Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah
melimpahkan
rahmat-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan laporan kasus dengan judul Demam Rematik Akut. Laporan kasus
ini diajukan dalam rangka melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode oktober 2015 desember
2015. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
atas bantuan dan kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan laporan
kasus ini, kepada dr. Sukaenah BT Shebubakar, Sp.P selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Budhi
Asih.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak
agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik dan berguna bagi semua pihak
yang membacanya. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila masih
banyak kesalahan maupun kekurangan dalam laporan kasus ini.
Penulis
: 030.10.137
I. Identitas
Nomor RM
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Ruang Perawatan
Tanggal Masuk
: 989106
: Tn. M
: Laki-laki
: 53 tahun
: Kp. Baru klender Jakarta timur
: Wiraswasta
:: Menikah
: Lantai 5 barat
: 14-11-2015
II. Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu, 19 November
2015 di bangsal 5 Barat RSUD Budhi Asih.
A. Keluhan Utama
Nyeri telan
B. Keluhan Tambahan
- Batuk
- Demam
- BAB cair
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Paisen datang dengan keluhan sulit menelan dan nyeri pada
tenggorokan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Hal tersebut
menyebabkan pasien tidak bisa makan maupun minum. Pasien juga
mengeluh batuk berdahak berwarna kuning yang dialami sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Disertai demam yang naik turun, keringat
malam, dimana demam meningkat pada malam hari dan turun pada pagi
hari. Sudah setahun ini pasien juga mengeluh sering diare cair dengan
frekuensi lebih dari 4x/hari.
D. Riwayat Penyakut Dahulu
Pasien terdiagnosa HIV setahun yang lalu dan sedang mengkonsumsi
ARV. Riwayat Diabetes dan riwayat hipertensi disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, riwayat diabetes, asma serta riwayat alergi dalam
anggota keluarga pasien disangkal
F. Riwayat Alergi
Riwayat alergi pada pasien disangkal.
G. Anamnesis menurut sistem :
Umum : Lemas (+). Demam sejak 1 minggu yang lalu
Kulit : Tidak ada keluhan.
Kepala : Tidak ada keluhan.
Mata : Tidak ada keluhan.
THT : Susah menelan dan nyeri tenggorokan.
Leher : Tidak ada keluhan.
Thoraks: Sesak (+), Batuk (+), dahak kuning kental
Abdomen : Mencret (+)
Saluran kemih : Tidak ada keluhan.
Genital : Tidak ada keluhan.
Ekstremitas : Tidak ada keluhan.
suara redup
Auskultasi :
- Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-) gallop (-).
- Paru : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronki (+/
+).
7. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat efloresensi bermakna
Auskultasi : Bising usus (+) 5 x per menit.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran organ, supel, Nyeri tekan nyeri
lepas (-)
8. Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi bermakna, oedem (-)
Palpasi : Akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik.
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
HASIL
SATUAN
13.0
5.3
10.1
30
519
61.0
19.1
31.5
15.8
ribu/uL
juta/uL
g/dL
%
ribu/uL
fL
Pg
g/dL
%
NILAI
NORMAL
3.6 - 11
3.8 - 5.2
11.7 - 15.5
35 47
150 440
80 100
26 34
32 36
< 14
HATI
AST/SGOT
96
ALT/SGPT
55
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula Darah Sewaktu
99
ELEKTROLIT
Natrium (Na)
135
Kalium (K)
4.5
Klorida (Cl)
104
< 27
< 34
mg/dl
< 110
mmol/L
mmol/L
mmol/L
135 155
3.6-5.5
98-109
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
IMUNOSEROLOGI
CD 4 Absolut
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
Screening/Rapid Test
mU/dl
mU/dl
NILAI
HASIL
SATUAN
127
3.1
102
mmol/L
mmol/L
mmol/L
135 155
3.6-5.5
98-109
56
cell/uL
410-1590
Reaktif
NORMAL
Non Reaktif
Kesan :
-
V. Ringkasan
Pasien laki-laki berusia 53 tahun datang ke RSUD Budhi Asih dengan
keluhan susah menelan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
tenggorokan (+). Batuk berdahak berwarna kuning (+) sejak 1 minggu SMRS.
Diare cair (+) dengan frekuensi lebih dari 4x/hari. Pasien adalah seorang penderita
HIV dan sedang mengkonsumsi ARV.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat dan ronki pada
kedua lapang paru. Pemeriksaan laboratorium ditemukan Leukosit 13 ribu/uL,
Hemoglobin 10.1 g/dL, Hematokrit 30 %, SGOT 96 mU/dl, SGPT 55 mU/dl,
Natrium 127 mmol/L, Kalium 3,1 mmol/L. Pada pemeriksaan foto thorax
didapatkan gambaran TB pada kedua lapang paru.
Hematologi lengkap
Sputum BTA
Sputum jamur KOH
Calsium
Ureum / Kreatinin
Farmakologi
-
X. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad Malam
Ad Fungsionam : Dubia ad Malam
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
XI. Follow Up
TGL
16/11/15
Sulit
Subjektif
menelan,
Objektif
nyeri CM, TSS
20 x / menit, S : 37 C
Mata : CA +/+, SI -/Thorax :
Cor : S1-S2 reg, M (-), G (-)
Pulmo : ves/ves, rh -/+, wh -/Abdomen : Supel, datar, BU (+) 6x/menit,
Analisa
Gastroenteritis +
Disfagia
Faringitis akut
SIDA on ARV
Perencanaan
IVFD RL/6 jam
Cefoperazon 2x1
Sistenol 3x1
New diatab 3x2
FDC ARV 1x1
Fluconazole 1x150
NTE (+)
Extremitas : Akral hangat, oedem (-)
Lab :
-
17/11/15
Hb/Ht/T/Leu : 10.1/30/519/13
SGOT/SGPT : 96/55
GDS : 99
Na/K/Cl : 135/4.5/104
-
21 x / menit. S : 39 C
Mata : CA -/-, SI -/Thorax
Gastroenteritis +
Disfagia
Faringitis
akut
perbaikan
SIDA on ARV
10
Lab :
-
18/11/15
Sulit
menelan,
makan
-
22x/menit, S : 36,5
Mata : CA +/+, SI -/Thorax
Cor : S1-S2 reg, M (-), G (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rh (-), wh (-)
Abdomen : Supel, rata, NT-NL (-), BU +
2x/menit
Extremitas : akrat hangat, oedem (-)
TB duplex aktif
HIV
Rifampisin 1 x 150 mg
FDC2 1 X 2
Streptomycin 1x gr
Etambutol 2 x 500
INH 1 x 300
Meropenem 2 x 1
Levofloxazone 1 x 750
Metronidazole 2 x 500
Ca Glukonas 2 x 1
Kotrimoksazol 2 x 1
Omeprazole 2 x 1 gr
Epysan Syr 3 x 1C
Lab :
-
Eri : 3,6
Hb : 9,2
Ht : 30
MCH : 25,3
MCHC 30,6
CD4 : 17
11
Ca : 8,3
12
TINJAUAN PUSTAKA
I. TUBERKULOSIS
1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Infeksi bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai semua organ dengan paru sebagai lokal infeksi primer.
1.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil perhitungan WHO dalam WHO Report 2011 Global
Tuberculosis Control, telah dinyatakan bahwa angka insidens semua tipe TB tahun
2011 sebesar 189 per 100.000 penduduk mengalami penurunan dibanding tahun
1990 sebesar 343 per 100.000 penduduk, angka prevalensi berhasil diturunkan
hampir setengahnya pada tahun 2011 (423 per 100.000 penduduk) dibandingkan
dengan tahun 1990 (289 per 100.000 penduduk). Sama halnya dengan angka
Mortalitas yang berhasil diturunkan lebih dari separuhnya pada tahun 2011 (27
per 100.000 penduduk) dibandingkan tahun 1990 (51 per 100.000 penduduk). Hal
tersebut membuktikan bahwa Program pengendalian TB yang kita kenal juga
dengan DOTs berhasil menurunkan insidens, prevalensi dan mortalitas akibat
penyakit TB di Indonesia.1
13. Etiologi
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
13
milier,
meningitis
tuberkulosa,
typhobacillosis
14
meninggalkan
sekuele
misalnya
disebutkan diatas
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
disebut
tuberkuloma.
Tuberkuloma
dapat
mengapur
dan
15
ventilasi
dapat
mengurangi
jumlah
percikan,
sementara
16
17
diperiksa
Berdasarkan Tipe Penderita
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila hanya
menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga
dicurigai
lesi
aktif
kembali,
harus
dipikirkan
beberapa
kemungkinan :
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
c. Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu
kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain.
Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah
d. Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1bulan, dan
berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif.
e. Kasus Gagal
18
perburukan
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada
fasilitas)
negatif
dan
gambaran
radiologik
paru
1.7 Diagnosis
Penegakan diagnosis TB paru dilakukan berdasarkan gejala klinis,
pemerikssaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
1. Gambaran klinis
a. Gejala respiratori:
- Batuk > 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
b. Gejala sistemik:
- Demam
- Malaise, keringat malam, Penurunan berat badan, anoreksia
19
bilasan
bronkus,
bilasan
jaringan
biopsi.
b. Cara pengambilan dahak
Pengambilan dahak lakukan 3 kali yaitu Sewaktu (saat datang
pertama kali) pagi sewaktu ( saat mengantarkan dahak pagi)
atau dikumpulkan setiap pagi 3 kali berturut-turut
c. Cara pemeriksaan
Dapat dilakukan secara mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen
atau biakan. Biakan adalah cara yang terbaik karena dapat untuk
memastikan kuman tersebut kuman hidup, dan dapat dilakukan uji
kepekaan dan identifikasi kuman bila perlu. Pemeriksaan
mikroskopik dapat dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau Tan
Thiam Hok (gabungan Kinyoun Gabbett), dan biakan dengan cara
sederhana
4. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standart adalah foto thorax PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi: foto lateral, toplordotik, oblique, CT- Scan.
a. Luas lesi :
20
21
22
1.8 Pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
(mg/kg)
3x seminggu
Sifat
Harian
Isoniazid (H)
Bakterisid
5 (4-6)
10 (8-12)
Rifampicin (R)
Bakterisid
10 (8-12)
10 (8-12)
Pyrazinamide (Z)
Bakterisid
25(20-30)
35 (30-40)
Streptomycin (S)
Bakterisid
15 (12-18)
15 (12-18)
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
15 (15-20)
30 (20-35)
23
resep.
Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
24
Tahap Lanjutan
(Kg)
(150/75/400/275)
(150/150)
30 37
2 tablet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
38 54
3 tablet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
1. 70
4 tablet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
5 tablet 4 KDT
5 tablet 2 KDT
Tahap
Lama
Pengobatan Pengobatan
Tablet
Isoniazid @
300 mgr
Instensif
Lanjutan
2 Bulan
4 Bulan
1
2
Jumlah
Tablet
hari/kali
Ethambutol
menelan
@ 250 mgr
obat
3
-
56
48
25
Badan
(150/75/400/275) + S
(Kg)
Selama 56 hari
2 tab 4KDT + 500 mg
30 37
38 54
55 70
Streptomisin inj.
3 tab 4KDT + 750 mg
Streptomisin inj.
4 tab 4KDT + 1000 mg
Streptomisin inj.
5 tab 4KDT + 1000 mg
Streptomisin inj.
Selama 28 hari
2 tab 4KDT
(150/150) + E (400)
Selama 20 minggu
2 tab 2KDT + 2 tab
Etambutol
3 tab 2KDT + 3 tab
3 tab 4KDT
Etambutol
4 tab 2KDT + 4 tab
4 tab 4KDT
Etambutol
5 tab 2KDT + 5 tab
5 tab 4KDT
Etambutol
Lama
Isoniaz
Pengob
id @
atan
300
mgr
Kaplet
Rimfampic
in @ 450
mgr
Tab
Etambutol
Strepto
Pyrazinamide
Tab @
Tab @
misin
@500 mgr
250 mgr
400 mgr
Inj.
Jumlah
hari / kali
menelan
obat
Tahap Intensif
2 bulan
0,75 gr
56
(dosis harian)
1 bulan
28
4 bulan
60
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x
seminggu)
26
30 37
38 54
55 70
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
Tabel 2.6 Dosis OAT Kombipak sisipan
Tablet
Tahap
Lama
Isoniazid
Pengobatan
Pengobatan
@ 300
mgr
Kaplet
Rimfampicin
@ 450 mgr
Tablet
Pyrazinamid
e
@500 mgr
Tablet
Ethambutol
@250 mgr
Jumlah
hari / kali
menelan
obat
Tahap
Intensif
(dosis
1 bulan
28
harian)
II. TB HIV
2.1 Epidemiologi
Pasien HIV memiliki kemungkinan 20-37 kali lipat akan memiliki TB
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki infeksi HIV. TB adalah salah satu
penyebab utama kematian pada pasien HIV secara global. Dari 1,7 juta orang
yang meninggal karena TB tahun 2009, 400.000 di antaranya adalah pasien HIV.
27
Dari 9,4 juta kasus TB yang baru ditemukan tahun 2009, 1,2 juta di antaranya
adalah pasien HIV. Semakin tinggi prevalensi HIV di suatu daerah, semakin tinggi
juga prevalensi koinfeksi HIV-TB pada penderita HIV di daerah tersebut.7
Pada daerah dengan angka prevalens HIV yang tinggi di populasi dengan
kemungkinan koinfeksi TB-HIV, maka konseling dan pemeriksaan HIV
diindikasikan untuk seluruh pasien TB sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin.
8,9
Pada daerah dengan prevalensi HIV yang rendah, konseling dan pemeriksaaan
HIV hanya diindikasikan pada pasien TB dengan keluhan dan tanda-tanda yang
diduga berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB dengan riwayat risiko tinggi
terpajan HIV. Tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB paru
tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya :
a. ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
b. hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
c. MDR TB/TB kronik
2.2 Pengenalan Tanda Klinis Infeksi HIV pada Pasien TB10
Riwayat Kesehatan
Gejala
Tanda
kembali
Infeksi akibat bakteri (sinusitis, bakteriemia, piomiositis)
Saat ini menjalani perawatan TB
Penurunan BB (> 10 kg atau > 20% dari BB sebelumnya
Diare (> 1 bluan)
Sakit tenggorokan, nyeri menelan (suspect kandidiasis oral)
Sensasi terbakar pada kaki (sendori neuropati perifer)
Bekas luka herpes zoster
Pruritus / ruam popular pada kulit
Sarkoma Kaposi
Limfadenopati generalisata simetris
Oral kandidiasis
Angular cheilitis
Oral hairy leukoplakia
Necrotizing gingivitis
Giant aphthous ulceration
Bisul / borok pada alat kelamin yang sakit terus menerus
28
Kondisi
Tindakan
Pasien TB-HIV dalam pengobatan Rujuk RS yang dapat memberikan
ARV
29
30
31
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Laporan Situasi Terkini
Perkembangan TB di Indonesia. Final report Jan Dec 2012. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012 Dec
2. Sudoyo, Aru W, Setiyoha S, Alwi I, Dibrata M.S, Setiati S, editors.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006. 2999 p. (Amin Z,
Bahar A, editors. TB Paru; jilid 3).
3. Konsensus tb Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Diunduh dari
www.klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan TB
(TB). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2009 Mei.
5. Djanah SN, Suryani D, Purwati DA. Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru di Asrama
Manokwari Sleman Yogyakarta. Jurnal KES MAS UAD. 2009
Sept;3(3):162-232
6. Surya A, Basri C, Kamso S, editors. Pedoman Nasional TB. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
7. WHO.
The
Three
I's
for
HIV/TB.
Diunduh
dari
http://www.who.int/hiv/topics/tb/3is/en/index.html
8. International Standard for Tuberculosis Care.
32
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
33