Bahas saponin

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengevaluasi toksik terhadap fragilitas sel darah
merah pada tabung yang telah diberikan perlakuan yang berbeda beda. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer untuk mengetahui nilai
absorbansinya, nilai absorbansi digunakkan untuk mengukur kadar Hb. Darah yang lisis
akibat keadaan lingkungan yang tidak fisiologis akan mengeluarkan Hb, semakin banyak
sel darah merah yang lisis akan semakin banyak pula jumlah Hb.
Fragilitas eritrosit bisa meningkat ataupun menurun pada keadaan tertentu.
Peningkatan fragilitas bisa terjadi karena sel kekurangan ATP, sehingga jika seseorang
dengan glukosa yang rendah fragilitasnya meningkat karena glukosa nantinya akan
menjadi energi (ATP bagi sel). Seseorang dengan Defisiensi asam folat dan besi akan
terjadi gangguan pada hematopoesis, karena asam folat dan besi termasuk bahan dasar
pembentuk eritrosit. Jika demikian eritrosit yang terbentuk akan mudah rapuh dan pecah
sehingga terjadi hemolisa. Kemudian ada juga paparan terhadap zat-zat toksik seperti
arsen dan timbal, hal ini juga berpengaruh pada fragilitas eritrosit yang meningkat.
(sherwood, 2001).
Pada percobaan kali ini yaitu tes fragilitas atau tes ketahanan eritrosit terhadap
lingungan luar. Setelah ditambahkan 0,4 ml aquolits ke dalam 3,6 ml larutan saponin
yang diberikan 0,2 ml sodium nitrite, digunakan saponin dengan dosis bertingkat 10 -1 10-2
10-3 10-4 10-5 10-6 berdasarkan hasil percobaan ditemukan bahwa eritrosit mengalami
hemolisis sempurna pada tabung 1 dengan konsentrasi 10-1, hemolisis terjadi karena
adanya larutan saponin, sehingga menurunkan tegangan permukaan erirosit, menjadi
rapuh dan lisis. Praktikum ini dapat melihat peningkatan konsentrasi saponin
menyebabkan hemolisis pada darah. Semakin tinggi konsentrasi saponin maka semakin
tinggi pula kemampuan merusak membran selnya.
Daftar pustaka

Sherwood, Lauralee. 2001. Sistem Pernapasan. Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem. Jakarta: EGC. 353. 444. 446.