Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

Disusun oleh:
Nama : Dalfa Indriani
NIM : P17335114047
Kelas : 2A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2015

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
Sediaan Steril Injeksi Prokain HCl

Disusun oleh:
DALFA INDRIANI
P17335114047
Dosen pembimbing :
Angreni Ayuhastuti,M.Si.,Apt

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2015

INJEKSI PROKAIN HCl 0,6%

I.

TUJUAN PRAKTIKUM

AI.

Mampu menentukan formulasi sediaan steril dengan bahan aktif Prokain HCl 0,6%
Mampu membuat sediaan SVP dengan bahan aktif Prokain HCl 0,6%
Mampu mengevaluasi sediaan yang telah dibuat

PENDAHULUAN
Selama ratusan tahun, ahli bedah harus bekerja cepat untuk meminimalkan shock dan
rasa sakit untuk pasien mereka (Cotton, 1999). Anestesi lokal adalah obat yang paling aman dan
paling efektif dalam pengobatan untuk kontrol dan manajemen nyeri. Kata anestesi
diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri saat
pembedahan (Latief, dkk., 2001). Evolusi bedah modern dihambat tidak hanya oleh rendahnya
pengetahuan tentang proses penyakit, anatomi, dan asepsis bedah, tapi juga oleh kurangnya
kepercayaan dan keamanan teknik anestesi. Teknik ini meliputi: pertama dengan anestesi
inhalasi, diikuti dengan anestesi lokal dan regional, dan terakhir anestesi intravena.
Perkembangan anestesi bedah benar-benar dianggap sebagai salah satu dari penemuan paling
penting dalam sejarah manusia (Morgan, dkk., 2006).
Kerja anestetik lokal pertama kali didemonstrasikan oleh Koller, seorang ahli bedah
mata yang bekerja di Vienna. Obat-obat anestesi lokal bekerja dengan memproduksi sebuah
blokade reversibel ke dalam transmisi dari impuls saraf perifer. Banyak obat-obat anestesi lokal
salah satunya prokain. Prokain, disintesis pada 1904, merupakan obat anestesi lokal yang
mengawali kemajuan yang pesat dan diikuti penggunaan yang luas dari teknik anestesi lokal.
Banyak obat lain yang dikenalkan, tetapi tidak ada yang dapat menggantikan prokain sebagai
obat standar sampai disintesisnya lignokain (lidokain) pada tahun 1940 (Aitkenhead, dkk., 1990).
Prokain merupakan anestesi lokal golongan ester yang diindikasikan untuk produksi
analgesia dan anestesi lokal atau regional oleh infiltrasi lokal dan teknik blok saraf perifer dan
blok saraf spinal (daylimed, 2007). Karena sifatnya yang diterima jaringan dengan baik, prokain
masih sering digunakan dalam pemberian anestesi lokal (Mutschler, 1991).

BI.

TINJAUAN PUSTAKA

Prokain merupakan anestesi golongan ester dengan kerja singkat (Tjay, Rahardja., 2013),
prokain terutama digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf perifer, dan blok spinal
(Sweetman, 2009). Zat ini akan dihidrolisis in vivo untuk menghasilkan para amino benzoic acid
(PABA), yang mengantagonir kerja sulfonamid (Fulias, et al., 2013). Mekanisme kerja prokain
adalah menghambat penghantaran saraf dengan mengurangi permeabilitas membran sel neuron
terhadap ion natrium. Hal ini mencegah influks natrium yang dibutuhkan untuk penjalaran
potensial aksi ( Olson, 2003).
Dosis penggunaan :
Untuk anestesi infiltrasi , 0,25 % atau larutan 0,5 % ; 350 mg sampai 600 mg umumnya dianggap
total dosis tunggal yang aman (Sweetman, 2009)
Kadar prokain HCl dalam sediaan :
0,73 g
100 ml x 10,5 ml = 0,0766 g ~ 76,65 mg jadi, sediaan merupakan single dose
Larutan Parenteral
Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikan dengan
cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Syamsuni, 2006).
Karakteristik dan syarat-syarat sediaan parenteral
1. Aman secara toksikologi
2. Steril, bebas dari kontaminasi mikrooganisme, baik bentuk vegetatif, spora, patogen
3.
4.
5.
6.
7.

maupun nonpatogen
Bebas dari kontaminasi pirogenik (termasuk endotoksin)
Bebas dari partikel partikulat asing
Stabil, tidak hanya secara fisika dan kimia tetapi juga secara mikrobiologi
Kompatible
Isotonis, dalam pengertian ada rentang isotonis, jadi tidak selalu secara absolut

isotonis (Agoes, 2009)


Keuntungan sediaan parenteral
1. Respon fisiologi segera dapat dicapai
2. Cocok untuk obat yang tidak efektif diberikan secara oral
3. Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif, atau tidak sadar harus diberikan
melalui injeksi
4. Dapat memberikan efek lokal jika diperlukan
5. Terapi parenteral dapat pula merupakan cara untuk melakukan koreksi gangguan

serius kesetimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh (Agoes, 2009)


Kerugian sediaan parenteral
1. Sediaan harus diberikan oleh personal terlatih
2. Membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan pemberian obat menurut

rute lain
3. Begitu

obat

sudah

diberikan

secara

parenteral,

sulit

untuk

menghilangkan/mengurangi efek fisiologinya


4. Harga lebih mahal (Agoes, 2009)
Bentuk Sediaan Parenteral
1. Sediaan parenteral volume kecil (SVP)
2. Sediaan parenteral volume besar (LVP)
3. Sediaan parenteral berbentuk serbuk untuk direkonstitusi (Agoes, 2009)
Sediaan Volume Kecil/ Smal Volume Parenteral (SVP)
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang (USP,
2007). Termasuk dalam kategori ini adalah ampul 1ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, dan 20 ml serta vial 2 ml,
5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 30 ml. Sediaan ini dapat digunakan untuk penyuntikan secara
intramuskular, intravena, intradermal, subkutan, intraspinal, dan intratekal (Agoes, 2009).

IV. FORMULASI
1. Prokain HCl
Pemerian

Putih atau hampir putih, serbuk kristal atau kristal berwarna ( BP 2009 ed,
pg 4985)
Sangat larut dalam air, larut dalam alkohol ( BP 2009 ed, pg 4985)

Kelarutan
Stabilita

Pana

Prokain HCl meleleh pada suhu 159oC tapa dekomposisi (Analytical profiles

of drug subtances an exipients vol.26 pdf, pg 4986)


Stabil di udara (pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)

Hidr
olisis

Simpan dalam wadah terlindung dari cahaya ( BP 2009 ed, pg 4986)


3,0 5,5 (USP 30 pg 3025)

Caha
ya

pH
sedia

an
Penyimpanan

Dalam wadah terlindung dari cahaya ( BP 2009 ed, pg 4986)

Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan

Cara sterilisasi sediaan :Sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 121oC tekanan 15 Psi
selama 15 menit
Kemasan : vial coklat tertutup rapat
2. NaCl
Pemerian

Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin (FI

Kelarutan

V hlm. 917)
Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam etanol, air

Penyimpanan
Kegunaan
Inkompatibilita

mendidih, larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol (FI V hlm. 917)
Cahaya : Stabil terhadap cahaya (HOPE 6th ed. pg. 639)
pH : 4,5 7,0 (FI V hlm. 917)
Dalam wadah tertutup rapat (FI V hlm. 918)
Sebagai pengisotonis (HOPE 6th ed. pg. 639)
Larutan NaCl korosif terhadap besi. NaCl juga bereaksi membentuk

endapan dengan garam perak , timbal , dan merkuri . Oksidator kuat

Stabilita

membebaskan klorin dari larutan natrium klorida yang diasamkan (HOPE


6th ed. pg. 639)
3. Water For Injection
Pemerian

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (HOPE 6 th ed

Kelarutan
Stabilita

pg. 766)
Larut dengan sebagian besa pearut polar (HOPE 6th ed pg. 766)
Secara kimia, air stabil disemua bentuk fisiknya (uap air, cairan sukrosa)

Penyimpanan
Kegunaan

(HOPE 6th ed pg. 766)


Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (HOPE 6th, 2009, pg. 768)
Air banyak digunakan sebagai bahan baku , bahan dan pelarut dalam
proses , formula dan pembuatan produk kefarmasian, bahan aktif farmasi

Inkompatibilita

perantara , dan bahan reaksi analisis. (HOPE 6th, 2009, pg. 766)
Dalam formulasi farmasi , air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan

eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam


keberadaan air atau uap air) pada saat suhu ditinggikan. Air dapat bereaksi
dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan alkali tanah dan oksida nya ,
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida . Air juga bereaksi dengan
garam anhidrat untuk membentuk garam hidrat dengan

berbagai

komposisi , dan dengan beberapa organik bahan dan kalsium karbida .


(HOPE 6th, 2009, pg. 768)

V.

PENDEKATAN FORMULA
No.
1.

VI.

Nama Bahan
Prokain HCl

Jumlah
0,73% b/v

Kegunaan
Zat aktif

2.

NaCl

0,725 % b/v

Pengisotonis

3.

HCl 0,1 N

Qs

Adjust pH (jika perlu)

4.

NaOH 0,1 N

Qs

Adjust pH (jika perlu)

5.

WFI

Ad 100% v/v

Pelarut dan pembawa

PERHITUNGAN TONISITAS
0,6 g
Prokain 0,6% = 100 ml

x 45 ml = 0,27 g

Kesetaraan Prokain terhadap Prokain HCl :


BM Prokain HCl
Prokain HCl =
x 0,6%
BM Prokain
=

272,8
236,3101

x 0,27 g = 0,312 g

Kadar prokain HCl injeksi adalah 95% - 105% (USP NF-25 pg 3025)
Kemurnian prokain HCl yang digunakan adalah 100%, maka ditambahkan 5%
5g
0,328 g
0,312 g + ( 100 g x 0,312 g) = 0,328 g 45 ml x 100% = 0,73%

Perhitungan Tonisitas
Dik : E0,5% = 0,24
C = 0,73 %
T

=ExC
= 0,24 x 0,73%
= 0,175% Hipotonis

Agar isotonis, maka ditambahkan pengisotonis yaitu NaCl 0,9%


NaCl yang dibutuhkan :

0,9% - 0,175% = 0,725%


VII. PENIMBANGAN

Dibuat sediaan 3 vial @10 ml


Isi tiap vial dilebihkan 0,5 ml (FI V hlm. 1131) 10 ml + 0,5 ml = 10,5 ml
Volume sediaan yang akan dibuat :
V = (3 x 10,5 ml) + 6 ml
= 37,5 ml

Total volume sediaan dilebihkan 10%


10 ml
Maka : 37,5 ml + ( 100 ml x 37,5 ml = 41,25 ml ~ 45 ml

Penimbangan dibuat sebanyak 45 ml berdasarkan pertimbangan volume


terpindahkan dan kehilangan selama proses produksi.

No.
1.

Nama Bahan
Prokain HCl

Jumlah yang Ditimbang


0,73 g
100 ml

x 45 ml = 0,328 g

WFI untuk melarutkan : 0,328 g x 10 ml =


2.

NaCl

3,28 ml ~ 4 ml
0,725 g
100 ml x 45 ml = 0,326 g
WFI untuk melarutkan : 0,326 g x 10 ml =

3.

WFI

3,26 ml ~ 4 ml
45 ml (0,328 g + 0,326 g + 4 ml + 4 ml) =
36,346 ml

VIII. STERILISASI

a. Alat
Nama Alat
Cara Sterilisasi
Beaker glass 100 ml, 50 ml Autoklaf suhu 121o C
Erlenmeyer 100 ml

Autoklaf suhu 121o C

Waktu Sterilisasi
Jumlah
15 menit tekanan 15 Psi
1,2
15 menit tekanan 15 Psi
1

Pipet tetes

Autoklaf suhu 121o C

15 menit tekanan 15 Psi

Autoklaf suhu 121o C

Gelas ukur 10 ml, 100 ml


Corong glass
Membran filter 0,45

15 menit tekanan 15 Psi

1,1

15 menit tekanan 15 Psi

15 menit tekanan 15 Psi

Autoklaf suhu 121 C


m ,

Autoklaf suhu 121 C

1,1

0,22
Buret

Autoklaf suhu 121o C

Batang pengaduk

15 menit tekanan 15 Psi

1 jam

1 jam

2
2

Oven pada suhu 170 C

Spatel

Oven pada suhu 170 C

Kaca arloji

Oven pada suhu 170 C

1 jam

Karet pipet

Direndam dalam alkohol

24 jam

70%
b. Wadah
No.
1.

Nama alat
Vial coklat

Jumlah
Cara sterilisasi
3
Autoklaf pada suhu 121oC tekanan 15 Psi selama 15

2.

Tutup vial karet

menit
Direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam

3.

Tutup vial alumunium

Oven pada suhu 170oC selama 1 jam

c. Bahan
No.

Nama bahan
Prokain HCl

Jumlah
Cara sterilisasi
0,328 g Autoklaf pada suhu 121oC tekanan 15 Psi
selama 15 menit

NaCl

0,326 g Autoklaf pada suhu 121oC tekanan 15 Psi


selama 15 menit

WFI

70 ml Autoklaf pada suhu 121oC tekanan 15 Psi


selama 15 menit

1.
2.
3.
IX. PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG
Grey area
( Ruang
Sterilisasi)

PROSEDUR
1. Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan keringkan
2. Beaker glass100 ml dikalibrasi dengan air sebanyak 45 ml
3. Bagian mulut alat yang terbuka ditutup/disumbat dengan kertas perkamen,
bungkus alat yang akan disterilisasi panas dengan kertas perkamen
4. Lakukan sterilisasi dengan cara :
Beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, erlenmeyer, corong gelas, buret,
vial coklat, dan membran filter disterilisasi dengan autoklaf pada suhu

121oC tekanan 15 Psi selama 15 menit


Spatel, batang pengaduk, tutup vial alumunium dan kaca arloji
disterilkan dengan oven pada suhu 170oC selama 1 jam
Karet pipet dan tutup karet vial direndam dalam alkohol 70% selama 24
jam
5. Setelah sterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan kedalam white
Grey area
( Ruang
penimbangan)

area melalui transfer box


1. Bahan yang dibutuhkan ditimbang diatas kaca arloji steril, yaitu :
Prokain HCl sebanyak 0,328 g, kaca arloji ditutup dengan alumunium
foil dan diberi nama serta jumlah bahan
NaCl sebanyak 0,326 g, kaca arloji ditutup dengan alumunium foil
dan diberi nama serta jumlah bahan
2. Semua bahan dimasukan kedalam white area melalui transfer box

White area

1. Pembuatan WFI : Aquadest sebanyak 50 ml disterilisasi dengan autoklaf

( ruang

pada suhu 121oC tekaan 15 Psi selama 15 menit


2. Prokain HCl yang telah ditimbang dilarutkan dengan 4 ml WFI dalam

pencampuran)
Grade C

gelas kimia 50 ml. Kaca arloji dibilas dengan 1 ml WFI sebanyak 2 kali,
hasil bilasan dimasukkan kedalam gelas kimia 50 ml
3. NaCl yang telah ditimbang dilarutkan dengan 4 ml WFI dalam gelas kimia
50 ml. Kaca arloji dibilas dengan 1 ml WFI sebanyak 2 kali, hasil bilasan
dimasukkan kedalam gelas kimia 50 ml
4. Setelah zat aktif dan zat tambahan larut, zat zat tersebut dimasukkan
kedalam gelas kimia 100 ml yang telah dikalibrasi (gelas kimia utama).
Campuran diaduk sampai homogen menggunakan batang pengaduk
5. Larutan digenapkan hingga 80% atau 36 ml dengan WFI. Kemudian
dilakukan pengecekan pH menggunakan pH meter. Lalu dilakukan adjust
pH dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit HCl 0,1 N atau NaOH
0,1 N menggunakan pipet tetes hingga diperoleh pH antara 3,0 5,5.
Larutan digenapkan hingga 100% atau 45 ml (sampai tanda kalibrasi)
6. Larutan disaring dengan membran filter 0,45 m yang dilanjutkan dengan
membran filter 0,22 m (duplo) dan ditampung dalam erlenmeyer steril
7. Buret steril disiapkan dan dilakukan pembilasan pad bagian dalam buret
dengan 3 ml larutan sebanyak 3 kali. Pembilasan dilakukan sampai semua
bagian dalam buret terbasahi
8. Larutan dituang kedalam buret steril yang telah dibilas dengan larutan.
Ujung bagian atas ditutup dengan alumunium foil

9. Jarum buret dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%,
larutan diisikan kedalam masing masing vial sebanyak 10,5 ml
10. Vial ditutup dengan penutup karet, vial dibawa ke ruang penutupan melalui
White area

trasfer box
1. Vial yang telah ditutup dengan tutup karet lali di seal dengan alumunium

( ruang penutupan)

cap

Grade C
Grey area

1. Sediaan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC,

( ruang sterilisasi)
Grey area
( ruang evaluasi)

tekanan 15 Psi selama 15 menit


1. Setelah sterilisasi akhir, lakukan evaluasi sediaan
2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam wadah sekunder

X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN


No Jenis evaluasi

Prinsip evaluasi

Jumlah

Hasil

1. Penetapan pH Dengan menggunakan pH

sampel
3 vial

pengamatan
5,22

meter
2. Uji kejernihan Wadah wadah kemasan akhir
dan warna

diperiksa dengan menyinari

secara visual

dari samping dengan latar

3 vial

Syarat
3,0 5,5

Jernih tidak Tidak ditemukan


ada pengotor pengotor dalam
berwarna

larutan

Tidak ada

Tidak ada

belakang hitam untuk


menyelidiki pengotor berwarna
putih dan latar belakang putih
untuk menyelidiki pengotor
berwarna
3. Uji kejernihan Dilakukan dengan
menggunakan latar belakang
putih dan hitam dibawah
lampu untuk melihat ada

3 vial

partikel viabel partikel viabel


yang terlihat

yang terlihat

tidaknya partikel viabel


4. Bahan

Dengan cara memanfaatkan

3 vial

Tidak terdapat Tidak terdapat

partikulat

sensor penghamburan cahaya

partikel pada

partikel pada

dalam injeksi

dan pengumpan sample, jika

sediaan

sediaan

Wadah tidak

Tisu tidak

bocor

menjadi basah

tidak memenuhi batas yang


ditetapkan, dilakukan
pengujian mikroskopik dengan
menghitung bahan partikulat
subvisible pada penyaring
membran mikropori, atau
dengan membandingkan
sediaan dengan cairan
pendispersi (WFI)
5. Uji kebocoran Wadah berisi sediaan diletakan
(Goeswin

3 vial

dengan posisi terbalik diatas

agoes, larutan tissu kering, amati tisu. Jika

(Wadah tidak

parenteral, 191 tisu menjadi, maka terjadi


192)
6. Uji

kebocoran pada wadah


Sediaan dalam vial diletakan

keseragaman

pada permukaan yang rata dan

volume

sejajar lalu dilihat

bocor)
3 vial

Dispensasi Volume sediaan


seragam

keseragaman volumenya
secara visual.
7. Penetapan

Pengujian dilakukan dengan

2 vial

Vial 1 : 10,3

volume injeksi mengambil sediaan dalam

ml

dalam wadah

Vial 2 : 9 ml

wadah menggunakan suntikan


alat suntik hipodermik kering
berukuran tidak lebih dari 3
kali volume sediaan yang akan
diuukur dan dilengkapi dengan
jarum suntik nomer 21,
panjang tidak kurang dari 2,5
cm

Volume tidak
kurang dari
volume yang
tertera pada
etiket

KIMIA
1. Identifikasi

2. Penetapan

Dengan cara absorpsi

3 vial

Dispensasi Sesuai dengan

inframerah, absorpsi ultraviolet

monografi

dan uji natrium flame (USP 30

Metilprednisolon

NF-25).

natrium suksinat.

Dengan cara kromatografi

3 vial

kadar

Dispensai Kadar antara


97,0%-103,0%
(USP 30 NF-25)

BIOLOGI
1. Uji sterilitas

Dilakukan dengan inokulasi

3 vial

langsung ke dalam media uji.

Dispensai Sediaan harus


steril dan tidak
terjadi
pertumbuhan
bakteri pada
media

2. Uji endotoksin Pengujian dilakukan dengan


bakteri

3 vial

Dispensasi Bahan memenuhi

menggunakan Limulus

syarat uji kadar

Amebocyte Lysate (LAL)

endotoksin tidak
lebih dari yang
ditetapkan pada
masing-masing
monografi.

3. Uji sterilitas

Dilakukan dengan inokulasi


langsung ke dalam media uji.

3 vial

Dispensai Sediaan harus


steril dan tidak
terjadi
pertumbuhan
bakteri pada
media

XI.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat formula dengan bahan aktif Prokain HCl 0,73%. Karena
absorbsi prokain dalam membran mukosa maupun pada kulit buruk, prokain hanya digunakan

untuk injeksi (Tjay, Rahardja., 2013), maka sediaan dibuat dalam bentuk injeksi. Sediaan injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikan dengan cara merobek jaringan
kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Syamsuni, 2006). Namun, pemberian obat
dengan dosis besar dapat meningkatkan resiko peningkatan efek samping obat yang signifikan
(Malamed, 2006), maka dari itu sediaan dibuat dalam bentuk injeksi volume kecil. Injeksi
volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang (USP, 2007).
Prokain merupakan anestesi lokal golongan ester dengan kerja singkat (Tjay, Rahardja.,
2013) yang terutama digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf perifer, dan blok spinal
(Sweetman, 2009). Prokain merupakan turunan asam benzoat dengan anestesi lokal dan sifat
antiaritmia Mekanisme kerja prokain sama seperti anestesi lokal lainnya yaitu dengan cara
mencegah depolarisasi membran syaraf dengan memblok kanal natrium (Pubchem, 2005). Pada
keadaan potensial istirahat, neuron mempertahankan potensial negatif di dalam sel neuron (- 90
mV). Pompa Na+ K+ secara aktif mempertahankan potensial ini tetap terpelihara. Dengan
adanya rangsangan potensial listrik pada neuron maka akan terjadilah fase depolarisasi sepanjang
akson dan aktivasi kanal natrium di membran sel yang menyebabkan refluk ion natrium ke dalam
sel sehingga terjadi perubahan potensial membran dari -90 mV menjadi +35 mV. Molekul
anestesi lokal masuk kedalam sel dan menutup kanal ion Na dari dalam sel, sehingga potensial
aksi dicegah dan transmisi impuls sepanjang saraf tidak terjadi. (Rathmell, 2004)
Prokain merupakan senyawa yang sukar larut dalam air (Pubchem, 2005), sehingga
digunakan bentuk garamnya yang mudah larut yaitu Prokain HCl. Prokain HCl sangat mudah
larut dalam air, sehingga sediaan dibuat dalam bentuk larutan dengan pelarut WFI. Salah satu
syarat sediaan injeksi adalah isotonis, dalam pengertian ada rentang isotonis, jadi tidak selalu
secara absolut isotonis (Agoes, 2009). Larutan isotonis adalah larutan yang menghasilkan
tonus yang sama (tekanan osmotik) dari cairan tubuh yang melewati membran biologi, dan hal
ini akan mencegah air mengalir dari arah masing masing dan tidak akan mengiritasi bila
disuntikkan, diteteskan, diperfusi, atau berkontak dengan jaringan mukosa yang sensitif.
Isotonisitas sangat penting untuk mencegah terjadinya pengerutan eritrosit karena kelebihan
garam (hipertonis) atau pecahnya sel darah merah karena kekurangan garam (hipotonis) (Agoes,
2009). Ketika darah mengandung garam yang berlebih (misalnya setara dengan 1,8% NaCl),
eritrosit akan mengkerut dan berkeriput atau berlekuk lekuk, ini disebabkan karena sel eritrosit
mengandung konsentrasi garam yang lebih rendah dari larutan sekitar yang mengandung 1,8%
b/v larutan garam, sehingga air dari eritrosit keluar melalui dinding sel untuk mengencerkan
larutan garam disekitarnya untuk menyamakan konsentrasi (equaliz) konsentrasi kedua garam

yang melewati membran. Fenomena berlawanan akan terjadi jika darah mengandung garam yang
setara dengan 0,45% b/v larutan NaCl. Air dari lingkungan di sekitar larutan garam memasuki
eritrosit menyebabkan terjadinya pemelaran dan akhirnya dapat menyebabkan sel darah merah
pecah (Agoes, 2009). Berdasarkan perhitungan tonisistas, sediaan sangat hipotonis (0,175%),
oleh karena itu ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis. Larutan NaCl dinyatakan isotonis dan
secara esensial mempunyai konsentrasi garam yang sama seperti konsentrasi sel darah merah
(Agoes, 2009).
Berdasarkan perhitungan dosis, sediaan merupakan single dose, maka dari itu tidak
diperlukan penambahan pengawet. Prokain stabil terhadap pemanasan, oleh karena itu untuk
memenuhi syarat sediaan injeksi yaitu harus steril, maka dilakukan sterilisasi akhir dengan
autoklaf pada suhu 121oC tekanan 15 Psi selama 15 menit. Sterilisasi adalah menghilangkan
semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari
suatu objek atau material. Tujuan dilakukannya sterilisasi adalah untuk mencegah transmisi
penyakit, mecegah pembusukan material oleh mikroorganisme, mencegah kompetisi nutrien
dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk
keperluan sendiri (seperti produksi ragi) atau untuk metabolitnya (Agoes, 2009).
Kadar atau kemurnian prokain HCl untuk injeksi adalah 95% - 105% (USP, 2007),
sedangkan kemurnian prokain HCl yang digunakan adalah 100%, agar kadar atau kemurnian zat
aktif tetap berada dalam rentang syarat sediaan injeksi, maka penimbangan zat aktif dilebihkan
sampai batas atas yaitu 5%. Sediaan merupakan sediaan encer dengan volume 10 ml, untuk
memenuhi syarat penetapan volume injeksi dalam wadah, tiap vial volumenya dilebihkan
sebanyak 0,5 ml (Depkes RI, 2014). Sebelum digunakan, buret dibilas dengan sediaan sebanyak
2 x 3 ml, maka volume sediaan dilebihkan 6 ml. Untuk mencegah terjadinya kehilangan volume
saat proses pembuatan, total volume dilebihkan 10%. Prokain harus disimpan dalam wadah
terlindung dari cahaya (BP, 2009), artinya prokain sensitif terhadap cahaya, oleh karena itu saat
penyimpanan, sediaan dikemas dalam vial coklat. Setelah volume sediaan di ad hingga 80%,
dilakukan pengecekan pH menggunakan pH meter , pH yang didapat adalah 7,80 sedangkan pH
target adalah 3,0 5,5 , maka dari itu dilakukan adjust pH menggunakan HCl 0,1 N untuk
menurunkan pH. Setelah dilakukan adjust, pH di cek kembali, dan pH yang didapat adalah 4,52.
Setelah sediaan jadi, dilakukan evaluasi meliputi penetapan pH, uji kejernihan, uji bahan
patikulat, uji kebocoran, dan uji penetapan volume injeksi dalam wadah. Saat pengujian pH
menggunakan pH meter, pH yang didapat berubah menjadi 5,22, hal ini mungkin dapat terjadi
karena pada sediaan tidak ditambahkan dapar maka kemungkinan terjadinya perubahan pH
sangatlah besar. Kemudian pada uji kejernihan dan bahan partikulat tidak ditemukan adanya

pengotor atau partikel dalam sediaan, artinya sediaan jernih dan memenuhi syarat kejernihan dan
uji bahan partikulat. Pada uji kebocoran, wadah tidak terjadi kebocoran. Serta saat uji penetapan
volume injeksi, volume yang didapat pada vial 1 adalah 10,3 ml dan vial 2 adalah 9 ml.

XII.

KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril injeksi prokain HCl adalah sebagai berikut.
No.
1.

Nama Bahan
Prokain HCl

Jumlah
0,73% b/v

Kegunaan
Zat aktif

2.

NaCl

0,725 % b/v

Pengisotonis

3.

HCl 0,1 N

Qs

Adjust pH

4.

WFI

Ad 100% v/v

Pelarut dan pembawa

Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan injeksi prokain adalah sterilisasi panas
basah menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 Psi selama 15 menit.
Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan injeksi yang dibuat tidak memenuhi syarat, Karena
volume dalam vial kurang dari 10,5 ml dimana penetapan volume tersebut merupakan
parameter kritis.

XIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Al-Badr, Abdullah A., Tayel, Mohamed M. 1999. PROCAINE HYDROCHLORIDE.
Analytical Profiles of Drug Substances and Excipients Volme 26. Kingdom of Saudi Arabia.:
King

Saud

University

Riyadh.

http://www.researchgate.net/publication/247317378_Procaine_Hydrochloride. diakses 24 - 11
2015 pukul 00.05 WIB
2. Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB
3. Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta: UI Press
4. British Pharmacopoeia Commission. 2009. British Pharmacopoeia., London : The Stationery
Office
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V, Jakarta:
Departemen Kesehatan
6. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/procaine#section=Top . diakses 24 11 2015
pukul 23.36 WIB
7. Malamed Stanley F. 2006. Local Anesthetics: Dentistrys Most Important Drugs, Clinical
Update

2006.

CDA.JOURNAL.VOL.34.NO.12.

Los

Angles.

http://www.endoexperience.com/userfiles/file/unnamed/malamed%20local%20anesthesia
%20cda%202006.pdf . diakses 24 11 2015 pukul 22.25 WIB
8. Olson, James. 2003. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Remington, P Joseph. 2006. The Pharmaceutical Science., USA : University of Science in
Philadelphia

10. Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., London:
Pharmaceutical Press
11. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference 36 th ed., USA : The
Pharmaceutical Press
12. The United State Pharmacopeial Convention. 2007. The United State Pharmacpoeia 30National Formulary 25. US : United States Pharmacopoeia Convention, Inc

XIV. LAMPIRAN
KEMASAN

ETIKET

BROSUR

INCEPOKAIN
INJEKSI PROKAIN HCl
KOMPOSISI
Tiap ml injeksi prokain mengandung :
Prokain HCl .................... 73 mg
EFEK FARMAKOLOGI
menghambat penghantaran saraf dengan mengurangi
permeabilitas membran sel neuron terhadap ion
natrium
INDIKASI
untuk produksi analgesia dan anestesi lokal atau
regional oleh
infiltrasi lokal dan teknik blok saraf perifer dan blok
saraf spinal
KONTRAINDIKASI
INCEPOKAIN kontraindikasi pada pasien dengan
hipersensitivitas

terhadap

prokain,

obat

dari

konfigurasi kimia yang mirip dari para-aminobenzoic


acid atau turunannya.
Hal ini juga kontraindikasi pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap komponen lain dari larutan
INCEPOKAIN
DOSIS
Untuk anestesi infiltrasi: 0,25 % atau larutan 0,5 % ;
350 mg sampai 600 mg
Untuk blok saraf perifer : larutan 0.5% (hingga 200
mL)
Untuk pasien pediatrik : 15 mg/kg dari larutan 0,5%

EFEK SAMPING
Reaksi terhadap prokain merupakan ciri khas dari
orang-orang yang terkait dengan anestesi lokal jenis
ester lainnya. Penyebab utama dari reaksi negatif
terhadap kelompok obat ini adalah kadar plasma

berlebihan yang mungkin disebabkan oleh overdosis,


penyerapan cepat, injeksi intravaskular sengaja, atau
degradasi metabolik yang lambat. Sejumlah kecil
reaksi

bisa

terjadi

akibat

hipersensitivitas,

keistimewaan, atau toleransi berkurang dengan dosis


normal.
PERINGATAN
Penggunaan anestetik lokal harus dilakukan oleh
dokter yang berpengalaman di diagnosis dan
pengelolaan dosis terkait toksisitas dan keadaan
darurat akut lain yang mungkin muncul dari proses
blok, dan kemudian hanya setelah menyediakan
segera ketersediaan oksigen, obat resusitasi lain,
peralatan cardiopulmonary resuscitation, dan personil
sumber diperlukan untuk pengelolaan proper dari
reaksi beracun dan keadaan darurat terkait.
Prosedur anestesi lokal harus digunakan dengan hatihati bila ada peradangan dan / atau sepsis di wilayah
tujuan injeksi.

No. Reg. DKL150022043A1


PT. PHARAFAM FARMA
BANDUNG INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai