Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena
IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman
tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap
dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan
menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat
penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi
perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia
dan negara-negara maju, utamanya kurikulum.
Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan
kurikulum 2013 di Sekolah Menengah. Pada pelaksanaan kurikulum 2006
keterpaduan dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir
kelereng. Tiap butir diisikan secara terpisah, namun dimasukan dalam satu
wadah. Dalam kurikulum 2013 keterpaduan itu perlu dimaknai terintegrasi.
Memadukan materi mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika sehingga dengan
keterpaduannya memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok
aktif

mengekspolorasi,

mengomunikasikan hasilnya

mengelaborasi,

mengkonfirmasi,

dan

akan membuat siwa aktif mencari tahu.

Keterpaduan berarti merajut keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang
tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA untuk melahirkan satu atau beberapa
tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran
yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik.
Bidang Studi Fisika adalah bagian dari sains (IPA) yang mempelajari
gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Fisika merupakan
1

ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hafalan.


Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari fisika terletak pada
kemampuan siswa tersebut dalam memahami tiga hasil (produk) fisika yaitu
konsep-konsep, hukum-hukum (azas-azas) dan teori-teori. Pada pembelajaran
fisika bukan sekedar siswa mendengarkan, mencatat dan mengingat dari
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru , tetapi lebih ditekankan pada
kemampuan siswa untuk dapat memecahkan persoalan dan bertindak
(melakukan observasi, bereksperimen) terhadap hal yang dipelajari tersebut,
lalu mengkomunikasikan hasilnya. Proses pembelajaran seperti ini dapat
dilakukan dengan mendiskusikan suatu persoalan, melakukan percobaan,
memperhatikan demonstrasi, menjawab pertanyaan dan menerapkan konsepkonsep dan hukum-hukum untuk memecahkan persoalan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah Kerangka Regulasi Pendidikan
Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah
Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah
Kejuruan ?
2. Bagaimana Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah ?
3. Bagaimana Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan penulisan makalah
Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan.
2

2. Untuk mengetahui Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan


Pendidikan Menengah.
.
3. Untuk mengetahui Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah Kerangka Regulasi Pendidikan
Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan.
2. Untuk mengetahui Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
3. Untuk mengetahui Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.

BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN
A. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
yaitu metode literatur atau pustaka. Metode Pustaka atau literatur adalah
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dangan alat,baik berupa buku, jurnal, skripsi
maupun informasi dari internet.
B. Ruang Lingkup Kajian dan Penyajian Data dan Informasi
Adapun ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan
Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan
membahas 3 subpokok bagian yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum
Sekolah Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan /
Madrasah Aliyah Kejuruan, Sistem pembelajaran Pembelajaran pada
Pendidikan

Dasar

dan

Pendidikan

Menengah

dan

sitem

penilaian

Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.


C. Sumber Data dan Informasi
Adapun sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini yaitu
buku-buku referensi dan internet terkait dengan Kerangka Regulasi
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Penyajian Data dan Informasi
Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi dokumenter yaitu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis buku-buku,
baik tertulis, gambar maupun elektronik, dokumen atau buku yang telah
4

diperoleh kemudian diuraikan, dibandingkan dan dipadukan (sintesis) guna


membentuk satu hasil kajian yang sistematis.
Penyajian data informasi pada makalah ini menggunakan penyajian data
verbal. Penyajian data verbal itu sendiri merupakan penyajian dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat berupa narasi,dengan memperhatikan
hal-hal seperti penggunaan bahasa yang baik,tegas dan jelas.
E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan
kerangka dasar dan
struktur kurikulum
Sekolah Menegah
Atas /Madrasah
Aliyah/Sekolah
Menengah
Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan
Kerangka Regulasi
Pendidikan Nasional
Republik Indonesia

Memuat

Sistem
pembelajaran
Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar
dan Pendidikan
Menengah
Sistem penilaian
Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar
dan Pendidikan
Menengah

BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN
A. kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah
Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan KTSP
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling
dekat

dengan

pembelajaran,

yaitu

sekolah

dan

satuan

pendidikan.

Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberi otonomi yang


lebih besar disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap
tuntutan masyarakat, juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi,
dan pemerataan pendidikan. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki full
authority and responsibilitydalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan
visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator kompetensi.
Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X
sampai kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan kompetensi lulusan
dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada
SMA/MA dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program
umum dan diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan
program penjurusan yang terdiri atas 4 program yaitu program Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), program ilmu pengetahuan Sosial, program bahasa,
dan program keagamaan, khusus untuk MA.
Komponen Kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas visi dan
misi sekolah, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kelender pendidikan.
1. Visi dan misi sekolah
Visi sekolah sebagai pandangan jauh ke depan dan cita-cita sekolah
dirumuskan dengan strategi sebagai berikut:
Perumusannya sebisa mungkin melibatkan seluruh unsur pemangku
kepentingan (stakeholder): Kepala Sekolah, guru, siswa, komite sekolah,
tokoh masyarakat, dan orang tua siswa.
Dirumuskan secara jelas, operasional, serta realistis dan dapat dicapai atau
6

diwujudkan.
Dapat berupa hasil belajar, prestasi dan keunggulan sekolah yang dicitacitakan
Rumusannya sebisa mungkin membungkus semua aspek permasalahan
yang dihadapi oleh sekolah berdasarkan hasil analisis konteks dan
kebutuhan sekolah yang akan dijawab ke depan.
Dapat menjadi acuan dan cerminan bagi sekolah dalam perumusan misi
sekolah dalam bentuk program kegiatan.
Misi sekolah sebagai penjabaran, terjemahan dan cerminan dari visi
sekolah dalam bentuk rumusan program kegiatan secara operasional antara
lain sebagai berikut.
Mendorong terciptanya lingkungan dan iklim sekolah serta sistem
manajemen yang kondusif bagi warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Melaksanakan perbaikan administrasi sekolah dan kelengkapan
pembelajaran serta pengembangan sarana dan prasarana pendidikan secara
baik, terencana, terarah dan berkelanjutan.
Melaksanakan proses pembelajaram secara baik, berdisiplin, serta
terencana dan berkelanjutan.
Melaksanakan evaluasi dan penilaian keberhasilan proses pembelajaran
dan hasil berlajar siswa secara teratur, konsisten dan berkelanjutan.
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kedisiplinan, kompetensi,
prestasi, karya, apresiasi seni, wawasan dan kemampuan profesional guru.
kompetensi, prestasi, karya, apresiasi seni dan budaya, serta budi pekerti,
akhlak mulia, dan wawasan siswa secara teratur, terencana dan
berkelanjutan.
Mendorong warga sekolah meningkatkan iman dan taqwa, penguasaan
iptek, prestasi, hasil karya, wawasan, kecerdasan dan jiwa kompetitif, serta
daya kreativitas dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
keagamaan, seni, olahraga, kebudayaan dan keterampilan.
Mengikutsertakan guru maupun siswa dalam berbagai kegiatan ilmiah,
kerjasama,

seni budaya, sosial,

kemanusiaan, lingkungan

hidup,

organisasi, dan iven lomba baik di tingkat lokal, regional maupun nasional
dan/atau internasional.
Melakasanakan evaluasi

diri

dan

akreditasi

secara

teratur

berkelanjutan.
7

dan

Mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dan dunia usaha dalam upaya
mensukseskan program wajib belajar di tingkat sekolah dasar.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.


Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan


kecerdasan,

pengetahuan,

kepribadian,

akhlak

mulia,

serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih


lanjut sesuai dengan kejuruannya.
3. Struktur dan Muatan Kurikulum
a. Kurikulum SMA/MA
1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri .
2) Jam

pembelajaran

untuk

setiap

mata

pelajaran

dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan


dimungkinkan.
3) Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimun empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
4) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
5) Minggu egektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 3438 minggu.
o Tabel 1. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X
Komponen

Alokasi Waktu
8

A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Fisika
7. Biologi
8. Kimia
9. Sejarah
10. Geografi
11. Ekonomi
12. Sosiologi
13. Seni Budaya
14. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
16. Keterampilan/Bahasa Asing
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
2*)Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Semester
1

Semester 2

2
2
4
4
4
2
2
2
1
1
2
2
2
2

2
2
4
4
4
2
2
2
1
1
2
2
2
2

2
2
2
2*)

2
2
2
2*)

Tabel 2 Struktur kurikulum kelas XI dan XII program IPA

2. Muatan Lokal
Muatan

lokal

merupakan

kegiatan

kurikuler

untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri


khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain
dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata
pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-budaya dan
keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya, seperti
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP. Muatan lokal
merupakan

mata

pelajaran,

sehingga

sekolah

harus

mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


10

untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah


dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal
setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam
satu tahun.
4. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan

dan

mengekspresikan

diri

sesuai

dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik


sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri di bawah bimbingan konselor, guru, atau tenaga
kependidikan

yang

dapat

dilakukan

dalam

bentuk

kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri


dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier
peserta didik serta kegiatan ekstrakurikuler, seperti
kepramukaan, kepemimpinan, kelompok seni-budaya,
kelompok tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja.
Pengembangan Diri di sekolah meliputi program berikut
-

Bimbingan Karir (BK)


Dilaksanakan

sebagai

bagian

dari

program

pembelajaran dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran.


-

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

Rohani Islam dan Kristen

Pramuka

Paskibra

Kesenian (Paduan Suara)

Olah raga (Basket, Futsal, Voli)

Palang Merah Remaja (PMR)


11

Taekwondo

Pada umumnya, program tersebut dilaksanakan 1 x


dalam seminggu pada hari sabtu. Khusus untuk Rohani
Islam dilaksanakan tiap hari pada pagi hari dalam bentuk
Tadarussan, sementara Rohani Kristen dilaksanakan pada
hari

Jumat

Pembiasaan

dalam

bentuk

Kebaktian.

dilakukan

melalui

kegiatan

Program

Tadarussan,

sholat berjamaah, dan Upacara.


Kelender pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah,
karakteristik

sekolah,

kebutuhan

peserta

didik

dan

masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan


sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan
pada setiap tahun ajaran.
Kalender

pendidikan adalah pengaturan waktu untuk

kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun


ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Permulaan tahun pelajaran

adalah waktu dimulainya

kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada


setiap satuan pendidikan.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan
pembelajaran

untuk setiap tahun pelajaran pada setiap

satuan pendidikan.
Waktu

pembelajaran

pembelajaran

setiap

pembelajaran

untuk

efektif

adalah

jumlah

jam

minggu,

meliputi

jumlah

jam

seluruh

matapelajaran

termasuk

12

muatan

lokal,

ditambah

jumlah

jam

untuk

kegiatan

pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak
diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan
pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk
jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

A. Pengaturan beban belajar siswa sekolah menengah


1.Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem
paket atau sistem kredit semester.
a. Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana
diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan
merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yangterdapat pada semester gasal dan genap
dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem paket
terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri.
b. Sistem Kredit Semester
Sistem Kredit Semester (SKS) diberlakukan hanya
untuk SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Beban belajar
setiap matapelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan
kredit semester(sks). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas
13

1 (satu) jampembelajaran tatap muka, 1 (satu) jam


penugasan terstruktur,dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri.
2. Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatanmandiri.
a. Sistem Paket
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan
Sistem Paket yaitu0%-40% untuk SD/MI, 0%-50% untuk
SMP/MTs, dan 0%-60%untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu
kegiatan tatap mukamata pelajaran yang bersangkutan.
Pemanfaatan alokasi waktutersebut mempertimbangkan
potensi dan kebutuhan pesertadidik dalam mencapai
kompetensi.
b. Sistem Kredit
Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang
menggunakanSistem Kredit Semester (SKS) mengikuti
aturan sebagai berikut:
1) Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap
muka,20 menit penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri.
2) Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit
tatap muka dan 25 menit penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri.
Beban belajar ditentukan berdasarkan penggunaan sistem
pengelolaan program pendidikan yang berlaku di sekolah
pada umumnya saat ini, yaitu menggunakan sistem Paket.
Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut
sebagai berikut.
a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada
14

sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam


struktur kurikulum. Pengaturan

alokasi waktu untuk

setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil


dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan
secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum
empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Pemanfaatan

jam

mempertimbangkan

pembelajaran

kebutuhan

peserta

tambahan
didik

dalam

mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk


mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak
terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di
dalam Standar Isi.
b.

Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan


kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket
untuk SMP/MTs/SMPLB adalah antara 0% - 50% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan
potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.

c.

Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik


di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat
jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap
muka. Untuk kegiatan praktik di sekolah kami, misalnya
pada

kegiatan

praktikum

Bahasa

Inggris

yang

berlangsung selama 2 jam pelajaran setara dengan 1 jam


pelajaran tatap muka, sesuai yang tertulis pada Struktur
Kurikulum.

15

B. kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah


Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan Kurikulum
2013
Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam
rangka mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif maka dalam Standar Proses dinyatakan bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta
didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan
masalah (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah. Di samping itu
pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berfikir analitis
(pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin) serta mampu
kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran dan penilaian otentik yang menggunakan prinsip
penilaian bagian dari pembelajaran. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery / inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik
untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok
maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem based learning)
dan pembelajaran berbasis projek (project based learning).

16

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir


berkaitan dengan pola pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada peserta didik; (2)
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber / media lainnya); (3) pembelajaran dirancang secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

(4) pembelajaran bersifat

aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan


model pembelajaran pendekatan sains); (5) belajar kelompok (berbasis tim);
(6) pembelajaran berbasis multimedia; (7) pembelajaran berbasis kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajaran menjadi pembelajaran
ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pembelajaran kritis.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (1)
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik; (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) kompetensi dinyatakan
dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi
dasar mata pelajaran; (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi inti; (7)
kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

17

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang


dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan
bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
dan berkepribadian luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Tujuan pembelajaran IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam ) khususnya fisika
menurut Kurikulum 2013 adalah :
1. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan
keteraturan, keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya
terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya;
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur;
teliti; cermat; tekun; ulet; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi;
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan

18

hasil percobaan Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet,
kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
4. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis;
5. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA khususnya
fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian
masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif;
6. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan

pendidikan

pada

jenjang

yang

lebih

tinggi

serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.


1. Struktur Praktikum IPA Sekolah Menengah Atas (SMA/MA sederajat )
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar
untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.
Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem
belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem
semester

sedangkan

pembelajaran

pengorganisasian

berdasarkan

jam

beban

belajar

pelajaran

dalam
per

sistem

semester.

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum


mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu
satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan
ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka
19

harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur


ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan
berbagai pilihan.
Struktur kurikulum tingkat sekolah menengah atas (SMA/MA) atau
sekolah kejuruan (SMK sederajat) memiliki struktur kurikulum sebagai
berikut :
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Kurikulum 2013
dirumuskan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan nasional yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu dalam merumuskan SKL
juga mempertimbangkan kebutuhan masa depan dan menyongsong
Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 yang berbasis pada Kompetensi
Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia menjadi
Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus memperkuat
kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia. Dalam
penjelasan Pasal 35 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan
bahwa SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan
Standar Isi (SI).yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Penguasaan kompetensi
lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi yang
menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi
lulusan yang telah ditetapkan dalam SKL.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang
bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat
kelas dalam rangka pencapaianStandar Kompetensi Lulusan. Tingkat
20

Kompetensi terdiri atas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh


peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. Tingkat Kompetensi
tersebut diterapkan dalam hubungannya dengan tingkat kelas sejak peserta
didik mengikuti pendidikan TK/RA, Kelas I sampai dengan Kelas XII
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tingkat Kompetensi TK/RA
bukan merupakan prasyarat masuk Kelas I.
Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat
perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)
Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga
memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan
pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan. Berdasarkan
pertimbangan di atas, Tingkat Kompetensi untuk sekolah menengah keatas
berada pada tingkat 5 dan 6 yang dirumuskan sebagai berikut :
Tabel 3. Tingkat Kompetensi Sekolah Menengah atas
No
Tingkat
Tingkat Kelas
Kompetensi
1.
Tingkat 5
Kelas
X
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/
PAKET
C/PAKET C KEJURUAN
Kelas XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/
PAKET
C/PAKET C KEJURUAN
2.
Tingkat 6
Kelas XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/
PAKET
C/PAKET C KEJURUAN
2. Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi yang bersifat generik disebut kompetensi inti
mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini
diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai
manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial
sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi
yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi Inti untuk setiap tingkat kompetensi tercantum
dalam Permendikbud tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
21

Sejalan

dengan

filosofi

progresivisme

dalam

pendidikan,

Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang harus ditapak peserta
didik untuk sampai pada kompetensi lulusan suatu jenjang. Kompetensi
Inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang
dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui Kompetensi Inti, integrasi
vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan tetapi dikembangkan melalui
pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran
yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber
kompetensi. Tiap mata pelajaran harus tunduk pada Kompetensi Inti yang
telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan
dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap
pembentukan Kompetensi Inti. Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap
matapelajaran apa yang dapat dikontribusikannya dalam membentuk
kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Ibaratnya,
Kompetensi Inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,
sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikian,
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element)

kompetensi

dasar.

Sebagai

unsur

pengorganisasi,

Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan


organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi
dasar adalah keterkaitan kompetensi dasar satu kelas dengan kelas di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi
yang berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horisontal adalah keterkaitan antara kompetensi dasar satu mata
pelajaran dengan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi yang bersifat generik (kompetensi inti) digunakan
untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap muatan
kurikulum. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan

22

untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum


3.

satuan dan jenjang pendidikan.


Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai
dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;
2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
Uraian kompetensi dasar yang rinci ini adalah untuk memastikan
bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja,
melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap.
Melalui Kompetensi Inti, tiap mata pelajaran ditekankan bukan hanya
memuat kandungan pengetahuan saja, tetapi juga memuat kandungan
proses yang berguna bagi pembentukan keterampilannya. Selain itu juga
memuat pesan tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut
sebagai bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting mengingat
kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena pengetahuan masih
selalu berkembang. Kemampuan keterampilan akan bertahan lebih lama
dari kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan terus melekat pada
dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Kompetensi dasar
dalam kelompok Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk
peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafalkan, dan
tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik bahwa dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual
sangat penting yang terkandung dalam materinya. Dengan kata lain,

23

kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI1) dan individual-sosial (mendukung KI-2) dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).
Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi, proses
pembelajaran dimulai dari kompetensi pengetahuan, kemudian dilanjutkan
menjadi kompetensi keterampilan, dan berakhir pada pembentukan sikap.
Dengan

demikian,

proses

penyusunan

maupun

pemahamannya

(danbagaimana membacanya) dimulai dari Kompetensi Dasar kelompok 3.


Hasil rumusan KD kelompok 3 dipergunakan untuk merumuskan KD
kelompok 4. Hasil rumusan KD kelompok 3 dan 4 dipergunakan untuk
merumuskan KD kelompok 1 dan 2. Proses berkesinambungan ini untuk
memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke keterampilan dan bermuara
ke sikap sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati linier antara KD
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
4. Muatan Pembelajaran
Muatan pembelajaran pendidikan

menengah

(SMA/SMK)

sederajat terdiri atas :


a. muatan umum untuk SMA/MA,SMALB dan SMK/MAK;
b. muatan peminatan akademik SMA/MA dan SMK/MAK;
c. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMA/MA,
SMALB;
d. muatan peminatan kejuruan untuk SMK/MAK; dan
e. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMK/MAK.
Muatan umum dan peminatan untuk sekolah menengah terdiri atas :
a. muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan SMK/MAK; terdiri atas
muatan :
1. pendidikan agama;
2. pendidikan kewarganegaraan;
3. bahasa;
4. matematika;
5. ilmu pengetahuan alam;
6. ilmu pengetahuan sosial;
7. seni dan budaya;
8. pendidikan jasmani dan olahraga;
9. keterampilan/kejuruan; dan
10. muatan lokal

24

b. Muatan peminatan akademik SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat


terdiri atas:
1. matematika dan ilmu pengetahuan alam;
2. ilmu pengetahuan sosial;
3. bahasa dan budaya; atau
4. peminatan lainnya.
c. Pendidikan menengah terdiri atas .Muatan peminatan kejuruan
SMK/MAK bentuk lain yang sederajat terdiri atas:
1. teknologi dan rekayasa;
2. kesehatan;
3. seni, kerajinan, dan pariwisata;
4. teknologi informasi dan komunikasi;
5. agribisnis dan agroteknologi;
6. bisnis dan manajemen;
7. perikanan dan kelautan; atau
8. peminatan lain yang diperlukan masyarakat. (Ketentuan lebih lanjut
mengenai muatan peminatan akademik dan muatan pilihan lintas minat
atau pendalaman minat SMA/MA, SMALB serta muatan peminatan
kejuruan dan pilihan lintas minat atau

pendalaman minat untuk

SMK/MAK diatur dalam Peraturan Menteri).


5. Mata Pelajaran
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka
dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas
Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata
pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban
belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan
KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata
pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini
menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar
dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya. Mata
pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan
akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan
25

corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan


sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X,
XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.Satu jam belajar
adalah 45 menit.
Struktur kurikulum Pendidikan Menengah kelompok

mata

pelajaran wajib sebagai berikut :


Tabel 4 Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Mata Pelajaran
Kelompok Wajib
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
7. Seni Budaya
8. Prakarya
9. Pendidikan Jasmani,Olah raga, dan
kesehatan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib
perminggu
Kelompok Peminatan
Mata Pelajaran Peminatan akademik (SMA)
Mata Pelajaran Peminatan akademik dan
vokasi (SMK)

Alokasi Waktu Belajar


Per Minggu
X
XI
XII
3
3
3
2
2
2
4
4
2
2
2
2
2

4
4
2
2
2
2
2

4
4
2
2
2
2
2

23

23

23

20
28

20
28

20
28

Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan


dasar yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang
belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia
pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar
kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan
karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut,
sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang tersedia
pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar
jurusan. Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan
keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan
26

pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya.


Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi
Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan
sebagai

nama

kelompok

disiplin

ilmu

karena

adanya

berbagai

pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi


rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada
nama disiplin ilmu.
Berikut ini mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan
(pendalaman minat dan lintas minat).
Tabel 5, Mata Pelajaran Peminatan dan Mata Pelajaran Pilihan
Mata Pelajaran
Kelompok Wajib
Peminatan Matematika dan Sains
1. Matematika
2. Biologi
I
3. Fisika
4. Kimia
Peminatan Sosial
1. Geografi
2. Sejarah
II
3. Sosiologi dan Antropologi
4. Ekonomi
Peminatan Bahasa
1. Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Bahasa dan Sastra Inggris
III
3. Bahasa dan Bahasa asing lainnya
4. Sosiologi dan Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan
Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat
Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia
Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh

X
23

Kelas
XI XII
23
23

3
3
3
3

4
4
4
4

4
4
4
4

3
3
3
3

4
4
4
4

4
4
4
4

3
3
3
3

4
4
4
4

4
4
4
4

6
73
41

4
75
43

4
75
43

5. Belajar Siswa Sekolah Menengah Kurikulum 2013


Pada Kurikulum 2013 mengisyaratkan adanya penambahan beban belajar (
jam belajar per minggu) disemua jenjang pendidikan. Kebijakan penambahan
jam ini dimaksudkan agar guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar.
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari
27

proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan


untuk melakukan pengamatan, menanya,asosiasi dan komunikasi. Proses
pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam
menunggu respon dari peserta didik karena mereka belum terbiasa.selain itu
bertambahnya jam pelajaran memungkinkan guru melakukan penilaian proses
dan hasil belajar.
Beban belajar siswa sekolah menengah tingkat SMA/MA dan SMK
sederajat adalah bertambahnya jumlah jam belajar perminggu. Kelas X
bertambah dari 38 menjadi 42 jam per minggu, dan untuk kelas XI dan XII
berambah dari 38 jam menjadi 44 jam per minggu, dengan lama belajar untuk
setiap jam belajarnya adalah 45 menit.
Konsekuensi logis dari penambahan beban belajar ini, maka mau tidak
mau guru dituntut untuk memiliki keterampilan mengembangkan berbagai
bentuk dan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara
aktif

mengkostruksi

berbagai

pengetahuan,

sikap

dan

keterampilan

(kompetensi) yang perlu dikuasainya. Selain itu guru juga dituntut untuk
secara kreatif mampu mengembangkan pengelolaan kelas dan bentuk-bentuk
pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa merasa betah dan gembira
dalam belajarnya.
C. Sistem Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
1. Pengertian Pendekatan, Strategi, Model dan Metode Pembelajaran
Istilah model, pendekatan, strategi dan metode dalam pembelajaran
sepintas tidaklah jauh berbeda dan dapat membingungkan tenaga pendidik.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, model diartikan sebagai pola dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model pembelajaran dimaknai
sebagai pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran

yang

diharapkan.

Model-model

pembelajaran

disusun

berdasarkan berbagai prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,


analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung.
Selanjutnya pendekatan, yang dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
28

kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular aducational goal, dengan
kata lain sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Senada dengan hal diatas,
Dick dan Carey menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersamasama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa.
Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai
secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk
merealisasikan strategi. Secara bahasa metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki. Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).

Dalam

pendidikan,

metode

pembelajaran

ialah

langkah

operasional atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.


Dalam kegiatan pembelajaran dapat digunakan satu atau lebih metode
pembelajaran sekaligus, atau kita dapat memadukan beberapa metode
pembelajaran, namun metode yang dipilih harus sesuai dan dapat
berkesinambungan satu sama lainnya.
2. Pendekatan, Strategi, Model dan Metode Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah
Menengah menurut KTSP dan Kurikulum 2013
a. Pendekatan Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah
Beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada
kegiatan belajar mengajar, antara lain: (1) pendekatan kontekstual, (2)
pendekatan

konstruktivisme, (3) pendekatan deduktif-induktif, (4)

pendekatan konsep dan proses dan (5) pendekatan sains, teknologi dan
29

masyarakat (STM). Berbicara mengenai pendekatan pembelajaran yang


bisa digunakan dalam proses belajar mengajar di tingkat Sekolah
Menengah, maka harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
1. Pendekatan Pembelajaran menurut KTSP
Dalam KTSP guru memiliki peranan penting untuk menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Hal tersebut dikarenakan
penjabaran silabus, program pembelajaran tahunan/semester, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), rencana penilaian dikembangkan
oleh guru sesuai kodisi dan kebutuhan setempat. Sebagaimana
keputusan pemerintah bahwa pengembangan pembelajaran KTSP
dikembalikan didaerah masing-masing, maka pendekatan yang sesuai
adalah pendekatan kontekstual dimana guru memilih konteks
pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan dimana anak
hidup dan berada dalam budaya yang berlaku dalam masyarakatnya.
2. Pendekatan Pembelajaran menurut Kurikulum 2013
Sesuai dengan tema pengembangan Kurikulum 2013 dalam rangka
menghasilkan insan Indonesia produktif, kreatif, inovatif dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013 menerapkan
pendekatan scientific (ilmiah) dalam pembelajaran dan penilaian
otentik yang menggunakan prinsip penilaian bagian dari pembelajaran.
b. Strategi Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah
Terdapat beberapa macam strategi pembelajaran yang bisa
diterapkan dalam proses belajar mengajar. Berikut ini beberapa strategi
yang memudahkan proses belajar mengajar, yaitu: strategi ekspositori
(expository) dan strategi penemuan dan penyelidikan (discovery and
inquiry).

Selain

itu

menurut

Mulyono,

strategi

belajar

dapat

diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi pembelajaran langsung, strategi

30

pembelajaran tak langsung, interaktif, mandiri dan melalui pengalaman.


Pengajar harus memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1. Strategi Pembelajaran menurut KTSP
Masing-masing tujuan pembelajaran mempersyaratkan strategi
belajar mengajar tertentu untuk pencapaiannya, misalnya untuk
mencapai tujuan belajar keterampilan motorik maka harus digunakan
strategi pembelajaran yang relevan dengan substansi dari belajar
keterampilan motorik tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka strategi
pembelajaran yang dapat dan sering digunakan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah strategi ekspositori, strategi
pembelajaran langsung dan strategi pembelajaran interaktif.
Ketiga strategi pembelajaran ini sesuai dengan konsep belajar
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimana proses belajar
mengajar hanya terpusat kepada guru dan siswa terkesan pasif. Guru
hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum
atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima
saja informasi yang diberikan oleh guru.
2. Strategi Pembelajaran menurut Kurikulum 2013
Jika pada kurikulum KTSP guru lebih berperan dalam proses
belajar dikelas maka lain halnya dengan kurikulum 2013. Dalam
kurikulum ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses belajar
mengajar. Sejalan dengan hal itu, guru merancang proses belajar
mengajar dengan menentukan strategi belajar yang sesuai dengan pola
pembelajaran kurikulum 2013. Adapun strategi pembelajaran yang
digunakan yaitu strategi penemuan dan penyelidikan (discovery and
inquiry).
Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu
konsep atau suatu prinsip. Dan inquiry adalah merupakan perluasan
dari discovery, artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang
31

eksperimen,

melaksanakan

eksperimen,

mengumpulkan

data,

menganalisis data, membuat kesimpulan dan sebagainya. Strategi ini


diterapkan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan jarya kontekstual, baik individual maupun kelompok.
3. Model Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah
Model

pembelajaran

sangat

penting

peranannya

dalam

pembelajaran, karena pemilihan model yang tepat dapat mengarahkan guru


pada kualitas pembelajaran efektif. Menurut Joyce danWeil terdapat empat
kategori model mengajar yaitu model pemprosesan informasi, model
personal, model sosial dan model sistem perilaku dalam pembelajaran.
a. Model Pembelajaran menurut KTSP
Sesuai dengan pengertiannya, model pembelajaran merupakan cara
atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
agar tercapai tujuan pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang
dapat digunakan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
model Problem Based Learning (PBL). Model PBL merupakan suatu
pembelajaran yang menuntut aktifitas mental siswa untuk memahami
suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan
pada awal pembelajaran.
b. Model Pembelajaran menurut Kurikulum 2013
Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
Fisika sekolah menengah yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah
model pembelajaran berbasis proyek. Model proyek (project) adalah
pembelajaran fisika atau sains dimana peserta didik dalam kelompok
diminta membuat atau melakukan suatu proyek bersama, dan
mempresentasikan hasil dari proyek itu.
4. Metode Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah
Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik peserta didiknya agar dapat menguasai keadaan
32

kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Menurut


Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep. terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:
metode ceramah, metode diskusi, demonstrasi, ceramah plus, resitasi,
eksperimental, karya wisata, latihan keterampilan, pengajaran beregu,
peer teaching method, pemecahan masalah, project method, taileren
method dan metode global.

a. Metode Pembelajaran menurut KTSP


Metode pembelajaran yang sering digunakan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah metode ceramah dan
demonstrasi. Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas
bahan

pembelajaran

kepada

sekelompok

pendengar

untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif


besar. Penggunaan metode ceramah mengakibatkan peserta didik
pasif dalam proses belajar mengajar dan sebaliknya guru lebih
aktif. Sementara itu penggunaan metode demonstrasi juga
berdampak sama seperti metode ceramah. Sebab cara mengajar
yang dilakukan hampir sama yaitu guru menjelaskan dan siswa
menjadi pendengar yang pasif.
b. Metode Pembelajaran menurut Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013 pembelajaran terpusat pada peserta
didik, sedangkan guru kebanyakan hanya bertindak sebagai
pengawas

jalannya

proses

belajar

mengajar. Guru

hanya

memberikan gambaran atau petunjuk mengenai materi pelajaran


kemudian peserta didik dapat mengembangkan materi tersebut baik
secara individu maupun kelompok. Peserta didik adalah subjek
yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah,
mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Sehingga metode
33

pembelajaran Fisika untuk sekolah menengah sesuai kurikulum


2013 adalah metode eksperimental. Karena dengan penggunaan
metode ini maka peserta didik dapat melakukan aktivitas
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran Fisika tidak selalu harus
berhadapan dengan angka atau rumus-rumus tetapi juga peserta
didik

harus

mampu

mengerti

teori,

konsep

atau

pengimplementasian dari pembelajaran fisika itu sendiri.

D. Sistem Penilaian Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah


1. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan

rangkaian

kegiatan

untuk

memperoleh,

menganalisis,dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar


peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi.
Maksudnya,

peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak

merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai.


Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi,
budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian
dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta
didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya
sesuai dengan kemampuannya. Ditinjau dari sudut profesionalisme
tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri yang
melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional
selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang
dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang
34

dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan


tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi
pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian
yang digunakan untukn mengetahui keberhasilan belajar peserta didik,
yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.
Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap
suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran
pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi
unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu
standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran
pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya
berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa
predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup,
kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta
didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan
dengan kegiatan penilaian.
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua
metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan
bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian
merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix,
1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena
itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik
saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum,
fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaia untuk peserta
didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal
untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen
penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan,
pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau
35

kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan


belajar peserta didik.
Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat
atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dalam
melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu
program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi
memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang
memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap,
minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan
evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada
jenis data yang ingin diperoleh.
2. Sistem Penilaian Pada Kurikulum KTSP
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi
(SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup
materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dalam
KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara
pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak
terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat mengukur
dan memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta
didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang
dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes,
36

observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan


penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
dan tingkat perkembangan peserta didik.
1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat
benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik
atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes
memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes
yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah,
dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat
berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang
dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta
didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.
Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan
perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan

secara

berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian.


Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri
atas ujian nasional dan ujian sekolah.
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran,
memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta
didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan tengah
semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan
8 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada
periode tersebut.

37

Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh


pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada
akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan
kenaikan kelas meliputi indikator yang merepresentasikan semua KD
pada semester genap.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi
belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran

pencapaian

kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk


memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu
persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang
diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada
ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan
terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di
luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai,
dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian
observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
38

kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,


serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat
berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek,
dan/atau produk.
4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999).
5. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui
pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan
hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan,
pelaksanaan, dan hasil.
6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik
menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap
persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
7. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang
dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik
terhadap objek psikologis.
8. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran
yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap
dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.
Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
10.Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan
temannya dalam berbagai hal secara jujur.
2. Aspek yang Dinilai

39

Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek


kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi
Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik
dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya
sendiri. Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi,
peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi
yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan
informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta
dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis,
peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau
teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi,
peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teoriteori, dan termasuk di dalamnya melakukan judgement (pertimbangan)
terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.
Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive movement)
atau

gerak

terlatih

dan

keterampilan

komunikasi

berkesinambungan

(nondiscursive communication) - (Harrow, 1972). Gerak adaptif terdiri atas


keterampilan adaptif sederhana (simple adaptive skill), keterampilan adaptif
gabungan (compound adaptive skill), dan keterampilan adaptif komplek
(complex adaptive skill).

Keterampilan komunikasi berkesinambungan

mencakup gerak ekspresif (expressive movement) dan gerak interpretatif


(interpretative movement). Keterampilan adaptif sederhana dapat dilatihkan
dalam berbagai mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan
peralatan laboratorium IPA. Keterampilan adaptif gabungan, keterampilan
adaptif komplek, dan keterampilan komunikasi berkesinambungan baik gerak
ekspresif maupun gerak interpretatif dapat dilatihkan dalam mata pelajaran
Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kondisi afektif
peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai. Kondisi ini
40

tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket,
inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik
berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan
memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus.
Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan
yang umumnya merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang
melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitan dengan
kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu. Tabel berikut
menyajikan berbagai aspek yang dinilai untuk lima kelompok mata pelajaran
(sesuai PP no. 19 tahun 2005 pasal 64).
Tabel 6. Aspek yang dinilai dalam berbagai mata pelajaran

3. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013


a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar
Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini sebagai
berikut.
1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.

41

3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian


pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian
projek, dan penilaian tertulis.
4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian
pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap
5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,
pengetahuan,

dan

keterampilan

meliputi

ketuntasan

penguasaan

substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.


6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya.
7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.
8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas
yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.
9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data,
sampai pelaporan.
10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
11. Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan
satu muatan pembelajaran.
12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk
semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama
semester.

42

13. Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua
muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester.
14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah
sikap.
15. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah
pengetahuan.
16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah
keterampilan.
b. Fungsi dan Tujuan Penilaian
1. Fungsi
Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau
kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan
fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi:
a. formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam
sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian
selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip
Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari
kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan
pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran
yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan
b. sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir
suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan
pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk
menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan
pendidikan seorang peserta didik.
2. Tujuan
a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok
peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan
program pengayaan.
43

b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik


dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu
semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.
c.

Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat


penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta
didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar.

d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.


3. Acuan Penilaian
a. Penilaian menggunakan Acuan Kriteria yang merupakan penilaian
kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian
kompetensi yang ditetapkan. Skor yang diperoleh dari hasil suatu
penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang peserta didik
tidak dibandingkan dengan skor peserta didik lainnya namun
dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan
b. Bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian
(bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun
kelas. Bagi mereka yang berhasil dapat diberi program pengayaan
sesuai dengan waktu yang tersedia baik secara individual maupun
kelompok. Program pengayaan merupakan pendalaman atau perluasan
dari kompetensi yang dipelajari.
c. Acuan Kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk
pengetahuan, dan capaian optimum untuk keterampilan.

B. Prinsip
Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip
umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik adalah sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

44

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta


didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan

keputusan

dapat

diketahui

oleh

pihak

yang

berkepentingan.
6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan
peserta didik dalam belajar.
Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan
prinsip-prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut.
1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.
4. Berbasis kinerja peserta didik.
5. Memotivasi belajar peserta didik.
6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.
7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.
8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
11. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.
12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.

45

13. Terkait dengan dunia kerja.


14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
15. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.
D. Lingkup
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi
sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.
1. Sikap (Spiritual dan Sosial)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap
spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Sasaran Penilaian Sikap

2. Pengetahuan
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan
berpikir adalah sebagai berikut.
Tabel 8 Sasaran Penilaian Pengetahuan

46

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan


adalah sebagai berikut.

47

3. Keterampilan
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak
berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut.

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret


adalah sebagai berikut.

48

4. Ketuntasan belajar
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi
dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan
penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan
tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat
penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar
dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap
semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.
Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan
peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang
diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun
ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan
genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan
pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi
seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Nilai
ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni
predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K)
sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2)


ditetapkan dengan predikat Baik (B).
Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 1,00 untuk

49

angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana


tertera pada tabel berikut.

Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor


rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum
2,67.
Khusus untuk SD/MI ketuntasan sikap, pengetahuan dan
keterampilan ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan pada
modus, skor rerata dan capaian optimum.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

50

Berdasarkan

pembahasan

dalam

makalah

Struktur

Kurikulum

IPA/Fisika Sekolah Menengah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
1. Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum 2013 adalah untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
2. Struktur kurikulum Sekolah Menengan (SMP/MTS) sederajat dan
SMA/MA dan SMK sederajat meliputi Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), muatan
Pembelajaran dan Mata Pelajaran.
3. Beban Belajar Sekolah Menengah menurut Kurikulum 2013 merupakan
beban belajar yang berupa penambahan jam belajar peserta didik
perminggu sehingga dengan adanya tambahan jam belajar ini dan
pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu
untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif
belajar.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca
makalah ini yakni kita sebagai calon pengajar dan pendidik harus lebih
banyak belajar dan membaca terkait dengan kurikulum-kurikulum yang
pernah diberlakukan sampai dengan kurikulum 2013, kemudian di
implementasikan demi untuk kelancaran dan kesuksesan pendidikan
kedepannya sehingga menghasilkan peserta didik yang sadar, mampu
bersaing, berkualitas dan berakhlak baik.

51

Anda mungkin juga menyukai