Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pratikum Geomorfologi acara Bentang Alam Vulkanik


telah disahkan pada ;
hari / tanggal

pukul

Sebagai tugas laporan pratikum mata kuliah Geomorfologi.

Semarang, Maret 2014


Praktikan

Asisten

Wida Purindiva Setiadi

Fatma Widiyaningsih
21100113120007

DAFTAR ISI
i
1

Cover
Lembar Pengesahan..........

Daftar Isi...

ii

BAB I. Pendahuluan

1. 1 Maksud .

1.2 Tujuan.

1.3 Waktu Pelaksanaan Pratikum..

BAB II. Metodologi.

BAB III. Perhitungan Morfometri

BAB IV. Pembahasan..

12

BAB V. Penutup.

20

5.1 Kesimpulan ... 20


5.2 Saran.. 20
Daftar Pustaka 21
Lampiran
Poster

BAB I

ii

PENDAHULUAN
2

1.1 Maksud

Membagi satuan peta topografi berdasar perbedaan kerapatan

kontur (perbedaan sudut lereng).


Menghitung persen lereng dan beda tinggi pada peta topografi.
Membuat sayatan geomorfologi yang melewati semua satuan yang
ada.

1.2 Tujuan

Dapat membagi satuan peta topografi berdasar perbedaan

kerapatan kontur (perbedaan sudut lereng).


Dapat menghitung persen lereng dan beda tinggi pada peta

topografi.
Dapat membuat sayatan geomorfologi yang melewati semua satuan
yang ada.

1.3

Waktu Pelaksanaan Pratikum


Tempat: Ruang seminar , Teknik Geologi
Tanggal
: 20 Maret 2014
Waktu
: 15.00 WIB - selesai

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.

Pensil Warna
Penggaris
Penghapus
Pensil

2.1.2 Bahan
1.
2.
3.
4.

Peta topografi
Kertas kalkir
Kertas millimeter blok
Selotip

2.2 Diagram Alir


Mulai
Menyiapkan alat dan bahan
Memposisikan kertas kalkir pada peta dan
Memberi selotip agar tidak bergeser dari posisi
awal
Membuat deliniasi untuk membagi kontur
menjadi 3 satuan berbeda pada kertas kalkir
Membuat sayatan sebanyak 5 buah pada setiap satuan
dengan memotong 5 kontur pada kertas kalkir
Memberi warna pada masing-masing satuan dengan warna yang
berbeda sesuai dengan deliniasi yang dibuat
Membuat sayatan sepanjang 30 cm pada kertas
kalkir yang memotong 3 satuan deliniasi
Selesai

BAB III
PERHITUNGAN MORFOMETRI

3.1 Perhitungan Persentase Kelerengan Per Sayatan dan Klasifikasi Relief


Menurut Van Zuidam (1983)

% Lereng = h x 100 %
d
h = n kontur x Indeks Kontur
n = Banyaknya

h = Jumlah Interval Kontur


IK = Indeks Kontur

IK =

1 x Skala Peta
2000

d = panjang garis x Skala Peta*


Kontur
*dalam satuan meter
SKALA PETA 1 : 25000
IK =

1
x 25000
2000
= 12,5

h = 5 x 12,5
= 62,5 meter

3.2 SATUAN A ( KONTUR RAPAT )


3.2.1

Persen (%) Lereng


IK = 1 x 25000
2000
= 12,5
h

= 5 x 12,5
= 62,5 meter

% Lereng = h x 100 %
d

1. d = 0,3 cm x 25000
1
= 7500 cm = 75 m
% = 62,5 x 100 %
75
= 83,3 %
2. d = 0,4 cm x 25000
2
= 10000 cm = 100 m
% = 62,5 x 100 %
100
= 62,5 %
3. d = 0,4 cm x 25000
3
= 10000 cm = 100 m
% = 62,5 x 100 %
100
= 62,5 %
4. d = 0,3 cm x 25000
4
= 7500 cm = 75 m
% = 62,5 x 100 %
75

= 83,3 %
5. d = 0,3 cm x 25000
5
= 7500 cm = 75 m
% = 62,5 x 100 %
75
= 83,3 %

Ratarata kelerengan=

lereng total
jumlah sayatan

83,3 +62,5 + 62,5 +83,3 +83,3


5

374,9
=74,98
5

3.2.2 Beda Tinggi


Dari perhitungan garis kontur pada peta topografi, dapat diketahui:
Top hill satuan A= 2050 m
Low hill satuan A= 1174 m
Beda tinggi = Top hillLow hill
Beda tinggi satuan A= 2050 - 1174 m = 876 m
8

Van Zuidam (1983), mengklasifikasikan relief berdasarkan morfometri


dan morfografi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pengklasifikasian Satuan Morfometri yang Ada di Peta Topografi

Klasifikasi Relief

Persen Lereng (%)

Beda Tinggi (m)

Datar/ hampir datar

02

<50

Bergelombang landau

37

550

Bergelombang miring

813

2575

1420

50200

2155

200500

56140

5001000

> 140

>1000

Berbukit
bergelombang
Berbukit terjal
Pegunungan sangat
terjal
Pegunungan sangat
curam

Jadi dari perhitungan tersebut di dapat rata-rata kelerengan 74,98%


dan beda tinggi 876 m kemudian dapat disimpulan bahwasanya Satuan A
(kotur rapat) ini termasuk ke dalam Pegunungan Terjal (Van Zuidam,
1983).

3.3 SATUAN B ( KONTUR RENGGANG )


3.3.1

Persen (%) Lereng


IK

= 1 x 25000

2000
= 12,5
h = 5 x 12,5

= 62,5 meter
% Lereng = h x 100 %
d

1. d = 0,8 cm x 25000
1
= 20000 cm = 200 m
% = 62,5 x 100 %
200
= 31,25 %
2. d = 1 cm x 25000
2
= 25000 cm = 250 m
% = 62,5 x 100 %
250
= 25 %
3. d = 1 cm x 25000
3
= 25000 cm = 250 m
% = 62,5 x 100 %
250
= 25 %
4. d = 1 cm x 25000
4

10

= 25000 cm = 250 m
% = 62,5 x 100 %
250
= 25 %
5. d = 1cm x 25000
2
= 25000 cm = 250 m
% = 62,5 x 100 %
250
= 25 %
Ratarata kelerengan=

lereng total
jumlah sayatan

31,25 +25 +25 +25 + 25


5

131,25
=26,25
5

3.3.2 Beda Tinggi


Dari perhitungan garis kontur pada peta topografi, dapat diketahui:
Top hill satuan B= 1174 m
Low hill satuan B= 764 m
Beda tinggi = Top hillLow hill
Beda tinggi satuan B= 1174 - 764 m = 428 m

11

Van Zuidam (1983), mengklasifikasikan relief berdasarkan morfometri


dan morfografi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pengklasifikasian Satuan Morfometri yang Ada di Peta Topografi

Klasifikasi Relief

Persen Lereng (%)

Beda Tinggi (m)

Datar/ hampir datar

02

<50

Bergelombang landau

37

550

Bergelombang miring

813

2575

Berbukit bergelombang

1420

50200

Berbukit terjal

2155

200500

Pegunungan sangat terjal

56140

5001000

Pegunungan sangat curam

> 140

>1000

Jadi dari perhitungan tersebut didapat kesimpulan bahwasanya


Satuan B ( kotur renggang ) ini termasuk ke dalam Berbukit Terjal
(Van Zuidam, 1983)

Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai


berikut:
Satuan
Satuan A ( rapat)
Satuan B
(renggang)

% lereng

Beda tinggi

Rata-rata

(m)

74,98 %

876 m

26,25 %

428 m

Klasifikasi relief
Pegunungan terjal
Berbukit terjal

12

BAB IV
PEMBAHASAN

Gunung Ungaran adalah berasal dari fisografi Pegunungan unung Serayu


Utara bagian timur.Dimana fisiografi Pegunungan Serayu Utara dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian barat (Bumiayu), bagian tengah (Karangkobar) dan

13

bagian timur (Ungaran). Gunung Ungaran selama perkembangannya mengalami


ambrolan-tektonik yang diakibatkan oleh pergeseran gaya berat karena dasarnya
yang lemah). Gunung Ungaran tersebut memperlihatkan dua angkatan
pertumbuhan yang dipisahkan oleh dua kali robohan (Zen dkk., 1983). Ungaran
pertama menghasilkan batuan andesit di Kala Pliosen Bawah, di Pliosen Tengah
hasilnya lebih bersifat andesit dan berakhir dengan robohan. Daur kedua mulai di
Kala Pliosen Atas dan Holosen. Kegiatan tersebut menghasilkan daur ungaran
kedua dan ketiga.Struktur geologi daerah Ungaran dikontrol oleh struktur
runtuhan (collapse structure) yang memanjang dari barat hingga tenggara dari
Ungaran. Batuan volkanik penyusun pre-caldera dikontrol oleh sistem sesar yang
berarah barat laut-barat daya dan tenggara-barat daya, sedangkan batuan volkanik
penyusun post-caldera hanya terdapat sedikit struktur dimana struktur ini
dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiardjo et al. 1997).
Pada praktikum geomorfologi bentang alam vulkanik yang dilaksanakan
pada tanggal 20 Maret 2014 didapatkan dua satuan kontur yaitu satuan kontur
rapat dan satuan kontur renggang dan diperoleh pola pengaliran sungai di sekitar
Gunung Ungaran, dengan uraian sebagai berikut :

4.1 Satuan Kontur Rapat


Pada peta topografi Gunung Ungaran warna merah menunjukan bahwa
satuan konturnya tergolong satuan kontur rapat, pada satuan kontur rapat ini
dibuat 5 sayatan dengan skala peta 1:25000, sayatan masing-masing memotong 5
garis kontur. Panjang sayatannya masing-masing 0,3 cm , 0,4 cm , 0,4 cm , 0,3 cm
dan 0,3 cm. Setelah dihitung morfometrinya, satuan kontur rapat ini mempunyati
rata-rata kelerengan 74,98%. Sedangkan top hill satuan kontur rapat 2050 m dan
low hill satuan kontur rapat ini 1174 maka beda tingginya di dapat 876 m dengan
selisih antara top hill engan low hill. Dengan didapat kelerengan 74,98% dan beda

14

tinggi 876 m kemudian dapat disimpulan bahwasanya Satuan A (kotur rapat) ini
termasuk ke dalam Pegununga Terjal (Van Zuidam, 1983).
Pada klasifikasi pegunungan terjal ini dapat diidentifikasi bahwasanya
dapat digolongkan pada fasies central
Satuan berkontur rapat menunjukkan daerah lereng yang meghubungkan
daerah puncak (berkontur sangat rapat) dengan daerah kaki gunung (berkontur
renggang) dengan litologi yang masih didominasi oleh batuan beku sebgai hasil
pembekuan magma, meskipun begitu batuan sedimen sebagai hasil dari proses
erosi dan transportasi material batuan dari kawasan puncak yang ada diatasnya,
serta batuan metamorf sudah mulai terliat.Hasil profil sayatan eksagrasi
menunjukkan bahwa di daerah lereng reliefnya terlhat dinamis dan terjal,
walaupun tidak se-intens di kawasan puncak.Hal ini turut dipengaruhi oleh adanya
puncak Gunung Botak (2050 Mdpl), keberadaan gunung ini turut mempengaruhi
relief karena gunung ini selain sebagai puncak di bentang alam vulkanik juga
sekaligus sebagai pintu aktivitas vulkanisme yang senantiasa membangun.

15

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Perbedaan

kelerengan

yang

dibahas

dalam

pratikum

ini

diteliti

berdasarkan pola kontur pada bentang alam vulkanik yang terbagi atas
satuan yaitu satuan A yang berkontur rapat, satuan B yang berkontur

renggang.
Satuan A berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, 1983 berupa

terjal, dengan ke lerengan rata- rata 74,98 % dan beda tinggi 876 m.
Satuan B berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, 1983 berupa bukit terjal ,

pegunungan

dengan kelerengan rata - rata 26,25 % dan beda tinggi 446 m.

5.1.3

Tata guna lahan pada bentang alam vulkanik diantaranya :


1.

Sebagai lahan pertanian dan perkebunan

2.

Sebagai objek wisata dan geothermal

3.

Sebagai lahan permukiman dan pertambangan

5.2 Saran

16

DAFTAR PUSTAKA
http://csmres.jmu.edu/geollab/vageol/vahist/mtnmodel.html
(diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 23.46 WIB)
http://ervinabento.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 00.57 WIB)
http://fandyadam.blogspot.com/2011/12/proses-terjadinya-letusangunungberapi.html
(diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 23.58 WIB)
http://fatihnurudin.wordpress.com/2010/01/23/7/
(diakses pada tanggal 24 April 2012 pukul 00.35 WIB)

17

Anda mungkin juga menyukai