Anda di halaman 1dari 32

ZAHRA MUTIARA

2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
KONSTRUKSI MESIN DC

Mesin arus searah baik generator maupun motor secara umum mempunyai konstruksi yang terdiri dari
bagian yang diam (stator) dan bagian yang berputar (rotor).

A. Stator (bagian yang diam)


1. Gandar (body)
2. Kutub Utama (main pole)
a. Inti Kutub
Inti Kutub biasanya terdiri dari laminasi besi dan mempunyai permeabilitas yang tinggi.
Bentuknya biasanya datar atau menonjol (salient).
b. Sepatu Kutub
Sepatu kutub berfungsi memperlebar fluks magnet sehingga meliputi daerah yang luas di
celah udara dan permukaan inti jangkar.
3. Kutub Antara (Kutub Komutasi)
Berfungsi membangkitkan fluks magnet didaerah jangkar diantara medan utama agar medan utama
tidak terdistorsi. Distorsi medan utama menyebabkan ripple gelombang yang berakibat loncatan api
di sikat arang.
Bentuk Kutub Antara ini lebih kecil dibandingkan kutub utama. Jumlah kutubnya bisa sama atau
setengah dari kutub utama.
4. Kumparan Penguat
a. Kumparan Shunt
Jumlah lilitannya banyak dengan kawat berdiameter kecil sehingga tahanannya besar yang
memungkinkan diparalel terhadap tegangan terminal.
b. Kumparan Seri
Jumlah lilitannya sedikit dengan diameter kawat yang besar sehingga mampu dilalui arus
yang besar sementara tahanannya kecil sehingga rugi tegangannya kecil.
c. Kumparan Komutasi/Antara

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Disambung secara seri dengan kumparan utama sehingga arus yang mengalir cukup besar.
Penampang kawatnya besar dan hanya terdiri dari beberapa lilitan saja.
d. Kumparan Kompensasi
Dipasang pada sepatu kutub, hanya pada mesin berkapasitas besar untuk mengantisipasi
distorsi medan utama dan penyebaran fluks yang merata selama terbebani.

5. Perumahan (Penutup Mesin)


Menurut bentuk rumah mesinnya dapat dibedakan : mesin terbuka, setengah terbuka, tahan percikan
air, tertutup dengan pendinginan zat cair atau gas.
6. Celah Udara (Air Gap)
Sebagai media medan magnet atau fluks
7. Sikat Arang (Carbon Brush)
Untuk mengalirkan arus dari rotor ke terminal dan sebaliknya.
8. Bearing / Bantalan
Tempat bertumpunya rotor sehingga rotor dapat berputar. Terpasang di kedua ujung rotor dikenal
dengan sisi AS (After Shaft) dan BS (Before Shaft).
9. Fan (Kipas)
Terpasang pada motor-motor dengan sistim pendinginan sendiri, untuk motor dengan kapasitas
kecil hingga sedang.
10. Terminal Box
Tempat tersambungnya antara kumparan-kumparan mesin DC dengan jala-jala atau sumber
tegangan.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
B. Rotor (bagian yang berputar)
1. Inti Jangkar dan Poros Jangkar
Terdiri dari laminasi besi dengan permeabilitas tinggi, terdapat slot/alur untuk kumparan, berlubang
untuk udara pendingin.
2. Kumparan Jangkar
Terbuat dari kawat konduktor , tipe kumparan dengan kepala tertentu.
3. Komutator
Untuk merubah arus bolak-balik pada kumparan jangkar menjadi arus searah pada terminal. Terbuat
dari laminasi tembaga.

MOTOR DC DAN GENERATOR DC

MOTOR DC

Motor DC adalah motor listrik yang dialiri sumber arus searah pada kumparan medan untuk
menjadikannya energi mekanik.Hampir sama dengan motor AC, kumparan medan yang bergerak
disebut stator dan untuk kumparan jangkar disebut juga rotor.
Motor DC memiliki 3 bagian utama untuk berputar antara lain:
 Current elektromagnetatau biasa disebut dinamo. Dinamo silinder terhubung ke as untuk
menggerakkan beban. Untuk kasus motor DC kecil kutub utara dan selatan berganti lokasi saat
dinamo berputar.
 Kutub medan. Terbagi menjadi dua yaitu kutub utara dan kutub selatan.
 Commutator. Fungsi komponen ini untuk mentransmisikan arus antara dinamo dan sumber
daya.
Keuntungan dari motor DC ini adalah dapat menjaga pasokan daya dengan cara mengendalikan
kecepatan. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara:
 Mengubah tegangan dinamo. Bila dinaikan maka akan menigkatkan kecepatan sedangkan bila
diturunkan maka akan menurunkan kecepatan.
 Mengubah arus medan. Kenaikan arus medan sebanding dengan kenaikan kecepatan.
LABORATORIUM MESIN LISTRIK
STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Prinsip Kerja Motor DC

Jenis-Jenis Motor DC
Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya, motor arus searah (DC) dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Motor arus searah penguat terpisah, (jika arus penguat magnet diperoleh dari sumber arus
searah di luar motor tersebut).

Pada motor penguat terpisah, kumparan medan dihubungkan dengan sumber sendiri dan terpisah
dengan tegangan angker.
2. Motor arus searah dengan penguat sendiri, (jika arus penguat magnet diperoleh dari motor itu
sendiri).
Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar, motor arus searah
dibedakan menjadi:
LABORATORIUM MESIN LISTRIK
STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
2.1 Motor Shunt
Motor shunt mempunyai kecapatan hampir konstan. Pada tegangan jepit konstan, motor ini
mempunyai putaran yang hampir konstan walaupun terjadi perubahan beban

Gambar Rangkain Motor Shunt


Pada motor penguat shunt, kumparan medan dihubungkan paralel dengan angker.

2.2 Motor seri


Merupakan motor arus searah yang mempunyai putaran kecapatan yang tidak konstan, jika beban
tinggi maka putaran akan lambat.

Gambar Rangkaian Motor Seri

2.3 Motor Kompon


Motor kompon ini mempunyai sifat seperti motor seri dan shunt, tergantung lilitan mana yang kuat
(kumparan seri atau shunt).

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038

Gambar Rangkaian Motor Kompon Panjang


Pada motor kompon mempunyai dua buah kumparan medan dihubungkan seri dan paralel dengan
angker. Bila motor seri diberi penguat shunt tambahan seperti gambar diatas disebut motor kompon
shunt panjang.

Gambar Rangkain Motor Kompon Pendek


Motor kompon mempunyai dua buah kumparan medan dihubungkan seri dan paralel dengan angker.
Bila motor shunt diberi tambahan penguat seri seperti gambar diatas disebut motor kompon shunt
pendek.
Untuk membalik arah putaran motor arus searah, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
 Membalik arah arus angkernya, sedangkan katup magnet tetap.
 Membalik katup magnetnya, sedangkan arah arus angkernya tetap.
Jika kedua-duanya dibalik (katup magnet dan arah arus angker), maka putaran motor akan tetap (tidak
dapat membalik). Cara yang lazim dipakai atau dilakukan dalam membalik putaran motor arus searah
ialah dengan cara membalik arah arus angkernya sedangkan membalik arah arus pada penguat
magnetnya jarang dilakukan.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
GENERATOR DC

Generator DC merupakan sebuah perangkat Motor listrik yang mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator DC dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar
(anker), jenis generator DC yaitu :
 Generator penguat terpisah
 Generator shunt
 Generator kompon

Konstruksi Generator DC
Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan 4-kutub rotor,
regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi, penyearah, bearing dan
rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar berikut menunjukkan gambar potongan
melintang konstruksi generator DC.

Konstruksi Generator DC

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian rotor,
yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator terdiri dari: rangka motor, belitan stator, sikat
arang, bearing dan terminal box. Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan rotor, kipas
rotor dan poros rotor.

Prinsip kerja Generator DC


Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:
1. dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.
2. dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.
Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3:

Gambar 2. Pembangkitan Tegangan Induksi

Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan magnet oleh
lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar
terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan
medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.(b), akan
menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak adanya perpotongan medan magnet dengan
penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan ini disebut daerah netral.

Gambar 3.Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator

Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan cincin
seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk
sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 3.(2) dengan
dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positif.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sebuah komutator
berfungsi sebagai penyearah tegangan AC. Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator
DC, sebanding dengan banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).

Kelebihan dan kekurangan generator DC


Komutator pada generator DC berguna untuk menjaga arah putar rotor supaya tetap satu arah
putaran. atau menyearahkan arus-tegangan dari AC menjadi DC secara mekanis pada terminalnya
untuk generator DC. Komutator berbentuk seperti silinder yang mempunyai banyak segmen-segmen
disekelilingnya.
Setiap segmen dihubungkan oleh kawat atau kabel, karena jumlah segmen pada komutator
jumlahnya sangat banyak maka kawat atau kabel yang dibutuhkan juga banyak sehingga ini menjadi
salah satu kekurangan dari komutator yaitu konstruksinya rumit. Karena konstruksinya yang rumit dan
membutuhkan kawat atau kabel yang banyak, generator DC menjadi mahal harganya.
Selain itu, akibat komutator mempunyai segmen-segmen yang banyak dengan jarak yang relatif
dekat, ketika komutator berputar dengan kecepatan yang tingi akan menghasilkan suara yang bising.
Dan akibat jarak yang dekat antartiap segmen, kapasitas tegangannya juga rendah (max 5MW) karena
dikhawatirkan akan terjadi peloncatan bunga api listrik. Kelemahan berikutnya pada komutator adalah
komutator yang sedang berputar harus dihubungkan dengan brush (yang terdiri dari material Carbon)
guna untuk menyalurkan arus DC ke rotor generator. Hal ini mengakibatkan maintenance yang
dilakukan harus lebih sering, karena brush akan mengalami “Aus” yang mengakibatkan adanya
serpihan-serpihan karbon pada komutator.
Namun, salah satu keunggulan Generator DC adalah mempunyai Torsi awal yang besar,
sehingga banyak digunakan sebagai starter motor.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
MESIN DC – (Karakteristik Generator DC)
Dipandang dari sisi suplai arus, secara umum mesin DC dapat dibedakan menjadi:
- Generator DC → mensuplai daya ke luar
- Motor DC → disuplai daya dari luar
Dilihat dari konstriksinya, secara umum mesin DC dapat dibagi menjadi:
- Mesin DC Shunt
- Mesin DC Seri
- Mesin DC Kompon (kompon panjang/ pendek, kompon kumulatif/ diferensial)
Model konstruksi berbagai mesin DC dapat dilihat pada gambar 2.0 di bawah :

Gambar 2.0 Berbagai konfigurasi Mesin DC


(i) Mesin DC Shunt

(ii) Mesin DC Seri

(iii) Mesin DC Kompon Pendek (Kompon Kumulatif)

(iv) Mesin DC Kompon Panjang (Kompon Kumulatif)

(v), (vi) Mesin DC Kompon Pendek Diferensial

(vii), (viii) Mesin DC Kompon Panjang Diferensial

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
3.1 Generator DC
Kecepatan operasi mesin DC jenis generator adalah tetap yaitu sesuai dengan penggerak mula (prime
mover). Pada operasi untuk penggunaan umum, penggerak mula dilengkapi dengan,pengatur
kecepatan (speed governor) sehingga kecepatan generator praktis konstan. Dalam kondisi seperti itu,
kinerja yang ditawarkan pembangkit terutama dalam hubungan antara eksitasi, tegangan dan beban
terminal. Untuk mempermudah melihat hubungan tersebut, digunakan bentuk grafis yang
memperlihatkan kurva yang dikenal sebagai karakteristik pembangkit. Karakteristik ini sekilas
menunjukkan perilaku generator pada kondisi beban yang berbeda.

3.2 Karakteristik Generator DC


Karakteristik penting generator DC:
 OpenCircuit Characteristic (OCC), Kurva memperlihatkan hubungan antara pembangkit emf
pada keadaan tanpa beban (E0) dan arus medan (If) pada kecepatan konstan. Hal ini juga
dikenal sebagai kurva jenuh (saturasi) karakteristik magnetik atau tanpa beban. Bentuknya
praktis sama untuk semua generator baik untuk eksitasi-terpisah atau eksitasi-sendiri. Data
untuk kurva OCC diperoleh dari ekpsperimen menggunakan generator tanpa-beban dan
kecepatan konstan, kemudian mencatat perubahan tegangan terminal sebagai variasi arus
medan.
 Karakteristik Internal atau Karakteristik Total (E/Ia), Kurva memperlihatkan hubungan antara
pembangkitan emf pada keadaan berbeban (E) dan arus jangkar (Ia). e.m.f. E kurang dari E0
karena efek demagnetisasi reaksi jangkar. Oleh karena itu, kurva ini akan terletak di bawah
karakteristik sirkuit terbuka (OCC). Karakteristik internal yang menarik terutama untuk
desainer. Hal ini tidak dapat diperoleh secara langsung dengan eksperimen. Hal ini disebabkan
voltmeter tidak bisa membaca e.m.f. yang dihasilkan pada beban karena drop tegangan
resistans jangkar. Karakteristik internal dapat diperoleh dari karakteristik eksternal jika belitan
resistans diketahui karena efek reaksi jangkar meliputi kedua karakteristik.
 Karakteristik Eksternal (V/IL), Kurva ini menunjukkan hubungan antara tegangan terminal (V)
dan arus beban (IL). Tegangan terminal V akan kurang dari E karena drop tegangan di sirkuit
jangkar. Oleh karena itu, kurva ini akan terletak di bawah karakteristik internal. Karakteristik
ini sangat penting dalam menentukan kesesuaian generator untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat
diperoleh dengan melakukan pengukuran secara simultan tegangan terminal dan arus beban
(dengan voltmeter dan ammeter) dari generator terbebani.

3.3 Karakteristik Untai Terbuka Generator DC


O.C.C. untuk Generator DC ditentukan sebagai berikut. Belitan medan dari Generator DC (seri atau
shunt) diputus dari mesin dan dieksitasi secara terpisah dari sumber dc eksternal seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. (3.1) (ii). Generator dijalankan pada kecepatan tetap (yaitu, kecepatan
normal). Medan arus (If) dinaikkan dari nol dalam langkah-langkah dan nilainilai yang sesuai dari
yang dihasilkan emf (E0) dibaca pada voltmeter yang dihubungkan pada terminal jangkar. Ketika
memplot hubungan antara E0 dan If , diperoleh karakteristik rangkaian terbuka seperti ditunjukkan
pada Gambar. (3.1) (i).

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038

Poin-poin berikut dapat dicatat dari O.C.C .:


- Ketika arus medan adalah nol, ada beberapa emf yang dihasilkan OA. Hal tersebut
disebabkan oleh sisa magnetisme (sering disebut dengan magnet sisa) dalam kutub
medan.
- Pada rentang yang cukup lebar medan arus (hingga ke titik B dalam kurva), kurva
linear. Hal ini karena dalam kisaran ini, keengganan (reluktan) besi dapat diabaikan
dibandingkan dengan celah udara. Reluktan celah udara konstan oleh karena itu linear.
- Setelah titik B pada kurva, reluktan besi juga hadir ke dalam gambar. Hal tersebut
karena pada kepadatan fluks tinggi, µr pada besi mengalami penurunan dan reluktan
besi tidak lagi diabaikan. Akibatnya, kurva menyimpang dari hubungan linear.
- Setelah titik C pada kurva, kejenuhan magnetik kutub dimulai dan E0 cenderung
mendatar (level off).
O.C.C.dari generator eksitasi-sendiri diperoleh dengan menjalankannya sebagai generator
eksitasi-terpisah.

3.4 Karakteristik Generator Eksitasi Terpisah


Kerugian yang jelas dari generator dc eksitasi-terpisah adalah bahwa kita memerlukan sumber DC
eksternal untuk eksitasi, tetapi karena tegangan output dapat dikendalikan lebih mudah dan
mempunyai rentang yang luas (dari nol sampai maksimum), maka jenis eksitasi seperti ini ditemukan
di banyak aplikasi

(i) Karakteristik Untai Terbuka (Open Circuit)


O.C.C. generator eksitasi terpisah ditentukan dengan cara yang dijelaskan dalam Sec. (3.2/2.4).
Gambar. (3.2/2.2) menunjukkan variasi yang dihasilkan e.m f. pada tidak ada beban dengan arus
medan untuk berbagai kecepatan tetap. Perhatikan bahwa jika nilai kecepatankonstan dinaikkan,

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
kecuraman kurva juga meningkat. Ketika arus medan adalah nol, magnetisme sisa di kutub akan
menimbulkan ggl awal kecil seperti yang ditunjukkan.
(ii) Karakteristik Internal dan Eksternal
Karakteristik eksternal generator terpisah dieksitasi adalah kurva antara tegangan terminal (V) dan
beban IL saat ini (yang sama dengan arus dinamo dalam kasus ini). Untuk menentukan karakteristik
eksternal, sirkuit set up seperti ditunjukkan pada Gambar. (3.3) (i). Sebagai arus beban meningkat,
tegangan terminal jatuh karena dua alasan:
 Reaksi jangkar melemahkan fluks utama sehingga emf aktual dihasilkan E pada beba kurang
dari yang dihasilkan (E0) pada tidak ada beban.
 Ada penurunan tegangan resistansi jangkar (=ILRa = IaRa).
Karena alasan tersebut, karakteristik eksternal adalah kurva terkulai [kurva 3 pada Gambar. 3.3 (ii)].
Perhatikan bahwa dalam ketiadaan reaksi jangkar dan jangkar drop, yang dihasilkan emf akan menjadi
E0 (kurva 1).
Karakteristik internal dapat ditentukan dari karakteristik eksternal dengan menambahkan penurunan
ILRa dengan karakteristik eksternal. Hal ini karena penurunan reaksi jangkar termasuk dalam
karakteristik eksternal. Kurva 2 adalah karakteristik internal generator dan jelas harus berada di atas
karakteristik eksternal.

3.5 Pembangkitan Tegangan di Generator yang Self-Excited (Eksitasi-Sendiri)


Akan kita lihat bagaimana tegangan build-up pada generator yang eksitasi-sendiri.
(i) Generator Shunt
Mempertimbangkan generator shunt. Ketika generator dijalankan pada kecepatan konstan,
beberapa emf akan dihasilkan karena ada magnet sisa di kutub utama. E.m.f. kecil ini mengedarkan
arus medan yang pada gilirannya menghasilkan fluks tambahan memperkuat fluks sisa yang asli
(kolom yang disediakan koneksi belitan yang benar). Proses ini berlanjut dan generator membangun
tegangan yang dihasilkan secara normal mengikuti OCC seperti ditunjukkan pada Gambar. (3.4) (i).
Hambatan medan dapat diwakili oleh garis lurus melewati titik asal seperti ditunjukkan pada
Gambar. (3.4) (ii). Kedua kurva dapat ditunjukkan pada diagram yang sama karena mereka memiliki
ordinat yang sama [Lihat Gambar. 3.4 (iii)].
Karena sirkuit medan bersifat induktif, ada penundaan dalam peningkatan arus saat menutup
peralihan rangkaian medan. Laju ketika arus meningkat tergantung pada tegangan yang tersedia untuk
meningkatkan itu. Misalkan pada setiap saat, arus medan adalah i (= OA) dan meningkat pada laju di /

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
dt. kemudian,

Pada anggapan seketika, total e.m.f. yang tersedia adalah AC [Lihat Gambar. 3.4 (iii)]. Sejumlah
AB dari c.m.f. AC yang diserap oleh drop tegangan dan bagian sisanya BC tersedia untuk mengatasi L
di / dt. Karena tersedia kelebihan tegangan ini, memungkinkan arus medan untuk meningkatkan nilai
OA. Namun, pada titik D, tegangan yang tersedia adalah OM dan semua diserap oleh drop i .
Akibatnya, arus medan tidak dapat meningkat lebih lanjut dan generator berhenti membangkitkan.

Kita sampai pada kesimpulan yang sangat penting bahwa tegangan yang dibangun generator
diberikan oleh titik persimpangan OCC dan garis resistansi medan. Jadi pada Gambar. (3.4) (iii), D
adalah titik perpotongan dua kurva. Oleh karena itu generator akan membangun sebuah tegangan OM.
(ii) Generator Seri
Selama operasi awal, dengan belum adanya arus yang mengalir, tegangan sisa akan dihasilkan
persis seperti dalam kasus generator shunt. Tegangan sisa akan menyebabkan arus mengalir melalui
seluruh untai seri ketika untai ditutup. Selanjutnya tegangan akan dibangun menuju titik ekuilibrium
(keseimbangan) yang benar-benar analog dengan pembangkitan pada generator shunt. Grafik tegangan
pembangkitan akan mirip dengan generator shunt kecuali bahwa sekarang arus beban (bukan arus
medan shunt untuk generator) akan diambil sepanjang sumbu x.
(iii) Generator Kompon
Ketika generator kompon memiliki fluks medan seri membantu fluks medan shunt, mesin
dikatakan kompon kumulatif. Ketika bidang seri terhubung secara terbalik sehingga medan fluksnya
berlawanan dengan fluks medan shunt, generator kemudian menjadi kompon diferensial.
Cara termudah untuk membangkitkan tegangan di generator kompon adalah mulai starting dalam
keadaan tidak ada beban. Pada keadaan tanpa beban, hanya medan shunt yang berpengaruh. Ketika
tanpa beban pembangkitan tegangan dicapai, generator diberi beban. Jika di bebani, tegangan naik,
berarti koneksi bidang seri kumulatif. Jika tegangan turun secara signifikan, sambungan membentuk
formasi kompon diferensial.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
JENIS-JENIS GENERATOR DC
Generator DC berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar
(anker) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Generator penguat terpisah
2. Generator shunt
3. Generator kompon

Generator Penguat Terpisah


Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak terhubung menjadi satu
dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat terpisah, yaitu:
1. Penguat elektromagnetik (Gambar 8.a)
2. Magnet permanent / magnet tetap (Gambar 8.b)

Gambar 8. Generator Penguat Terpisah.


Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur melalui pengaturan tegangan
eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan secara elektronik atau magnetik. Generator ini bekerja dengan
catu daya DC dari luar yang dimasukkan melalui belitan F1-F2.
Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output generator yang konstan dari terminal
rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V relatif konstan dan tegangan akan menurun sedikit ketika arus
beban I dinaikkan mendekati harga nominalnya.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Karakteristik Generator Penguat Terpisah

Gambar 9. Karakteristik Generator Penguat Terpisah


Gambar 9 menunjukkan:
• karakteristik generator penguat terpisah saat eksitasi penuh (Ie 100%) dan saat eksitasi
setengah penuh (Ie 50%). Ie adalah arus eksitasi, I adalah arus beban.Tegangan output
generator akan sedikit turun jika arus beban semakin besar.
• Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar.
• Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya mengakibatkan
turunnya pasokan arus penguat ke medan magnet, sehingga tegangan induksi menjadi kecil.

Generator Shunt
Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan rotor (A1-A2). Tegangan awal
generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat pada medan magnet stator. Rotor berputar dalam
medan magnet yang lemah, dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai
dicapai tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2 diatur oleh
tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan penguat shunt yang dihasilkan, dan
tegangan terminal meningkat sampai mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator
shunt dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Diagram Rangkaian Generator Shunt

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa megnetisasi tidak akan ada, atau jika
belitan eksitasi salah sambung atau jika arah putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka tidak
akan ada tegangan atau energi listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut.

Karakteristik Generator Shunt

Gambar 11. Karakteristik Generator Shunt.


Generator shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Tegangan output akan
turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban yang sama, dibandingkan dengan tegangan output pada
generator penguat terpisah.
Sebagai sumber tegangan, karakteristik dari generator penguat terpisah dan generator shunt tentu
kurang baik, karena seharusnya sebuah generator mempunyai tegangan output yang konstan, namun
hal ini dapat diperbaiki pada generator kompon.

Generator Kompon
Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang sama. Satu penguat
eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan penguat seri. Diagram rangkaian generator
kompon ditunjukkan pada Gambar 12. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan
shunt.

Gambar 12. Diagram Rangkaian Generator Kompon

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Karakteristik Generator Kompon

Gambar 13. Karakteristik Generator Kompon

Gambar 13 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan output generator terlihat konstan
dengan pertambahan arus beban, baik pada arus eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini
disebabkan oleh adanya penguatan lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban
bertambah besar. Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya
akan turun jika arus bebannya naik.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
GENERATOR SINKRON
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron
(sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah daya mekanik
menjadi daya listrik. Generator sinkron dapat berupa generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron
AC satu fasa tergantung dari kebutuhan.

Konstruksi Generator Sinkron


Pada dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah sama dengan konstruksi motor sinkron, dan
secara umum biasa disebut mesin sinkron. Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang
merupakan dasar kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC atau
disebut kumparan medan dan sebuah kumparan atau disebut kumparan jangkar tempat
dibangkitkannya GGL arus bolak-balik.Hampir semua mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar
berupa stator yang diam dan struktur medan magnet berputar sebagai rotor. Kumparan DC pada
struktur medan yang berputar dihubungkan pada sumber DC luar melalui cincin geser(slip ring) dan
sikat arang (carbon brush), tetapi ada juga yang tidak mempergunakan sikat arang yaitu sistem
brushless excitation.
Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan medan magnet rotor.
Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan
magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator
sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat
berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Pada kutub salient, kutub magnet
menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata
dengan permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub,
sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan
konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator.
Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10 MVA
menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka
digunakan rotor kutub sepatu.
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
 Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip ring dan sikat.
 Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor
generator sinkron

Prinsip Kerja Generator Sinkron


Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan
terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan
yang dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator
(disebut generator kutub eksternal / external pole generator) yang mana energi listrik dibangkitkan
pada kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat, sehingga
menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini,
digunakan tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet
dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang
dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal
pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut
120°.
Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain bentuk sepatu
kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks
terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator),
suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan
magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak slip
ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.

Kecepatan Putar Generator Sinkron


Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan putar generator.
Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet
rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin
dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:
f = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet, persamaan diatas juga
menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar
daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada
kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk
membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk
membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada 1500 rpm
Alternator tanpa beban
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka tegangan
(Ea ) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada
persamaan berikut.
Ea = c.n.fluks
yang mana:
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
f = fluks yang dihasilkan oleh If
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, karenanya tidak terdapat
pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (If).
Alternator Berbeban
Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya reaksi jangkar.
Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi
magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet (Xm ) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa )
dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs) .
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V akan berubah-
ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:
 Resistansi jangkar Ra
 Reaktansi bocor jangkar X
 Reaksi Jangkar Xa

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
a) Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa (tegangan jatuh/fasa)
dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b) Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas
pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor
c) Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan menimbulkan
fluksi jangkar (ΦA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan
rotor(ΦF), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
Persamaan tegangan pada generator adalah:
Ea = V + I.Ra + j I.Xs
Xs = Xm + Xa
yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar
V = tegangan terminal output
Ra = resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron

Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron


Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan ini biasanya tidak sama
dengan tegangan yang muncul pada terminal generator. Tegangan induksi sama dengan tegangan
output terminal hanya ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang
menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah:
 Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator, disebut reaksi
jangkar.
 Induktansi sendiri kumparan jangkar.
 Resistansi kumparan jangkar.
 Efek permukaan rotor kutub sepatu.

Menentukan Parameter Generator Sinkron


Harga X diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan tanpa beban dan percobaan hubungan
singkat. Pada pengujian tanpa beban, generator diputar pada kecepatan ratingnya dan terminal
generator tidak dihubungkan ke beban. Arus eksitasi medan mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi
medan dinaikan bertahap dan tegangan terminal generator diukur pada tiap tahapan. Dari percobaan
tanpa beban arus jangkar adalah nol (Ia = 0) sehingga V sama dengan Ea. Sehingga dari pengujian ini
diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus medan (If). Dari kurva ini harga yang akan dipakai adalah
harga liniernya (unsaturated). Pemakaian harga linier yang merupakan garis lurus cukup beralasan
mengingat kelebihan arus medan pada keadaan jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi
jangkar.
Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini mula-mula arus eksitasi
medan dibuat nol, dan terminal generator dihubung singkat melalui ampere meter. Kemudian arus
jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan mengubah arus eksitasi medan. Dari pengujian hubung
singkat akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi arus medan (If), dan ini
merupakan garis lurus.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Kerja Paralel Alternator
Untuk melayani beban yang berkembang, maka diperlukan tambahan sumber daya listrik. Agar
sumber daya listrik yang yang baru (alternator baru) bisa digunakan bersama, maka dilakukan
penggabungan alternator dengan cara mempararelkan dua atau lebih alternator pada sistem tenaga
dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan pada sistem. Selain untuk tujuan di
atas, kerja pararel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin
(alternator) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau reparasi, maka alternator lain masih
bisa bekerja untuk mensuplai beban yang lain. Untuk maksud mempararelkan ini, ada beberapa
pesyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
 Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama dalam kebesarannya, dan bertentangan dalam
arah, atau harga sesaat ggl alternator harus sama dalam kebesarannya dan bertentangan dalam
arah dengan harga efektif tegangan jalajala.
 Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala harus sama
 Fasa kedua alternator harus sama
 Urutan fasa kedua alternator harus sama
Bila sebuah generator ’G’ akan diparaelkan dengan jala-jala, maka mula-mula G diputar oleh
penggerak mula mendekati putaran sinkronnya, lalu penguatan IF diatur hingga tegangan terminal
generator tersebut sama denga jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan fasa kedua tegangan
(generator dan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang dapat berupa lampu sinkronoskop hubungan
terang. Benar tidaknya hubungan pararel tadi, dapat dilihat dari lampu tersebut.

Menentukan Resistansi dan Reaktansi


Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah generator, harus dilakukan
percobaan (test). Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu:
 Test Tanpa beban ( Beban Nol )
 Test Hubung Singkat.
 Test Resistansi Jangkar.

a) Test Tanpa Beban


Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian jangkar terbuka (tanpa beban)
seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Percobaan dilakukan dengan cara mengatur arus
medan (If) dari nol sampai rating tegangan output terminal tercapai.

Gambar Rangkaian Test Generator Tanpa Beban.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
b) Test Hubung Singkat
Untuk melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan dengan Ampermeter diletakkan
diantara dua penghantar yang dihubung singkat tersebut. Arus medan dinaikkan secara bertahap
sampai diperoleh arus jangkar maksimum. Selama proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs
dicatat.

Gambar Rangkaian Test Generator di Hubung Singkat


Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva karakteristik seperti berikut :

Gambar Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Generator.

c) Test Resistansi Jangkar


Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal output sehingga dua fasa
terhubung secara seri. Resistansi per fasa adalah setengahnya dari yang diukur.

Gambar Pengukuran Resistansi DC.

Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk menentukan nilai resistansi
AC efektif , eff R . Faktor ini tergantung pada bentuk dan ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan
konstruksi kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d 1,6 .

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR)
Setelah kita membahas di sini mengenai konstruksi dari suatu generator sinkron, maka artikel kali ini
akan membahas mengenai prinsip kerja dari suatu generator sinkron. Yang akan menjadi kerangka
bahasan kali ini adalah pengoperasian generator sinkron dalam kondisi berbeban, tanpa beban,
menentukan reaktansi dan resistansi dengan melakukan percobaan tanpa beban (beban nol), percobaan
hubung-singkat dan percobaan resistansi jangkar.
Seperti telah dijelaskan pada artikel-artikel sebelumnya, bahwa kecepatan rotor dan frekuensi dari
tegangan yang dibangkitkan oleh suatu generator sinkron berbanding lurus. Gambar 1 akan
memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya
memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua penghantar secara seri, yaitu penghantar a dan a’.
Untuk dapat lebih mudah memahami, silahkan lihat animasi prinsip kerja generator, di sini.

Gambar 1. Diagram Generator AC Satu Phasa Dua Kutub.


Lilitan seperti disebutkan diatas disebut “Lilitan terpusat”, dalam generator sebenarnya terdiri dari
banyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi pada masing-masing alur stator dan disebut
“Lilitan terdistribusi”. Diasumsikan rotor berputar searah jarum jam, maka fluks medan rotor bergerak
sesuai lilitan jangkar. Satu putaran rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus per detik atau 1
Hertz (Hz).
Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1 Hz. Maka untuk frekuensi f = 60 Hz,
rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk kecepatan rotor n rpm, rotor harus berputar pada kecepatan n/60
revolution per detik (rps). Bila rotor mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub maka
masing-masing revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus tegangan dalam lilitan stator.
Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari kecepatan rotor, dan diformulasikan
dengan:

Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing terpisah sebesar 120
derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara seperti diperlihatkan pada kumparan a – a’, b –
b’ dan c – c’ pada gambar 2. Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu
dengan lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat :
ΦA = Φm. Sin ωt
ΦB = Φm. Sin ( ωt – 120° )
ΦC = Φm. Sin ( ωt – 240° )

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038

Gambar 2. Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub


Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut adalah:
ΦT = ΦA +ΦB + ΦC, yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t), maka besar- besarnya fluks
total adalah:
ΦT = Φm.Sin ωt + Φm.Sin(ωt – 120°) + Φm. Sin(ωt– 240°). Cos (φ – 240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :
Sin α . Cos β = ½.Sin (α + β) + ½ Sin (α + β ),
maka dari persamaan diatas diperoleh :
ΦT = ½.Φm. Sin (ωt +φ )+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin ( ωt + φ – 240° )+ ½.Φm. Sin (ωt – φ)
+½.Φm. Sin (ωt + φ – 480°)
Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan kelima akan silang
menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapat fluksi total sebesar, ΦT = ¾ Φm. Sin (
ωt - Φ ) Weber .
Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 Φ dengan sudut putar sebesar ω.
Maka besarnya tegangan masing-masing fasa adalah :
E maks = Bm. ℓ. ω r Volt
dimana :
Bm = Kerapatan Fluks maksimum kumparan medan rotor (Tesla)
ℓ = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber)
ω = Kecepatan sudut dari rotor (rad/s)
r = Radius dari jangkar (meter)
anda dapat juga membaca artikel yang terkait dengan bahasan kali ini, di:
- elektromekanis dalam sistem tenaga-1, di sini.
- elektromekanis dalam sistem tenaga-2, di sini.

Generator Tanpa Beban


Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan diputar pada kecepatan sinkron
dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa
beban (Eo), yaitu sebesar:
Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. φm. T Volt
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak terdapat pengaruh
reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (If). Bila besarnya arus medan dinaikkan,
maka tegangan keluaran juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar
3. Kondisi generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti diperlihatkan pada
gambar 3b.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038

Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban

Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V akan berubah-ubah pula, hal
ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:
• Resistansi jangkar Ra
• Reaktansi bocor jangkar Xl
• Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa (tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang
sefasa dengan arus jangkar.

b. Reaktansi Bocor Jangkar


Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas pada jalur yang
telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.

c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar
(ΦA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor(ΦF), sehingga akan
dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan pada Gambar 4. yang
mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.

Gambar 4a, 4b, 4c dan 4d. Kondisi Reaksi Jangkar.


Gambar 4a , memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani tahanan (resistif) sehingga arus
jangkar Ia sefasa dengan GGL Eb dan ΦA akan tegak lurus terhadap ΦF.
Gambar 4b, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani kapasitif , sehingga arus jangkar Ia
mendahului ggl Eb sebesar θ dan ΦA terbelakang terhadap ΦF dengan sudut (90 -θ).
Gambar 4c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif murni yang mengakibatkan arus
jangkar Ia mendahului GGL Eb sebesar 90° dan ΦA akan memperkuat ΦF yang berpengaruh terhadap
pemagnetan.
Gambar 4d, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat arus diberi beban induktif murni sehingga
mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari GGL Eb sebesar 90° dan ΦA akan memperlemah ΦF yang
berpengaruh terhadap pemagnetan.
Jumlah dari reaktansi bocor XL dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi Sinkron Xs.
Vektor diagram untuk beban yang bersifat Induktif, resistif murni, dan kapasitif diperlihatkan pada Gambar 5a,
5b dan 5c.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038

Gambar 5a, 5b dan 5c. Vektor Diagram dari Beban Generator

Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang terjadi, yaitu :
Total Tegangan Jatuh pada Beban:
= I.Ra + j (I.Xa + I.XL)
= I {Ra + j (Xs + XL)}
= I {Ra + j (Xs)}
= I.Zs
Menentukan Resistansi dan Reaktansi
Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah generator, harus dilakukan percobaan (test).
Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu:

• Test Tanpa beban ( Beban Nol )


• Test Hubung Singkat.
• Test Resistansi Jangkar.

Test Tanpa Beban


Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian jangkar terbuka (tanpa beban) seperti
diperlihatkan pada Gambar 6. Percobaan dilakukan dengan cara mengatur arus medan (If) dari nol sampai rating
tegangan output terminal tercapai.

Gambar 6. Rangkaian Test Generator Tanpa Beban.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Test Hubung Singkat
Untuk melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan dengan Ampermeter diletakkan diantara dua
penghantar yang dihubung singkat tersebut (Gambar 7). Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai
diperoleh arus jangkar maksimum. Selama proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.

Gambar 7. Rangkaian Test Generator di Hubung Singkat.


Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva karakteristik seperti diperlihatkan pada
gambar 8.

Gambar 8. Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Generator.

Impedansi Sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah:


, If = konstatn

Test Resistansi Jangkar


Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal output sehingga dua fasa terhubung
secara seri, Gambar 9. Resistansi per fasa adalah setengahnya dari yang diukur.

Gambar 9. Pengukuran Resistansi DC.


Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk menentukan nilai resistansi AC efektif
, eff R . Faktor ini tergantung pada bentuk dan ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi
kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d 1,6 .
Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa ditentukan berdasarkan persamaan:

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
III. TEORI TAMBAHAN
Open-circuit Characteristic (OCC):
OCC Curve adalah kurva yang merepresentasikan tegangan terminal generator sebagai fungsi dari arus
eksitasi pada putaran nominal dan beban nol (tanpa beban). OCC curve didapatdengan cara melakukan
OCC test, yaitu dengan memutar generator hingga kecepatan nominal dan menginjeksi arus eksitasi
mulai 0 hingga tegangan terminal generator mencapai tegangan nominal. Pada OCC test, generator
dalam keadaan tanpa beban, kemudian putaran dan tegangan generator harus nominal.
Pada saat arus eksitasi dinaikkan dari 0, komponen sirkuit magnetic yang berpengaruh adalah
reluktansi celah udara (reluktansi adalah resistansi magnetik), maka tegangan yang terinduksi di lilitan
stator akan naik pula secara linier. Hal ini disebut dengan airgap line. Jika arus eksitasi terus
dinaikkan, karena sirkuit magnetic sudah jenuh, maka tegangan terinduksi tidak akan naik secara linier
lagi. Contoh OCC Curve dapat dilihat pada gambar 2. OCC curve yang umum ditunjukkan pada
gambar 2a, namun model 2b juga banyak digunakan. Model 2a hanya merepresentasikan arus eksitasi
dalam keadaan saturasi, sedangkan model 2b menyajikan arus eksitasi dalam keadaan saturasi dan un-
saturated.

OCC Testing, selain untuk mendapatkan OCC curve, dapat digunakan untuk menentukan:
1. Induktansi bersama antara stator dan rotor
Jika kembali pada gambar 1d, tegangan terinduksi yang diterukur pada OCC adalah V. Namun
nilainya sama dengan E karena dalam keadaan open circuit. Besarnya induktansi bersama
(induktansi saturated dan unstaurated) adalah √2V/(ω If). Dengan catatan V adalah tegangan fasa.
2. Pengukuran no-load losses
No-load losses (rugi beban nol) adalah porsi yang terdiri dari friction and windage losses (rugi gesekan
dan bantalan angin) serta iron core losses (rugi inti besi).
Friction and windage losses didapat dari daya yang dibutuhkan penggerak agar generator berputar
pada kecepatan nominal. Dengan catatan arus eksitasi harus nol.
JIka pada saat generator diputar pada putaran konstan kemudian arus eksitasi mulai dinyalakan, maka
daya yang dibutuhkan oleh penggerah didefinisikan sebagai no-load losses. Iron core losses didapat
dengan cara:
Iron-core losses = (No-load losses)-(Friction and windage losses).
Iron-core losses bergantung pada besarnya arus eksitasi/medan magnet (secara tidak langsung
bergantung pada tegangan terminal). Contoh iron-core losses curveditunjukkan pada gambar 3.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038

Short-circuit Characteristic (SCC):


SCC Curve adalah kurva yang merepresentasikan arus stator (arus jangkar) sebagai fungsi dari arus
eksitasi. SCC curve didapatkan dengan melakukan SCC test. Pada test tersebut, terminal generator di-
short-kan dan dipasang alat ukur arus (amperemeter). Generator diputar dengan kecepatan nominal
kemudian arus eksitasi dinaikkan mulai dari 0 hingga arus pada terminal generator yang di-short-kan
mencapai nominal.
Berbeda dengan OCC curve, SCC curve adalah kurva yang memiliki karakteristik linier karena pada
kondisi tersebut fluks inti besi pada stator masih di bawah level saturasi. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa fluks celah udara pada saat SSC test hanya sekitar 10-20%. Contoh dari SCC
curve dapat ditunjukkan oleh gambar 4.

SCC Testing, selain untuk mendapatkan SCC curve, dapat digunakan untuk menentukan:
1. Rugi karena arus stator
Jika pada saat SSC test dilakukan, daya yang dibutuhkan untuk memutar generator dapat dianalisis
sebagai komponen rugu-rugi generator. Daya terukur dalam proses ini disebut dengan short-circuit
losses. Dikarenakan pada saat SCC test nilai fluks sangat rendah, maka rugi inti besi dapat diabaikan.
Dengan demikian, daya yang terukur saat SCC test merupakan penjumlahan dari rugi-rugi karena arus
stator dan friction and windage losses. Karena friction and windage losses sudah didapat dari OCC
test, maka rugi karena arus stator dapat dihitung dengan mudah.
Rugi karena arus stator = short-circuit losses- friction and windage losses
Rugi karena arus stator = I2(RAC)
2. Stray losses
DC resistance test biasanya dilakukan untuk mengetahui resistansi DC untuk lilitan generator. Jika
nilai ini dikalikan arus nominalnya, maka akan didapatkan rugi karena arus stator dengan catatan
resistansi DC, besarnya I2(RDC). Selisih antara kedua rugi-rugi merupakan rugi tambahan yang terdiri

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
dari rugi karena efek kulit, rugi arus eddy di konduktor, iron-core losses karena fluks bocor. Rugi
tambahan tersebut dikenal denganstray loasses:
Stray losses = I2(RAC) - I2(RDC)
Grafik stray losses ditunjukkan oleh gambar 5.

Compilation of OCC and SCC:


OCC dan SCC curve sangat jarang direpresentasikan dalam bidang yang terpisah, umumnya dijadikan
satu dalam bidang double-ordinat sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 6.

Dalam kurva tersebut, tegangan pada OCC biasanya merupakan tegangan phase-to-phase, namun
untuk berbagai keperluasn biasanya perlu dikonversi ke dalam teganganphase-to-neutral dengan cara
membagi nilai awal dengan √3.Gambar lebih detail mengenai kompilasi OCC dan SCC curve
ditunjukkan pada gambar 7.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN
ZAHRA MUTIARA
2014-11-038
Pada gambar tersebut ditunjukkan beberapa informasi:
a) Untuk menghasilkan tegangan nominal dalam keadaan tanpa beban, menurut air-gap line,
dibutuhkan arus eksitasi sebesar If1.
b) Untuk menghasilkan tegangan nominal dalam keadaan tanpa beban, generator membutuhkan arus
eksitasi sebesar If2, dimana generator bekerja di daerah jenuh. If2dikenal pula dengan arus eksitasi no-
load (If,NL).
c) Pada keadaan short circuit (arus stator nominal, Ia rated), arus eksitasi yang dibutuhkan sebesar If3.
If3 dikenal pula dengan arus eksitasi short-circuit (If,SC)
d) Jika arus eksitasi If1 dapat diproyeksikan pada SCC curve, maka akan menghasilkan proyeksi arus
sebesar Ia1.
e) Jika arus eksitasi If2 dapat diproyeksikan pada SCC curve, maka akan menghasilkan proyeksi arus
sebesar Ia2.

LABORATORIUM MESIN LISTRIK


STT-PLN

Anda mungkin juga menyukai