Anda di halaman 1dari 7

BAB V

TINJAUAN PUSTAKA

V.1 Diare
V.1.1 Definisi Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah dan atau lendir.5 Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari
3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare,
tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal
tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif
definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya
menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan
ini sudah dapat disebut diare.6
V.1. 2 Etiologi
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan dan faktor psikologis.7
1. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:

2.

a. Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhii, Vibrio cholerae.


b. Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris lumbricoides, Protozoa, jamur.
Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida dan monosakarida. Pada anak dan bayi yang
paling sering adalah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein

3.

Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.

4.

Faktor Psikologis
Faktor stress dan cemas, walaupun jarang terjadi dapat mengakibatkan diare pada

anak atau orang dewasa.


V.1. 3 Cara Penularan dan Faktor Resiko.
Faktor resiko penyakit ini berdasarkan dari cara penularan diare, yang umumnya
melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang
telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (4F= field, flies, fingers,
fluid).5
Faktor resiko lainnya yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen yaitu
faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare dan faktor lingkungan dan
perilaku penderita, yaitu, antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh selama 4-6
bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air
oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi
yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat
meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, dan menurunnya motilitas usus. 5
V.1. 4 Faktor Lain yang Berhubungan dengan Diare
1) Faktor Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, dan
umur ibu.8,9
a) Tingkat pendidikan/pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor, baik secara
formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah maupun non formal yang
diantaranya diperoleh bila ibu tersebut aktif dalam kegiatan posyandu, PKK,
maupun kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat. Pengetahuan merupakan
faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Jenjang
pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat.
Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai
pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah

terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka


menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya
pencegahan penyakit menular. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih
tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang
masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada
perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian
bayi dan kematian ibu.
b) Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status
sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan
dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko
dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta
merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja.
c) Umur ibu
Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan pada hasil suatu penelitian atau
yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal hubungan
penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain yang dapat
menyengsarakan manusia, umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh
paling besar. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang
dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang
dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa
kesehatan, dan karena saling diperbandingkan maka kekuatan variabel umur
menjadi mudah dilihat. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian
di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
2) Faktor lingkungan
a. Sumber air minum
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air
sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di
negara - negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60
liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia. Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari
tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. 5
b. Jenis tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.
Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran
penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut
Notoatmodjo, syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah : 5
a.
b.
c.
d.

Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya


Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya
Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau

perkembangbiakan vektor penyakit lainnya


e. Tidak menimbulkan bau
f. Pembuatannya murah
g. Mudah digunakan dan dipelihara
3) Faktor perilaku
Menurut Departemen Kesehatan RI, faktor perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah sebagai
berikut: 9
a) Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI pada bayi turut berperan dalam memberikan perlindungan
terhadap diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar
dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga
lebih besar. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan
susu formula. 9
b) Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak
dan sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. 9 Cuci Tangan adalah
proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan

menggunakan sabun dan air. Penggunaan sabun dan air tetap penting pada kedua tangan
yang terlihat kotor. Sabun adalah produk-produk pembersih (berbentuk batangan, cair,
selebaran, atau bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu
membuang kotoran, debu, dan mikroorganisme sementara dari kedua belah tangan.10
Lima waktu penting mencuci tangan yang diperkenalkan di Indonesia adalah :
a. Setelah buang air besar
b. Setelah membersihkan anak yang buang air besar
c. Sebelum menyiapkan makanan
d. Sebelum makan
e. Setelah memegang/menyentuh hewan.
Praktik CTPS yang benar memerlukan sabun dan air mengalir. Air mengalir
dari kran bukan keharusan, yang penting air mengalir dari sebuah wadah bisa berupa
botol, kaleng, ember tinggi, gentong, jerigen, atau gayung. Tangan yang basah disabuni,
digosok-gosok bagian telapak maupun punggungnya, terutama di bawah kuku minimal
20 detik. Bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan kain bersih atau kibaskibaskan di udara. Dengan penggunaan yang tepat, semua jenis sabun efektif dalam
membantu melunturkan kotoran/kuman (penyebab diare) dari tangan.11

Gambar V.1 Cara Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air 12


c) Kebiasaan membuang tinja

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. 9
d) Menggunakan air minum yang tercemar
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat peyimpanan tidak tertutup atau tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk
mengurangi risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi.
e) Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan risiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban sebaiknya membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Bila tidak mempunyai jamban,
jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak, tempat anak-anak bermain dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari
sumber air, serta hindari buang air besar tanpa alas kaki. 9
f) Pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan anak imunisasi campak
setelah berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita9
V.1.5 Status Gizi
Hubungan status gizi dan kejadian diare menurut Brown, K.H., kekurangan gizi
dapat menyebabkan rentan terhadap infeksi karena dampak negatif terjadi perubahan
pada perlindungan yang diberikan oleh kulit dan selaput lendir serta menginduksi
Etiologi :

Faktor Resiko:

perubahan
fungsi kekebalan tubuh.
meningkatkan
diare. Pada
Faktor Infeksi
Faktor Malnutrisi
sosiodemografi
(tingkat kejadian
pendidikan/pengetahuan
ibu)
Faktor Makanan
Faktor keparahan
lingkungan
malnutrisi
terjadi peningkatan derajat
penyakit diare. Hubungan antara gizi
Faktor Malabsorbsi

Faktor perilaku

anak
dan penyakit
infeksi adalah
hubungan
Faktor
Psikologis
Status
gizi dua arah, yaitu penyakit yang sering dapat
mengganggu status gizi dan status gizi yang buruk dapat meningkatkan resiko infeksi.
Pada penelitian menunjukkan bahwa efek merugikan dari infeksi tertentu pada
pertumbuhan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan memperbaiki gizi. Intervensi
meningkatkan gizi menjadi lebih baik dapat mencegah dan mengendalikan infeksi.13
V.2 Kerangka Teori
Cara Penularan :

4F= field, flies, fingers, fluid

Kejadian Diare

Gambar V.2 Kerangka Teori

V.3 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian ini adalah :
Faktor sosiodemografi :
Tingkat pendidikan/pengetahuan ibu

Faktor perilaku :
Kebiasaan mencuci tangan

Kejadian Diare
Gambar V.3 Kerangka Konsep

Status gizi anak

Anda mungkin juga menyukai