2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
KONSTRUKSI MESIN DC
Mesin arus searah baik generator maupun motor secara umum mempunyai konstruksi yang terdiri dari
bagian yang diam (stator) dan bagian yang berputar (rotor).
MOTOR DC
Motor DC adalah motor listrik yang dialiri sumber arus searah pada kumparan medan untuk
menjadikannya energi mekanik.Hampir sama dengan motor AC, kumparan medan yang bergerak
disebut stator dan untuk kumparan jangkar disebut juga rotor.
Motor DC memiliki 3 bagian utama untuk berputar antara lain:
Current elektromagnetatau biasa disebut dinamo. Dinamo silinder terhubung ke as untuk
menggerakkan beban. Untuk kasus motor DC kecil kutub utara dan selatan berganti lokasi saat
dinamo berputar.
Kutub medan. Terbagi menjadi dua yaitu kutub utara dan kutub selatan.
Commutator. Fungsi komponen ini untuk mentransmisikan arus antara dinamo dan sumber
daya.
Keuntungan dari motor DC ini adalah dapat menjaga pasokan daya dengan cara mengendalikan
kecepatan. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara:
Mengubah tegangan dinamo. Bila dinaikan maka akan menigkatkan kecepatan sedangkan bila
diturunkan maka akan menurunkan kecepatan.
Mengubah arus medan. Kenaikan arus medan sebanding dengan kenaikan kecepatan.
LABORATORIUM MESIN LISTRIK
STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Prinsip Kerja Motor DC
Jenis-Jenis Motor DC
Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya, motor arus searah (DC) dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Motor arus searah penguat terpisah, (jika arus penguat magnet diperoleh dari sumber arus
searah di luar motor tersebut).
Pada motor penguat terpisah, kumparan medan dihubungkan dengan sumber sendiri dan terpisah
dengan tegangan angker.
2. Motor arus searah dengan penguat sendiri, (jika arus penguat magnet diperoleh dari motor itu
sendiri).
Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar, motor arus searah
dibedakan menjadi:
LABORATORIUM MESIN LISTRIK
STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
2.1 Motor Shunt
Motor shunt mempunyai kecapatan hampir konstan. Pada tegangan jepit konstan, motor ini
mempunyai putaran yang hampir konstan walaupun terjadi perubahan beban
Generator DC merupakan sebuah perangkat Motor listrik yang mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator DC dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar
(anker), jenis generator DC yaitu :
Generator penguat terpisah
Generator shunt
Generator kompon
Konstruksi Generator DC
Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan 4-kutub rotor,
regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi, penyearah, bearing dan
rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar berikut menunjukkan gambar potongan
melintang konstruksi generator DC.
Konstruksi Generator DC
Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan magnet oleh
lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar
terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan
medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.(b), akan
menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak adanya perpotongan medan magnet dengan
penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan ini disebut daerah netral.
Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan cincin
seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk
sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 3.(2) dengan
dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positif.
Pada anggapan seketika, total e.m.f. yang tersedia adalah AC [Lihat Gambar. 3.4 (iii)]. Sejumlah
AB dari c.m.f. AC yang diserap oleh drop tegangan dan bagian sisanya BC tersedia untuk mengatasi L
di / dt. Karena tersedia kelebihan tegangan ini, memungkinkan arus medan untuk meningkatkan nilai
OA. Namun, pada titik D, tegangan yang tersedia adalah OM dan semua diserap oleh drop i .
Akibatnya, arus medan tidak dapat meningkat lebih lanjut dan generator berhenti membangkitkan.
Kita sampai pada kesimpulan yang sangat penting bahwa tegangan yang dibangun generator
diberikan oleh titik persimpangan OCC dan garis resistansi medan. Jadi pada Gambar. (3.4) (iii), D
adalah titik perpotongan dua kurva. Oleh karena itu generator akan membangun sebuah tegangan OM.
(ii) Generator Seri
Selama operasi awal, dengan belum adanya arus yang mengalir, tegangan sisa akan dihasilkan
persis seperti dalam kasus generator shunt. Tegangan sisa akan menyebabkan arus mengalir melalui
seluruh untai seri ketika untai ditutup. Selanjutnya tegangan akan dibangun menuju titik ekuilibrium
(keseimbangan) yang benar-benar analog dengan pembangkitan pada generator shunt. Grafik tegangan
pembangkitan akan mirip dengan generator shunt kecuali bahwa sekarang arus beban (bukan arus
medan shunt untuk generator) akan diambil sepanjang sumbu x.
(iii) Generator Kompon
Ketika generator kompon memiliki fluks medan seri membantu fluks medan shunt, mesin
dikatakan kompon kumulatif. Ketika bidang seri terhubung secara terbalik sehingga medan fluksnya
berlawanan dengan fluks medan shunt, generator kemudian menjadi kompon diferensial.
Cara termudah untuk membangkitkan tegangan di generator kompon adalah mulai starting dalam
keadaan tidak ada beban. Pada keadaan tanpa beban, hanya medan shunt yang berpengaruh. Ketika
tanpa beban pembangkitan tegangan dicapai, generator diberi beban. Jika di bebani, tegangan naik,
berarti koneksi bidang seri kumulatif. Jika tegangan turun secara signifikan, sambungan membentuk
formasi kompon diferensial.
Generator Shunt
Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan rotor (A1-A2). Tegangan awal
generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat pada medan magnet stator. Rotor berputar dalam
medan magnet yang lemah, dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai
dicapai tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2 diatur oleh
tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan penguat shunt yang dihasilkan, dan
tegangan terminal meningkat sampai mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator
shunt dapat dilihat pada Gambar 10.
Generator Kompon
Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang sama. Satu penguat
eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan penguat seri. Diagram rangkaian generator
kompon ditunjukkan pada Gambar 12. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan
shunt.
Gambar 13 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan output generator terlihat konstan
dengan pertambahan arus beban, baik pada arus eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini
disebabkan oleh adanya penguatan lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban
bertambah besar. Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya
akan turun jika arus bebannya naik.
Gambar Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Generator.
Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk menentukan nilai resistansi
AC efektif , eff R . Faktor ini tergantung pada bentuk dan ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan
konstruksi kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d 1,6 .
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing terpisah sebesar 120
derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara seperti diperlihatkan pada kumparan a – a’, b –
b’ dan c – c’ pada gambar 2. Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu
dengan lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat :
ΦA = Φm. Sin ωt
ΦB = Φm. Sin ( ωt – 120° )
ΦC = Φm. Sin ( ωt – 240° )
Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban
Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V akan berubah-ubah pula, hal
ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:
• Resistansi jangkar Ra
• Reaktansi bocor jangkar Xl
• Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa (tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang
sefasa dengan arus jangkar.
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar
(ΦA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor(ΦF), sehingga akan
dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan pada Gambar 4. yang
mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.
Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang terjadi, yaitu :
Total Tegangan Jatuh pada Beban:
= I.Ra + j (I.Xa + I.XL)
= I {Ra + j (Xs + XL)}
= I {Ra + j (Xs)}
= I.Zs
Menentukan Resistansi dan Reaktansi
Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah generator, harus dilakukan percobaan (test).
Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu:
Gambar 8. Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Generator.
OCC Testing, selain untuk mendapatkan OCC curve, dapat digunakan untuk menentukan:
1. Induktansi bersama antara stator dan rotor
Jika kembali pada gambar 1d, tegangan terinduksi yang diterukur pada OCC adalah V. Namun
nilainya sama dengan E karena dalam keadaan open circuit. Besarnya induktansi bersama
(induktansi saturated dan unstaurated) adalah √2V/(ω If). Dengan catatan V adalah tegangan fasa.
2. Pengukuran no-load losses
No-load losses (rugi beban nol) adalah porsi yang terdiri dari friction and windage losses (rugi gesekan
dan bantalan angin) serta iron core losses (rugi inti besi).
Friction and windage losses didapat dari daya yang dibutuhkan penggerak agar generator berputar
pada kecepatan nominal. Dengan catatan arus eksitasi harus nol.
JIka pada saat generator diputar pada putaran konstan kemudian arus eksitasi mulai dinyalakan, maka
daya yang dibutuhkan oleh penggerah didefinisikan sebagai no-load losses. Iron core losses didapat
dengan cara:
Iron-core losses = (No-load losses)-(Friction and windage losses).
Iron-core losses bergantung pada besarnya arus eksitasi/medan magnet (secara tidak langsung
bergantung pada tegangan terminal). Contoh iron-core losses curveditunjukkan pada gambar 3.
SCC Testing, selain untuk mendapatkan SCC curve, dapat digunakan untuk menentukan:
1. Rugi karena arus stator
Jika pada saat SSC test dilakukan, daya yang dibutuhkan untuk memutar generator dapat dianalisis
sebagai komponen rugu-rugi generator. Daya terukur dalam proses ini disebut dengan short-circuit
losses. Dikarenakan pada saat SCC test nilai fluks sangat rendah, maka rugi inti besi dapat diabaikan.
Dengan demikian, daya yang terukur saat SCC test merupakan penjumlahan dari rugi-rugi karena arus
stator dan friction and windage losses. Karena friction and windage losses sudah didapat dari OCC
test, maka rugi karena arus stator dapat dihitung dengan mudah.
Rugi karena arus stator = short-circuit losses- friction and windage losses
Rugi karena arus stator = I2(RAC)
2. Stray losses
DC resistance test biasanya dilakukan untuk mengetahui resistansi DC untuk lilitan generator. Jika
nilai ini dikalikan arus nominalnya, maka akan didapatkan rugi karena arus stator dengan catatan
resistansi DC, besarnya I2(RDC). Selisih antara kedua rugi-rugi merupakan rugi tambahan yang terdiri
Dalam kurva tersebut, tegangan pada OCC biasanya merupakan tegangan phase-to-phase, namun
untuk berbagai keperluasn biasanya perlu dikonversi ke dalam teganganphase-to-neutral dengan cara
membagi nilai awal dengan √3.Gambar lebih detail mengenai kompilasi OCC dan SCC curve
ditunjukkan pada gambar 7.