Oleh:
Kelompok IV
Ni Luh Putu Purmitasari
(1213031072)
VIIC
(1313031057)
VC
(1313031076)
VC
(1313031077)
VC
VC
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan dan Manfaat Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Nurkholis (2001), menyebutkan bahwa tujuan utama MBS adalah meningkatkan
kinerja sekolah dan terutama meningkatkan kinerja berlajar siswa menjadi lebih baik.
Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat, implementasi MBS memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan bersama
c. Mwenigkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah
tentang mutu sekolah
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan
yang diharapkan
Selain memiliki tujuan, melakukan implementasi MBS juga emmiliki manfaat seperti yang
dikemukakan oleh Eman Suparman (2001) yaitu sebagai berikut:
a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman bagi dirinya disbandingkan dengan lembaga-lembaga lain.
b. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya.
c. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang akan
dikembangkan, serta didayagunakan dalam proses pendidikan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
berbasis sekolah idealnya, sehingga perlu dibuat sekala prioritas untuk rencana jangka
pendek, menengah, dan panjang.
8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek
manajemen berbasis sekolah. Dalam pelaksanaan, semua input yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses (pelaksanaan) manajemen berbasis sekolah harus siap. Jika
input tidak siap/tidak memadai, maka tujuan situasional tidak akan tercapai. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan adalah pengelolaan kelembagaan, pengelolaan
program, dan pengelolaan proses belajar mengajar.
.
2.3 Indikator Keberhasilan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah dapat dilihat dari indikasiindikasi sebagai berikut.
1. Orientasi ke arah efektivitas proses pembelajaran
Hal ini tercermin dalam apresiasi guru terhadap pengembangan kurikulum dan
implikasinya, kreativitas guru dalam aplikasi model pembelajaran dan teknologi
pembelajaran.
2. Kepemimpinan sekolah yang efektif
Kepala sekolah memiliki peran penting dalam merealisasikan MBS terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan sumber daya pendidikan yang tersedia, dan
memadukan dukungan pihak-pihak pemangku kepentingan.
3. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan secara berdaya guna.
Guru merupakan salah satu faktor dominan dalam pencapaian keberhasilan pendiidkan
di sekolah.
4. Sekolah memiliki budaya mutu
Budaya mutu yang dimaksud yaitu kebutuhan untuk melakukan perbaikan secara
berkelanjutan, kolaborasi menjadi dasar pengambilan keputusan dan perbaikan proses
pembelajaran, serta adanya rasa memiliki pada personil sekolah.
5. Sekolah memiliki kemandirian
Sekolah mampu mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan tanpa dipengaruhi
oleh pihak luar yang tidak mengetahui masalah dan kebutuhan sekolah.
6. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat tinggi
Semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin besar rasa memiliki dan tanggung
jawab terhadap sekolah.
7. Sekolah semakin transparan
Keterbukaan ditunjukkan kepada
masyarakat
dalam
pengambilan
keputusan,
Tidak efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan
frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis.
Pikiran kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar
akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling
mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu
kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya.
6
Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit pikiran kelompok. Ini berbahaya
karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
4
Memerlukan pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum
berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan
besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya
dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
Kesulitan koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang
beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar
sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fattah, N. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung :
Pustaka Bani Quraisy
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
7