Anda di halaman 1dari 12

1

BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN JENIS RESAK


(Vatica sp)

Dosen
Prof. Dr. H. YUDI F ARIFIN, M.Sc
Ir. H. ASMURI ACHMAD, M.S

Makalah
Tugas Perorangan Mata Kuliah Silvikultur Lanjutan

Disusun oleh
MUNANDAR
NIM. F2A 109016

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
2

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberagaman tumbuhan baik pohon maupun bukan pohon yang terdapat pada
ekosistem hutan tropis sangat banyak. Tingginya curah hujan dan kelembaban udara
serta perbedaan musim yang tidak terlalu mencolok menyebabkan banyak species
dapat tumbuh di hutan tropis.

Salah satu flora pohon penting yang ada di hutan tropika Indonesia adalah sub
famili Dipterocarpaceae dari family Dipterocarpaceae. Sub family
Dipterocarpaceae terbagi dalam 13 genus, 470 jenis. Diantara 13 genus tersebut 9
diantaranya ada di Indonesia yakni Shorea, Dipterocarpus, Dryoblanops,Hopea,
Vatica,Cotylelobium, Parashorea, Anisoptera dan Upuna. Sejak Tahun 1970, yakni
era eksploitasi hasil hutan kayu di hutan luar Jawa sangat intensif oleh pemegang
konsesi Hak Pengusahaan Hutan, pemanfaatan tumbuhan ini sebagai komoditi kayu
paling komersil di dunia dapat dikatakan tidak terkendali. Hampir seluruh jenis
Dipterocarpaceae adalah kayu yang paling diburu untuk memenuhi permintaan kayu
dunia.Hal ini menyebakan kelangkaan jenis yang terlalu cepat terjadi.

Salah satu genus Dipterocarpaceae dalam dunia perdagangan kayu dikenal


dengan nama Resak. Foxworthy (1932;13) menyebutkan di Semenanjung Malaya
jenis kayu resak dipercaya merupakan produk Vatica bancana Scheff, Vatica
cinerea King, Vatica Curtisii King, Vatica dyerii Pierre. Vatica lowii King, Vatica
maingayi Dyer, Vatica nitens King, Vatica pallida Dyer, Vatica perakensis King,
Vatica reticulata King dan Vatica Scortechinii King. Jenis-jenis lain yang dikenal
luas kemudian adalah Vatica oblongifolia, Vatica grenulata, Vatica rassak, Vatica
vebulosa sebagian lagi belum dikenal dengan baik.
3

Pasca eksploitasi besar–besaran pada periode 1970 -1990, seiring merosotnya


produksi kayu hutan alam, yang didominasi oleh jenis –jenis Dipterocarpa,
keberadaan species Vatica diperkirakan semakin langka. Sistim silvikultur jenis

Dipterocarpa yang umumnya memerlukan persyaratan tertentu dikhawatirkan


akan semakin mendesak jenis Vatica menjadi semakin langka. Kelangkaan bahkan
kepunahan jenis ini akibat eksploitasi yang tidak diimbangi dengan permudaan yang
memadai dapat menjadi kehilangan besar bukan saja bagi kekayaan plasma nutfah
tetapi juga bagi perkembangan ilmu kehutanan dunia. Seperti diketahui, secara
ekologis hutan tropis dengan sifat system hara tertutupnya sangat rentan terhadap
kerusakan. Perubahan sedikit saja terhadap terhadap salah satu elemen dalam
ekosistem akan menjadikan terjadinya penurunan kualitas ekosistem.

B. Maksud dan Tujuan

Tulisan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya


tentang jenis Vatica sebagai flora khas hutan tropic yang ada di Indonesia. Adapun
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai system
silvikultur jenis Vatica sehingga diperoleh pola budidaya yang tepat untuk
mengkonservasi jenis ini.
4

II . PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH


JENIS RESAK (Vatica sp)

A. Penyebaran
Beberapa sumber menyebutkan genus Vatica sebagaimana umumnya anggota
dalam famili Dipterocarpaceae memiliki penyebaran luas di Asia Selatan dan Asia
Tenggara mulai dari Srilanka, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa ,
Borneo, Maluku dan Papua.
Di hutan alam kawasan ini genus Vatica berasosiasi dengan anggota famili
Dipterodarpaceae lainnya membentuk hutan campuran di Indonesia. Wilayah
Sumatera dan Borneo Vatica diketahui tercampur bersama-sama dengan jenis
Dipterocarpus, Shorea, Anisoptera dan Hopea . Wilayah Sulawesi, Maluku dan
Papua Vatica ditemukan bersama sama dengan Shore, Instia, Pomatia dan Hopea.
Di dalam Vademikum Dipterocarpaceae seperti dikutip
www.indonesianforest.com menyebutkan bahwa penyebaran jenis Vatica sebagai
kayu komersil berada di Sumatera dan Kalimantan. Hal ini dapat diketahui dari
tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Wilayah Penyebaran Vatica ( Resak) di Indonesia.

No Nama Jenis Nama Wilayah Penyebaran


Daerah Jawa Sum Kalim Sula Maluku Papua
atra antan wesi
1 V.oblongifolia Resak - X - - -
2 V.venulosa Resak - X X - - -
3 V. rassak Resak - X X - - -
Sumber : Vademikum Dipterocarpaceae
www.indonesianforest.com

Tabel 1 diatas hanya menampilkan 3 jenis dari genus Vatica dari 33 jenis yang
terdapat di Indonesia. Meskipun telah diketahui tempat tumbuh genus Vatica yang
dikenal masyarakat dengan nama perdagangan resak, potensinya di hutan alam
belum diketahui secara pasti.
5

B. Habitat Tempat Tumbuh


Hampir seluruh species Vatica dikenal dengan nama resak dalam penamaan
lokal dan perdagangan. Jenis resak sering ditemui pohon-pohonya tidak terlalu
besar tingginya sampai 130 kaki dan diameter mencapai 38 inches ( Foxworthy
1932:249). Habitat species ini sering berada pada hutan dataran rendah, dengan
keberadaan yang terpencar.

Foxworthy (1932:250) menyatakan bahwa kebanyakan Vatica hanya tumbuh di


dataran rendah, biasanya dibawah 1000 kaki. Species Vatica cinerea, ditemukan
hidup di pantai di pulau-pulau tertentu pada bagian barat Semenanjung Malaya.
Vatica wallichii hidupa pada tepian sungai di daerah rawa. Akan tetapi jenis resak
ini juga dapat hidup di daerah berbukit sampai dengan 2.800 kaki di atas
permukaan air laut.Jenis-jenis yang dapat hidup di daerah tersebut diantaranya
Vatica perakensis, Vatica pallida dan Vatica reticulata.
Di Indonesia menurut vademikum Dipterocarpaceae, sebagian besar famili
Dipterocarpaceae termasuk genus Vatica hidup di dataran rendah beriklim basah
dengan kelembaban tinggi.Tempat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 1500
diatas permukaan laut dan curah hujan rata-rata di atas 2.000 mm per tahun dengan
musim kemarau yang pendek. Jenis-jenis yang dapat ditemui pada kondisi tersebut
diantaranya Vatica oblongifolia , Vatica grenulata dan Vatica dulitensis
6

III. SISTEM SILVIKULTUR

A. Perbenihan
Seperti halnya genus dari Famili Dipterocarpaceae yang lain, masa pembungaan
Vatica terjadi tidak setiap tahun. Umumnya pohon yang telah berusia 15 -20 tahun
akan berbunga dan berbuah. Periode pembungaan antara 2-5 tahun sekali bahkan
ada yang 6-8 tahun sekali. Terjadinya pembungaan dipengaruhi oleh faktor iklim,
temperatur yang tinggi dan sebaran curah hujan. Faktor lain yang berpengaruh
adalah intensitas dan kuatnya cahaya matahari. Setiap pohon dapat menghasilkan
bunga 5.000 – 63.000 butir bunga per tahun. Bunga keluarga Dipterocarpaceae
realatif tidak banyak mengandung nectar, meskipun tidak semuanya.
Penyerbukan belum jelas diketahui, tetapi didunga dilakukan oleh serangga dan
beberapa jenis lebah madu Apis sp sebagai polinator. Buah yang dihasilkan tidak
seluruhnya masak dan sehat. Buah yang sehat biasanya akan diperoleh apabila pada
masa pembungaan dan penyerbukan diikuti dengan musim panas yang panjang.
Beberapa pengamatan ahli menyebutkan masa pembuahan sampai dengan masak
akan mencapai 6 bulan.
Calyx buah memiliki lima sayap, dua sayap panjang yang kadang-kadang
beberapa kali lebih panjang dari 3 sayap lainnya. Dormansi biji Vatica tergolong
pendek, yaitu hanya sekitar 15 hari. Buah masak di alam sering menjadi cepat rusak
karena hama, sebangsa kumbang.

B. Pembibitan

1. Permudaan Buatan

Benih yang sudah diseleksi untuk keperluan pembuatan bibit, terlebih dahulu
dibuang sayapnya agar tidak menghambat perkecambahan. Benih disemai
langsung pada kantongan plastik atau pot trays. Posisi benih sebaiknya
diletakkan agak miring dengan bekas tangkai menghadap ke atas. Pembenaman
benih sebaiknya kurang ¾ bagian ke dalam media.
7

Media semai terdiri dapat terbuat dari top soil bermikoriza yang diambil
dari bawah tegakan alam atau tanah ditulari ektomikoriza. Bedengan tabur
diberi naungan berupa atap atau sarlon sheet.

Waktu yang diperlukan untuk masa perkecambahan antara 2-7 hari. Setelah
3-4 bulan di dalam kantongan plastik atau potrays media semai, tinggi bibit akan
mencapai 20 -25 centimeter.

Selain dengan benih, pembibitan Vatica juga dapt dilakukan dengan anakan
yang diambil dari alam berupa bibit cabutan atau puteran. Untuk menyiapkan
bibit siap tanam dari bibit cabutan atau putaran diperlukan waktu 4 – 5 minggu
sejak setelah pencabutan. Cara menyiapkan bibit yang berasal dari
cabutan/puteran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Untuk jenis Vatica tinggi anakan yang akan dicabut mempunyai tinggi
sekurang-kurangnya 20 centimeter atau yang sudah berdaun 2 – 5 lembar.

b. Anakan alam dicabut sesudah turun hujan agar mengurangi kerusakan akar
karena tanah yang kering.

c. Bibit kemudian disapih pada polybag atau kantogan plastik dibawah


naungan plastik (sungkup) minimum 30 hari disiram dua kali sehari agar
kelembaban yang tinggi terjaga. Setelah bibit bertunas 20 – 75 % sungkup
dibuka.

d. Apabila dalam keadaan terpaksa bibit belum dapat disapih, agar disimpan di
tempat yang lembab maksimum selama 6 hari .

2. Permudaan Alam

Di ekosistem hutan alam dengan kondisi yang sesuai, Vatica banyak


mempunyai anakan dibawah tegakannya.Permudaan tingkat semai biasanya
lebih banyak dibanding permudaan tingkat tiang dan tingkat pancang.
8

Kecukupan anakan tingkat semai tidak serta merta akan tumbuh menjadi
anakan tingkat tiang, hal ini disebabkan karena umumnya permudaan tingkat
semai kurang tahan terhadap naungan berat. Untuk memacu pertumbuhan perlu
dilakukan pemeliharaan dengan cara pembebasan horizontal dan vertikal.
Pembebasan dimaksudkan untuk mengurangi persaingan dengan gulma dan
membuka celah ke atas untuk mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk
merangsang pertumbuhan tingkat semai dan tiang.

C. Penanaman

Penelitian di Haurbentes, mencoba penanaman jenis-jenis Dipterocarpaceae


termasuk genus Vatica dengan tanaman peneduh. Tanaman peneduh dipilih jenis
Albizia falcataria menghasilkan rataan hidup 75 – 80 %. Tanaman pohon
peneduh harus mempunyai tajuk ringan yang sesuai dengan kebutuhan cahaya
jenis Vatica. Selain tajuk persyaratan tempat tumbuh juga harus sama dengan
persyaratan tempat tumbuh Vatica sebagai pohon inti. Penanaman pohon induk
setelah tanaman peneduh berusia tiga tahun dan dijarangi sebanyak 50 %. Jarak
tanam pon peneduh sebelum dilakukan penjarangan atau sebelum dilakukan
penanaman pohon induk adalah 3 X 11/2 meter. Jarak tanam Pohon induk 3 X 3
meter. Selanjutnya secara berkala tanaman induk dibebaskan dari tanaman
peneduh secara berangsur angsur pada usia dua tahun. Pada usia 3-4 tahun
tanaman pohon induk harus dibebaskan dari pohon peneduh.

D. Pemeliharaan

a. Penyulaman

Penyulaman terhadap tanaman yang mati dilakukan dua kali yaitu pada
tahun pertama setelah tanaman berumur 2-3 bulan dan akhir tahun kedua
atau awal tahun ketiga. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim
penghujan. Sebagai panduan keperluan penyulaman tanaman adalah :

- Jika prosen tumbuh 100 % tidak perlu dilakukan penyulaman


9

- Prosen tumbuh 80 % -100 % disulam pada tahun pertama 20 % dan


tahun ke dua 4 %

- Prosen tumbuh 60 % - 80 % disulam pada tahun pertam 40 % dan tahun


ke dua 16 %

- Prosen tumbuh kurang dari 60 %, harus ditanam ulang

b. Penyiangan

Penyiangan dimaksudakan untuk menghilangkan tumbuhan penggangu.


Setiap 3 – 4 bulan sekali dilakukan penyiangan pada tanaman yang berumur
1 sampai dengan 2 tahun. Pada tanaman yang berumur 3 – 4 dilakukan enam
bulan sekali. Pembersihan tanaman pengganggu dilakukan dengan membuat
piringan selebar 1 – 3 meter dengan poros pada tanaman induk.

c. Pembebasan Tanaman

Tanaman pokok secara berangsur angsur dibebaskan dari tanaman peneduh


sejak berumur 2 – 3 tahun, sampai akhirnya tanaman benar benar bebas dari
pohon peneduh pada usia 4 – 5 tahun.

d. Pendangiran

Pendangiran dilaksanakan 1 – 2 kali setahun dengan cara menggemburkan


tanah disekeliling tanaman pokok dengan diameter 1 -3 meter. Kegiatan
dilaksanakan apabila terjadi stagnasi pertumbuhan pada saat tanaman pokok
berumur 1-4 tahun.

E. Produksi dan Pemanenan

a. Produksi

Penelitian terhadap riap volume tegakan untuk jenis Vatica sumatrana


mencapai rata-rata 15 M3 /ha pada umur 30 tahun. Selain menghasilkan
kayu genus Vatica juga menghasilkan damar utama yaitu pada jenis Vatica
rassak dan Vatica papuana.
10

b. Pemanenan

Sistem pemanenan untuk jenis Vatica seperti halnya jenis-jenis lain di


Indonesia dapat dilakukan dengan Sistem Tebang Habis dengan Permudaan
Buatan (THPB) pada Hutan Tanaman, Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TPTI) dan Tebang Habis dengan Permudaan Alam ( THPA) pada Hutan
Alam. Daur penebangan untuk jenis Vatica berdasarkan riap diameter dan
tinggi pertahun yang tergolong rendah memerlukan daur yang lebih panjang
dari pada jenis lainnya yang rata-rata 35 tahun. Rataan riap tahunan jenis
vatica tersaji pada table dibawah

Tabel 2. Rataan pertumbuhan dan Diameter Jenis Vatica

Rataan Riap per Tahun


No Jenis Umur
Tinggi (Cm) Diameter (Cm)
1 Vatica sumatrana 29 0,64 0,84
2 Vatica walichii 21 0,74 1,10
Sumber : Vademikum Dipterocarpaceae
www.indonesianforest.com
11

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab di depan, tulisan ini
dapat disimpukan sebagai berikut :

2. Vatica sebagaimana umumnya anggota dalam famili Dipterocarpaceae memiliki


penyebaran luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara mulai dari Srilanka,
Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa , Borneo, Maluku dan Papua.

3. Budidaya Vatica selain pembuatan bibitnya dilakukan dengan benih,


pembibitan Vatica juga dapat dilakukan dengan anakan yang diambil dari alam
berupa bibit cabutan atau puteran.

4. Untuk menyiapkan bibit siap tanam dari bibit persemaian benih diperlukan
waktu 3-4 bulan.

5. Untuk menyiapkan bibit siap tanam dari bibit cabutan atau putaran diperlukan
waktu 4 – 5 minggu sejak setelah pencabutan.

6. Penanaman Vatica dilapangan dilakukan dengan terlebih dahulu menanam


tanaman peneduh dari jenis tanaman yang mempunyai tajuk ringan yang sesuai
dengan kebutuhan cahaya jenis Vatica.

B. Saran

1. Sebagai jenis yang mempunyai mutu kayu yang baik dan khas pada ekosistem
hutan tropik basah, jenis vatica perlu mendapat perhatian akan kelestariannya.

2. Pemanenan jenis Vatica baik pada hutan alam maupun hutan tanaman sebaiknya
dilakukan dengan menentukan cutting cycle yang lebih panjang dari apda jenis
Dipterocarpaceae lainnya karena riap diamternya yang relatif rendah.
12

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Foxworthy, F.W (1932).Malayan Forest Record No.10. Dipterocarpaceae of the


Malay Peninsula.Federated Malay States Government. Singapore.

(------------------------)VademimikumDipterocarpaeae.
http://www.indonesianforest.com

Anda mungkin juga menyukai