Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERKEMBANGAN GEOLOGI KUARTER

TERHADAP PENGATURAN ZONASI PENGGUNAAN LAHAN DAN


POTENSI DI KAWASAN TEPIAN DAS KAHAYAN
(Studi Kasus : Kelurahan Pahandut Kota Palangkaraya)

Fatma Widiyaningsih
21100113120007
Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

SARI
DAS Kahayan merupakan salam satu DAS yang terletak di Kalimantan Tengah. Sungai Kahayan
terletak pada 32043,60 S 1140223,00 T. Luasnya mencapai 81,648 km2. Dengan panjang
sungai 600 km, kedalaman 7 m dan lebar 500 m. Sungai Kahayan berada diantara beberapa
tinggian yang ada di Kalimantan, diantaranya tinggian Schwaner dan dataran Sunda di bagian
barat dan selatan serta tinggian Kuching di bagian utara. Pola pengaliran Sungai Kahayan
dendritik. Morfoologi Kalimantan Tengah bagian selatan dataran rendah, bagian tengah
merupakan rawa-rawa dan bagian utara merupakan pegunungan. Jenis tanah yang berkembang
sungai berupa regosol, podsol dan gambut. Tata guna lahan daerah tepian DAS Kayahan secara
garis besar adalah pemukiman. Secara umum proses sedimentasi dipengaruhi oleh kondisi
geologi, kondisi geografi, dan tata guna lahan. Kondisi geologi yang berada diantara tinggian
Schwanner dan Kuching yang menjadi pemasok suplai sedimen, kondisi geografi yang terletak di
daerah tropis yang mempercepat proses pelapukan, erosi, dan transportasi dan tata guna lahan
yang mengakibatkan pendangkalan. Berdasarkan parameter-parameter tersebut didapat 4 aturan
zonasi yaitu, Zona Sempadan Sungai, Zona Rumah Renggang, Zona Rumah Kampung dan Zona
Pelabuhan. Tepian DAS Kahanan berpotensi untuk pengembangan wisata alam dan pelestarian
lingkungan bagi Kota Palangkaraya selain itu berpotensi pengembangan seni budaya karena
kebiasaan masyarakat yang unik.
Kata Kunci : Potensi, Aturan Zonasi Tata Guna Lahan, Daerah Tepian DAS Kahanan

PENDAHULUA
N

Suatu daerah aliran sungai yang sering


disingkat DAS adalah suatu wilayah daratan

yang secara topografik dibatasi oleh


punggung-punggungan gunung yang
menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian menyalurkan ke laut melalui
sungai utama (Asdak, 2004:4). DAS
Kahayan merupakan salam satu DAS yang
terletak di Kalimantan Tengah. Sungai
Kahayan terletak pada 32043,60 S
1140223,00 T. Luasnya mencapai 81,648
km2. Dengan panjang sungai 600 km,
kedalaman 7 m dan lebar 500 m. Saat ini
DAS Kahayan mengalami kerusakan
ekosistem akibat hutannya terus dibabat,
kondisi sebagian sungai dan anak-anak
sungainya juga rusak, terus mendangkal,
bahkan di antaranya ada yang tercemar
akibat penggunaan merkuri dalam kegiatan
penambangan emas tanpa izin dan tercemar
limbah rumah tangga. Oleh karena itu,
diperlukan pengaturan zonasi penggunaan
lahan di kawasan Sungai Kahayan
berdasarkan perkembangan geologi kuarter
saat ini.

Gambar 1. Letak Geografis Sungai Kahanan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembahasan mencangkup lima parameter,
yaitu kerangka tektonik dan keadaan geologi
daerah sekitar, pola aliraan DAS, tata guna
lahan, laju sedimentasi secara umum, dan
rekomendasi atau arahan pemanfaatan dan
pengembangan sungai.
Kerangka Tektonik dan Keadaan Geologi
Daerah Sekitar

Basement Pre-Eosen
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas
kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi
baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian
barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia.
Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland.
Ofiolit dan sediment dari busur kepulauan
dan fasies laut dalam ditemukan di
Pegunungan Meratus, yang diperkirakan
berasal dari subduksi Mesozoikum. Di
wilayah antara Sarawak dan Kalimantan
terdapat sediment laut dalam berumur
Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit
dan unit lainnya yang menunjukkan adanya
kompleks subduksi. Peter dan Supriatna
(1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive
besar bersifat granitik berumur Trias diantara
Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas,
memiliki kontak tektonik dengan formasi
berumur Jura-Kapur.

Gambar 2. SE Cross section Schematic


reconstruction (A) Late Cretaceous, and
(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit.,
Bachtiar, 2006).

Permulaan Cekungan Eosen


Banyak penulis memperkirakan bahwa
keberadaan zona subduksi ke arah tenggara
di bawah baratlaut Kalimantan pada periode
Kapur dan Tersier awal dapat menjelaskan
kehadiran ofiolit, mlanges, broken
formations, dan struktur tektonik Kelompok
Rajang di Serawak, Formasi Crocker di
bagian barat Sabah, dan Kelompok
Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland
selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang

merupakan batas konvergensi pada Tersier


dan kebanyakan sistem akresi terbentuk
sejak Eosen.

Gambar 3.
Paleocene Middle Eocene SE Asia tectonic
reconstruction. SCS = South China Sea, LS =
Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, IAU = India Australia
Plate, PA = Pacific plate (Pertamina BPKKA,
1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Gambar 4.
Cross section reconstruction of North Kalimantan
that show Lupar subduction in Eocene (Hutchison,
1989, op cit., Bachtiar 2006)

Mulainya collision antara India dan Asia


pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan
penyesuaian lempeng Asia. Adanya
subsidence pada Eosen dan sedimentasi di
Kalimantan dan wilayah sekitarnya
merupakan fenomena regional dan
kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian
lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian
back-arc Laut Celebes.

Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di
sebagian Asia tenggara, termasuk
Kalimantan dan bagian utara lempeng benua
Australia, diperkirakan sebagai
readjusement dari lempeng pada Oligosen.
Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen
ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram et
al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992) yang dihubungkan dengan collision
bagian utara lempeng Australia (New
Guinea) dengan sejumlah komplek busur.
New Guinea di ubah dari batas konvergen
pasif menjadi oblique. Sistem sesar strikeslip berarah barat-timur yang menyebabkan
perpindahan fragmen benua Australia
(Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia
berpegaruh pada kondisi lempeng pada
pertengahan Oligosen. Ketidakselarasan
pada pertengahan Oligosen hadir di Laut
China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya
(Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982;
Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott,
1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van
de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak
selarasan ini dihubungkan dengan
pemekaran lantai samudera di SCS.
Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti
secara progresif dari baratdaya sampai
timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti
pada pertengahan Oligosen; di bagian
timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal
(Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992).

Gambar 5.
NW SE cross section schematic reconstruction

(A) Oligocene Middle Miocene, and (B) Middle


Miocene Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op
cit., Bachtiar, 2006).

Gambar 7.
Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen
tengah.(Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987.)

Letak Geologi Sungai Kahayan


Sungai Kahayan terletak di Kalimantan
Tengah, tepatnya berada pada daerah sekitar
sesar andang. Sungai Kahayan berada
diantara beberapa tinggian yang ada di
Kalimantan, diantaranya tinggian Schwaner
dan dataran Sunda di bagian barat dan
selatan serta tinggian Kuching di bagian
utara.
Gambar 6.
Middle Miocene Recent SE Asia tectonic
reconstruction (Pertamina BPKKA, 1997, op cit.,
Bachtiar, 2006)

Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awaltengah terjadi perubahan yang Sangat
penting. Pemekaran lantai samudera di SCS
berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan
Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut
Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op
cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan
obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op
cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
Membukanya cekungan marginal Laut
Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen
tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van de
Weerd dan Armin, 1992).

Gambar 8. Tatanan tektonik pulau kalimantan


(Andang Bachtiar , 2006)

Pola Pengaliran DAS Kahayan


Tipe Aliran Sungai
Tipe aliran sungai Kahayan dapat
dikategorikan pola aliran dendritik. Pola
aliran dendritik adalah pola aliran yang
cabang-cabang sungainya menyerupai
struktur pohon. Pada umumnya pola aliran

sungai dendritik dikontrol oleh litologi


batuan yang homogen. Pola aliran dendritik
dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai
yang dikontrol oleh jenis batuannya.
Morfologi
Kondisi morfologi Kalimantan Tengah
sebagian besar adalah dataran rendah,
terutama pada bagian Selatan yang berupa
pantai, rawa-rawa, perbukitan dan pasang
surut. Sedangkan pada bagian tengah terdiri
dari rawa, perbukitan dan hutan tropis.
Bagian Utara terdiri dari perbukitan dan
pegunungan, karena terdapat pegunungan
Kuching dan Sehwaner yang membentang
dari barat ke timur. Sungai Kahayan
memiliki kemiringan kurang dari 0-2 persen
seluas 4.955.724 Ha (32,22 %). Di sungai
Kahayan tanah yang ditemukan umumnya
memiliki kedalaman 60-90 cm. Tanah-tanah
dangkal terdapat dibagian hulu yaitu lebih
kecil dari 30 cm dan biasanya berbatu. Di
bagian tengah terdapat tanah dangkal, karena
lapisan tanah yang dapat digunakan akar
sangat tipis sekali.

5.797.499 Ha (37,69 %), berstruktur sedang


seluas 4.307.368 Ha (28,01) berstruktur
kasar seluas 2.623.878 Ha (17,06 %) gambut
seluas 2.651.255 Ha (17,24%). Di sungai
Kahayan ditemukan erosi akibat pengikisan
tanah, hal ini dikarenakan sekarang telah
ditemukannya bekas penebangan hutan dan
jalan HPH serta adanya lokasi penambangan
emas.
Tata guna lahan
Sungai Kahayan merupakan sarana angkutan
umum, disamping itu lahan-lahan ditanggul
sungai mempunyai tingkat kesuburan yang
lebih baik, sehingga lebih menguntungkan
sebagai daerah budidaya, namun dengan
telah dibukanya jalur darat, maka
pemanfaatan lahan untuk pertanian tanaman
pangan ditepian ruas jalan sudah mulai
Nampak. Disisi kiri dan kanan sungai
berderet rumah sederhana, sebagian besar
bangunannya menyerupai rumah panggung
yang terbuat dari kayu dan bambu, sebagian
lagi menjorok kesungai dan posisinya benarbenar mengapung yang biasa disebut sebagai
rumah lanting. sebagian dari rumah-rumah
kayu itu memiliki tali berpiin besar sehingga
tidak terbawa arus sungai. Selain itu,
beberapa masyarakat daerah tersebut
melakukan penambangan emas ilegal yang
dapat merusak ekosistem di Sungai
Kahayan.

Gambar 9. Morfologi Daerah DAS Kahayan


(Google Maps, April 2016)

Jenis Tanah
Jenis Tanah-tanah yang terdapat di
Kalimantan Tengah diantaranya adalah tanah
Regosol, podsol dan gambut. Dari bagian
tengah sampai dengan selatan tanah-tanah
yang termasuk dangkal adalah gambut dan
tanah endapan laut. Wilayah Kalimantan
Tengah khususnya di tepi sungai Kahayan
terdapat tanah bertekstur halus seluas

Gambar 10. Tata Guna Lahan daerah sekitar DAS


Kahayan (Enni Lindia Mayona, 2008)

Berbagai macam bentuk pemanfaatan tata


guna lahan di sekitar tepian DAS Kahanan
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
air. Kualitas air di sungai Kahayan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, aktivitas
penduduk di sekitar sungai dan
penambangan emas tanpa ijin. Aktivitas
penduduk di sekitar sungai Kahayan sangat
mempengaruhi kualitas air sungai Kahayan
karena kurangnya kesadaran penduduk
dalam membuang sampah di sembarang
tempat yang menyebabkan air sungai
Kahayan menjadi tercemar dan
menyebabkan air sungai Kahayan banyak
terampur bakteri-bakteri berbahaya seperti
bakteri E-coli dsb. Penambangan emas tanpa
izin (PETI) ang dilakukan secara tradisional
oleh masyarakat sebagian besar berada di
sepanjang daerah aliran sungai (DAS) salah
satunya pada sungai Kahayan
mempengaruhi kualitas air sungai Kahayan
karena adanya kadar logam merkuri (Hg)
yang mencemari daerah aliran sungai(DAS)
Kahayan, akibat proses penanmbangan di
sepanjang DAS. Logam Hg (mercuri) sangat
berbahaya bagi lingkungan perairan baik
organisme vibrata atau tumbuhan sekitar dan
juga penduduk yang bermukin di daerah
aliran sungai. Sedangkan Kuantitas sungai
Kahayan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dimana daerah kota Palangkaraya kondisi
tanahnya bergambut. Pada musim penghujan
air sungai Kahayan mendapat pengaruh dari
sungai Rungan yang merupakan air gambut.
Hal ini menyebabkan warna air baku
menjadi coklat kemerahan, dan memerlukan
penanganan tersendiri untuk menjernihkan
air.
Sedimentasi Secara Umum
Proses sedimentasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya kondisi geologi,
kondisi geografi sungai dan tata guna lahan
daerah tersebut.

Kondisi Geologi
Secara geologi Sungai Kahayan terletak di
antara tinggian Schwaner dan dataran Sunda
di bagian barat dan selatan serta tinggian
Kuching di bagian utara. Berdasarkan
letaknya, dapat diintepretasikan bahwa
suplai suplai material sedimen yang
mengalami proses sedimentasi pada Sungai
Kahayan berasal dari tinggian tersebut.
Kondisi Geografis
Secara geografi Sungai Kahayan terletak di
daerah tropis, daerah tropis memiliki curah
hujan dan intensitas matahari yang cukup
sehingga mempercepat proses pelapukan,
erosi, dan transportasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa letak geografis Sungai
Kahayan di daerah tropis mempercepat
proses sedimentasi.
Tata Guna Lahan
Dari aspek tata guna lahan, tidak sedikit
masyarakat setempat yang memanfaatkan
tepian DAS Sungai Kahayan sebagai daerah
pemukiman dan tambang emas ilegal. Hal
tersebut mengakibatkan dibagian tengah
Sungai Kahanan terdapat tanah dangkal,
karena lapisan tanah yang dapat digunakan
akar sangat tipis. Di sungai Kahayan juga
ditemukan erosi akibat pengikisan tanah, hal
ini dikarenakan sekarang telah ditemukan
bekas penebangan hutan serta adanya lokasi
penambangan emas. Kondisi fisik muara
sungai Kahayan lebih menjuruk kedalam
seperti teluk, alur sungainya dalam,
sedimentasi dimulut sungai menyebabkan
pendangkalan dikeliling sungai.
Pendangkalan yang terjadi di Sungai
Kahanan ini mengakibatkan ruang
akumulasi untuk material sedimen
mengalami pengendapan berkurang.
Rekomendasi Pemanfaatan dan
Pengembangan Sungai

Untuk menentukan potensi pemanfaatan


daerah tepian DAS Kahayan diperlukan
pengaturan yang tepat mengenai zonasi
penggunaan lahan.

Pengaturan Zonasi Penggunaan


Lahan di Tepian DAS Kahayan
Dalam menyusun pengaturan guna lahan di
Kawasan Tepian Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kahayan memperhatikan kondisi
fisik kawasan, morfologi sekitar, dan jenis
tanah penyusun. Berdasarkan fungsi yang
ada maka terdapat 4 zona yang terdapat di
Kawasan Tepian DAS Kahayan Kelurahan
Pahandut. Kode Zona yang digunakan
mengacu pada Panduan Peraturan Zonasi
secara umum karena Peraturan Zonasi yang
berlaku untuk Kota Palangkaraya belum
tersedia. Pembagian zona tersebut sebagai
berikut:
a Zona perumahan (R), berupa Rumah
Renggang (R-2) dan Rumah Kampung
(R-8). perumahan di wilayah studi
terdapat 3 tipe, yaitu rumah renggang,
rumah kampung dan rumah terapung.
Namun rumah terapung dimasukkan
dalam kategori rumah kampung.
b Zona RTH sempadan (KL), berupa
Sempadan sungai (KL-1)
Pada dasarnya kondisi eksisting zona ini
adalah perumahan penduduk yang sudah
ada sejak turun temurun, jarak dari tepi
sungai sangat dekat karena berdasarkan
fisik kawasan tersebut merupakan area
tergenang yang menyerupai danau dan
zona ini sebagai daerah limitasi dan
resiko banjir. Untuk zona sempadan
danau yang tertuang di dalam RDTR
tidak dapat menjadi sebuah zona karena
sempadan danau di rencana tidak
diketahui dasar penentuan
peruntukannya, sehingga sempadan
danau termasuk ke dalam zona sempadan
sungai.
c Zona Tranportasi (TR), berupa
Pelabuhan (TR-3) Pelabuhan Rambang

pada saat itu merupakan tempat tambatan


kapal besar dan kapal kecil serta tempat
bongkar muat barang dan mempunyai
beberapa buah kapal motor, diantaranya
adalah KM. Palangka Raja yang
sebelumnya bernama KM. Pulau Sebaru.
Kapal ini berukuran kurang lebih 350 ton
yang menghubungkan Banjarmasin dan
juga Pulau Jawa. Zona yang akan diatur
penggunaan lahannya di wilayah studi,
disusun berdasarkan penggunaan lahan
pada hirarki yang lebih khusus yaitu
hirarki 3 dan 4, karena
mempertimbangkan penggunaan lahan
secara umum sampa pada penggunaan
lahan yang lebih detail atau rinci yang
dilihat dari RDTK Kota Palangka Raya.
(tabel 1 dan gambar 11 pengaturan
zonasi terlampir)
Rekomendasi Pemanfaatan Sungai
Pengembangan Daerah Aliran Sungai
Kahayan menjadi ruang terbuka hijau
merupakan salah satu alternatif
pengembangan wisata alam dan pelestarian
lingkungan bagi Kota Palangka Raya yang
memiliki potensi alam yang sangat
mendukung dengan kekayaan kawasan
hijaunya. Ruang terbuka hijau ini
direncanakan untuk menjaga kelestarian
alam dengan memperhatikan sumber daya
air dan lahan, sehingga akan mewujudkan
suatu lingkungan khusus yang memberikan
peneduh dan keasrian alam bagi
penggunanya. Pemenuhan kawasan hijau
diupayakan sebagai media penyelaras akan
kecenderungan degradasi ketersediaan udara
bersih dan sehat. Dengan tersedianya ruang
terbuka hijau yang cukup diharapkan mampu
menurunkan tingkat polusi udara kota,
sekaligus sebagai media resapan air hujan
yang pada akhirnya berfungsi sebagai media
pencegah bahaya banjir. Implementasi
program ini dilakukan melalui penyusunan
rencana kawasan konservasi dan
pengendalian atas implementasi peruntukan
lahan serta konservasi lahan kritis.

Selain pengembangan menjadi ruang


terbuka, pola kehidupan yang unik dari
Sungai Kahayan ini tentu menjadi potensi
tersendiri dalam pengembangan seni budaya
dan kepariwisataan meski sifatnya hiburan
namun sangat berpotensi menjadi sumber
pendapatan asli daerah (PAD). Objek wisata
alam memang masih menjadi andalan dan
perlu pengembangan, salah satunya adalah
pengembangan objek wisata susur Sungai
Kahayan untuk mendorong tumbuhnya
ekowisata di Palangka Raya dan Kalimantan
Tengah pada umumnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Untuk penentuan zonasi tata guna lahan
yang tepat di tepian DAS Sungai Kahayan
diperlukan
data-data
mengenai
pola
pengaliran, morfologi, jenis tanah, tata guna
lahan
terkini
yang
mengakibatkan
pencemaran lingkungan dan proses-proses
sedimentasi yang sedang berlangsung.
Sehingga didapatkan 4 zonasi yaitu, Zona
Sempadan Sungai, Zona Rumah Renggang,
Zona Rumah Kampung dan Zona Pelabuhan.
Tepian DAS Kahanan berpotensi untuk
pengembangan wisata alam dan pelestarian
lingkungan bagi Kota Palangkaraya selain
itu berpotensi pengembangan seni budaya
karena kebiasaan masyarakat yang unik.
Saran
Kesadaran untuk mengelola dan menjaga
kelestarian ruang hijau ini minimal dimulai
dari pemikiran bersama oleh warga
masyarakat Kota Palangka Raya sebagai
lingkup terkecil kemudian diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemikiran yang lebih
besar bagi daerah-daerah lain yang ada di

sekitarnya untuk menjaga dan menata ruang


terbuka hijau sebagai bagian dari ruang
terbuka kota (open space) berperan penting
bagi keberlangsungan kehidupan makhluk
hidup yang ada di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Barnett, J. 1982. An Introduction to Urban
Design. New York: Harper & Row
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Palangka Raya. 2008. Buku I
Rencana Program Investasi Jangka
Menengah Bidang Infrastruktur Kota
Palangka Raya Tahun 2009- 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Palangka Raya :
Palangka Raya.
BP DAS Kahayan Departemen Kehutanan.
2007. Laporan Akhir, Penyusunan
Rencana Rehabilitasi Hutan dan
Lahan 5 (lima) Tahun Areal Eks
PLG- di Wilayah Kerja BPDAS
Kahayan (Tahun 2008-2012).
PT.Multitama Krida Cipta :
Palangkaraya.
Badan Pusat Statsitik. 2006. Kota Palangka
Raya Dalam Angka tahun 2006.
Jayadinta, T. Johara. 1999. Tata Guna Tanah
Dalam Perencanaan Pedesaan,
Perkotaan, dan Wilayah: Edisi
Ketiga. Bandung: ITB
Merriam, Dwight H. 2005. The Complete
Guide To Zoning. New York :
McGraw-Hill, 2005.Chapter 1
Pemerintah Kota Palangka Raya. 2007.
Laporan Tahunan Kelurahan
Pahandut 2007.
Dinas Tata Kota Palangka Raya. 1999.
Review Rencana Detail Tata Ruang
Kota Palangka Raya 1999-2009.

Satyana, A.H., Nugroho, D., Surantoko, I,


1999, Tectonic Controls on The
Hydrocarbon Habitats of The Barito,
Kutai and Tarakan Basin, Eastern
Kalimantan, Indonesia; Major
Dissimilarities, Journal of Asian
Earth Sciences Special Issue Vol. 17,
No. 1-2, Elsevier Science, Oxford
99-120

Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A.,


1992, Origin and Evolution of the
Tertiary Hydrocarbon-Bearing Basins
in Kalimantan (Borneo), Indonesia,
The American Association of
Petroleum Geologists Bul

Anda mungkin juga menyukai