Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH K3

BAHAYA ARUS LISTRIK BAGI TUBUH


MANUSIA

DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................5
BAB II
LANDASAN TEORI.........................................................................................6
BAB III
Pembahasan
3.1 Aspek pencegahan pada kecelakaan di bidang kelistrikan .......................... 9
3.2 Efek arus listrik pada tubuh manusia.......................................................... 14
3.3 Faktor yang menentukan efek arus listrik pada tubuh manusia................. 17
3.4 Lima tahap aman pada pekerjaan linstalasi listrik...................................... 20
3.5 pedoman (P3K) di bidang kelistrikan..........................................................21
3.6 Undang undang K3 kelistrikan................................................................... 23
3.7 Pakaian pengaman...................................................................................... 46
3.8 Bahaya listrik terhadap manusia................................................................. 55
3.9 Persyaratan instalasi listrik..........................................................................58
BAB IV
Penutup
4.1 kesimpulan ..................................................................................................63
4.2 saran............................................................................................................ 63
4.3 daftar pustaka...............................................................................................64

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengapa diperlukan sebuah pedoman untuk kesehatan dan keselamatan kerja
dalam sebuah tindakan terutama di bidang kelistrikan? Seberapa perlukah itu?
Bukannya hal itu akan muncul dengan sendirinya tanpa dibutuhkan sebuah
pegangan?
Mungkin ada segelintir orang yang akan berasumsi seperti di atas ketika di
paparkan sebuah pembahasan yang seakan di pentingkan mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja atau di biasa di sebut K3 terutama di bidang kelistrikan.
Tapi ada juga sebagian lagi bahkan mungkin sebagian besar dari mereka
berasumsi sebaliknya yang mengatakan bahwa K3 itu sangatlah penting dalam
dunia kerja terutama bagi mereka yang tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak
mereka inginkan tentunya maupun yang sudah mereka saksikan, entah itu
pengalaman sendiri maupun yang terjadi pada orang lain yang telah mereka
saksikan.
Hingga mereka-mereka yang beranggapan bahwa K3 di bidang kelistrikan itu
saling mengusung untuk merampungkan apa-apa saja yang sangat dibutuhkan
untuk menunjang keselamatan kerja dengan mempertimbangkan berbagai hal
yang mungkin saja terjadi di bidang kelistrikan.
Hingga saat ini sering terjadi kecelakaan kerja di bidang industri kelistrikan
yag dapat menyebabkan kematian pada lapangan kerja. Bahkan hingga saat ini,
kecelakaan kerja di bidang industri menjadi momok yang menakutkan di
kalangan pekerja industri.
Maka untuk membantu mereka yang takut akan kejadian itu ataupun yang
trauma maka memang sangat penting di paparkannya Kesehatan dan
3

Keselamatan Kerja di bidang kelistrikan itu guna menunjang karir para pekerja
supaya tidak perlu lagi merasa takut jika mengikuti setiap keselamatan yang di
beri tahukan.
Disini akan lebih ke listrik dimana listrik ini sendiri merupakan aliran electron
dari sebuah objek melalui konduktor (penghantar listrik yang baik), electron juga
merupakan partikel terluar dari atom yang bermuatan negatif.
Perasaan takut ataupun trauma dari serangan listrik yaitu adanya merusakan
yang disebabkan oleh aliran listrik yang tinggi maupun rendah yang mengaliri
tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun terganggunya fungsi organ.
Namun tingkat cedera dari kecelakaan itu tergantung pada beberapa faktor,
antara lain jenis atau kuat arus listrik, tegangan, ketahanan tubuh terhadap arus
listrik dan lamanya tubuh terkena paparan arus listrik.
Oleh karena itu, sangat diperlukan pengetahuan dan penerapan ilmu tentang
kesehatan dan keselamatan kerja pada bidang industry kelistrikan yang bertujuan
untuk menekan serendah mungkin tingkat resiko kecelakaan kerja yang terjadi
pada pekerja sehingga efisiensi hasil kerja lebih optimal.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal
yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh
penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya
pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani
maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
4

terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin,
pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga
terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu
masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik
kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan,
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai faktor keselamatan dan
kesehatan kerja pada bidang kelistrikan. Dimana hal ini sangat perlu untuk
diterapkan dalam pekerjaan yang di maksud di atas. Hal yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Aspek pencegahan pada kecelakaan di bidang kelistrikan


Efek arus listrik pada tubuh manusia
Faktor yang menentukan efek arus listrik pada tubuh manusia
Lima tahap aman pada pekerjaan linstalasi listrik
Langkah-langkah/prosedur/pedoman
Pertolongan
Pertama

Pada

Kecelakaan (P3K) di bidang kelistrikan.


6. Undang undang K3 kelistrikan
3. Maksud dan tujuan
Adapun maksud dan tujuan disusunnya pembahasan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di bidang kelistrikan ini merupakan tugas akademik berbentuk
makalah dengan maksud untuk penilaian pada Final Test untuk mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan juga bertujuan sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi dunia kerja.

BAB II
5

LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
Seringkali kita dengar berita ada kecelakan di tempat kerja. Lebih-lebih
kecelakaan kerja di Proyek. Menurut beberapa sumber terungkap bahwa sektor
konstruksi menjadi penyumbang tertinggi kecelakaan kerja bila dibanding
dengan sektor lain.
Pada kesempatan ini akan kami sajikan beberapa teori tentang kecelakaan
kerja menurut beberapa ahli, antara lain :
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu :
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 ).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau
situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya
kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah
satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai
penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung
harus dapat diketahui secara detail.
4. Teori Domino Terbaru
6

Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat
lubang dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihanpelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut:

Manajemen kurang kontrol.


Sumber penyebab utama.
Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar).
Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar).
Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).

Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di


permukaan laut dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari
pada ukuran es sesungguhnya secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada
kecelakaan kerja kerugian yang tampak/terlihat lebih kecil daripada
kerugian keseluruhan.
Dalam hal ini kerugian yang tampak ialah terkait dengan biaya
langsung untuk penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja
tanpa memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat
jumlahnya daripada biaya langsung untuk korban kecelakaan kerja. Kerugian
kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban

kecelakaan kerja ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/nonmaterial) yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1Aspek pencegahan pada kecelakaan di bidang kelistrikan

SAFE adalah aman atau selamat. Safety menurut kamus besar tata bahasa
Indonesia yang telah diterjema dalam bahasa Indonesia adalah mutu suatu
keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan kecelakaan.Keselamatan kerja
atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang
aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian,
baik harta maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja.
Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik
jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.
Mencegah terjadinya kecelakaan adalah hal yang lebih penting dibandingkan
dengan mengatasi terjadinya kecelakaan hal ini disebabkan karena kecelakaan
dapat merugikan berupa material dan dapat menimbulkan kematian.oleh sebab itu
pencegahan jauh lebih penting di bandingkan mengatasi kecelakaan.
Dengan demikian kecelakaan dapat dicegah dengan cara sebagai berikut
A. Proteksi dari kejut listrik
- Proteksi dari sentuhan langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa
timbul karena sentuhan dengan bagian aktif instalasi (sentuh langsung)
dengan salah satu cara di bawah ini:
a) mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak;
b) membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan sampai suatu nilai
yang lebih kecil
- Proteksi dari sentuh tak langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa
timbul karena sentuhan dengan bagian konduktif terbuka dalam keadaan
gangguan (sentuh tak langsung) dengan salah satu cara di bawah ini:
a) mencegah mengalirnya arus gangguan melalui badan manusia atau
ternak;
b) membatasi arus gangguan yang dapat mengalir melalui badan sampai
suatu nilai yang lebih kecil dari arus kejut listrik;
9

c) pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada


saat terjadi gangguan yang sangat mungkin menyebabkan mengalirnya
arus melalui badan yang bersentuhan dengan bagian konduktif terbuka,
yang nilai arusnya sama dengan atau lebih besar dari arus kejut listrik.
CATATAN Untuk mencegah sentuh tak langsung, penerapan metode ikatan
penyama potensial adalah salah satu prinsip penting untuk keselamatan.
B. Proteksi dari efek termal.
Instalasi listrik harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada risiko
tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur
api listrik. Demikian pula tidak akan ada risiko luka bakar pada manusia
maupun ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara normal.
C. Proteksi dari arus lebih.
Manusia atau ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari cedera, dan harta
benda diamankan dari kerusakan karena suhu yang berlebihan atau stres
elektromekanis karena arus lebih yang sangat mungkin timbul pada
penghantar aktif. Proteksi ini dapat dicapai dengan salah satu cara di
bawah ini:
a) pemutusan secara otomatis pada saat terjadi arus lebih sebelum arus
lebih itu mencapai nilai yang membahayakan dengan memperhatikan
lamanya arus lebih bertahan;
b) pembatasan arus lebih maksimum, sehingga nilai dan lamanya yang
aman tidak terlampaui.
D. Proteksi dari arus gangguan.
Penghantar, selain penghantar aktif, dan bagian lain yang dimaksudkan
untuk menyalurkan arus gangguan harus mampu menyalurkan arus
tersebut tanpa menimbulkan suhu yang berlebihan.
CATATAN :
a) Perhatian khusus harus diberikan pada arus gangguan bumi dan arus
bocoran;
b) Untuk penghantar aktif yang memenuhi 2.1.4.1, terjamin proteksinya
dari arus lebih yang disebabkan oleh gangguan.
E. Proteksi dari tegangan lebih.

10

Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus
dicegah dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan antara
bagian aktif sirkit yang disuplai dengan tegangan yang berbeda.
Manusia dan ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus
dicegah dari kerusakan akibat adanya tegangan yang berlebihan yang
mungkin timbul akibat

sebab lain (misalnya, fenomena atmosfer atau

tegangan lebih penyakelaran).

Syarat-syarat umum instalasi listrik


Disamping persyaratan umum instalasi listrik dan peraturan mengenai
kelistrikan yang berlaku harus di perhatikan pula syarat-syarat dalam
pemasangan antara lain :
a. Syarat Ekonomis
Artinya instalasi listrik harus direncanakan sesederhana mungkin sehingga
harga dari ongkos pemasangan,pemeliharaan semurah mungkin. Sebagai
contoh : arus yang bocor yang meyebabkan arus listrik dapat mengalir di
permukaan tembok dan dengan itu pula dapat menjadi tambahan
perbaikan yang cukup mahal.
b. Syarat Keamanan
Artinya instalasi listrik harus tidak membahayakan keselamatan bagi
manusia,peralatan,serta

benda-benda

dan

bangunan

dari

bahaya

listrik.Selain itu syarat keamanan juga terbagi atas 2 mcam yaitu :


1. Syarat keamanan (perencanaan kerja)
Instalasi listrik harus di buat sedemikian rupa sehingga kemungkinan
timbul kecelakaan sangat kecil,aman dalam hal ini berarti tidak
membahayakan jiwa manusia dan terjamin nya peralatan dan benda-benda
sekitarnya dari kerusakan akibat adanya gangguan seperti : gangguan
hubungan singkat,tegangan lebih,beban lebih dsb.
Agar

instalasi

listrik

tidak

membahayakan

jiwa

manusia,maka

pemasangan instalasinya harus memenuhi peraturan-peraturan yang telah


11

dtetapkan disamping itu,

untuk mengaman kan instalasi listrik dari

kerusakan-kerusakan akibat gangguan seperti hubungan singkat,beban lebih


maupun tegangan lebih (akibat sambaran petir) maka pada instalasi tersebut
di pasang alat-alat pengaman yang sesuai misalnya sikring,pemutus daya dsb.
2. Syarat keamanan (kelangsungan kerja)
Kelangsungan Pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin
secara baik,jadi instalasi listrik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
kemungkinan terputus atau terhentinya aliran listrik,jika masih tetap ada
gangguan-gangguan yg terjadi mengakibatkan terhentinya aliran listrik maka
harus cepat diperbaiki keandalan bebannya,keandalan beban dapat dibagi
menjadi beberapa tingkat yaitu :
Beban yang sangat memerlukan keandalan yang sangat tinggi
terhenti aliran listrik memungkinkan akan menyebabkan kematian
akibat kecelakaan.
beban yang memerlukan keandalan yang sangat tinggi walaupun
terhenti aliran listrik tidak dapat meyebabkan kematian. Sebagai
contoh : gangguan tegangan yang berlebihan seperti koslet dan
overload.
3. Syarat keandalan
artinya instalasi listrik harus memiliki kerja yang sangat baik dan
kekuatan yang oktimal sehingga tidak membahayakan dan merugikan
pengguna listrik.Keandalan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
a. Keandalan yang sangat-sangat tinggi, misalnya : instalasi untuk rumah
sakit harus direncanakan semaksimal mungkin karena terhentinya
aliran listrik dapat meyebabkan kematian.

12

b. Keandalan yang sangat tinggi, misalnya : instalasi untuk industri yang


harus direncanakan secara baik karena terhentinya aliran listrik dapat
meyebabkan kerusakan dan meyebabkan kerugian.
c. Keandalan yang baik, misalnya : instalasi pabrik-pabrik harus
direncanakan dengan baik bila terhentinya aliran listrik akan
menimbulkan kerugian.
d. Instalasi yang mutu nya terjamin hal ini berarti konsumen mendapat
aliran listrik degan ukuran yang normal, yaitu kerugian tegangan
(normal) = 2%
Keandalan yang mudah di perluas, Sebagai contoh : sambungan yang
tidak bagus Standar keselamatan kerja Dalam pengolongan sebagai
keselamatan kerja antara nya :
a. Pelindungan

badan

meliputi

pelindung

mata,tangan,hidung,kaki,kepala dan telinga.


b. pelindung mesin sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari
bahaya yang mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari
pekerja itu sendiri.
c. Alat pengaman listrik yang setiap saat dapat membahayakan.
Pengaman ruangan meliputi : pelindung kebakaran,sistem alarem air
hidram, penerangan yang cukup,pentilasi yang baik dsb. dan agar
keselamatan kerja terjalin maka harus melaksanakan kewajiban antara lain :
harus di berikan instruksi dengan benar kepada anak buah secara tepat dan
aman untuk tiap-tiap bagian yang akan di kerjakan,jika terjadinya
kecelakaan ,seorang istruksi berkewajiban menyelidiki terjadinya sebabsebab kecelakaan dan kerusakkan yang terjadi.
3.2 Efek Arus Listrik Terhadap Tubuh Manusia
13

Persepsi mengenai tersengat aliran listrik itu bias berbeda-beda,


tergantung dari tegangan, durasi, arus, frekuensi, dsb. Besarnya arus dan
arah arus yang melewati tubuh akan sangat mempengaruhi efek arus
tersebut terhadap tubuh terutama ketika melewati organ-organ vital tubuh.
Umumnya, arus yang mendekati 100 mA akan berbahaya atau bahkan
mematikan.
Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang
sekitar 5 sampai 10 mA (milliampere) untuk tegangan DC di 60 Hz
Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang
sekitar 1 sampai 10 mA untuk AC di 60 Hz
Shock berkurang dengan adanya peningkatkan frekuensi, dan pada
akhirnya akan menghilang pada frekuensi di atas 15-20 kHz.
Semakin kecil resistor yang terkandung di dalam tubuh manusia
semakin mudah arus listrik mengalir sehingga semakin mudah kesetrum.
Umumnya besarnya resistor yang terdapat di dalam tubuh adalah 1500 ohm.
Maka jika kurang dari nilai tersebut akan semakin mudahtersengat listrik.
Durasi ketika kita kesetrum atau tersengat listrik akan sangat
mempengaruhi efeknya terhadap tubuh. Semakin lama arus mengalir
melewati bagian tubuh maka semakin besar resiko terhadap tubuh kita.
Terutama jantung.

14

BESAR ARUS

KONDISI KORBAN

0,5 mA

Tidak terasa

3 mA

Mulai kejang

15 mA

Sulit melepaskan kontak

40 mA

Otot kejang

Diatas 80 mA

Tidak sadarkan diri sampai


meninggal atau bahkan
hangus

APAKAH ADA PERBEDAAN TERSENGAT ARUS AC / DC ?


Efek kaget biasanya terjadi karena ada tegangan yang tinggi namun
tidak berarus besar. Akan tetapi bila menyebabkan kematian atau efek serius
lainnya biasanya karena tegangan tinggi dan arus besar . Tersengat arus DC
atau AC Arus AC (alternating current) merupakan arus yang bolak-balik
sedangkan arus DC (direct current) merupakan arus yang searah. Sebenarnya
baik AC maupun DC dapat mengalirkan aliran listrik dan tentunya dapat
membuat seseorang tersengat aliran listrik yang membedakan hanyalah
seberapa besarnya. Apakah tegangannya tinggi dan arusnya besar.
AC akan mempengaruhi tubuh sangat tergantung pada tingkat
frekuensinya. Frekuensi rendah (50 to 60-Hz) AC biasanya digunakan pada
rumah tangga. AC yang dapat lebih berbahayaadalah AC dengan frekuensi
tinggi dan 3 sampai 5 kali lebih berbahaya daripada DC dengan tegangan
dan amperage sama. Frekuensi rendah AC menyebabkan kontraksi otot yang
panjang (tetany)yang dapat membuat tangan kaku. Sedangkan DC biasanya
15

menyebabkan adanya kejang / kontraksi, yang sering memaksa korban


menjauhi dari sumber. Menurut sumber, tegangan pada DC=1,4 tegangan
pada AC. Untuk besar hambatan yang sama, dan arus yang besar, maka, akan
lebih berbahaya tegangan 100 V DC dibanding 100 V AC.
Tetany adalah kondisi dimana terjadi involuntarily otot karena ada
petikan dari luar arus listrik melalui badan. Ketika involuntary kontraksi otot
mengendalikan jari menyebabkan seorang korban untuk tidak dapat
melepaskan dari sebuah konduktor energized, maka korban tersebut
dikatakan frozen. Arus searah (DC) lebih cenderung menyebabkan otot
mengalami tetany dibandingkan alternating current (AC). Sehingga DC lebih
cenderung menyebabkan frozen pada korban ketika kesetrum. Namun, AC
lebih cenderung menyebabkan korban fibrillate ke jantung, yang merupakan
kondisi yang lebih berbahaya bagi korban setelah kesetrum dihentikan.

3.3Faktor yang Menentukan Efek Arus Listrik Terhadap Tubuh Manusia


Beberapa faktor yang mengakibatkan
beraneka ragam dampak sengatan listrik
adalah :
1. Ukuran fisik bidang kontak
Semakin besar dan luas bidang kontak
antara tubuh dan perlengkapan listrik, semakin rendah hambatan
instalasinya, semakin banyak arus listrik yang mengalir melewati tubuh dan
akibatnya semakin parah.
2. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila
yang terkena sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu
akan lebih parah dari korban yang dalam kondisi prima.
16

3. Hambatan / tahanan tubuh


Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi
tinggi dan cukup untuk melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi
kulit benar-benar kering sangat jarang dijumpai, kecendrungannya setiap
orang akan mengelurkan keringat walaupun hanya sedikit. Oleh karena itu
tubuh dianggap selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan
kemungkinan terkena sengatan menjadi tinggi.
Tahanan tubuh ini dipengaruhi pula oleh jenis kelamin wanita dewasa
memiliki tahanan tubuh yang berbeda dengan laki-laki dewasa. Tahanan
tubuh wanita dewasa lebih rendah dibandingkan tahanan tubuh laki-laki
dewasa. Oleh karena itu arus listrik yang mengalir ke tubuh wanita dewasa
cenderung lebih besar dan akibatnya tentu lebih parah.
4. Jumlah miliampere
Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus
listrik. Semakin besar arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin
besar pula resiko sengatan yang ditimbulkan bagi tubuh manusia. Batas
ambang sengatan listrik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Batas Arus
Pengaruh yang mungkin pada tubuh manusia
1 mA Level persepsi, terasa adanya arus listrik sedikit
5 mA Merasa terkejut, tidak menyakitkan tapi mengganggu
6-30 mA Sakit dan sangat mengejutkan, otot kehilangan kontrol
50-150 mA Sakit yang hebat, pernapasan tertahan, otot berkontraksi
keras dan tidak sanggup lagi melepaskan penghantar, mungkin terjadi
kematian
17

1000-4300 mA Ventricular fibrillation (jantung kehilangan irama


denyut), kontraksi otot dan kerusakan syaraf terjadi. Sangat mungkin terjadi
kematian.
10.000 mA Kegiatan jantung tertahan, terbakar hebat, dan terjadi
kematian
5. Bagian tubuh yang dialiri arus
Ketika tubuh tersengat listrik, arus listrik akan mengalir melewati
tubuh. Apabila arus listrik tersebut melewati bagian-bagian vital seperti
jantung, sengatan listrik akan sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.
6. lamanya arus mengalir.
Semakin lama tubuh manusia tersengat listrik tentu bahaya yang
ditimbulkan akan semakin parah pula.
Perbandingan Bahaya Listrik Arus AC dan DC.
Pada dasarnya segala bentuk sengatan listrik berbahaya. Namun tidak
banyak yang paham betul mana yang lebih berbahaya antara arus AC dan
DC. Sebelum menjawab hal tersebut, ada baiknya bila menyimak beberapa
pendapat tentang tingkat bahayanya kedua jenis arus tersebut.
Pendapat pertama mengatakan bahwa arus DC lebih berbahaya.
Misalnya seseorang tersengat listrik dengan tangan 200 volt pada arus AC.
Arus AC merupakan arus bolak-balik/naik-turun sehingga suatu saat akan
mencapai tegangan O volt selama siklusnya. Pada saat itulah bagian tubuh
yang tersengat dapat melepaskan diri dari konduktor yang membuat tubuh
tersengat. Sedangkan arus DC merupakan arus searah, artinya tegangan yang
lewat akan stabil pada nilai 200 volt dan tidak akan pernah mencapai angka
0 volt, karena itulah tubuh tidak memiliki kesempatan untuk melepaskan diri
sehingga hal ini akan lebih berbahaya bagi tubuh manusia. Namun, jika
18

frekuensi arus AC tinggi, tubuh akan sulit merasakan siklus dimana tegangan
AC mencapai 0 volt.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa arus AC lebih berbahaya 3-5
kali lipat dibandingkan arus DC pada tegangan yang sama. Ketika tersengat
listrik arus DC otot cenderung akan berkontraksi sehingga mampu
melepaskan diri dari hubungan. Sedangkan pada arus AC, arus berbalik arah
50 kali per detik sehingga otot tidak mampu berkontraksi satu arah, tetapi
justru bolak-balik dan cenderung menjadi kejang pada titik hubungan,
selama korban masih sadar hubungan tidak akan bisa lepas.
Ditinjau dari kapasitas terjadinya kasus tersengat listrik, arus AC
cenderung lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Selama ini lebih banyak
orang yang tersengat arus AC (listrik rumah) dari pada arus DC. Namun,
pendapat tersebut tidak berlaku lagi jika tegangan yang dimiliki suatu aliran
listrik bernilai kecil. Sesuai pendapat yang pertama tentu arus DC lebih
berbahaya pada kondisi ini.
3.4 Lima Langkah Aman Bekerja Pada Instalasi listrik
Bekerja tanpa memutus/mencabut
arus yang masuk, akan sangat
berbahaya.

19

Bungkuslah dengan pita isolasi


(electrical tape) jika kawat terluka.

Mencabut steker dengan menarik


kabel tidak dibenarkan.

Instalasi

tanpa

hubungan/kontak

tanah dapat membahayakan.

20

Alat/mesin tegangan 1 fase 220 V


dan 3 fase tanpa kontak tanah
(ground), akan membahayakan.

3.5 Langkah-langkah P3K untuk pekerjaan bidang kelistrikan


Listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang, seolaholah mereka tidak bisa hidup tanpa adanya listrik. Hal ini terjadi listrik telah
menggerakkan banyak peralatan-peralatan yang membuat hidup kita menjadi
lebih nyaman.
Tetapi di sisi lain, sering kita dengar juga berita mengenai kebakaran
yang terjadi akibat korsleting listrik dan beberapa korban akibat dari
sengatan listrik. Kali ini kita mencoba melihat teknik pertolongan pertama
pada korban sengatan listrik.
Tipe arus listrik, tinggi tegangan listrik, tipe material penghantar
listrik ke tubuh korban dan kondisi korban akan menentukan tingkat
keseriusan korban dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan efek yang lebih buruk.
1. Bila memungkinkan matikan terlebih dahulu sumber listrik atau bila
tidak

memungkinkan,

singkirkan
21

penghantar

listrik

dengan

menggunakan material yang tidak menghantarkan listrik seperti kayu


dan plastic.
2. Sebelum menolong korban, terlebih dahulu perhatikan apakah masih
ada kontak antara tubuh korban dengan sumber listrik. Karena apabila
kita sentuh, maka listrik akan mengalir ke tubuh kita dan korban akan
bertambah.
3. Baringkan tubuh korban dengan posisi kepala sedikit lebih rendah.
4. Periksa tanda-tanda korban mulai dari kesadaran, gerakan, pernafasan
dan detak. Segera hubungi 118.
Dengan pertolongan pertama ini diharapkan korban dapat di tolong dan tidak
menjadi parah atau menambah korban lagi. Semua korban sengatan listrik
harus diperiksa oleh dokter untuk memeriksa apakah terjadi luka dalam.
PENCEGAHAN
Gunakan pengaman pada colokan listrik
Ikuti petunjuk pabrik jika menggunakan alat-alat elektronik
Hindari pemakaian alat listrik pada keadaan basah
Jangan pernah menyentuh alat listrik ketika sedang memegang keran atau
pipa air
Untuk menghindari sambaran petir sebaiknya tidak berada di tempat terbuka
(lapangan) dan segera mencari tempat perlindungan selama hujan turun (tetapi
jangan berada dibawah pohon atau pelindung yang terbuat dari logam). Segera
tinggalkan kolam renang, berada di dalam mobil akan lebih aman.
Adapun Alternatif terdiri dari:
menjauhkan/memisahkan korban dari sumber listrik

memulihkan denyut jantung dan fungsi pernafasan melalui resusitasi


jantung paru (jika diperlukan)

mengobati luka bakar dan cedera lainnya.

3.6 Undang undang K3 kelistrikan


22

Dasar Hukum
Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang
Lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi
acuan mengenai K3 yaitu:
Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan, Kewajiban dan
Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban Pengurus dan
Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari UU ini adalah, Ruang lingkup
pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3 unsur:
a. Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha,
b. Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana
c. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Dalam Penjelasan UU No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi tetapi
Usaha yang bermotif social pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang
menggunakan Instalasi Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya (potensi
bahaya tersetrum, korsleting dan kebakaran dari Listrik dan peralatan
Mesin lainnya).
Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan 19
Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi
(menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk
Indonesia (sumber: www.ILO.org). Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO
Convention No. 81 ini, salah satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951
dan UU No. 1 Tahun 1970 keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian
profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam
pasal 4 dan pasal 6 Konvensi tersebut) sumber dari Tambahan Lembaran Negara RI
No. 4309.
Ketiga, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf
5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat
23

1berbunyi: Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan


atas (a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat
2: Untuk melindungi keselamatan Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: Setiap Perusahaan
wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
Keempat, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per- 05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12 pasal
ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3 (SMK3), mirip
OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.
1. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
1) Tentang Istilah
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1) Tempat kerja, ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk suatu keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber
sumber bahaya sebagai mana terperinci pada pasal 2, termasuk tempat kerja
semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
2) Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagian yang berdiri.
3) Pengusaha ialah :
a. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
24

untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.


c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada a) dan b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
4) Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan undang-undang ini.
5) Pegawai Pengawas, ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen
enaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6) Ahli keselamatan kerja, ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
epartemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
engawasi ditaatinya undang-undang ini.
2) Ruang Lingkup
Pasal 2
1) Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, yang berada
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2) Ketentuan pada ayat (1) tersebut berlaku pada tempat kerja di mana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya yang termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya
atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengolahan kayu
atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
25

e. Dilakukan usaha perkembangan dan pengolahan emas, logam atau bijih


logam lainnya, batu-batuan, gas minyak atau mineral lainnya, baik
dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, melalui terowongan,
di permukaan air, dalam air maupun di udara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan kapal, perahu, dermaga, dek, stasiun
atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.
i. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi dan
rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.
l. Dilakukan pekerjaan di dalam tangki, sumur atau lubang.
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau
telepon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis.
q. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan, listrik, gas, minyak atau air.
r. Diputar film, dipertunjukan sandiwara, atau diselenggarakan rekreasi lainnya
yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3) Dengan peraturan perundang-undangan dapat ditunjukkan sebagai tempat kerja,
ruangan atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja dan atau berada di ruangan atau lapangan itu dapat diubah
perincian tersebut pada ayat (2)
3) Syarat-syarat Keselamatan Kerja
26

Pasal 3
1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu,kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun phychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
danproses kerjanya .
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut pada ayat
27

(1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknik dan teknologi serta
pendapat baru di kemudian hari.
Pasal 4
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemakaian,
penggunaan pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup
bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat
perlindungan, pengujian dan pengesahan pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut pada ayat
(1) dan (2), dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan kerja tersebut.
4) Pengawasan
Pasal 5
1) Direktur melakukan pengawasan umum terhadap undang-undang ini, sedang para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu
pelaksanaannya.
2) Wewenangan dan kewajiban direktur, pegawai pengawasan dan ahli keselamatan
kerja dalam melaksanakan undang-undang ini diatur dengan peraturan
perundangan.
Pasal 6
1) Barang siapa tidak dapat menerima direktur dapat mengajukan permohonan
28

banding kepada panitia Banding.


2) Tata permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas panitia Banding dan
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan undang-undang ini, pengusaha harus membayar
menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala kepada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh direktur.
3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan
erundangan.
4) Pembinaan
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjuk dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru
entang :
a) Kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
b) Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c) Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d) Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenanga kerja yang bersangkutan setelah
ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah mengalami syarat-syarat tersebut di
atas
29

(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja


yang di bawah pimpinannya dalam mencegah kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang
berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
6) Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 10
(1) Menteri tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina keselamatan dan
Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau dan tenaga kerja di tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lainnya ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja.
7) Kecelakaan dan Cara Melaporkan
Pasal 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
yang
dipimpinnya, kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(2) Tata cara melaporkan dan memeriksa kecelakaan oleh pegawai termaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan. (contoh terlampir).
8) Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
(1) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai dan atau ahli
30

keselamatan kerja.
(2) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
(3) Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan
(4) Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
(5) Menyertakan keberatan kerja pada pekerja dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas
yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
9) Kewajiban bila memasuki tempat kerja.
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan menaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
10) Kewajiban Pengurus
Pasal 14.
Pengurus diwajibkan :
(1) Secara tertulis menempatkan di tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat
yang mudah dilihat dan dibaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
(2) Memasang di tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
(3) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
31

setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai petunjuk-petunjuk
yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kecelakaan
1) Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
(1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
(2) Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang potensial, yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,
peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
(3) Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber-sumber bahaya.
(4) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
(5) Pegawai pengawas adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat
(5) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
(6) Pengurus adalah :
a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri ;
b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dirmaksud dalam huruf a) dan b)
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
32

(7) Menteri adalah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.


2) Tata Cara Pelaporan Kecelakaan
Pasal 2
(1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dipimpinnya.
(2) Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a) Kecelakaan Kerja;
b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah;
c) Kejadian berbahaya lainnya.
Pasal 3
Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berlaku bagi
pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum mengikutsertakan pekerjaannya
ke dalam program jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Undang-undang No. 3
tahun 1992.
Pasal 4
(1) Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 wajib
melaporkan secara tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(2) huruf a), b), c) dan d) kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam
terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan sesuai
contoh bentuk 3 KK2 A lampiran 1.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.
Pasal 5
(1) Pengurus atau pengusaha yang telah mengikutsertakan pekerjaannya pada
program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,
33

melaporkan kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a)


dan b) dengan tata cara pelaporan sesuai peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER-05/MEN/1993.
(2) Pengurus atau pengusaha yang belum mengikutsertakan pekerjaannya pada
program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,
melaporkan kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a)
dan b) dengan tata cara pelaporan sesuai peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER-04/MEN/1993.
3) Pemeriksaan Kecelakaan
Pasal 6
(1) Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1), dan
pasal 5, Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja memerintahkan pegawai
pengawas untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan.
(2) Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan terhadap setiap kecelakaan yang dilaporkan oleh pengurus
atau pengusaha.
(3) Pemeriksaan dan pekerjaan kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Pasal 7
Pegawai pengawas dalam melaksanakan pemeriksaan dan pengkajian
mempergunakan formulir laporan pemeriksaan dan pengkajian sesuai lampiran II
untuk kecelakaan kerja, lampiran III untuk penyakit akibat kerja, lampiran IV untuk
peledakan, kebakaran dan bahaya pembuangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 limbah dan lampiran V untuk bahaya lainnya.
Pasal 8
(1) Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja berdasarkan hasil pemeriksaan dan
pengkajian kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 pada tiap-tiap
34

akhir bulan menyusun analisis laporan kecelakaan dalam daerah hukumnya


dengan menggunakan formulir sebagaimana lampiran VI peraturan ini.
(2) Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja harus menyampaikan analisis laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
Pasal 9
(1) Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja berdasarkan analisis laporan
kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 menyusun analisis
kecelakaan dalam daerah hukumnya dengan menggunakan formulir
sebagaimana lampiran VII peraturan ini.
(2) Analisis kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat untuk tiap
bulan
(3) Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja harus segera menyampaikan
analisis kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 10
Cara pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam lampiran II, III, IV, V, VI, dan
VII sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), pasal 8 ayat (1) dan pasal 9 ayat
(1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan berdasarkan analisis laporan kecelakaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) menyusun analisis laporan kekerapan dan keparahan
kecelakaan tingkat nasional.
4) S a n k s i
35

Pasal 12
Pengurus atau pengusaha yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 4 ayat (1),
diancam dengan hukuman sesuai dengan ketentuan pasal 15 ayat (2) UU No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5) Pengawasan
Pasal 13
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan.
6) Ketentuan Penutup
Pasal 14
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ini, maka formulir bentuk 3 KK2 dalam
Peraturan Menteri No. PER-04/MEN/1993 dan Peraturan Menteri No. PER05/MEN/1993 dinyatakan tidak berlaku.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
36

krja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif;
2) Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;
3) Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan
suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai
kebijakan dan tujuan perusahaan;
4) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan
tujuan mencari laba atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara;
5) Direktur ialah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970;
6) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknik berkeahlian khusus
dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri;
7) Pengusaha adalah :
a) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keperluan itu mepergunakan tempat kerja;
b) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mepergunakan tempat kerja;
c) Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada huruf a) dan b), jika kalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
8) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung tempat kerja
atau lapangan yang berdiri sendiri;
9) Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat;
10) Laporan Audit adalah hasil audit yang dilakukan oleh Badan Audit yang berisi
fakta yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit di tempat kerja sebagai dasar
37

untuk menerbitkan sertifikat pencapaian kinerja Sistem Manajemen K3;


11) Sertifikat adalah bukti pengakuan tingkat pemenuhan penerapan peraturan
perundangan Sistem Manajemen K3;
12) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan.
2) Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen K3
Pasal 2
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsusr
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
3) Penerapan Sistem Manajemen K3
Pasal 3
1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau
lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan
Sistem Manajemen K3.
2) Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan
oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Pasal 4
1) Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,
Perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a) Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
38

b) Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan


keselamatan dan kesehatan kerja;
c) Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan
kerja;
d) Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
e) Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja.
2) Pedoman penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Menteri ini.
3) Audit Sistem Manajemen K3
Pasal 5
1) Untuk pembuktian penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud pasal
4, perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk oleh
Menteri.
2) Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
unsur-unsur sebagai berikut :
a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen ;
b) Strategi pendokumentasian ;
c) Peninjauan ulang desain dan kontrak ;
d) Pengendalian dokumen ;
e) Pembelian ;
f) Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3 ;
g) Standar Pemantauan ;
h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan ;
i) Pengelolaan material dan pemindahannya ;
j) Pengumpulan dan penggunaan data ;
39

k) Pemeriksaan sistem manajemen ;


l) Pengembangan keterampilan dan kemampuan;
3) Perubahan atau penambahan sesuai perkembangan unsur-unsur sebagaimana
dimaksud ayat (2) diatur oleh Menteri.
4) Pedoman teknis audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini.
5) Kewenangan Direktur
Pasal 6
Direktur berwenang menetapkan perusahaan yang dinilai wajib untuk diaudit
berdasarkan pertimbangan tingkat risiko bahaya.
6) Mekanisme Pelaksanaan Audit
Pasal 7
1) Audit Sistem Manajemen K3 dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam
tiga tahun.
2) Untuk pelaksanaan audit, Badan Audit harus :
a) Membuat rencana tahunan audit
b) Menyampaikan rencana tahunan audit kepada Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk, pengurus tempat kerja yang akan diaudit dan Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setempat ;
c) Mengadakan koordinasi dengan Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja
setempat ;
3) Pengurus tempat kerja yang akan diaudit wajib menyediakan dokumen-dokumen
yang diperlukan untuk pelaksanaan audit Sistem Manajemen K3.
Pasal 8
1) Badan Audit wajib menyampaikan laporan audit lengkap kepada Direktur dengan
tembusan yang disampaikan kepada pengurus tempat kerja yang diaudit.
2) Laporan audit lengkap sebagaimana dimaksud ayat (1) menggunakan formulir
ebagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan Menteri ini.
40

3) Setelah menerima laporan Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud


ayat (2), Direktur melakukan evaluasi dan penilaian.
4) Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat (3), Direktur
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan sertifikat dan bendera penghargaan sesuai dengan tingkat
pencapaiannya atau;
b) Menginstruksikan kepada Pegawai Pengawas untuk mengambil tindakan
apabila berdasarkan hasil audit ditemukan adanya pelanggaran atas peraturan
perundangan.
7) Sertifikat K3
Pasal 9
1) Sertifikat sebagaimana dimaksud pasal 8 ayat (4) huruf a), ditanda tangani oleh
Menteri dan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
2) Jenis sertifikat dan bendera penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran IV Peraturan Menteri ini.
8) Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 10
Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan Sistem Manajemen K3 dilakukan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
9) Pembiayaan
Pasal 11
Biaya pelaksanaan audit Sistem Manajemen K3 dibebankan kepada perusahaan yang
diaudit.

41

TUJUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Sasaran keselamatan kerja adalah:

Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.


Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
Mencegah/ mengurangi kematian.
Mencegah/mengurangi cacat tetap.
Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-

alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.


Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi
lainnya.
Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
Manusia (pekerja dan masyarakat)
Benda (alat, mesin, bangunan dll)
Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan)
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Menurut perundang undangan Timor Leste menjelaskan bahwa yang sekarang ini
di terapkan guna meminimisasikan resiko di lokasi proyek atau lokasi pabrik.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan


Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
42

Memberi pertolongan pada kecelakaan


Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan gelora.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.


Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang,

tanaman atau barang.


Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

PENGENALAN BAHAYA PADA AREA KERJA


Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja diperusahaan/industri,
manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena musibah, namun sebenarnya
setiap kecelakaan disebabkan oleh salah satu faktor sebagai berikut, baik secara
sendirisendiri atau bersama-sama, yaitu:

Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)


Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

43

KEADAAN TIDAK AMAN DARI LINGKUNGAN KERJA

(UNSAFE

CONDITION)
Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman, bising dan
alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi atau
pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata ruang kerja/
kebersihan dan lain-lain).
APAKAH KECELAKAAN DAPAT DICEGAH?
Akhirnya timbul pertanyaan apakah kecelakaan yang merugikan itu dapat dicegah?
Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:
Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan maka kecelakaan dapat
dicegah.
BAGAIMANA MENGATASI LINGKUNGAN LINGKUNGAN YANG TIDAK
AMAN?
Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.
Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi
tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control
dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang
seksama terhadap lingkungan kerja.
44

PROSEDUR KESELAMATAN KERJA DI PERBENGKELAN OTOMOTIF.


Kenakan celana tanpa kantong yang tidak tertutup karena kantong celana dapat
menyebabkan kemasukan bunga api atau zat-zat yang merugikan.
Kenakan sepatu yang sesuai dan rawat baik-baik (dalam kondisi baik). Sepatu
usahakan bersol kuat atau bersol baja yang di tengahnya dapat melindungi dari luka
akibat benda tajam dan paku yang menonjol. Perlindungan utama terhadap benda,
sepatu bersol baja di tengahnya melindungi dari kejatuhan benda-benda berat.
Jaga rambut panjang dengan topi atau penutup kepala yang rapat seperti disarankan
dalam peraturan. Apabila rambut anda panjang dapat dengan mudah tersangkut mesin,
misal mesin bor, beberapa orang terluka karena itu.
Jangan memakai cincin atau jam karena sangat berbahaya hingga anda dapat
kehilangan jari-jari. Ketika bekerja pada kendaraan tersangkut mesin dapat
menyebabkan hubungan pendek arus listrik sehingga menyebabkan kebakaran.
Gunakan perlengkapan perlindungan pribadi yang sesuai dengan pekerjaan. Beberapa
peralatan perlindungan yang tersedia harus dikenakan secara benar pada semua situasi
kerja. Sehingga dapat menyelamatkan diri dari kemungkinan terluka. Pelajari tujuan
masing-masing nomor item atau barang pada tempat latihan yang tersedia, yang terdiri
atas helm pengaman, penutup muka, pelindung telinga, respirator, sarung tangan dan
apron.
Kenakan kaca mata penyelamat ketika menggunakan gerinda atau mesin bubut dan
beberapa tugas lainnya agar debu atau material tidak dapat masuk ke mata.
Hindari berbaring pada lantai beton atau lantai sejenis ketika bekerja di bawah
kendaraan. Gunakan selalu kain krep atau bahan penutup untuk berbaring karena
berhubungan dengan lantai dingin dapat merusak kesehatan, terutama dalam waktu
yang lama.

3.7 PAKAIAN PENGAMAN

45

Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:


Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang mungkin
ada.
Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidaknyamanannya harus
yang paling minim.
Kalau bentuknya tidak menarik, paling tidak harus dapat diterima.
Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan yang
terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan mesin.
Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk panas
dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu tinggi
seharusnya tidak dipakai.
Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikelpartikel panas terkait
di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
Overall katun memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas dan
karenanya overall katun adalah yang paling banyak digunakan sebagai pakaian
kerja.
Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang mempunyai
kemungkinan besar menimbulkan bahaya karena mereka itu dapat dimakan
mesin, dan akan menyebabkan kecelakaan jika para pekerja tetap memakainya.
Jam tangan dan cincin menambah masalah pada bahan kimia dan panas dengan
berhenti menghilangkan bahaya.
KESELAMATAN KERJA PADA KELISTRIKAN
Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat
bekerja dengan aliran listrik, berikut merupakan langkah-langkahnya :
Memasang / melengkapi alat penangkal petir pada lokasi lokasi kerja
tertentu (terbuka dan atau tinggi).
Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi:
Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
46

Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain : sepatu bot
dari bahan karet atau berisolasi dan tidak diperkenankan dengan kaki
telanjang.
Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu
bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik.
Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik
yang mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi
listrik yang dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik
lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan
terbuka atau tidak terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa
keadaan panel tersebut dan segera mengunci.
Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam
kondisi terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus
segera diperbaiki dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan
bahan isolator.
Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau
instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat
listrik.
Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik.
Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik
dalam kondisi mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel
atau switch on / off Aliran listrik Jangan Dihidupkan untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat aliran listrik yang
dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau pekerja.
Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus
sudah dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.

47

HAL-HAL

YANG

PERLU

DIPERHATIKAN

DALAM

MENGGUNAKAN

PAKAIAN KERJA
Kenakan pakaian yang tahan terhadap api, tertutup rapat, dan berkancingkan.
Kenakan katun atau wol dan sebagainya guna menghindari bahan buatan yang
mudah terbakar baik baju atas maupun baju bawah.
Baju yang longgar dan tidak berkancing atau t-shirt atau p berdasi, sabuk dapat
dengan mudah mengait putaran mesin.
Kancing harus ditutupi bahan penutup untuk mencegah kerusakan permukaan
ketika bekerja di atas tonggak atau penyangga dan sebagainya.

1. PAKAIAN KERJA
Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betulbetul cocok sehingga merasa senang dalam
pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan kancing yang menonjol
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus selalu tertutup,
kecuali terpaksa benar.
Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan kotoran pada
pakaian Anda akan mengotori kendaraan
2. SEPATU KERJA
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau alas
kaki yang mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya
lebih memungkinkan pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan
memakai sepatu boot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin serta berkulit
keras.
3. SARUNG TANGAN

48

Pada waktu mengangkat benda benda berat atau memindahkan pipa buang yang
panas dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada suatu
peraturan khusus yang mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan
biasa. Terutama pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar
mesin dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya tersangkutnya sarung
tangan pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal seperti ini sarung tangan
jangan dipakai.
4. Alat-alat pelindung anggota badan
Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu
melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb:
5. Alat pelindung mata,
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
6. Alat pelindung kepala
Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang berputar,
misalnya bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga rambut terlilit oleh
putaran bor atau rambut terkena percikan api.
7. Alat pelindung telinga
Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga penahan
bising dari letupan-letupan.
8. Alat pelindung hidung,
Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas beracun.
49

9. Alat pelindung tangan


Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan kebutuhannya, antara
lain:
a)

Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak

meleset.
b)

Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungin tangan terhadap

bahaya panas.
c)

Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam

pada saat mengangkat suatu barang.


d)

arung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam, seperti

vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya pembakaran
asam atau kepedasan cairan.
10. Alat pelindung kaki
untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia. Terdapat dua
jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa hanya
dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan untuk menginjak
permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.
11. Alat pelindung badan,
Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian biasa atau badan terhindar
dari percikan api, terutama pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju yang panjang akan melindungi tangan dari sinar api.

DASAR-DASAR KESELAMATAN LISTRIK

50

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen


Tenaga Kerja No.Per. 04/MEN?1988. Prinsip- prinsip keselamatan pemasangan
listrik Antara lain:
Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan
Mengundahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL)
Harus menggunakan tenaga terlatih
Bertanggungjawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga
kerjanya
Orang yang diserahi tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik harus ahli dibidang listrik, memahami
peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari instalasi yang berwenang.
ketentuan lain mengenai persyaratan Keselamatan Kerja Bidang
Ketenagalistrikan
instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji
sebelum dialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis listrik
instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung
jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan
pemasangan instalasi
harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak,
terutama untuk tegangan menegah dan atau tegangan tinggi yang dapat
mengakibatkan gangguan dan dapat menimbulkan kecelakaan
seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena
gangguan saja, tetapi juga pengaman , pelindung dan perlengkapannya
harus terpelihara dengan baik
jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami
kerusakan. Segera lakukan penggantian.
Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya
harus dibebaskan dari air, debu,arang dan zat asam, Antara lain dengan
cara penyaringan
Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh
sebab itu, harus sering dilakukan pengujian terhadapnya
Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja
dan bahan yang magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan
listrik
51

Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka atau


dilepas, harus dipasang kembali pada posisi awalnya
Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar didaerah yang dapat
membahayakan instalasi listrik
Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan
dan perluasan instalasi pada keadaan bertegangan, dan dalam keadaan
aman, perlengkapan listrik harus terpelihara dengan baik.

Tujuan khusus K3 bidang kelistrikan antara lain adalah:


1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai penggunaannya. Dalam
peraturan instalasi listrik dikenal 3 prisip dasar instalasi listrik yaitu
handal, aman, dan ekonomis. Handal artinya sistem instalasi dirancang
dengan baik, sehingga jarang terdapat gangguan; atau saat ada gangguan
dari luar, sistem dapat mengatasinya dengan baik. Aman artinya tidak
membahayakan bagi manusia, instalasi itu sendiri, dan lingkungan
sekitar. Dengan menerapkan keamanan dan keselamatan kerja tanpa
mengabaikan nilai ekonomis suatuinstalasi listrik, maka ketiga prinsip
tadi akan terpenuhi.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik:
Bahaya sentuhan langsung yang dimaksud sentuh langsung adalah pada
bagian aktif perlengkapan adalah sentuh langsung pada bagian aktif
instalasi listrik. Bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik adalah
bagian produktif yang merupakan bagian dar sirkuit listriknya, yang
dalam keadaan kerja normal umumnya bertegangan dan dialiri arus
listrik.
Bahaya sentuhan tidak langsung yaitu Adalah sentuh pada bagian
produktif terbuka, perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi
bertegangan akibat kegagalan isolasi. Kegagalan isolasi disebabkan oleh
beberapa sebab antara lain:
1. Pengaruh mekanik yang mengakibatkan rusaknya isolasi kabel
dan terhubung dengan bagian konduktif peralatan sehingga
bagian tesebut bertegangan yang seharusnya tidak bertegangan.
52

2. Menurunnya sifat isolasi dari kabel listrik pada bagian tertentu


sehingga mengakibatkan timbulnya kebocoran arus yang
mengenai bagian konduktif terbuka dari peralatan tersebut.
Bahaya kebakaran biasanya terjadi akibat adanya percikan api dari
hubung singkat. Namun dalam beberapa kasus, kebakaran juga timbul
akibat efek thermal dari sebuah penghantar dengan tingkat resistansi
tinggi yang dialiri arus dalam waktu yang cukup lama.

PERSYARATAN INSTALASI LISTRIK

Maksud dan tujuan persyaratan umum instalasi listrik ini adalah untuk
terselenggaranya dengan baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada
keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanaan
instalasi listrik beserta perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya terhadap
kebakaran akibat listrik.
Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai
perencanaan, pemasangan pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya. Persyaratan umum instalasi
listrik ini tidak berlaku untuk:
Bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya
digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat
Bagian dari instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan
telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik
Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan
kendaraan lain yang digerakkan secara mekanik
Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang
Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt dan
dayanya tidak melebihi 100 watt.

3.8 BAHAYA LISTRIK TERHADAP MANUSIA


53

Penyebab terjadinya kecelakaan listrik, diantaranya:


Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh
akan menimbulkan bahaya kejut
Jaringan dengan hantaran telanjang
Peralatan listrik yang rusak
Kebocoran listrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam,
apabila

terjadi kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada

rangka atau body


Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya
sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran
Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak ( stop kontak) dengan
kotak tusuk lebih satu (bertumpuk).

Jaringan listrik
Jaringan konduktor ( jaringan penghantar)
Jaringan Konduktor merupakan jaringan yang dapat menghantarkan
listrik dengan baik. Kelompok bahan yang dapat menghantarkan arus
listrik merupakan media yang sangat tepat untuk mengalirkan listrik,
contohnya: Tembaga, Platina, wolfram dan masih banyak lagi, umumnya
bahan logam dapat di aliri arus yang bermuatan listrik.
Jaringan Isolator ( jaringan penyekat)
Jaringan isolator atau penyekat merupakan jaringan yang mempunyai
kemampuan untuk menyakat atau menghambat aliran listrik. Bahanbahan yang dapat digunakan untuk menghambat atau mencegah aliran
listrik pada bagian yang tidak diinginkan, contohnya: kertas, kayu
kering, plastic, kaca, karet dan lainnya.
Terjadinya Kejut Listrik dan Akibatnya
Bagaimana listrik dapat mengalir melalui tubuh manusia ?
Hantaran untuk menyalurkan arus listrik terdiri dari hantaran fase (L)
dan Netral (N). apabila orang berdiri diatas tanah, menyentuh fase, maka

54

arus listrik mengalir melalui tubuh manusia ke kaki terus ke tanah


(menuju potensial rendah).
Perbedaan Tingkat Kejut Listrik
Hal- hal yang menyebabkan perbedaan tingkatan kejut listrik tersebut
Antara lain:
Besar arus : arus listrik maksimal yang diizinkan mengalir kedalam
tubuh manusia adalah 30 mA (PUIL)
Jalur masuknya arus kedalam tubuh : contohnya kejut listrik dari tangan
ke organ yang lain melalui dada akan fatal karena menyebabkan arus
mengalir pada organ penting seperti jantung dan bisa menyebabkan
detak jantung berhenti
Lamanya sengatan listrik : semakin lama kejut listrik terjadi maka
semakin parah kondisi tubuh
Besar tegangan : tegangan diatas 50 V AC atau 120 V DC (PUIL)
merupakan batas maksimal bahaya untuk tubuh manusia.
Pertolongan Pertama pada Korban Lecelakaan Listrik
Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya lemas
karena arus listrik mengalir pada bagian tubuhnya. Kejut listrik juga
dapat mematikan korban.
Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut
listrik tersebut:
Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MBC lokasi atau
menghubungsingkatkan sikrit, atau mencabut tusuk kontak dari kotak
kontaknya.
Jika tegangan tidak dapat dimatikan, cepat lepaskan korban dari kontak
listrik dengan menggunakan alat-alat ini : kayu kering, tali yang kuat
atau kering, sabuk kulit, baju kering atau bahkan dengan menendang
dengan sepatu kulit
Jauhkan korban dari area tersebut
Perhatikan kondisi korban, apakah masih bernafas atau sudah tidak.
Lakukan PERNAFASAN BUATAN bila korban tidak bernafas lagi
Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban harus
ditutupi selimut agar hangat sebelum dilakukan pertolongan lain bila
perlu.
Pernafasan Buatan
Dilakukan dalam pertolongan kecelakaan kerja
55

Penyelamatan korban kejut listrik dapat mengagetkan korban dan

memberikan nafas buatan.


Pertolongan Pertama pada Korban Luka Bakar
Langkah-langkah untuk menolong korban terbakar adalah:
Cegah orang tersebut untuk berlari-lari;
Lemparkan ke tanah;
Matikan nyala api dengan membungkusnya dengan selimut atau

mengguling-gulingkan badannya ketanah;


Bekas pakaian yang menempel pada kulit jangan dilepas dahulu;
Kulit yang melepuh jangan dipecahkan;
Balut luka dengan pembalut khusus (konsteril) dengan longgar (hal ini
tidak perlu bila lukanya sangat luas);
Jangan gunakan tepung, minyak, atau salep untuk luka bakar
Baringkan korban dengan kepala lebih rendah, dan;
Segera larikan kerumah sakit terdekat
3.9 PERSYARATAN INSTALASI LISTRIK
Maksud dan tujuan persyaratan umum instalasi listrik ini adalah untuk
terselenggaranya dengan baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada
keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanaan
instalasi listrik beserta perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya terhadap
kebakaran akibat listrik.
Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai
perencanaan,

pemasangan

pemeriksaan

dan

pengujian,

pelayanan,

pemeliharaan maupun pengawasannya. Persyaratan umum instalasi listrik ini


tidak berlaku untuk:
Bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya digunakan
untuk menyalurkan berita dan isyarat
Bagian dari instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi
dan pelayanan kereta rel listrik
Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan
lain yang digerakkan secara mekanik
Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang

56

Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt dan
dayanya tidak melebihi 100 watt.
Cara pencegahan kecelakaan:
Memberitahukan terlebih dahulu Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang
dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk

bahaya kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.


Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya
Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja
Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan
Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi
Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan
di perusahaan
Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
Perlengkapan dan Pakaian Pelindung Pekerja serta Program di Tempat Kerja
1) Perlengkapan dan Pakaian Pelindung Pekerja
Perlengkapan dan pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pekerja dari kontak
langsung dengan bahan kimia atau perantaranya yang dapat membahayakan
kesehatan.
Pelindung telinga : Pelindung telinga atau sumbat melindungi pendengaran dari
bahaya tingkat kebisingan. Bentuk pelindung pendengaran, sesuai untuk tempat
kerja dan pekerjaan, dan seharusnya dipilih berdasarkan ukuran tingkat kebisingan
pada lokasi kerja.
Pelindung mata : Kaca mata, kaca pengaman, perisai muka dan helm dapat
57

melindungi sensitif area mata dari kerusakan. Kaca plastik yang tahan tumbukan
dan perisai muka akan melindungi dari pecahan yang beterbangan serta perisai
tahan zat kimia diperlukan ketika menangani bahan kimia. Masker las dipakai
dengan benar untuk pengelasan. Masker las dan perisai seharusnya tidak berkabut.
Pelindung kulit : Sarung tangan pengaman dan krim pelapis melindungi kulit
dari kerusakan dan menahan peresapan bahan kimia kedalam tubuh. Pakaian kerja
dari kulit atau metalik cocok melindungi seluruh tubuh dan jas kerja digunakan
untuk melindungi badan. Pakaian harus di pas dengan baik.
Pelindung pernafasan : Penutup muka, saringan udara dan alat pernafasan engan
pembersih udara digunakan untuk melindungi paru-paru dan sistim pernafasan.
Alat pernafasan harus dipaskan secara perorangan dan dipilih sesuai kondisi
tempat kerja.
Penyaring yang benar diperlukan pada alat pernafasan, tergantung apakah pekerja
kontak dengan bahan kimia, debu, serat atau jenis kotoran lainnya. Alat pernafasan
seharusnya diperiksa setiap waktu sebelum digunakan. Alat pernafasan seharusnya
diperiksa secara tetap untuk kebersihan umumnya dan khususnya kerusakan katup,
lembaran penutup, seal, peluru, tali pengikat dan penjepit. Alat ini harus dibersihkan
sesudah digunakan untuk menghindari penularan dan disimpan pada kantong plastik
tertutup.
Pelindung kaki : Sepatu boot (safety boots) melindungi kaki
Pelindung kepala : Jaring rambut dan penutup, menjaga rambut pada tempat
kerja sehingga tidak membahayakan.
Tempat lemari uap (fume cabinets), pancuran air untuk keselamatan (safety
showers) dan pencuci mata darurat (emergency eye wash) juga disediakan sebagai
penjagaan pertama dalam kasus kegagalan pelindung. Pakaian pelindung,
perlengkapan (seperti alat pernafasan dan lemari uap) dan fasilitas dasar pertolongan
pertama seharusnya tersedia ditempat kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu :
Pelindung Kepala
Pelindung mata dan wajah
Pelindung tangan
58

Pelindung badan
Pelindung telinga
Alat Bantu pernapasan
Sabuk Pengaman
Pelindung kaki
Dasar-Dasar Instalasi Listrik
Standarisasi dan Persyaratan
Tujuan standarisasi ialah mencapai keseragaman antara lain mengenai
1. Ukuran , bentuk dan mutu barang.
2. Cara menggambar dan cara kerja
Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis barang
yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan.
Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak.
Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dn alat-alat dapat dipergunakan
secara lebih baik dan lebih efisien, sehingga dapat menurunkan harga pokok
dan meningkatkan mutu.
Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan.
Peraturan umum untuk instalasi cahaya dan tenaga.
Semua alat hubung dan perlangkapan pembagi pesawat listrik,
motor listrik, hantaran dari alat-alat harus memenuhi peraturan
dan pemeriksaan yang berlaku untuk itu.
Hal tersebut di atas tidak berlaku untuk tegangan yang lebih dari
pada yang ditetapkan.
Tegangan untuk instalasi penerangan arus bolak-balik tidak boleh
lebih tinggi dari 300 volt terhadap tanah.
Instalasi harus terdiri dari paling sedikit dua golongan. Terkecuali
jika instalasi tersebut tidak lebih dari 6 titik hubung. Tiap
golongan tidak lebih dari 12 titik hubung, untuk pemasangan
yang baru tidak lebih dari 10 titik. Ketentuan di atas tidak berlaku
59

untuk penerangan reklame, pesta dan yang bersifat istimewa


seperti pada toko.
Setiap golongan penerangan, pembagian arusnya harus sama rata
pada bagian fasenya.
Instalasi Rumah Tinggal
Untuk pemasangan suatu instalasi listrik lebih dahulu harus dibuat gambargambar rencananya berdasarkan denah bangunan, dimana instalasinya akan dipasang
jika spesifikasinya dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pihak bangunan /
pemesan.Harus diperhatikan spesifikasi dan syarat pekerjaan ini menguraikan syarat
yang harus dipenuhi pihak pemborong, antara lain mengenai pelaksanaannya material
yang digunakan,waktu penyerahannya dan sebagainya.Gambar-gambarnya harus jelas,
mudah dibaca dan dimengerti. Gambar denah bangunannya
biasanya disederhanakan. Dinding-dindingnya digambar dengan garis tunggal agar
tipis,saluran-saluran listriknya karena lebih penting maka digambar lebih tebal.
Supaya gambarnya rapi harus dipilih tebal garis yang tepat.Menurut ayat 401B3,
gambar-gambar yang diperlukan yaitu :Gambar situasi, untuk menyatakan letak
bangunan dimana sintalasinya akan dipasang, serta rencana penyambungan dengan
jaringan PLN.

BAB IV
PENUTUP
60

4.1 Kesimpulan
Dengan memperhatikan kecelakaan apa saja yang dapat terjadi di bidang
kelistrikan serta penanganan maupun pencegahannya dapat mengurangi rasa trauma
bagi para pekerja yang telah mengalami kecelakaan maupun dapat menenangkan para
pekerja yang dapat bekerja dengan aman sehingga dapat mengoptimalkan waktu kerja
dan mengefisiensikan hasil kerja dengan baik serta dapat menunjang karir para
pekerja terutama pekerjaan yang menyangkut bidang kelistrikan. K3 Elektrikal
adalah hal yang tidak boleh terlepas dari pekerjaan instalasi perpipaan penyediaan air
bersih dan pembuangan air kotor, pengolahan limbah dan sanitasi, instalasi listrik,
instalasi sistem pengkondisian udara, instalasi lift dan sebagainya. Karna begitu
pentingnya maka pemerintah melalui Menteri Tenaga kerja telah membuat peraturan
dan keputusan mengenai hal tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi
resiko akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja.

4.2 Saran
Beberapa keputusan menteri tenaga kerja ada yang harus di revisi karna
peralatan sekarang ini telah bertambah modern. Dengan berjalannya waktu keamanan
dan kenyaman dalam melakukan pekerjaan semakin di tingkatkan. Disini penulis
hanya member saran agar supaya para pengusaha dan tenaga kerja yang bergerak di
bidang mekanikal dan elektrikal semakin memperhatikan pekerjaan dan untuk pekerja,
setidaknya harus memiliki pengalaman untuk di pekerjakan di bidang ini.

4.3 Daftar pustaka


1. http://www.pdfwindows.com/pdf/manajemen-k3-bidang-listrik/
2. http://kamuslistrik.blogspot.com/2010/02/ertolongan-terhadap-korbansengatan.html
3. http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&cd=4&ved=0CCsQFjAD&url=http%3A%2F
61

%2Fwww.lintassolusiprima.com%2Fdownload%2Fbrosur%2Foc%2FElectrical
%2520Safety%2520%26%2520LOTO
%2520Procedures.pdf&rct=j&q=prosedur%20p3k%20pada%20bidang
%20kelistrikan&ei=DPIYTrT2MYr5rQeWtczPAQ&usg=AFQjCNHy1EXSSXISOFYNtKZeVefY8tgKw&cad=rja
4. http://qodirnet.blogspot.com/2009/12/efek-sengatan-listrik.html
5. http://instalasilistrik.net/efek-bahaya-arus-listrik/
6. http://instalasilistrik.net/tindakan-preventif-untuk-mencegah-bahaya-listrik/

62

Anda mungkin juga menyukai