Anda di halaman 1dari 8

1. Anak usia 5 th, didiagnosis SN initial attack.

Albumin 1,3. Edema anasarka


Rencanakan tatalaksananya !
Jawab :
- Rawat inap
- Pemeriksaan fisik :
o Pengukuran berat badan dan tinggi badan
o Pengukuran tekanan darah
o Mencari adanya fokal infeksi
o Mencari tanda atau gejala penyakit sistemik, seperti SLE, HSP
o Pengukuran lingkar perut
- Pemeriksaan penunjang :
o Urinalisis
o Kultur urin jika didapatkan gejala klinis yang mengarah kepada infeksi saluran
kemih.
o Protein urin
o Pemeriksaan darah meliputi : Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung
jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED), albumin, kolesterol serum, ureum,
kreatinin, serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus
Schwartz, kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik
pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody),
dan anti ds-DNA
- Tatalaksana medikamentosa :
o Transfusi albumin 0,5 gr/kgBB/kali atau dgn 2,5
o Diuretik : inj. Furosemid 1 mg/kgBB/12 jam, bila perlu, dikombinasikan dengan
spironolakton 2-4 mg/kggBB/hari
o Kortikosteroid : prednison 60 mg/BSA/hari (maksimal 60 mg/hari), selama 4
minggu. Bila terjadi remisi dalam 4 minggu pertama, dilanjutkan dengan 4
minggu kedua dengan dosis 40 mg/BSA, diberikan secara alternating (selang
sehari)
o Obat antihipertensi, jika disertai dengan adanya hipertensi
- Dietetik
o Diet protein normal sesuai dengan RDA, yaitu 1,5 2 gr/kgBB/hari
o Diet rendah garam 1 2 gr/hari, selama anak menderita edema
- Edukasi :
o Aktivitas fisik dibatasi
o Hindari paparan infeksi seoptimal mungkin
o Edukasi bahwa sindroma nefrotik merupakan penyakit yang dapat sembuh,
tetapi mudah kambuh, perlu pemantauan ketat dan kontrol rutin untuk
pemantauan fungsi ginjal

2. Pada pengobatan fulldose 28 hari proteinuria +2, hipertensi stage 1,


bronkopneumonia.
Rencanakan tatalaksananya !
Jawab :
- Rawat inap
- Pemeriksaan penunjang :
o Darah lengkap (darah rutin, hitung jenis, gambaran darah tepi, albumin,
ureum, kreatinin)
o X foto thoraks AP/lateral
- Berikan terapi pada bronkopneumonia :
o Oksigenasi jika perlu
o Injeksi Ampicillin 50 mg/kgBB/6 jam intravena
o Injeksi gentamicin 7,5 mg/kgBB/24 jam intravena jika fungsi ginjal baik
- Pengobatan steroid fulldose tetap dilanjutkan
- Evaluasi ulang protein urin jika bronkopneumonia sudah teratasi jika masih belum
didapatkan remisi tatalaksana sebagai sindroma nefrotik resisten steroid
- Obat anti hipertensi diberikan diuretik furosemid 1 mg/kgBB/12 jam
- Evaluasi keadaan umum, tekanan darah
- Dietetik : diet rendah garam
- Edukasi :
o Evaluasi status remisi sindroma nefrotik setelah bronkopneumonia perbaikan
o Edukasi untuk dapat sebisa mungkin menghindari paparan infeksi
o Edukasi adanya kemungkinan jika tidak remisi setelah kondisi
bronkopneumonia, maka pengobatan akan sesuai dengan sindroma nefrotik
resisten steroid
3. Seorang anak, 12 th, datang dengan kejang penurunan kesadaran, BAK merah, TD
160/120 mmHg. Rencanakan tatalaksananya !
Jawab :
- Tatalaksana airway, breathing, circulation
- Berikan pemutus kejang sesuai algoritma pemutus kejang, dilanjutkan dengan
maintenance anti kejang
- Pasien dalam kondisi krisis hipertensi berikan nifedipin sublingual 0,2-0,5
mg/kgBB, evaluasi 5 menit setelah pemberian obat
- Setelah pasien stabil lakukan anmnesis lengkap :
o Onset kejang, tipe kejang, lama kejang
o Onset BAK merah, jumlah dan frekuensi BAK
o Gejala penyerta yang lain
o Riwayat infeksi sebelumnya radang tenggorokan berulang, infeksi kulit
o Riwayat penggunaan obat obatan
o Riwayat hipertensi sebelumnya
- Pemeriksaan fisik :
o Evaluasi kesadaran, tekanan darah, tanda vital lainnya
o Defisit neurologis, rangsang meningeal
o Balance cairan, diuresis
o Edema, tanda tanda overload cairan
- Pemeriksaan penunjang :
o Urinalisis hematuria, proteinuria
o Hematologi hematologi lengkap (darah rutin, hitung jenis, gambaran darah
tepi), ureum, kreatinin, laju filtrasi glomerulus, albumin, ASTO, aktivitas
komplemen, LED
o CT scan kepala non kontras
- Tatalaksana :
o Rawat inap, tirah baring
o Dietetik : Jumlah garam yang diberikan perlu diperhatikan. Bila edema berat,
diberikan makanan tanpa garam, sedangkan bila edema ringan, pemberian garam
dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum meninggi, yaitu
sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari. Asupan cairan harus diperhitungkan dengan baik,
terutama pada penderita oliguria atau anuria, yaitu jumlah cairan yang masuk
harus seimbang dengan pengeluaran, berarti asupan cairan = jumlah urin +
insensible water loss (20-25 ml/kgbb/ hari) + jumlah keperluan cairan pada setiap
kenaikan suhu dari normal (10 ml/kgbb/hari)
o Antibiotika : golongan penisilin diberikan untuk eradikasi kuman, yaitu
Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika terdapat alergi
terhadap golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari
o Simtomatik :
Bendungan sirkulasi (edema, ascites) diuretika furosemid 1
mg/kgBB/12 jam
Hipertensi Tidak semua hipertensi harus mendapat pengobatan. Pada
hipertensi ringan dengan istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik,
tekanan darah bisa kembali normal dalam waktu 1 minggu. Pada hipertensi
sedang atau berat tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2
mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi keduanya. Selain obat-obat
tersebut diatas, pada keadaan asupan oral cukup baik, dapat juga diberi
nifedipin secara sublingual dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari yang dapat
diulangi setiap 30-60 menit bila diperlukan. Pada hipertensi berat atau
hipertensi dengan gejala serebral (ensefalopati hipertensi) dapat diberi
klonidin (0,002-0,006 mg/kgbb) yang dapat diulangi hingga 3 kali atau
diazoxide 5 mg/ kgbb/hari secara intravena. Kedua obat tersebut dapat
digabung dengan furosemid (1 3 mg/kgbb)
Gangguan ginjal akut
Hal penting yang harus diperhatikan adalah pembatasan cairan, pemberian
kalori yang cukup dalam bentuk karbohidrat. Bila terjadi asidosis harus diberi
natrium bikarbonat dan bila terdapat hiperkalemia diberi Ca glukonas atau
Kayexalate untuk mengikat kalium.
- Pemantauan :
o Pada umumnya perjalanan penyakit GNAPS ditandai dengan fase akut yang
berlangsung 1-2 minggu. Pada akhir minggu pertama atau kedua gejala seperti
edema, hematuria, hipertensi dan oliguria mulai menghilang, sebaliknya gejala-
gejala laboratorium menghilang dalam waktu 1-12 bulan.
o Kadar C3 yang menurun (hipokomplemenemia) menjadi normal kembali sesudah
2 bulan.
o Proteinuria dan hematuria dapat menetap selama 6 bln1 tahun. Pada keadaan ini
sebaiknya dilakukan biopsi ginjal untuk melacak adanya proses penyakit ginjal
kronik. Proteinuria dapat menetap hingga 6 bulan, sedangkan hematuria
mikroskopik dapat menetap hingga 1 tahun.
o Dengan kemungkinan adanya hematuria mikroskopik dan atau proteinuria yang
berlangsung lama, maka setiap penderita yang telah dipulangkan dianjurkan
untuk pengamatan setiap 4-6 minggu selama 6 bulan pertama. Bila ternyata masih
terdapat hematuria mikroskopik dan atau proteinuria, pengamatan diteruskan
hingga 1 tahun atau sampai kelainan tersebut menghilang. Bila sesudah 1 tahun
masih dijumpai satu atau kedua kelainan tersebut, perlu dipertimbangkan biopsi
ginjal.

4. Anak umur 4 th, BB 10 kg, nyeri saat buang air kecil, demam selama 5 hari
Rencanakan tatalaksana !
Jawab :
- Anamnesis : onset demam, gangguan berkemih, gangguan kemampuan mengontrol
kandung kemih, pola berkemih, dan aliran urin, serta gejala penyerta lainnya seperti
muntah, gangguan pencernaan, riwayat penyakit dahulu : keluhan demam dan
gangguan berkemih berulang, warna urin, frekuensi berkemih, jumlah urin
- Pemeriksaan fisik : pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran
antropometrik, pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih, muara uretra,
pemeriksaan neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk melihat ada
tidaknya spina bifida. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis,
hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan
- Pemeriksaan penunjang :
o Urinalisis : leukosituria, nitrit, leukosit esterase, proteinuria, hematuria,
bakteriuria
o Kultur urin
o Hematologi : hematologi lengkap (darah rutin, hitung jenis, gambaran darah
tepi), LED
o Jika didapatkan keluhan infeksi saluran kemih berulang, dapat
dipertimbakan pemeriksaan USG abdomen untuk mencari adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih
- Tatalaksana :
o Jika keadaan umum anak baik, dapat dilakukan rawat jalan
o Medikamentosa : antibiotik empiris, amoksisilin 20 40 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis atau sefiksim 8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
sampai dengan didapatkan adanya hasil kultur urin
o Edukasi pencegahan ISK berulang dengan meningkatkan keadaan umum
pasien termasuk memperbaiki status gizi, edukasi tentang pola hidup sehat,
dan menghilangkan atau mengatasi faktor risiko. Asupan cairan yang tinggi
serta miksi yang teratur.

5. Anak riwayat mengalami sakit yang sama beberapa kali. Apa yang akan Saudara
lakukan ?
Jawab :
- Anamnesis untuk mencari kemungkinan faktor risiko terjadinya ISK berulang, seperti
kebiasaan mengontrol urin, pola berkemih, serta hygiene sanitasi
- Pemeriksaan fisik untuk mencari adanya kelainan tulang belakang, melihat ada
tidaknya spina bifida. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis,
hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan
- Pemeriksaan penunjang : urinalisis, kultur urin, hematologi (darah lengkap, ureum,
kreatinin, laju filtrasi glomerulus), pemeriksaan radiologis yang disarankan untuk usia
2-5 tahun dengan ISK berulang adalah USG abdomen. Jika ditemukan kelainan,
kemudian dilanjutkan dengan MSU, dan jika dengan MSU ditemukan kelainan,
pemeriksaan dilanjutkan dengan PIV atau DMSA
- Tatalaksanan medikamentosa : jika didapatkan adanya tanda ISK kompleks, atau tetap
terjadi ISK berulang maka dapat diberikan antibiotik profilaksis, seperti
kotrimoksazol (Trimetoprim : 1-2 mg/kgbb/hari - Sulfametoksazol : 5-10
mg/kgbb/hari)

6. Anak umur 8 th, diare akut dehidrasi berat karena keracunan makan, jumlah urin
berkurang, hasil pemeriksaan LFG : 15 ml/min/1,73 m2
Rencanakan tatalaksananya !
Jawab :
- Stabilisasi airway, breathing, circulation
- Rehidrasi sesuai protokol diare akut dehidrasi berat, pastikan kebutuhan cairan pasien
terpenuhi
- Tatalaksana keracunan dengan pemberian antidotum
- Setelah pasien stabil, anamnesis lengkap untuk mengetahui onset terjadinya gangguan
fungsi ginjal, riwayat penggunaan obat obatan yang mungkin bersifat nefrotoksik
- Pemeriksaan fisik : keadaan umum, tanda vital, termasuk tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, tanda dehidrasi, balance cairan dan diuresis
- Pemeriksaan penunjang :
o Hematologi : darah lengkap, ureum, kreatinin, dan laju filtrasi glomerulus
evaluasi post rehidrasi, elektrolit, calsium, glukosa, asam urat, fosfat
anorganik
o Urinalisis : adanya penanda inflamasi glomerulus, tubulus, ISK, atau uropati
kristal
- Apabila pasien sudah terehidrasi namun masih didapatkan adanya oliguria, maka
dapat dipertimbanngkan pemberian forced diuretics dengan inj. Furosemid 1 4
mg/kgBB bolus intravena, dilanjutkan dengan maintenance inj. Furosemid / 12 jam
- Pemantauan balance cairan dan diuresis secara ketat
- Terapi nutrisi kebutuhan nutrisi pasien AKI dapat diberikan berdasarkan statusa
katabolisme masing masing pasien
- Terapi pengganti ginjal diindikasikan pada keadaan oligouria, anuria, hiperkalemia
(K>6,5 mEq/l), asidosis berat (pH200 mg/dl), edema, ensefalopati uremikum,
perikarditis uremikum, neuropati atau miopati uremikum, disnatremia berat (Na>160
mEq/l atau <115 mEq/l)

7. Anak 15 th, BB 30 kg, CKD stage V. Rencanakan terapi pengganti ginjal dan terapi
konservatifnya !
Jawab :
- Terapi pengganti ginjal yang direncakan pada kasus ini adalah hemodialisa. Diawali
dengan pemasangan double lumen untuk akses tindakan hemodialisa
- Resep HD :
o UFG : 0,2 x 0,8 x 30 kg + 150 = 480 ml + 150 ml = 630 ml 700 ml
o UFG max : 5% x 30 kg = 1500 ml
o Durasi : untuk hemodialisa pertama kali, hemodialisa dapat dilakukan dalam
waktu 30 menit 1 jam
o Blood flow : 5%x 30 kg = 150 ml
o UFR : 500 ml
o UFR maksimal : 600 ml
- Terapi konservatif :
o Transfusi jika didapatkan anemia < Hb 7,0 dengan klinis yang sesuai
o Injeksi eritropotetin subcutan jika diperlukan
o Pemeriksaan tekanan darah, jika didapatkan hipertensi, dapat diberikan obat
anti hipertensi seperti diuretik dan angintensin receptor blocker
o Pemberian kalsium untuk mencegah osteodistrofi ginjal
o Pemberian bicnat dan kalsium karbonat untuk mempertahankan keseimbangan
asam basa
o Pemberian allopurinol untuk memperbaiki kondisi hiperuricemia
o Menghambat terjadinya gagal ginjal terminal
- Diet cukup kalori, restriksi protein (Lampiran 1.)
- Terapi gangguan reversible seperti infeksi (ISK), hipertensi
- Menghindari obat nefrotoksik
- Pemberian antioksidan, ARB, ACE inhibitor
o Koreksi gangguan reversibel PGK
- Keseimbangan elektrolit, air, asam-basa
- Terapi hipertensi, gagal jantung
- Terapi anemia: preparat Fe, transfusi PRC, preparat eritropoetin
- Terapi infeksi, pencegahan sepsis
- Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal dengan diet rendah fosfat,
preparat kalsium, vitamin D3, preparat Al(OH)3 untuk mengikat PO4
o Psikoterapi
o Koreksi bedah, terutama untuk etiologi yang berhubungan dengan obstruksi
urologis
o Tatalaksana nutrisi :
- Mempertahankan status gizi yang optimal (sebagai contoh, mencapai pola
pertumbuhan dan komposisi tubuh yang normal dengan memenuhi asupan
yang tepat baik kualitas maupun kuantitas makanan)
- Mencegah terjadinya toksisitas uremik, abnormalitas metabolik dan
malnutrisi
- Mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas di usia dewasa

Anda mungkin juga menyukai