INTOLERANSI / MALABSORBSI
FRUKTOSA
DAN NYERI PERUT BERULANG PADA
ANAK
Mauricio A. Escobar Jr, Daniel Lustig, Bethann M. Pflugeisen, Paul J.
Amoroso,
Dalia Sherif, Rasha Saeed, Shaza Shamdeen, Judith Tuider, and Bisher
Abdullah
JPGN 2014;58: 498501
Oleh :
dr. Stephanie Adelia
Pembimbing:
Dr. I. Hartantyo, SpA(K)
ABSTRAK
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah pada pasien anak
dengan nyeri perut kronik juga didapatkan adanya intoleransi fruktosa yang
diketahui melalui pemeriksaan tes hidrogen nafas standar (BHT) dan apakah akan
didapatkan perbaikan gejala dengan diet rendah fruktosa.
Metode :
Tes BHT fruktosa dilakukan pada pasien pasien dengan keluhan nyeri perut
kronik tanpa sebab yang jelas saja atau yang disertai dengan gejala penyerta
seperti konstipasi, kembung, dan atau diare. Pada pemeriksaan BHT pasient
diberikan fruktosa dengan dosis 1 gram/kgBB dengan dosis maksimal 25 gram.
Kemudian hidrogen dan metan diukur sebanya 8x. Tes BHT dinyatakan potisif
apabila kadar hidrogen meningkat lebih dari 20 ppm. Jika didapatkan hasil tes
BHT positif, pasien diberikan diet rendah fruktosa.
Hasil penelitian :
Subyek penelitian adalah 222 orang pasien dengan rentang usia antara 2 tahun
hingga 19 tahun dengan rerata usia adalah 10,5 tahun. Tes BHT fruktosa
dilakukan terhadap seluruh subyek penelitian, dimana didapatkan hasil tes positif
pada 121 pasien (54,5%) dan hasil negative pada 101 pasien (45,5%). Pasien
pasien dengan hasil tes BHT fruktosa positif selanjutnya mendapatkan konsultasi
nutrisi dengan ahli gizi bersertifikasi dan kemudian menjalani diet rendah
fruktosa. Dengan menggunakan standar penilaian nyeri untuk anak, didapatkan 93
dari 121 pasien (76,9%) yang mengalami perbaikan pada keluhannya setelah diet
rendah fruktosa (P<0,0001). Pada 55 dari 101 pasien (54,4%) dengan hasil tes
BHT negatif didapatkan perbaikan gejala tanpa melakukan diet rendah fruktosa (P
= 0,37).
Kesimpulan :
Intoleransi / malabsorpsi fruktosa sering didapatkan pada anak dengan nyeri perut
fungsional/ berulang dan pemberian diet rendah fruktosa merupakan terapi yang
efektif.
Kata kunci :
Tes hidrogen nafas (breath hydrogen test), nyeri perut kronik pada anak,
intoleransi fruktosa, malabsorbsi fruktosa, diet rendah fruktosa
Pendahuluan
Nyeri perut kronik pada anak merupakan salah satu keluhan yang sulit
untuk ditangani. Pada sejumlah besar anak dengan nyeri perut didapatkan adanya
kelainan fungsional saluran pencernaan seperti nyeri perut fungsional, sindroma
iritasi saluran cerna, dan dispepsia fungsional. Fruktosa merupakan suatu
monosakarida yang akhir akhir ini banyak digunakan dalam bentuk sirup jagung
tinggi fruktosa karena bahannya yang murah dan mudah didapatkan. Pada tahun
1978, Andersson dan Nygren (1) melaporkan empat orang pasien dengan diare
kronik dan kolik yang mengalami perbaikan setelah pemberian diet bebas
fruktosa. Malabsorpsi fruktosa telah banyak dijelaskan pada pasien dewasa, tetapi
peranan intoleransi fruktosa sebagai penyebab nyeri perut kronik pada anak masih
belum jelas.
Hipotesis penelitian kami adalah intoleransi fruktosa merupakan etiologi
nyeri perut pada anak yang signifikan dan mungkin untuk diterapi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah pada pasien anak dengan nyeri
perut kronik juga didapatkan adanya intoleransi fruktosa yang diketahui melalui
pemeriksaan tes nafas hidrogen standar (BHT) dan apakah akan didapatkan
perbaikan gejala dengan diet rendah fruktosa.
Metode
Persetujuan etik penelitian diperoleh dari MultiCare Health Systems
setelah dilakukan peninjauan terhadap protokol penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian retrospekstif berdasarkan catatan medis pasien. Data
diperoleh dari pasien klinik gastroenterologi anak pada bulan Mei 2007 sampai
Agustus 2009 yang datang dengan keluhan nyeri perut kronis tanpa sebab yang
jelas saja atau dengan gejala penyerta seperti konstipasi, kembung, dan atau diare.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan lengkap, termasuk anamnesis lengkap
mengenai riwayat perjalanan penyakitnya, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah, faeces, dan endoskopi jika terdapat
indikasi. Seluruh pasien juga diskrining penyakit celiac. Pasien pasien dengan
nyeri perut persisten dan tidak didapatkan adanya kelainan patologi lain kemudian
diperiksa BHT fruktosa. Pada pasien tersebut dicari kemungkinan adanya
intoleransi fruktosa penyerta yang ditentukan dengan menggunakan tes BHT
fruktosa standar dan evaluasi adanya perbaikan gejala dengan pemberian diet
rendah fruktosa.
Untuk persiapan pemeriksaan BHT, pasien diinstruksikan untuk
menghindari antibiotika dan probiotik selama 2 minggu, menghindari laksatif,
antidiare, dan suplementasi serat selama 1 minggu, serta diminta untuk
mengonsumsi makanan dan minuman rendah serat 1 hari sebelum pemeriksaan.
Pasien juga tidak boleh makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan. Pada
saat pemeriksaan pasien diberikan fruktosa 1 gr/kgBB dengan dosis maksimal 25
gr. Kemudian dilakukan pengukuran hydrogen (H2) dan metan (CH4) sebanyak 8x
dengan menggunakan mesin Microlyzer Self-Correcting Model SC (QuinTron,
Milwaukee, WI) yaitu, pada awal pemeriksaan, tiap 15 menit pada 1 jam pertama,
menit ke 90, menit ke 120, dan menit ke 150. Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif apabila didapatkan peningkatkan hidrogen nafas sebanyak 20 ppm di atas
data awal, 30 menit setelah pemeriksaan dimulai.
Total terdapat 238 pasien yang ikut pada awal penelitian. Akan tetapi, pada
16 pasien diantaranya ( 8 orang dengan tes BHT positif dan 8 orang dengan tes
BHT negatif) tidak dapat dilakukan follow up. Pada akhir penelitian terdapat 222
subyek yang dapat dievaluasi. (Lihat tabel 2 untuk data demografi).
diberikan diet rendah fruktosa dan pasien dengan BHT negatif yang tidak
menjalani diet rendah fruktosa, dengan menyesuaikan usia dan jenis kelamin. Dari
analisis ini didapatkan rasio odds 2,43 (95% CI 1,32 4,45, P = 0,004).
Pembahasan
Akhir akhir ini semakin jelas bahwa malabsorbsi fruktosa mungkin
menjadi salah satu penyebab terjadinya nyeri perut pada beberapa pasien yang
didiagnosis dengan nyeri perut fungsional. Gejala yang timbul dapat berupa nyeri
perut, kembung, mual, muntah, dan flatulen. Walaupun mekanismenya sudah jelas
pada pasien dewasa, pada anak belum banyak penelitian mengenai hal ini.
Masalah utamanya adalah sulit untuk mendeteksi adanya malabsorbsi fruktosa
berdasarkan kapasitas absorbsi fruktosa normal pada pasien sehat.
Berdasarkan hipotesis, peranan malabsorbsi fruktosa pada nyeri perut
kronis tergantung pada rasio antara fruktosa dan glukosa. Terdapat dua
mekanisme transport yang memfasilitasi absorbsi fruktosa. Pertama adalah
dengan GLUT (glucose transport protein) yang dapat ditemukan di membran
brush border enterosit usus halus. Fruktosa ditransport secara pasif, melalui
mekanisme difusi yang difasilitasi oleh GLUT. Mekanisme ini merupakan
mekanisme absorbsi fruktosa yang tidak tergantung glukosa. Mekanisme kedua
diduga melalui sistem transport paraseluler dengan membuka penghubung dari
absorbsi glukosa. Hal ini memungkinkan cairan molekul kecil seperti fruktosa
untuk berpindah secara pasif bersama dengan air secara osmotik melalui saluran
saluran yang berada di antara enterosit. Usus halus memiliki kapasitas yang
terbatas untuk menyerap fruktosa melalui sistem difusi seperti mekanisme
pertama, sehingga glukosa memfasilitasi absorbsi fruktosa melalui mekanisme
yang kedua. Pada mekanisme kedua yang tergantung pada glukosa, maka
malabsorbsi fruktosa hanya terjadi apabila terjadi peningkatan kadar glukosa yang
berlebihan atau apabila absorbsi fruktosa difasilitasi oleh makanan dengan kadar
glukosa dan fruktosa 1 : 1 (berdasarkan mekanisme kedua) dibandingkan jika
kadar fruktosa lebih tinggi daripada kadar glukosa.
10
dengan intoleransi fruktosa, atau yang memang kombinasi dari kedua kondisi
tersebut. Jika penelitian dilakukan secara prospektif, maka kami mungkin dapat
mengendalikan hal tersebut. Kami menduga bahwa terapi terhadap kondisi SIBO
dapat mempengaruhi respon pasien terhadap terapi yang dapat menjadi bias dalam
penelitian ini. Meskipun demikian, pada subyek penelitian ini tidak didapatkan
pasien dengan terapi metronidazole, yang merupakan terapi standar untuk SIBO.
Walaupun banyak keterbatasan oleh karena penelitian ini adalah penelitian
retrospektif, kami merasa bahwa data penelitian ini menujukkan hasil dari
modifikasi diet untuk terapi intoleransi fruktosa.
Penelitian ini bukanlah penelitian pertama mengenai malabsorbsi fruktosa
pada anak, tetapi merupakan penelitian yang paling banyak menggunakan subyek
penelitian dan yang pertama membandingkannya dengan populasi kontrol. Oleh
karena itu, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dapat
menggambarkan hubungan kausalitas antara malabsorbsi fruktosa dengan sindrom
gangguan pencernaan fungsional pada anak. Kekurangan dari penelitain ini adalah
tidak dilakukannya pengumpulan data mengenai timbulnya gejala selama
dilakukan tes BHT. Hasil dari penelitian ini dapat memperkuat argument bahwa
malabsorbsi fruktosa merupakan salah satu penyebab terjadinya nyeri perut yang
kronik. Walaupun demikian, ada tidaknya gejala yang timbul saat dilakukan tes
tidak terlalu penting untuk mengonfirmasi adanya malabsorbsi fruktosa. Selain
itu, gejala dari nyeri perut kronik pada pasien pasien tersebut juga dan perbaikan
gejala juga telah didokumentasikan dengan baik. Walaupun penyebab nyeri perut
kronik pada anak adalah multifaktorial, kami yakin bahwa data penelitian ini
dapat dengan jelas menggmbarkan kausa dan pilihan terapi untuk menangani hal
tersebut pada pasien anak.
11
TELAAH KRITIS
KAJIAN STRUKTUR PENULISAN MAKALAH
1. Judul
Menarik
12
3. Abstrak
4. Pendahuluan
5. Hipotesis
Pada penelitian ini didapatkan hipotesis bahwa intoleransi fruktosa
merupakan etiologi nyeri perut pada anak yang signifikan dan mungkin
untuk diterapi
6. Metode
13
Tujuan penelitian:
- Untuk membuktikan apakah pada pasien anak dengan nyeri perut kronik
juga didapatkan adanya intoleransi fruktosa yang diketahui melalui
pemeriksaan tes nafas hidrogen standar (BHT) dan apakah akan
didapatkan perbaikan gejala dengan diet rendah fruktosa.
Kriteria inklusi :
-
Nyeri perut kronis tanpa sebab yang jelas saja atau disertai dengan
konstipasi, kembung, dan atau diare
Kriteria eksklusi :
-
14
rekam medik.
Analisis statistik :
- Respon terhadap modifikasi diet dianalisis dengan menggunakan
-
7. Hasil penelitian
pasien
- Tabel 2: Karakteristik demografi subyek penelitian
Penulisan tabel sudah tepat: judul terletak di bagian atas tabel tanpa
diakhiri dengan titik (tepat), tabel yang digunakan adalah tabel terbuka
dengan adanya garis horisontal
121 dari 222 pasien (54,5%) dengan hasil BHT positif yang
mengindikasikan adanya intoleransi fruktosa
101 dari 222 pasien (45,5%) didapatkan hasil BHT negatif untuk
intoleransi fruktosa
15
8. Diskusi
9. Kesimpulan
Pertanyaan penelitian terjawab
10. Ucapan terima kasih
16
CRITICAL APPRAISAL
1.
17
yang diketahui melalui pemeriksaan tes hidrogen nafas standar (BHT) dan
apakah akan didapatkan perbaikan gejala dengan diet rendah fruktosa.
2. Apa metode penelitian yang digunakan? Apakah sesuai dengan rumusan
masalah?
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain kohort
retrospektif, sudah sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
3.
Kriteria inklusi :
-
Kriteria eksklusi :
18
Pengukuran:
-
Pengukuran:
-
19
Bias recall: ada, karena kepatuhan diet dan informasi perbaikan gejala
hanya berdasarkan laporan pasien
20
21
tes hidrogen nafas standar (BHT) dan apakah akan didapatkan perbaikan
gejala dengan diet rendah fruktosa
P : Population : Pasien anak yang datang ke klinik gastroenterologi RS
Anak Mary Bridge dengan nyeri perut kronis tanpa sebab yang jelas
saja atau yang disertai dengan konstipasi, kembung, dan atau diare pada
bulan Mei 2007 sampai Agustus 2009
I : Indikator : Pemberian diet rendah fruktosa pada pasien nyeri perut
kronis dengan BHT (+)
C : Control : Pemberian diet biasa pada pasien nyeri perut kronis dengan
BHT (-)
O : Outcome : perbaikan gejala nyeri perut
2. Kemana penelitian ini ditujukan ?
Ditujukan untuk membuktikan intoleransi fruktosa sebagai salah satu
penyebab nyeri perut kronis yang bersifat fungsional dan dapat diterapi
dengan pemberian diet rendah fruktosa
3. Apakah PICO pada penelitian ini sudah cukup ?
PICO penelitian ini sudah cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian
4. Seberapa jauh penelitian ini sudah dilakukan?
Nilai yang dipilih pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan pada orang dewasa. Tes BHT pasien dinyatakan positif apabila terdapat
peningkatan kadar hidrogen ekspirasi 20 ppm setelah mencerna 1gr/kgBB
22
fruktosa, tetapi tidak lebih dari 25 gram. Meskipun tidak ada nilai definitif sebagai
cutoff peningkatan hidrogen, sebagian besar penelitian menggunakan peningkatan
kadar hidrogen lebih dari 20 ppm sebagai nilai positif
Subyek penelitian adalah 222 orang pasien dengan rentang usia antara 2
tahun hingga 19 tahun dengan rerata usia adalah 10,5 tahun
121 dari 222 pasien (54,5%) dengan hasil BHT positif yang
mengindikasikan adanya intoleransi fruktosa
101 dari 222 pasien (45,5%) didapatkan hasil BHT negatif untuk
intoleransi fruktosa
Pada 55 dari 101 pasien (54,4%) dengan hasil BHT negatif didapatkan
adanya perbaikan gejala tanpa menjalani diet rendah fruktosa
Pada pasien dengan hasil tes BHT positif, 76,9% diantaranya mengalami
perbaikan dengan menjalani diet rendah fruktosa (95% CI 68.683.5,
P<0.0001)
23
dilakukan
24
IMPORTANCY
1. Seberapa besar efek dan kepentingan klinis dari penelitian ini?
Efek dan kepentingan klinis dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa :
Intoleransi / malabsorpsi fruktosa sering didapatkan pada anak dengan
2.
APPLICABILITY
1. Apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada pasien yang dihadapi?
Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada subyek penelitian ini yaitu pasien
anak dengan nyeri perut kronis berulang
2. Apakah karakteristik pasien saya sangat berbeda dengan penelitian
tersebut hingga hasil penelitian ini tidak dapat diterapkan?
Karakteristik pasien saya tidak berbeda dengan pasien dalam penelitian ini
sehingga hasil penelitian ini dapat diterapkan.
3. Apakah ada halangan dalam penerapan hasil penelitian tersebut?
Ya, karena untuk melakukan tes BHT fruktosa yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya intoleransi fruktosa belum dapat dilakukan, tetapi
penerapan diet rendah fruktosa untuk pasien nyeri perut kronis dapat
dilakukan
25