Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik, ditemukan dan menetap di


alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis,
atau aktivitas manusia (Lu 2006). Logam berat juga terdapat di alam bebas.
Lingkungan yang memiliki kadar logam berat tinggi, kontaminasi logam didalam air
dan makanan dapat menyebabkan terjadinya keracunan logam berat. Logam berat
yang sering terdapat di alam bebas adalah Hg, Pb, Cd, Cr, Cu, Ni, dan Zn dalam
bentuk senyawa toksik. Faktor yang menyebabkan logam berat tersebut
dikelompokkan ke dalam zat pencemar ialah logam yang tidak dapat terurai melalui
biodegradasi seperti pencemar organik, logam berat terakumulasi dalam lingkungan
terutama dalam sedimen sungai dan laut, karena dapat terikat dengan senyawa
organic dan anorganik, melalui proses adsorpsi dan pembentukan senyawa komplek.
Logam berat tidak mengalami metabolisme, tetapi tetap berada dalam tubuh dan
menyebabkan efek toksik dengan bergabung dengan suatu atau beberapa gugus ligan
yang esensial bagi fungsi fisiologis normal. Logam-logam berat jika secara tidak
sengaja terkonsumsi dapat menyebabkan keracunan, logam berat tersebut memiliki
beberapa antidota, sebagai upaya untuk mengatasi keracunaannya. Antagonis logam
berat, suatu kelator yang dirancang sebagai kompetitor bagi ligan terhadap logam
berat, dapat meningkatkan ekskresi dan efek toksik logam berat. Antagonis tersebut
membentuk kompleks dengan logam berat, mencegah atau menggeser ikatan logam
dengan ligan tubuh. Hasil reaksinya berupa cincin heterosiklik, dan yang berbentuk
segi lima atau segi enam merupakan cincin kelat yang paling stabil. Stabilitas kelat
tergantung sifat kimia golongan ligan. Timbal dan merkuri memiliki afinitas yang
lebih besar terhadap ligan yang mengandung sulfur dari pada ligan yang mengandung
oksigen (Gunawan 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu kelator untuk pengobatan
keracunan logam berat yaitu afinitas relatif kelator terhadap logam berat dan logam
esensial dalam tubuh, distribusi kelator dan logam dalam tubuh, serta kemampuan

kelator untuk mengeluarkan logam dari dalam tubuh. Sifat-sifat kelator yang ideal
diantaranya larut dalam air, resisten terhadap biotransformasi, mampu mencapai
tempat penyimpanan (depo) logam, kelat yang terbentuk mudah diekskresi dan aktif
pada pH cairan tubuh (Gunawan 2007).
Gunawan, Sulistia G. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lu Frank C. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Edi Nugroho, penerjemah. Terjemahan dari Basic Toxicology: Fundamentals,
Target Organs, and Risk Assesment. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai