4. Anak umur 4 th, BB 10 kg, nyeri saat buang air kecil, demam selama 5 hari
Rencanakan tatalaksana !
Jawab :
- Anamnesis : onset demam, gangguan berkemih, gangguan kemampuan mengontrol
kandung kemih, pola berkemih, dan aliran urin, serta gejala penyerta lainnya seperti
muntah, gangguan pencernaan, riwayat penyakit dahulu : keluhan demam dan
gangguan berkemih berulang, warna urin, frekuensi berkemih, jumlah urin
- Pemeriksaan fisik : pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran
antropometrik, pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih, muara uretra,
pemeriksaan neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk melihat ada
tidaknya spina bifida. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis,
hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan
- Pemeriksaan penunjang :
o Urinalisis : leukosituria, nitrit, leukosit esterase, proteinuria, hematuria,
bakteriuria
o Kultur urin
o Hematologi : hematologi lengkap (darah rutin, hitung jenis, gambaran darah
tepi), LED
o Jika didapatkan keluhan infeksi saluran kemih berulang, dapat
dipertimbakan pemeriksaan USG abdomen untuk mencari adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih
- Tatalaksana :
o Jika keadaan umum anak baik, dapat dilakukan rawat jalan
o Medikamentosa : antibiotik empiris, amoksisilin 20 40 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis atau sefiksim 8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
sampai dengan didapatkan adanya hasil kultur urin
o Edukasi pencegahan ISK berulang dengan meningkatkan keadaan umum
pasien termasuk memperbaiki status gizi, edukasi tentang pola hidup sehat,
dan menghilangkan atau mengatasi faktor risiko. Asupan cairan yang tinggi
serta miksi yang teratur.
5. Anak riwayat mengalami sakit yang sama beberapa kali. Apa yang akan Saudara
lakukan ?
Jawab :
- Anamnesis untuk mencari kemungkinan faktor risiko terjadinya ISK berulang, seperti
kebiasaan mengontrol urin, pola berkemih, serta hygiene sanitasi
- Pemeriksaan fisik untuk mencari adanya kelainan tulang belakang, melihat ada
tidaknya spina bifida. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis,
hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan
- Pemeriksaan penunjang : urinalisis, kultur urin, hematologi (darah lengkap, ureum,
kreatinin, laju filtrasi glomerulus), pemeriksaan radiologis yang disarankan untuk usia
2-5 tahun dengan ISK berulang adalah USG abdomen. Jika ditemukan kelainan,
kemudian dilanjutkan dengan MSU, dan jika dengan MSU ditemukan kelainan,
pemeriksaan dilanjutkan dengan PIV atau DMSA
- Tatalaksanan medikamentosa : jika didapatkan adanya tanda ISK kompleks, atau tetap
terjadi ISK berulang maka dapat diberikan antibiotik profilaksis, seperti
kotrimoksazol (Trimetoprim : 1-2 mg/kgbb/hari - Sulfametoksazol : 5-10
mg/kgbb/hari)
6. Anak umur 8 th, diare akut dehidrasi berat karena keracunan makan, jumlah urin
berkurang, hasil pemeriksaan LFG : 15 ml/min/1,73 m2
Rencanakan tatalaksananya !
Jawab :
- Stabilisasi airway, breathing, circulation
- Rehidrasi sesuai protokol diare akut dehidrasi berat, pastikan kebutuhan cairan pasien
terpenuhi
- Tatalaksana keracunan dengan pemberian antidotum
- Setelah pasien stabil, anamnesis lengkap untuk mengetahui onset terjadinya gangguan
fungsi ginjal, riwayat penggunaan obat obatan yang mungkin bersifat nefrotoksik
- Pemeriksaan fisik : keadaan umum, tanda vital, termasuk tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, tanda dehidrasi, balance cairan dan diuresis
- Pemeriksaan penunjang :
o Hematologi : darah lengkap, ureum, kreatinin, dan laju filtrasi glomerulus
evaluasi post rehidrasi, elektrolit, calsium, glukosa, asam urat, fosfat
anorganik
o Urinalisis : adanya penanda inflamasi glomerulus, tubulus, ISK, atau uropati
kristal
- Apabila pasien sudah terehidrasi namun masih didapatkan adanya oliguria, maka
dapat dipertimbanngkan pemberian forced diuretics dengan inj. Furosemid 1 4
mg/kgBB bolus intravena, dilanjutkan dengan maintenance inj. Furosemid / 12 jam
- Pemantauan balance cairan dan diuresis secara ketat
- Terapi nutrisi kebutuhan nutrisi pasien AKI dapat diberikan berdasarkan statusa
katabolisme masing masing pasien
- Terapi pengganti ginjal diindikasikan pada keadaan oligouria, anuria, hiperkalemia
(K>6,5 mEq/l), asidosis berat (pH200 mg/dl), edema, ensefalopati uremikum,
perikarditis uremikum, neuropati atau miopati uremikum, disnatremia berat (Na>160
mEq/l atau <115 mEq/l)
7. Anak 15 th, BB 30 kg, CKD stage V. Rencanakan terapi pengganti ginjal dan terapi
konservatifnya !
Jawab :
- Terapi pengganti ginjal yang direncakan pada kasus ini adalah hemodialisa. Diawali
dengan pemasangan double lumen untuk akses tindakan hemodialisa
- Resep HD :
o UFG : 0,2 x 0,8 x 30 kg + 150 = 480 ml + 150 ml = 630 ml 700 ml
o UFG max : 5% x 30 kg = 1500 ml
o Durasi : untuk hemodialisa pertama kali, hemodialisa dapat dilakukan dalam
waktu 30 menit 1 jam
o Blood flow : 5%x 30 kg = 150 ml
o UFR : 500 ml
o UFR maksimal : 600 ml
- Terapi konservatif :
o Transfusi jika didapatkan anemia < Hb 7,0 dengan klinis yang sesuai
o Injeksi eritropotetin subcutan jika diperlukan
o Pemeriksaan tekanan darah, jika didapatkan hipertensi, dapat diberikan obat
anti hipertensi seperti diuretik dan angintensin receptor blocker
o Pemberian kalsium untuk mencegah osteodistrofi ginjal
o Pemberian bicnat dan kalsium karbonat untuk mempertahankan keseimbangan
asam basa
o Pemberian allopurinol untuk memperbaiki kondisi hiperuricemia
o Menghambat terjadinya gagal ginjal terminal
- Diet cukup kalori, restriksi protein (Lampiran 1.)
- Terapi gangguan reversible seperti infeksi (ISK), hipertensi
- Menghindari obat nefrotoksik
- Pemberian antioksidan, ARB, ACE inhibitor
o Koreksi gangguan reversibel PGK
- Keseimbangan elektrolit, air, asam-basa
- Terapi hipertensi, gagal jantung
- Terapi anemia: preparat Fe, transfusi PRC, preparat eritropoetin
- Terapi infeksi, pencegahan sepsis
- Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal dengan diet rendah fosfat,
preparat kalsium, vitamin D3, preparat Al(OH)3 untuk mengikat PO4
o Psikoterapi
o Koreksi bedah, terutama untuk etiologi yang berhubungan dengan obstruksi
urologis
o Tatalaksana nutrisi :
- Mempertahankan status gizi yang optimal (sebagai contoh, mencapai pola
pertumbuhan dan komposisi tubuh yang normal dengan memenuhi asupan
yang tepat baik kualitas maupun kuantitas makanan)
- Mencegah terjadinya toksisitas uremik, abnormalitas metabolik dan
malnutrisi
- Mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas di usia dewasa