ABSES PERITONSIL
Oleh :
Preseptor :
PADANG
2014
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi
Tonsil
Cincin Waldeyer adalah jaringan limfoid yang mengelilingi faring
yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual,
dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring. Tonsil berbentuk oval
2
Lateral : m. konstriktor faring superior
Anterior : m. palatoglosus (plika anterior)
Posterior : m. palatofaringeus (plika posterior)
Superior : palatum mole
Inferior : tonsil lingual
Fosa Tonsil
Fosa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring yaitu
batas anterior oleh otot palatoglosus dan batas lateral atau dinding luar
seperti kipas mulai dari palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah.
Pilar posterior adalah otot vertikal yang ke atas mencapai palatum mole,
tuba eustachius, dan dasar tengkorak dan ke arah bawah meluas hingga
dinding lateral esofagus. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian
atas pada palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di
3
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis
eksterna, yaitu:
Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri
eferen.7
Persarafan
4
Tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf ke V
glosofaringeus.7
Ruang Peritonsil
Ruang peritonsil digolongkan sebagai ruang intrafaring dan
merupakan salah satu dari ruang leher dalam yang dibagi oleh Scott BA
menjadi:6
1. Ruang yang mencakup seluruh panjang leher
Ruang retrofaring
Ruang bahaya
Ruang vaskular viseral
2. Ruang yang terbatas pada sebelah atas os. hioid
Ruang faringomaksila
Ruang submandibula
Ruang parotis
Ruang mastikator
Ruang peritonsil
Ruang temporal
3. Ruang yang terbatas pada sebelah bawah os. hioid
Ruang viseral anterior
5
Gambar 4. Potongan sagital ruang parafaring dan retrofaring
6
dengan kapsul tonsil. Hubungan ini disebut ligamen triangular atau ikatan
1.2 Definisi
Abses peritonsil atau Quinsy adalah infeksi akut yang disertai dengan
terkumpulnya pus pada jaringan ikat longgar antara m. konstriktor faring dengan
tonsil pada fosa tonsil. Infeksi ini dapat menembus kapsul tonsil biasanya pada
1.3 Epidemiologi
Abses peritonsil dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering terjadi
pada orang dewasa usia 20 sampai 40 tahun dan anak-anak. Penyakit ini
merupakan infeksi ruang fasia kepala dan leher tersering pada anak dan menjadi
komplikasi terbanyak dari tonsilitis akut. Insiden abses peritonsil di Irlandia Utara
dilaporkan 1 per 10.000 pasien per tahun dengan rata usia 26,4 tahun.2,3,5
1.4 Etiologi
Abses peritonsil terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Kuman penyebabnya
sama dengan penyebab tonsilitis berupa kuman aerob dan anaerob seperti
campuran.1
1.5 Patofisiologi
Infeksi dari kripta tonsil meluas ke kapsul tonsil dan melibatkan ruang
superior dan lateral fosa tonsilaris yang merupakan daerah jaringan ikat longgar,
7
sehingga palatum mole pada sisi yang terkena akan tampak membengkak. Abses
peritonsil juga dapat terbentuk di bagian midtonsil dan inferior, tetapi hal tersebut
membengkak dan hiperemis. Proses tersebut akan berlanjut dan terjadi supurasi,
mendorong tonsil dan uvula ke arah kontralateral. Bila proses berlangsung terus
pterigoid interna, sehingga terjadi trismus. Abses dapat pecah spontan dan terjadi
aspirasi ke paru.1,3
1) Anamnesis1,2
Demam
Nyeri menelan yang hebat (odinofagia)
Nyeri alih ke telinga pada sisi yang sama (otalgia)
Muntah (regurgitasi)
Mulut berbau (foetor ex ore)
Banyak ludah (hipersalivasi)
Suara bergumam (hot potato voice)
Sukar membuka mulut (trismus)
Pembengkakan kelenjar submandibula disertai nyeri tekan
2) Pemeriksaan Fisik
8
Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak terdapat detritus, dan
3) Pemeriksaan Penunjang
Biakan tenggorok dapat dilakukan, tetapi seringkali tidak
9
Pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen polos, ultrasonografi,
10
a) Selulitis peritonsil
Apabila tidak ditemukan pus pada pungsi maka hal tersebut lebih
dengan cairan hangat dan kompres hangat pada leher untuk mengendurkan
merupakan antibiotik alternatif yang sangat baik pada dewasa dan dapat juga
insisi disertai drainase untuk mengeluarkan nanah. Teknik insisi dan drainase
tonsil no. 12 atau no. 11 dengan plester untuk mencegah penetrasi yang dalam
yang digunakan untuk membuat insisi melalui mukosa dan submukosa dekat
kutub atas fosa tonsilaris. Hemostat tumpul dimasukkan melalui insisi ini dan
11
Gambar 7. Insisi dan drainase abses peritonsil
Pada anak-anak yang lebih tua atau dewasa muda dengan trismus yang
pada daerah insisi dan daerah ganglion sfenopalatina pada fosa nasalis. Tindakan
tersebut dapat mengurangi nyeri dan trismus. Anak-anak yang lebih muda
membutuhkan anestesi umum dengan posisi penderita saat tindakan adalah kepala
fluktuatif.
Pada titik yang terletak dua pertiga dari garis khayal yang dibuat antara dasar
12
Gambar 8. Lokasi insisi abses peritonsil
prosedur yang aman untuk membantu drainase sempurna dari abses jika tonsil
minggu kemudian dimana saat itu sering terdapat jaringan parut serta fibrosis dan
Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase karena trismus atau
berbagai antibiotika
Penderita dengan usia >50 tahun dengan tonsil yang melekat karena abses
13
Beberapa jenis operasi tonsilektomi yang dapat dilakukan antara lain:1
1.9 Komplikasi
meningitis, dan abses otak. Apabila tidak ditangani dengan baik akan
14
1.10 Prognosis
15
BAB II
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. YN
Umur : 35 tahun
Suku : Minang
No.MR : 89.31.83
ANAMNESIS
Seorang laki-laki Tn. YN umur 35 tahun dirawat di bangsal THT RSUP. DR. M.
Djamil pada tanggal 23 Desember 2014, dengan:
Keluhan utama :
Nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya nyeri
menelan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, namun semakin bertambah
sejak 2 hari yang lalu.
Susah menelan sejak 2 hari yang lalu.
Suara bergumam sejak 2 hariyang lalu.
Sukar membuka mulut sejak 2 hari yang lalu.
Mulut bau sejak 2 hari yang lalu.
Demam ada sejak 2 hari yang lalu.
Pasien mengeluhkan sukar makan sejak 2 hari yang lalu.
Leher sebelah kiri dirasakan membengkak sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat tertusuk tulang kambing pada 1 minggu yang lalu.
Air liur banyak sejak 2 hari yang lalu.
16
Riwayat tidur mendengkur ada.
Riwayat sesak napas tidak ada.
Riwayat sakit gigi tidak ada.
Pasien meminum obat tradisional (daun-daunan) pada + 4 hari yang lalu, namun
bengkak semakin bertambah.
Nyeri pada telinga kiri ada sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat keluar air dari telinga tidak ada.
Riwayat batuk dan pilek tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Kesadaran : CMC
17
Suhu tubuh : 38,6 oC
Kepala : Normocephal
Telinga
18
Kwadran - -
Pinggir - -
Gambar
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan Tidak ada Tidak ada
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan Tidakada Tidak ada
Nyeri ketok Tidakada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Vibrise + +
Vestibulum
Radang Tidak ada Tidak ada
Cukuplapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Kavum nasi Sempit - -
Lapang - -
Sekret Lokasi Tidak ada Tidak ada
19
Bau Tidak ada Tidak ada
Gambar
Koana Sempit
Lapang
Warna
Mukosa Edema
Jaringan granulasi
Konkha inferior Ukuran
20
Warna
Permukaan
Edema
Adenoid Ada/tidak
21
Edema Ada Ada
Abses Ada, fluktuatif (+) Ada, fluktuatif (+)
Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Karies/radiks Gigi 1-5 Gigi 16-11
Gigi 28-32 Gigi 17-21
Gigi
Kesan Oral higene kurang Oral higene
kurang
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Simetris Simertis
Lidah
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Masa Tidak ada Tidak ada
Gambar
22
Massa
Sinus piriformis
Sekret
Valekule Massa
Sekret (jenisnya)
Gambar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
23 Desember 2014
Hb : 11,8 gr/dL
Leukosit : 20.100/mm3
Trombosit : 333.000/mm3
GDS : 98 mg/dL
PT : 11,7 detik
INR : 1,03
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
23
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Umum
o Istirahat yang cukup
o Jaga kebersihan mulut
o Minum obat dengan teratur
Khusus
o Insisi dan drainasi abses peritonsil
o IVFD RL 20 tetes/menit
o Drip Tramadol 1 amp/kolf
o Ceftriaxone Inj. 2x1 gr IV Skin test
o Dexametason Inj. 3x1 amp
o Betadine Gurgle 3x1 cup
o Metronidazole IV 3x500 mg
o Diet ML
PROGNOSIS
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
Nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya nyeri
menelan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, namun semakin bertambah
24
Pemeriksaan Status Generalis:
Gigi dan mulut : Karies (+), trismus (+)
Leher : Tampak bengkak pada leher kiri
Prognosis :
Nasehat :
BAB III
DISKUSI
Seorang laki-laki Tn. YN umur 35 tahun dirawat di bangsal THT RSUP. DR. M.
25
Dari anamnesis didapatkan nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Awalnya nyeri menelan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, namun
semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Pasien susah menelan sejak 2 hari yang lalu,
suara bergumam sejak 2 hariyang lalu, sukar membuka mulut sejak 2 hari yang lalu,
menurut literatur hal ini diakibatkan karena teriritasinya m. Pterigoid interna akibat abses
peritonsil. Riwayat mulut bau dan hipersalivasi ada pada pasien ini sejak 2 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan demam ada sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluhkan sukar
makan sejak 2 hari yang lalu, leher sebelah kiri dirasakan membengkak sejak 2 hari yang
lalu.
Riwayat tertusuk tulang kambing pada 1 minggu yang lalu kemudian pasien
meminum obat tradisional (daun-daunan) pada + 4 hari yang lalu, namun bengkak
semakin bertambah. Kedua hal ini dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya abses
peritonsil pada pasien ini. Nyeri pada telinga kiri ada sejak 2 hari yang lalu, m erokok
sejak usia + 20 tahun, 1 bungkus/hari. Dari anamnesis yang didapatkan, gejala klinis pada
pasien ini mengarah ke abses peritonsil dimana pada literatur dijelaskan bahwa gejala
klinis pada absesperitonsil adalah odinofagia, foetor ex ore, hipersalivasi, dan kadang-
bengkak pada leher kiri. Sedangkan pada pemeriksaan status lokalis THT ditemukan
Arkus faring tidak simetris, hiperemis, uvula terdorong ke sebelah kanan,tonsil T1-sulit
dinilai, hiperemis, peritonsil abses (+), fluktuatif (+), dinding faring sulit dinilai. Menurut
dari literatur, abses peritonsil yang membesar dapat mendorong uvula ke arah
laboratorium didapatkan kesan leukositosis, ini menunjukan adanya aktivitas imun tubuh
untuk abses peritonsil pada pasien ini. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan aspirasi
26
seperti analgetik. Obat kumur juga diperlukan untuk antiseptik rongga mulut. Pada pasien
ini dilakukan terapi insisi dan drainasi abses peritonsil untuk mengeluarkan pus dari abses
peritonsilnya. Pemberian terapi suportif seperti makanan lunak juga dianjurkan. Untuk
prognosis pada dpasien ini adalah bonam. Karena semakin cepat abses peritonsil
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan hal utama dalam mencegah
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Fachruddin D. Abses Leher Dalam. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. 2007. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Adams GL. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi 6. 1997. Jakarta: EGC.
3. Tom LWC, Jacobs IN. Diseases of the Oral Cavity, Oropharynx, and
Nasopharynx. Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi
16. 2003. Ontraio: BC Decker Inc.
4. Novialdi, Prijadi J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Peritonsil. Bagian
THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
5. Hanna BC, et al. The Epidemiology of Peritonsillar Abscess Disease in
Northern Ireland. J Infect. 2006; 52(4):247-53.
6. Scott BA, Stiernberg CM. Infection of the Deep Spaces of the Neck. In: Bayle
BJ editor Head and Neck Surgery Otolaryngology. 3rd ed. 2001. Philadelphia.
7. HTA Indonesia. Tonsilektomi pada Anak dan Dewasa. 2004. Departemen
THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
28