dengan
cara:
objektif
yaitu
dengan
Kesadara
Dehidrasi
tanpa
ringan
kehilangan
dehidrasi,
sedang,
BB>9%
kehilangan
kehilangan
BB<3%
BB 3%-9%
Baik
gelisah,
berat,
sadar
irritable
Denyut
Normal
jantung
Normal
Takikardi,
meningkat
bradikardi,
(kasus
berat)
Kualitas
Normal
Normal
nadi
melemah
teraba
Pernapasa Normal
Normal-cepat
Dalam
n
Mata
Normal
Sedikit
Sangat cowong
cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Kering
Sangat kering
Kembali>2detik
lidah
Cubitan
Segera
Kembali<2
kulit
kembali
detik
Cappilary
Normal
Memanjang
refill
Ekstremit
minimal
Hangat
Dingin
as
Kencing
Mulut
Pernapasan
Turgor
Nadi
Dingin,mottled,
sianotik
Normal
Keadaan umum
Mata
Memanjang,
Berkurang
Baik
Lesu / haus
Tidak
3
Gelisah,
Kering
/ 30-40x
menit
Baik
< 120x
menit
Kurang
/ 120-140x
menit
lemas,
ngantuk
Agak cekung
cekung
Biasa
<30x
menit
Minimal
Sangat cekung
Sangat kering
/
>40x / menit
Jelek
>140x / menit
Penilaian :
<6
: Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
>13 : Dehidrasi berat
Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:
dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131
150 mEq/L
dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L
dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Menurun sekali
Menurun
Menurun
Turgor kulit
Menurun sekali
Menurun
Tidak jelas
Kering
Kering sekali
Koma
Irritable, apatis,
Apatis
hiperfleksi
Sirkulasi
Jelek sekali
Jelek
Relatif
masih
baik
Nadi
Tekanan
Sangat lemah
Cepat
dan Cepat,
lemah
keras
Sangat rendah
Rendah
Rendah
20-30%
70%
10-20%
dan
darah
Banyaknya
kasus
3.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
diperlukan
misalnya
penyebab
dasarnya
tidak
atau
mucus
bias
menghasilkan
disebabkan
sitotoksin
infeksi
bakteri
bakteri
yang
enteronvasif
yang
makroskopik
mencakup
warna
tinja,
dapat
cair,
lembek,
padat.
Tinja
yag
berbusa
infeksi
menggambarkan
bakteri.
adanya
Tinja
yang
fermentasi
sangatberbau
oleh
bakteri
lakmus
dapat
dilakukan
untuk
menentukan
Anak dengan gizi buruk dan disenteri dan bayi muda (umur < 2
bulan. yang menderita disenteri harus dirawat di rumah sakit.
Selain itu, anak yang menderita keracunan, letargis, mengalami
perut kembung dan nyeri tekan atau kejang, mempunyai risiko
tinggi terhadap sepsis dan harus dirawat di rumah sakit. Yang
lainnya dapat dirawat di rumah.4
Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini
dianjurkan untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi antibiotik
kotrimoksazol. Jika dalam 2 hari tidak ada perbaikan, dianjurkan
untuk
kunjungan
ulang
untuk
kemungkinan
mengganti
antibiotiknya.4
Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan diare
akut. Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada
hasil pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat amuba vegetatif.
Jika positif maka berikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB
dibagi tiga dosis selama 5 hari Jika tidak ada amuba, maka dapat
diberikan pengobatan untuk Shigella Beri pengobatan antibiotik
oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap sebagian besar strain
shigella. Contoh antibiotik yang sensitif terhadap strain shigella
di Indonesia adalah siprofloxasin, sefiksim dan asam nalidiksat
Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa
dehidrasi.
Pemantauan dilakukan setelah 2 hari pengobatan, dilihat apakah
ada perbaikan tanda-tanda seperti tidak adanya demam, diare
adanya
sebelumnya
dan
penyulit,
berikan
hentikan
antibiotik
pemberian
yang
antibiotik
sensitif
terhadap
patoggen
secara
penyebab
penyebab
diare
fekal
oral.
Pemutusan
diare
perlu
difokuskan
umumnya
penyebaran
pada
cara
penyimpanan
makanan
pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh anak dan dapat juga
resiko diare antara lain:
mengurangi
makan
dalam
jumlah
yang
cukup
untuk
usus.
Diperkirakan
imunisasi
campak
yang
A. Definisi Campak
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
infeksi virus yang umumnya menyerang anak.7
Gambar 1. Campak
B. Etiologi Campak
Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singat sesudah timbulnya ruam.
Virus tetap aktif dalam minimal dalam 4 minggu disimpan dalam
temperatur 35 derajat celcius dan beberapa hari pada suhu 0 derajat
celcius. Virus tidak aktif pada PH rendah 7,8
1. Bentuk Virus
C. Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi
(0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak
usia 1-4 tahun (0,77%).7
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara sedang
berkembang. Di Indonesia penyakit campak sudah lama dikenal. Di masa
lampau campak dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap
anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka
beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam yang keluar
semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat
keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit campak akan berbahaya
bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul di dalam rongga
tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru, perut atau usus. Hal ini akan
menyebabkan anak sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan
kematian.
Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah
terserang penyakit campak walaupun yang dilaporkan hanya sekitar
30.000 kasus per tahun. Hasil survey prospektif oleh badan Litbangkes di
Sukabumi tahun 1982 menunjukkan CFR campak pada anak balita sebesar
0,64%.
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan
terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya
dalam program imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi wabah
dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah perkotaan khusus, kasus
campak tidak terlihat kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak berarti
bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan
kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular
seperti campak. Daerah seperti ini dapat merupakan sumber kejadian luar
biasa penyakit campak.
D. Stadium Penyakit Campak
Penyakit campak terdiri dari 4 stadium, yaitu:
1. Stadium Masa Tunas
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12
hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi
yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
2.
3.
Stadium Erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi
adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di
palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai
naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di
bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,
muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen
dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan
dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan
kesempatan
infeksi
bakteri
sekunder
berupa
b.
Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, menigkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki
basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus,
gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat
berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pda
saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung,
dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan
invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus . gambaran infiltrat
pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak
demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai
kejang demam
d. Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologic yang paling sering terjadi, biasanya
terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis
sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak dengan mortalitas antara 30-40%.
Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.
Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, disorientasi juga
dapat ditemukan.
e. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
Subacute Sclerosing Panencephalitis merupakan kelainan degenerative
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak
yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang
sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000
infeksi campak.
f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak
karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.
g. Enteritis
h. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjuntivitis yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi
dan fotofobia.
i. Adenitis servikal
j. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik
k. pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus dan kelainan
kongenital pada bayi
l. Aktivasi tuberkulosis
m. Pneumomediastinal
n. Emfisema subkutan
o. Apendisitis
p. gangguan gizi sampai kwasiorkor
q. Infeksi piogenik pada kulit
r. Kankrum oris (noma)7,8
H. Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat asimtomatik,
dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan
bila diperlukan. Sedangkan campak denang penyulit perlu dirawat inap. Di
rumah sakit pasien campak dirawat diperlukan vitamin A 100.000 IU per
oral diberikan satu kali, apabila terdapat mal nutrisi dilanjutkan 1500 IU
per oral tiap hari.6,7
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
penyulit yang timbul, yaitu :
Bronkopenumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam
4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per
oral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila diccurigai
infeksi spesifik maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali
(3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi.
Otitis Media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotic kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari
dibagi dalam dua dosis)
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk
mengurangi edema di otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
I. Pencegahan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu
mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang
diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin
timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak
yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.6, 10
memiliki
riwayat
alergi,
sedang memperoleh
pengobatan
yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah
memenuhi persyaratan WHO untuk vaksin campak. 10
b. Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.
c. Komposisi
Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung :
1. Virus Campak >= 1.000 CCID50
2. Kanamycin sulfat <= 100 mcg
3. Erithromycin <= 30 mcg
terhadap
kesalahan
tata
laksana
perlu
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan
pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung
misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.
indikasi
kontra,
indikasi
khusus,
perhatian
khusus,
kejadian
atau
masalah
yang
dilaporkan
belum
dapat
Reaksi KIPI
Gejala KIPI
Lokal
SSP
Kelumpuhan akut
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
Lain-lain
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping,
maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi
beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa
Jenis Vaksin
Toksoid Tetanus (DPT,
Syok anafilaksis
4 jam
Neuritis brakhial
2-18 hari
tidak tercatat
DT, TT)
dan kematian
Pertusis whole cell
Syok anafilaksis
4 jam
Ensefalopati
72 jam
tidak tercatat
(DPwT)
dan kematian
Campak
Syok anafilaksis
4 jam
Ensefalopati
5-15 hari
tidak tercatat
dan kematian
Trombositopenia
7-30 hari
6 bulan
imunokompromais
tidak tercatat
Komplikasi akut termasuk kecacatan
dan kematian
Polio hidup (OPV)
Polio paralisis
30 hari
6 bulan
imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kecacatan
dan kematian
Hepatitis B
Syok anafilaksis
4 jam
tidak tercatat
dan kematian
BCG
BCG-it is
4-6 minggu
pemberian dalam waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak
dengan pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari
atau prednison 20 mg/ kg berat badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat
diberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3
bulan setelah pemberian kemoterapi selesai.
4. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin
Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan utnuk
menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.
c. Indikasi Kontra dan Perhatian Khusus Untuk Imunisasi
Pada umumnya tidak terdapat indikasi kontra imunisasi untuk individu sehat
kecuali untuk kelompok resiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat
petunjuk dari produsen yang mencantumkan indikasi kontra serta perhatian
khusus terhadap vaksin. Petunjuk ini harus dibaca oleh setiap pelaksana
vaksinasi. 10