DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................5
BAB II
LANDASAN TEORI.........................................................................................6
BAB III
Pembahasan
3.1 Aspek pencegahan pada kecelakaan di bidang kelistrikan .......................... 9
3.2 Efek arus listrik pada tubuh manusia.......................................................... 14
3.3 Faktor yang menentukan efek arus listrik pada tubuh manusia................. 17
3.4 Lima tahap aman pada pekerjaan linstalasi listrik...................................... 20
3.5 pedoman (P3K) di bidang kelistrikan..........................................................21
3.6 Undang undang K3 kelistrikan................................................................... 23
3.7 Pakaian pengaman...................................................................................... 46
3.8 Bahaya listrik terhadap manusia................................................................. 55
3.9 Persyaratan instalasi listrik..........................................................................58
BAB IV
Penutup
4.1 kesimpulan ..................................................................................................63
4.2 saran............................................................................................................ 63
4.3 daftar pustaka...............................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengapa diperlukan sebuah pedoman untuk kesehatan dan keselamatan kerja
dalam sebuah tindakan terutama di bidang kelistrikan? Seberapa perlukah itu?
Bukannya hal itu akan muncul dengan sendirinya tanpa dibutuhkan sebuah
pegangan?
Mungkin ada segelintir orang yang akan berasumsi seperti di atas ketika di
paparkan sebuah pembahasan yang seakan di pentingkan mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja atau di biasa di sebut K3 terutama di bidang kelistrikan.
Tapi ada juga sebagian lagi bahkan mungkin sebagian besar dari mereka
berasumsi sebaliknya yang mengatakan bahwa K3 itu sangatlah penting dalam
dunia kerja terutama bagi mereka yang tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak
mereka inginkan tentunya maupun yang sudah mereka saksikan, entah itu
pengalaman sendiri maupun yang terjadi pada orang lain yang telah mereka
saksikan.
Hingga mereka-mereka yang beranggapan bahwa K3 di bidang kelistrikan itu
saling mengusung untuk merampungkan apa-apa saja yang sangat dibutuhkan
untuk menunjang keselamatan kerja dengan mempertimbangkan berbagai hal
yang mungkin saja terjadi di bidang kelistrikan.
Hingga saat ini sering terjadi kecelakaan kerja di bidang industri kelistrikan
yag dapat menyebabkan kematian pada lapangan kerja. Bahkan hingga saat ini,
kecelakaan kerja di bidang industri menjadi momok yang menakutkan di
kalangan pekerja industri.
Maka untuk membantu mereka yang takut akan kejadian itu ataupun yang
trauma maka memang sangat penting di paparkannya Kesehatan dan
3
Keselamatan Kerja di bidang kelistrikan itu guna menunjang karir para pekerja
supaya tidak perlu lagi merasa takut jika mengikuti setiap keselamatan yang di
beri tahukan.
Disini akan lebih ke listrik dimana listrik ini sendiri merupakan aliran electron
dari sebuah objek melalui konduktor (penghantar listrik yang baik), electron juga
merupakan partikel terluar dari atom yang bermuatan negatif.
Perasaan takut ataupun trauma dari serangan listrik yaitu adanya merusakan
yang disebabkan oleh aliran listrik yang tinggi maupun rendah yang mengaliri
tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun terganggunya fungsi organ.
Namun tingkat cedera dari kecelakaan itu tergantung pada beberapa faktor,
antara lain jenis atau kuat arus listrik, tegangan, ketahanan tubuh terhadap arus
listrik dan lamanya tubuh terkena paparan arus listrik.
Oleh karena itu, sangat diperlukan pengetahuan dan penerapan ilmu tentang
kesehatan dan keselamatan kerja pada bidang industry kelistrikan yang bertujuan
untuk menekan serendah mungkin tingkat resiko kecelakaan kerja yang terjadi
pada pekerja sehingga efisiensi hasil kerja lebih optimal.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal
yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh
penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya
pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani
maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
4
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin,
pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga
terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu
masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik
kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan,
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai faktor keselamatan dan
kesehatan kerja pada bidang kelistrikan. Dimana hal ini sangat perlu untuk
diterapkan dalam pekerjaan yang di maksud di atas. Hal yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pada
BAB II
5
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
Seringkali kita dengar berita ada kecelakan di tempat kerja. Lebih-lebih
kecelakaan kerja di Proyek. Menurut beberapa sumber terungkap bahwa sektor
konstruksi menjadi penyumbang tertinggi kecelakaan kerja bila dibanding
dengan sektor lain.
Pada kesempatan ini akan kami sajikan beberapa teori tentang kecelakaan
kerja menurut beberapa ahli, antara lain :
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu :
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 ).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau
situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya
kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah
satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai
penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung
harus dapat diketahui secara detail.
4. Teori Domino Terbaru
6
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat
lubang dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihanpelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut:
kecelakaan kerja ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/nonmaterial) yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Aspek pencegahan pada kecelakaan di bidang kelistrikan
SAFE adalah aman atau selamat. Safety menurut kamus besar tata bahasa
Indonesia yang telah diterjema dalam bahasa Indonesia adalah mutu suatu
keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan kecelakaan.Keselamatan kerja
atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang
aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian,
baik harta maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja.
Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik
jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.
Mencegah terjadinya kecelakaan adalah hal yang lebih penting dibandingkan
dengan mengatasi terjadinya kecelakaan hal ini disebabkan karena kecelakaan
dapat merugikan berupa material dan dapat menimbulkan kematian.oleh sebab itu
pencegahan jauh lebih penting di bandingkan mengatasi kecelakaan.
Dengan demikian kecelakaan dapat dicegah dengan cara sebagai berikut
A. Proteksi dari kejut listrik
- Proteksi dari sentuhan langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa
timbul karena sentuhan dengan bagian aktif instalasi (sentuh langsung)
dengan salah satu cara di bawah ini:
a) mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak;
b) membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan sampai suatu nilai
yang lebih kecil
- Proteksi dari sentuh tak langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa
timbul karena sentuhan dengan bagian konduktif terbuka dalam keadaan
gangguan (sentuh tak langsung) dengan salah satu cara di bawah ini:
a) mencegah mengalirnya arus gangguan melalui badan manusia atau
ternak;
b) membatasi arus gangguan yang dapat mengalir melalui badan sampai
suatu nilai yang lebih kecil dari arus kejut listrik;
9
10
Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus
dicegah dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan antara
bagian aktif sirkit yang disuplai dengan tegangan yang berbeda.
Manusia dan ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus
dicegah dari kerusakan akibat adanya tegangan yang berlebihan yang
mungkin timbul akibat
benda-benda
dan
bangunan
dari
bahaya
instalasi
listrik
tidak
membahayakan
jiwa
manusia,maka
12
badan
meliputi
pelindung
14
BESAR ARUS
KONDISI KORBAN
0,5 mA
Tidak terasa
3 mA
Mulai kejang
15 mA
40 mA
Otot kejang
Diatas 80 mA
frekuensi arus AC tinggi, tubuh akan sulit merasakan siklus dimana tegangan
AC mencapai 0 volt.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa arus AC lebih berbahaya 3-5
kali lipat dibandingkan arus DC pada tegangan yang sama. Ketika tersengat
listrik arus DC otot cenderung akan berkontraksi sehingga mampu
melepaskan diri dari hubungan. Sedangkan pada arus AC, arus berbalik arah
50 kali per detik sehingga otot tidak mampu berkontraksi satu arah, tetapi
justru bolak-balik dan cenderung menjadi kejang pada titik hubungan,
selama korban masih sadar hubungan tidak akan bisa lepas.
Ditinjau dari kapasitas terjadinya kasus tersengat listrik, arus AC
cenderung lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Selama ini lebih banyak
orang yang tersengat arus AC (listrik rumah) dari pada arus DC. Namun,
pendapat tersebut tidak berlaku lagi jika tegangan yang dimiliki suatu aliran
listrik bernilai kecil. Sesuai pendapat yang pertama tentu arus DC lebih
berbahaya pada kondisi ini.
3.4 Lima Langkah Aman Bekerja Pada Instalasi listrik
Bekerja tanpa memutus/mencabut
arus yang masuk, akan sangat
berbahaya.
19
Instalasi
tanpa
hubungan/kontak
20
memungkinkan,
singkirkan
21
penghantar
listrik
dengan
Dasar Hukum
Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang
Lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi
acuan mengenai K3 yaitu:
Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan, Kewajiban dan
Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban Pengurus dan
Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari UU ini adalah, Ruang lingkup
pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3 unsur:
a. Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha,
b. Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana
c. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Dalam Penjelasan UU No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi tetapi
Usaha yang bermotif social pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang
menggunakan Instalasi Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya (potensi
bahaya tersetrum, korsleting dan kebakaran dari Listrik dan peralatan
Mesin lainnya).
Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan 19
Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi
(menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk
Indonesia (sumber: www.ILO.org). Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO
Convention No. 81 ini, salah satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951
dan UU No. 1 Tahun 1970 keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian
profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam
pasal 4 dan pasal 6 Konvensi tersebut) sumber dari Tambahan Lembaran Negara RI
No. 4309.
Ketiga, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf
5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat
23
Pasal 3
1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu,kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun phychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
danproses kerjanya .
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut pada ayat
27
(1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknik dan teknologi serta
pendapat baru di kemudian hari.
Pasal 4
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemakaian,
penggunaan pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup
bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat
perlindungan, pengujian dan pengesahan pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut pada ayat
(1) dan (2), dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan kerja tersebut.
4) Pengawasan
Pasal 5
1) Direktur melakukan pengawasan umum terhadap undang-undang ini, sedang para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu
pelaksanaannya.
2) Wewenangan dan kewajiban direktur, pegawai pengawasan dan ahli keselamatan
kerja dalam melaksanakan undang-undang ini diatur dengan peraturan
perundangan.
Pasal 6
1) Barang siapa tidak dapat menerima direktur dapat mengajukan permohonan
28
keselamatan kerja.
(2) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
(3) Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan
(4) Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
(5) Menyertakan keberatan kerja pada pekerja dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas
yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
9) Kewajiban bila memasuki tempat kerja.
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan menaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
10) Kewajiban Pengurus
Pasal 14.
Pengurus diwajibkan :
(1) Secara tertulis menempatkan di tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat
yang mudah dilihat dan dibaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
(2) Memasang di tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
(3) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
31
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai petunjuk-petunjuk
yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kecelakaan
1) Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
(1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
(2) Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang potensial, yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,
peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
(3) Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber-sumber bahaya.
(4) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
(5) Pegawai pengawas adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat
(5) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
(6) Pengurus adalah :
a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri ;
b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dirmaksud dalam huruf a) dan b)
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
32
Pasal 12
Pengurus atau pengusaha yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 4 ayat (1),
diancam dengan hukuman sesuai dengan ketentuan pasal 15 ayat (2) UU No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5) Pengawasan
Pasal 13
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan.
6) Ketentuan Penutup
Pasal 14
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ini, maka formulir bentuk 3 KK2 dalam
Peraturan Menteri No. PER-04/MEN/1993 dan Peraturan Menteri No. PER05/MEN/1993 dinyatakan tidak berlaku.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
36
krja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif;
2) Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;
3) Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan
suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai
kebijakan dan tujuan perusahaan;
4) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan
tujuan mencari laba atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara;
5) Direktur ialah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970;
6) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknik berkeahlian khusus
dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri;
7) Pengusaha adalah :
a) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keperluan itu mepergunakan tempat kerja;
b) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mepergunakan tempat kerja;
c) Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada huruf a) dan b), jika kalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
8) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung tempat kerja
atau lapangan yang berdiri sendiri;
9) Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat;
10) Laporan Audit adalah hasil audit yang dilakukan oleh Badan Audit yang berisi
fakta yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit di tempat kerja sebagai dasar
37
41
43
(UNSAFE
CONDITION)
Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman, bising dan
alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi atau
pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata ruang kerja/
kebersihan dan lain-lain).
APAKAH KECELAKAAN DAPAT DICEGAH?
Akhirnya timbul pertanyaan apakah kecelakaan yang merugikan itu dapat dicegah?
Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:
Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan maka kecelakaan dapat
dicegah.
BAGAIMANA MENGATASI LINGKUNGAN LINGKUNGAN YANG TIDAK
AMAN?
Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.
Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi
tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control
dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang
seksama terhadap lingkungan kerja.
44
45
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain : sepatu bot
dari bahan karet atau berisolasi dan tidak diperkenankan dengan kaki
telanjang.
Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu
bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik.
Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik
yang mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi
listrik yang dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik
lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan
terbuka atau tidak terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa
keadaan panel tersebut dan segera mengunci.
Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam
kondisi terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus
segera diperbaiki dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan
bahan isolator.
Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau
instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat
listrik.
Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik.
Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik
dalam kondisi mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel
atau switch on / off Aliran listrik Jangan Dihidupkan untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat aliran listrik yang
dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau pekerja.
Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus
sudah dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.
47
HAL-HAL
YANG
PERLU
DIPERHATIKAN
DALAM
MENGGUNAKAN
PAKAIAN KERJA
Kenakan pakaian yang tahan terhadap api, tertutup rapat, dan berkancingkan.
Kenakan katun atau wol dan sebagainya guna menghindari bahan buatan yang
mudah terbakar baik baju atas maupun baju bawah.
Baju yang longgar dan tidak berkancing atau t-shirt atau p berdasi, sabuk dapat
dengan mudah mengait putaran mesin.
Kancing harus ditutupi bahan penutup untuk mencegah kerusakan permukaan
ketika bekerja di atas tonggak atau penyangga dan sebagainya.
1. PAKAIAN KERJA
Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betulbetul cocok sehingga merasa senang dalam
pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan kancing yang menonjol
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus selalu tertutup,
kecuali terpaksa benar.
Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan kotoran pada
pakaian Anda akan mengotori kendaraan
2. SEPATU KERJA
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau alas
kaki yang mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya
lebih memungkinkan pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan
memakai sepatu boot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin serta berkulit
keras.
3. SARUNG TANGAN
48
Pada waktu mengangkat benda benda berat atau memindahkan pipa buang yang
panas dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada suatu
peraturan khusus yang mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan
biasa. Terutama pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar
mesin dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya tersangkutnya sarung
tangan pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal seperti ini sarung tangan
jangan dipakai.
4. Alat-alat pelindung anggota badan
Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu
melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb:
5. Alat pelindung mata,
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
6. Alat pelindung kepala
Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang berputar,
misalnya bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga rambut terlilit oleh
putaran bor atau rambut terkena percikan api.
7. Alat pelindung telinga
Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga penahan
bising dari letupan-letupan.
8. Alat pelindung hidung,
Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas beracun.
49
meleset.
b)
bahaya panas.
c)
Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam
arung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam, seperti
vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya pembakaran
asam atau kepedasan cairan.
10. Alat pelindung kaki
untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia. Terdapat dua
jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa hanya
dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan untuk menginjak
permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.
11. Alat pelindung badan,
Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian biasa atau badan terhindar
dari percikan api, terutama pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju yang panjang akan melindungi tangan dari sinar api.
50
Maksud dan tujuan persyaratan umum instalasi listrik ini adalah untuk
terselenggaranya dengan baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada
keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanaan
instalasi listrik beserta perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya terhadap
kebakaran akibat listrik.
Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai
perencanaan, pemasangan pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya. Persyaratan umum instalasi
listrik ini tidak berlaku untuk:
Bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya
digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat
Bagian dari instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan
telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik
Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan
kendaraan lain yang digerakkan secara mekanik
Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang
Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt dan
dayanya tidak melebihi 100 watt.
Jaringan listrik
Jaringan konduktor ( jaringan penghantar)
Jaringan Konduktor merupakan jaringan yang dapat menghantarkan
listrik dengan baik. Kelompok bahan yang dapat menghantarkan arus
listrik merupakan media yang sangat tepat untuk mengalirkan listrik,
contohnya: Tembaga, Platina, wolfram dan masih banyak lagi, umumnya
bahan logam dapat di aliri arus yang bermuatan listrik.
Jaringan Isolator ( jaringan penyekat)
Jaringan isolator atau penyekat merupakan jaringan yang mempunyai
kemampuan untuk menyakat atau menghambat aliran listrik. Bahanbahan yang dapat digunakan untuk menghambat atau mencegah aliran
listrik pada bagian yang tidak diinginkan, contohnya: kertas, kayu
kering, plastic, kaca, karet dan lainnya.
Terjadinya Kejut Listrik dan Akibatnya
Bagaimana listrik dapat mengalir melalui tubuh manusia ?
Hantaran untuk menyalurkan arus listrik terdiri dari hantaran fase (L)
dan Netral (N). apabila orang berdiri diatas tanah, menyentuh fase, maka
54
pemasangan
pemeriksaan
dan
pengujian,
pelayanan,
56
Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt dan
dayanya tidak melebihi 100 watt.
Cara pencegahan kecelakaan:
Memberitahukan terlebih dahulu Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang
dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk
kesehatan kerja
Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan
Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi
Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan
di perusahaan
Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
Perlengkapan dan Pakaian Pelindung Pekerja serta Program di Tempat Kerja
1) Perlengkapan dan Pakaian Pelindung Pekerja
Perlengkapan dan pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pekerja dari kontak
langsung dengan bahan kimia atau perantaranya yang dapat membahayakan
kesehatan.
Pelindung telinga : Pelindung telinga atau sumbat melindungi pendengaran dari
bahaya tingkat kebisingan. Bentuk pelindung pendengaran, sesuai untuk tempat
kerja dan pekerjaan, dan seharusnya dipilih berdasarkan ukuran tingkat kebisingan
pada lokasi kerja.
Pelindung mata : Kaca mata, kaca pengaman, perisai muka dan helm dapat
57
melindungi sensitif area mata dari kerusakan. Kaca plastik yang tahan tumbukan
dan perisai muka akan melindungi dari pecahan yang beterbangan serta perisai
tahan zat kimia diperlukan ketika menangani bahan kimia. Masker las dipakai
dengan benar untuk pengelasan. Masker las dan perisai seharusnya tidak berkabut.
Pelindung kulit : Sarung tangan pengaman dan krim pelapis melindungi kulit
dari kerusakan dan menahan peresapan bahan kimia kedalam tubuh. Pakaian kerja
dari kulit atau metalik cocok melindungi seluruh tubuh dan jas kerja digunakan
untuk melindungi badan. Pakaian harus di pas dengan baik.
Pelindung pernafasan : Penutup muka, saringan udara dan alat pernafasan engan
pembersih udara digunakan untuk melindungi paru-paru dan sistim pernafasan.
Alat pernafasan harus dipaskan secara perorangan dan dipilih sesuai kondisi
tempat kerja.
Penyaring yang benar diperlukan pada alat pernafasan, tergantung apakah pekerja
kontak dengan bahan kimia, debu, serat atau jenis kotoran lainnya. Alat pernafasan
seharusnya diperiksa setiap waktu sebelum digunakan. Alat pernafasan seharusnya
diperiksa secara tetap untuk kebersihan umumnya dan khususnya kerusakan katup,
lembaran penutup, seal, peluru, tali pengikat dan penjepit. Alat ini harus dibersihkan
sesudah digunakan untuk menghindari penularan dan disimpan pada kantong plastik
tertutup.
Pelindung kaki : Sepatu boot (safety boots) melindungi kaki
Pelindung kepala : Jaring rambut dan penutup, menjaga rambut pada tempat
kerja sehingga tidak membahayakan.
Tempat lemari uap (fume cabinets), pancuran air untuk keselamatan (safety
showers) dan pencuci mata darurat (emergency eye wash) juga disediakan sebagai
penjagaan pertama dalam kasus kegagalan pelindung. Pakaian pelindung,
perlengkapan (seperti alat pernafasan dan lemari uap) dan fasilitas dasar pertolongan
pertama seharusnya tersedia ditempat kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu :
Pelindung Kepala
Pelindung mata dan wajah
Pelindung tangan
58
Pelindung badan
Pelindung telinga
Alat Bantu pernapasan
Sabuk Pengaman
Pelindung kaki
Dasar-Dasar Instalasi Listrik
Standarisasi dan Persyaratan
Tujuan standarisasi ialah mencapai keseragaman antara lain mengenai
1. Ukuran , bentuk dan mutu barang.
2. Cara menggambar dan cara kerja
Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis barang
yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan.
Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak.
Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dn alat-alat dapat dipergunakan
secara lebih baik dan lebih efisien, sehingga dapat menurunkan harga pokok
dan meningkatkan mutu.
Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan.
Peraturan umum untuk instalasi cahaya dan tenaga.
Semua alat hubung dan perlangkapan pembagi pesawat listrik,
motor listrik, hantaran dari alat-alat harus memenuhi peraturan
dan pemeriksaan yang berlaku untuk itu.
Hal tersebut di atas tidak berlaku untuk tegangan yang lebih dari
pada yang ditetapkan.
Tegangan untuk instalasi penerangan arus bolak-balik tidak boleh
lebih tinggi dari 300 volt terhadap tanah.
Instalasi harus terdiri dari paling sedikit dua golongan. Terkecuali
jika instalasi tersebut tidak lebih dari 6 titik hubung. Tiap
golongan tidak lebih dari 12 titik hubung, untuk pemasangan
yang baru tidak lebih dari 10 titik. Ketentuan di atas tidak berlaku
59
BAB IV
PENUTUP
60
4.1 Kesimpulan
Dengan memperhatikan kecelakaan apa saja yang dapat terjadi di bidang
kelistrikan serta penanganan maupun pencegahannya dapat mengurangi rasa trauma
bagi para pekerja yang telah mengalami kecelakaan maupun dapat menenangkan para
pekerja yang dapat bekerja dengan aman sehingga dapat mengoptimalkan waktu kerja
dan mengefisiensikan hasil kerja dengan baik serta dapat menunjang karir para
pekerja terutama pekerjaan yang menyangkut bidang kelistrikan. K3 Elektrikal
adalah hal yang tidak boleh terlepas dari pekerjaan instalasi perpipaan penyediaan air
bersih dan pembuangan air kotor, pengolahan limbah dan sanitasi, instalasi listrik,
instalasi sistem pengkondisian udara, instalasi lift dan sebagainya. Karna begitu
pentingnya maka pemerintah melalui Menteri Tenaga kerja telah membuat peraturan
dan keputusan mengenai hal tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi
resiko akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja.
4.2 Saran
Beberapa keputusan menteri tenaga kerja ada yang harus di revisi karna
peralatan sekarang ini telah bertambah modern. Dengan berjalannya waktu keamanan
dan kenyaman dalam melakukan pekerjaan semakin di tingkatkan. Disini penulis
hanya member saran agar supaya para pengusaha dan tenaga kerja yang bergerak di
bidang mekanikal dan elektrikal semakin memperhatikan pekerjaan dan untuk pekerja,
setidaknya harus memiliki pengalaman untuk di pekerjakan di bidang ini.
%2Fwww.lintassolusiprima.com%2Fdownload%2Fbrosur%2Foc%2FElectrical
%2520Safety%2520%26%2520LOTO
%2520Procedures.pdf&rct=j&q=prosedur%20p3k%20pada%20bidang
%20kelistrikan&ei=DPIYTrT2MYr5rQeWtczPAQ&usg=AFQjCNHy1EXSSXISOFYNtKZeVefY8tgKw&cad=rja
4. http://qodirnet.blogspot.com/2009/12/efek-sengatan-listrik.html
5. http://instalasilistrik.net/efek-bahaya-arus-listrik/
6. http://instalasilistrik.net/tindakan-preventif-untuk-mencegah-bahaya-listrik/
62