DISUSUN OLEH;
AGI HIDJRI TARIGAN
101001011
PEMBIMBING
dr. NOVI RAHMI ASROEL, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS) DI BAGIAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANGSIDIMPUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2015
KUSTA
Sinonim
: LEPRA
= MORBUS HANSEN
Definisi :
Epidemiologi
Cara penularan : ???
Masa tunas
Bervariasi
40 hari 40 tahun
MORBUS HANSEN
Bukan penyakit turunan
Semua umur
Frek tertinggi umur 25 35 th
Anak-anak < 14 th. 13 %
BTA ditemukan di kulit, folikel rambut, ASI
jarang pada
kel. keringat, sputum, urin
CMI
Klasifikasi
Tujuan klasifikasi :
Untuk menentukan rejimen pengobatan, prognosis dan
komplikasi
Untuk perencanaan operasional, misalnya menemukan
pasien-pasien yang menular yang mempunyai nilai
epidemiologis tinggi sebagai target utama pengobatan
Untuk identifikasi pasien yang kemungkinan besar
akan menderita cacat.
Ridley & Jopling : TT, BT, BB, BL dan LL
Madrid
: Tuberkuloid, Borderline, Lepromatosa
WHO
: Pausibasiler ~ sedikit basil : TT, BT, I
Multibasiler ~ banyak basil : BB, BL, LL
Kusta Histoid
resistensi sekunder
Gambaran Klinis
Kelainan Kulit
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Permukaan
Batas
Anastesia
:
:
:
:
:
:
Gambaran Klinis
BTA
: Negatif, Positif
Saraf Perifer
N. fasialis
N.
N.
N.
N.
N.
N.
aurikularius magnus
ulnaris
medianus
radialis
poplitea lateralis
tibialis posterior
(+)
banyak
perlu dinilai
- pembesaran
- konsistensi
- nyeri -/+
Gambaran Klinis
KERUSAKAN SARAF
Sensoris
Motoris
Anastesi
paresis/paralisis
Otonom
kulit kering
Pemeriksaan Kusta
Anamnesa
Inspeksasi
Palpasi : kelainan kulit, kelainan saraf
Pemeriksaan saraf tepi:
- N. Aurikularis magnus
N. Ulnaris
Paroneus lateralis
A. Tes sensoris
- Rasa raba
- Rasa jarum
- Rasa suhu
B. Tes Otonom
- Tes dengan pinsil tinta (tes gunawan)
- Tes pilocarpin
C. Tes Motoris
Tes Motoris
Tes Motoris
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
M. leprae terlihat merah
solid
: batang utuh
hidup
fragmented : batang terputus
granular
: butiran
mati
Indeks Bakteri :
- Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu
sediaan
- Nilai 0 6+
Indeks Morfologi
- Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah
solid dan non solid
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta
3. Pemeriksaan Serologis
Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
DIAGNOSIS
Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu
1. Bercak kulit yang mati rasa (total/sebagian) berupa makula
atau plak hipopigmentasi/eritematosa
2. Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan gangguan fungsi
saraf +/3. Ditemukan basil tahan asam
cuping telinga
lesi kulit aktif
biopsi
DIAGNOSIS
D/ kusta paling sedikit 1 tanda Kardinal
Tanda Kardinal (-) :
Tersangka kusta
Observasi dan periksa ulang setelah 3 6 bln
kusta +/-
Diagnosis Banding
Penyakit kusta ~ The Greatest Immitator
Dermatofitosis
Tinea versikolor
Pitiriasis rosea
Pitiriasis alba
Psoriasis
Neurofibromatosis
dll
Pengobatan
Multi Drugs Treatment (MDT) :
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin
Pemberian MDT
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan
Obat alternatif :
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)
BB,BLdan LL
atau semua tipe BTA (+)
Pengobatan
MDT Pausibasiler (PB)
I, TT dan BT
Pengobatan
MH Pausibasiler Lesi tunggal
Rifampisin 600 mg
Ofloksasin 400 mg
Minosiklin 100 mg
ROM
Pengobatan
Pengobatan
Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak
minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO,
sedangkan pasien kusta tipe MB
dinyatakan DO bila tidak minum obat 12
dosis dari yang seharusnya.
Pengobatan
Release From Treatment (RFT) :
Pengobatan
WHO (1998)
Reaksi Kusta
Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta yg kronik
Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi
Pembagian :
Reaksi tipe I ~ reversal
hipersensitifitas tipe IV
Reaksi tipe II ~ ENL
hipersensitifitas tipe III
Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat
KLINIS
Kulit
Saraf
REVERSAL
ENL
Nodus <
>>>
Lesi baru
Nyeri, ulserasi
Membesar
Membesar
Nyeri +/-
Nyeri +/-
Reaksi lepra
Pengobatan Reaksi
Prinsip pengobatan :
1.
Pemberian obat anti reaksi
2.
Istirahat atau imobilisasi
3.
Analgetik, sedatifu mengatasi rasa nyeri
4.
MDT diteruskan
Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
Ringan
Berat
Obat :
Prednison 15 30 mg/hr
berat/ringan
reaksi
Klofazimin 200 300 mg/hr
Thalidomide
teratogenik, di Indonesia (-)
Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 15 30 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena
istirahatkan
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
FENOMENA LUCIO
Rifampisin merupakan obat utama bagi pasien fenomena
lucio yang belum pernah mendapat pengobatan anti kusta.
Pemberian kortikosteroid seperti pada pengobatan ENL.
Talidomid dan klofazimin tidak efektif.
Reaksi lepra
setelah diobati
KOMPLIKASI
Ulserasi
Mutilasi
Deformitas
Komplikasi
Komplikasi
.
PROGNOSIS KUSTA
Bergantung pada seberapa luas lesi dan
tingkat stadium penyakit. Kesembuhan
bergantungpula pada kepatuhan pasien
terhadap pengobatan. Terkadang asien
dapat mengalami kelumpuhan bahkan
kematian, serta kualitas hidup pasien
menurun.