Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL ILMIAH

PRAKTIKUM BIOKIMIA
TITRASI FORMAL ASAM AMINO
PENGARUH WAKTU HIDROLISIS PROTEIN GELATIN OLEH ENZIM
PROTEASE TERHADAP VOLUME NaOH DAN mg NITROGEN ASAM
AMINO MELALUI TITRASI FORMAL ASAM AMINO

Oleh
NAMA

: NI PUTU AYU EVA TRISNA WIDIANTINI

NIM

: 1313031079

KELAS : VIC

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016

PENGARUH WAKTU HIDROLISIS PROTEIN GELATIN OLEH ENZIM


PROTEASE TERHADAP VOLUME NaOH DAN mg NITROGEN ASAM AMINO
MELALUI TITRASI FORMAL ASAM AMINO
Ni Putu Ayu Eva Trisna Widiantini
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, UNDIKSHA
Jalan Udayana, SIngaraja-Bali
E-mail: evatrisna13@yahoo.com

ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk menghidrolisis protein dengan enzim protease sehingga jumlah dari asam
amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan titrasi formal asam amino dan membuat kurva hubungan
antara volume NaOH dan mg nitrogen terhadap waktu. Metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu titrasi formal asam amino. Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini
dilakukan dengan rentang waktu menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 75 dan 90. Volume NaOH yang diperlukan dalam
percobaan ini masing-masing 1,3 mL, 1,4 mL, 1,5 mL, 1,6 mL, 1,8 mL, 2,1mL, dan 2,2mL. mg nitrogen yang
diperoleh pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 masing-masing yaitu 3,640mg ; 3,920mg ; 4,200mg ;
4,480mg ; 5,040mg ; 5,800mg ; 6,160mg ; Derajat hidrolisis yang diperoleh pada percobaan ini sebesar 0,01.
Kurva hubungan antara volume NaOH terhadap waktu dan kurva mg nitrogen asam amino terhadap waktu
berbanding lurus. Semakin lama larutan asam amino didiamkan maka semakin banyak volume NaOH yang
digunakan dans semakin banyak mg nitrogen yang dihasilkan.
Kata kunci: hidrolisis, gelatin, tripsin, titrasi formal

ABSTRACT
This experiment aims to hydrolyze the protein with a protease enzyme so that the amount of amino acids can be
determined quantitative with formal titration of amino acids. The relationship curve between the volume of
NaOH and mg of nitrogen to the time was made by the quantitive methods that a formal of titration amino
acids. The result of this experiment do at minute 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90. The method used in this
experiment is a quantitative method by means of a formal of titration amino acids. The volume of NaOH
required to titrate a mixture of trypsin and gelatin was 1,3mL, 1,4mL, 1,5mL, 1,6ml, 1,8ml, 2,1ml, 2,2ml and
obtained mg nitrogen is 3,640mg ; 3,920mg ; 4,200mg ; 4,480mg ; 5,040mg ; 5,800mg ; 6,160mg. degrees of
hydrolysis was 0,01. Relationship curve between the volume NaOH and time curve mg of nitrogen and amino
acids directly proportional. The longer the amino acids solution allowed to stand, the more volume is needed
NaOH titration as well as the more nitrogen mg produced.
Keywords: hydrolysis, gelatyn, trypsin, formal titration

PENDAHULUAN
Protein merupakan senyawa terpenting
penyusun sel hidup. Senyawa ini terdapat
dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan
maupun hewan. Istilah protein berasal dari
bahasa Yunani protos yang berarti yang
paling utama. Protein adalah senyawa
organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomermonomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Sebuah
molekul protein mengandung ratusan atau
bahkan ribuan unit asam amino. Unit-unit itu
akan membentuk berbagai macam kombinasi
yang jumlahnya hampir tidak terbatas,
sehingga jumlah jenis protein yang ada juga

tidak terbatas (Frieda, 2002). Dua asam


amino yang berikatan melalui ikatan peptida
akan membentuk dipeptida, ada gugus amino
bebas pada salah satu ujung dan gugus
karboksil pada ujung yang lain, masingmasing masih dapat diikatkan pada asam
amino lainnya untuk membentuk rantai
peptida yang lebih panjang. Oligopeptida
mengandung sampai 25 residu asam amino,
polipeptida mengandung lebih dari 25 residu
asam amino (Redhana, 2004). Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan kadang sulfur serta
fosfor.

Suatu molekul protein disusun oleh


sejumlah asam amino tertentu dengan
susunan yang sudah tertentu pula dan bersifat
turunan. Asam amino adalah suatu golongan
senyawa karbon yang setidak-tidaknya
mengandung satu gugus karboksil (COOH)
dan satu gugus amino (NH2). Gugus
NH2
R

karboksil (COOH) adalah gugus yang


bersifat asam, sedangkan gugus amino
(NH2) adalah gugus yang bersifat basa. Oleh
karena itu molekul asam amino dapat
mengalami reaksi asam-basa intramolekul
membentuk suatu ion dipolar yang disebut
zwitter ion.
NH3 +

O
R

C
OH (aq)

O
C

O- (aq)

Gambar 1. Zwitter ion asam amino


Protein dihidrolisis akan didapatkan asam
aminonya. Hidrolisis suatu protein dapat
dilakukan dengan menggunakan enzim
protease dan tripsin. Tripsin adalah suatu
enzim proteolitik atau enzim yang
mengkatalisis hidrolisis protein. Tripsin
mengkatalisis hidrolisis ikatan amida di
bagian karboksil dari lisin atau arginin
H3N+CHRCOO-(aq)

H2NCHRCOO-(aq) + 2HCHO(aq)

(Fessenden, 2010). Protein jika dihidrolisis


akan menghasilkan asam amino bebas. Asam
amino bebas ini apabila direaksikan dengan
formaldehida berlebih akan membetuk derivat
metilol. Reaksi ini menyebabkan asam amino
bebas bentuk isoelektrik kehilangan satu
proton dari gugus NH3+.

H2NCHRCOO-(aq) + H+(aq)

(HOCH2)2NCHRCOO-(aq)

Gambar 2. Reaksi asam amino bentuk isoelektrik kehilangan satu proton


Ion H+ yang dilepaskan pada reaksi di atas
Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat
dapat dititrasi langsung dengan NaOH sampai
amfoterik karena gugus asam amino
pH 8,0, yang merupakan titik akhir indikator
diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium,
fenolftalein. Titrasi asam amino atau
sedangkan gugus karboksil kehilangan
campuran asam amino dalam keberadaan
protonnya dan hadir sebagai anion
formaldehida disebut dengan titrasi formal
karboksilat.
asam amino. Titrasi ini merupakan metode
Gugus amonium dari asam amino bersifat
analisis untuk mengikuti pembentukan asam
buffer pada daerah pH tinggi, di atas pH 11,
amino bebas yang dihasilkan pada proses
sehingga tidak mungkin dititrasi pada titik
hidrolisis protein oleh enzim proteotik.
akhir. Hal yang sama juga terjadi pada gugus
Pada percobaan ini dibuat kurva titrasi
karboksil yang bersifat buffer pada pH rendah
asam amino yang diperoleh dari hasil
sehingga tidak mungkin juga dititrasi dengan
hidrolisis protein dengan menggunakan enzim
basa. Untuk mengatasi hal tersebut,
protease. Selama hidrolisis suatu protein,
formaldehida ditambahkan ke dalam larutan
sejumlah karboksil dan gugus amino
asam amino agar bereaksi dengan gugus
bertambah terus. Penentuan secara kuantitatif
amino yang tidak bermuatan sehingga
salah satu gugus akan dapat memberikan
memungkinkan gugus amonium mem-buffer
indikasi untuk mengetahui derajat hidrolisis
di daerah pH yang lebih rendah dan dapat
suatu protein. Menurut teori zwitterion,
dititrasi pada titik akhir secara kuantitatif
apabila suatu asam amino dalam larutan
menggunakan suatu indikator. Reaksi yang
dititrasi dengan basa, berarti ion hidrogen dari
terjadi selama titrasi formal asam amino
gugus amonium yang dititrasi (Tika, 2010).
adalah sebagai berikut.

H
R

O
NaOH(aq)

OH(aq)

NH2

C
O- (aq)

NH3 +

Asam amino
H
R

2HCHO(aq)

O-(aq)

NH3 +

O
C
OH

N
HOH2 C

Asam amino
H
R

dimetilol
H

O
C

NaOH(aq)

O-

N
HOH2C

formalin

CH2 OH(aq)

H2O (l)
ONa

CH2OH (aq)

HOH2C

CH2OH (aq)

Gambar 3. Reaksi yang terjadi selama titrasi formal


Penambahan formalin ke dalam larutan
asam amino akan membentuk dimetilol.
Dengan terbentuknya dimetilol ini, berarti
gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan
mempengaruhi reaksi yang terjadi antara
gugus asam (karboksil) dengan basa (NaOH)
sehingga titik akhir titrasi dapat diakhiri
dengan tepat.Indikator yang digunakan adalah
fenolftalein dan reagen yang digunakan pada
praktikum ini adalah reagen gelatin. Gelatin
merupakan produk alami yang diperoleh dari

O
N
H

H
C
CH 3

O
C

H
N

H2
C C
O

H
N

H
N

H
C

O
C

hidrolisis parsial kalogen. Gelatin merupakan


protein yang larut dan bersifat gelling agent
(bahan pembuat gel) atau sebagai ion gelling
agent. Sumber bahan baku gelatin dapat
berasal dari tulang dan kulit dari sapi atau
babi. Gelatin terdiri dari glisin dengan
komposisi yang besar, protein dan 4-hidroksi
residu dengan strukturnya yaitu : Ala-GlyPro-Arg-Gly-Glu-4.Hyp-Gly-Pro.
Berikut
merupakan struktur gelatin.

H
N

O
H2
C C

H
N

H
C

CH2

CH 2

CH2

CH 2

NH

NH

O-

NH 2

Gambar 4. Struktur Gelatin

O
C

H
N

OH
C

NH

CH2
C
NH

O
O
C

METODE
Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
ini terdiri dari 3 buah gelas kimia 100 mL, 3
buah Erlenmeyer 100 mL, 1 set buret dan
statif, 1 buah spatula, 1 buah batang
pengaduk, 1 buah labu ukur 100 mL, 1 buah
pipet ukur 25 mL, 1 buah kaca arloji, 1 buah
termometer, 1 buah pemanas listrik, 2 buah
pipet tetes, dan 1 buah labu ukur 25 mL.
Bahan-bahan yang digunakan adalah 100 mL
larutan gelatin 5%, 50 mL larutan NaOH 0,2
M, 50 mL larutan HCl 0,1 M, 25 mL indikator
PP 1%, 75 mL larutan formaldehida 40%, 25
mL larutan tripsin 1%, dan 500 mL aquades.
Prosedur Kerja
Penyiapan Larutan Gelatin
Larutan gelatin sebanyak 100 mL
ditambahkan 1 mL larutan fenolftalein dan
NaOH 0,2 M tetes demi tetes hingga timbul
warna merah muda. Larutan gelatin yang
berwarna merah muda ditambahkan tetes
demi tetes larutan HCl 0,1 M sampai warna
merahnya hilang. Larutan tersebut kemudian
direndam dalam inkubator air pada suhu 380C
selama 5 menit.
Penyiapan Larutan Tripsin
Larutan tripsin sebanyak 25 mL
ditambahkan dengan beberapa tetes indikator
fenolftalein dan tetes demi tetes larutan
NaOH 0,2 M sampai timbul warna merah
muda. Larutan tripsin yang berwarna merah

muda ditambahkan tetes deni tetes larutan


HCl 0,1 M ke dalam larutan tersebut sampai
warna merahnya hilang. Larutan tersebut
kemudian direndam dalam inkubator air pada
suhu 380C selama 5 menit.
Titrasi Formal Asam Amino
Larutan tripsin ditambahkan ke dalam
larutan gelatin dan diaduk perlahan. Setelah
tercampur merata, sebanyak 10 mL campuran
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL
(larutan ini digunakan sebagai kontrol atau
waktu nol). Larutan kemudian didihkan untuk
merusak enzim dan kemudian didinginkan.
Larutan yang sudah dingin ditambahkan 15
mL formalin netral dan 3 tetes fenolftalein
kemudian dititrasi dengan NaOH 0,2 M.
Langkah tersebut diulang pada interval waktu
15, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit dari waktu
nol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Titrasi asam amino dalam keberadaan
formaldehida disebut dengan titrasi formal
asam amino. Titrasi ini merupakan metode
analisis untuk mengikuti pembentukan asam
amino bebas yang dihasilkan pada proses
hidrolisis protein oleh enzim proteotik. Tahap
awal dari praktikum ini adalah preparasi
larutan gelatin. Larutan gelatin dibuat dengan
melarutkan 5 gram serbuk gelatin yang
berwarna kuning ke dalam 100 mL air
(gambar 5).

Gambar 5. Larutan gelatin berwarna kuning


Larutan gelatin yang sudah larut
kemudian ditambahkan dengan indikator
fenolftalein. Tujuan ditambahkan indikator
fenolftalein adalah untuk mengetahui

perubahan pH yang terjadi pada sistem


larutan. Setelah ditambahkan indikator
fenolftalein sebanyak 1 mL, larutan tidak
berubah warna. Larutan gelatin yang sudah

ditambahkan indikator fenolftlein, kemudian


ditambahkan dengan larutan NaOH tetes demi
tetes. Penambahan NaOH sebanyak 36 tetes
mengakibatkan larutan gelatin berubah warna
menjadi merah muda (gambar 6a). Larutan
gelatin yang berwarna merah muda kemudian
ditambahkan dengan HCl tetes demi tetes
yang menyebabkan larutan kembali berwarna
kuning bening (gambar 6b). Penambahan HCl
bertujuan untuk membuat larutan tersebut

mencapai pH 8, karena sebelumnya dilakukan


penambahan NaOH yang membuat larutan
bersifat basa. Penambahan HCl hingga pH 8
dilakukan, karena pada pH ini merupakan pH
optimum bagi enzim tripsin untuk bekerja
secara optimal. Selanjutnya larutan gelatin
ini diinkubasi pada suhu 380C (gambar 6 c).
Pengkondisian ini bertujuan agar enzim
protease dapat bekerja secara optimal.

(a)
(b)
(c)
Gambar 6. (a) Gelatin + PP + NaOH yang berwarna merah muda, (b) Gelatin + PP + NaOH
+ HCl yang berwarna kuning, (c) Larutan gelatin diinkubasi pada suhu 380C
Larutan tripsin yang berwarna putih
kekuningan (gambar 7a) ditambahkan dengan
3 tetes indikator fenolftalein dengan tujuan
untuk mengetahui perubahan pH yang terjadi
pada sistem larutan. Larutan kemudian
ditambahkan 5 tetes NaOH yang bersifat
basa. Penambahan NaOH ini mengakibatkan
warna larutan berubah menjadi merah muda
(gambar 7b). Selanjutnya ditambahkan HCl
untuk mengkondisikan pH larutan berada

(a)

(b)

pada pH netral. Hal ini dilakukan agar kondisi


enzim tripsin sama dengan kondisi gelatin
sehingga saat direaksikan akan terjadi reaksi
yang
sempurna.
Penambahan
HCl
menyebabkan larutan tripsin kembali berubah
warna menjadi putih kekuningan (gambar 7c).
Larutan ini juga diinkubasi dalam inkubator
air pada suhu 38 0C dengan tujuan agar enzim
protease dapat bekerja secara optimal.

(c)

(d)

Gambar 7. (a) Larutan tripsin yang berwarna putih kekuningan, (b) Tripsin + PP + NaOH
yang berwarna merah muda, (c) Tripsin + PP + NaOH + HCl yang berwana
putih kekuningan, (d) Larutan tripsin diinkubasi pada suhu 38 0C
Proses selanjutnya, larutan tripsin dan
larutan gelatin dicampur dan diaduk perlahan.
Pencampuran kedua larutan ini menghasilkan
warna kuning muda (Gambar 8). Penambahan

larutan tripsin akan mampu menghidrolisis


protein khususnya gelatin. Digunakan larutan
tripsin dalam hidrolisis protein ini karena
pada tripsin terdapat enzim protease yang

mampu menghidrolisis protein dengan


memotong ikatan peptida pada sisi C dari

gelatin yang menghasilkan asam amino bebas


sehingga dapat dititrasi.

CampuranGambar
yang sudah
homogen
mem-buffer
di daerah pH yang
8. Larutan
Tripsinantara
+ Gelatin amonium
yang berwarna
kuning muda
larutan gelatin dan tripsin diambil sebanyak
lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik
10 mL, kemudian dipanaskan hingga
akhir secara kuantitatif menggunakan suatu
mendidih. Tujuan dilakukan pemanasan
indikator. Hal ini dilakukan karena jika tidak
adalah untuk merusak enzim sehingga reaksi
ditambahkan dengan formaldehid, gugus
akan terhenti. Larutan ini kemudian
amonium dari asam amino akan bersifat
didinginkan dan ditambahkan 15 mL formalin
buffer pada daerah pH tinggi, diatas pH 11,
netral dan 3 tetes fenolftalein. Larutan ini
sehingga tidak mungkin dititrasi sampai titik
digunakan sebagai standar karena diambil
akhir. Hal yang sama juga terjadi pada gugus
pada menit ke-nol. Pengambilan campuran ini
karboksil yang bersifat buffer pada pH rendah
diulangi sebanyak 6 kali, dengan interval
sehinga tidak mungkin dititrasi dengan basa.
waktu tertentu, yaitu pada menit ke-15, menit
Selajutnya masing-masing larutan ditirasi
ke-30, menit ke 45, menit ke-60, menit ke-75,
dengan NaOH 0,2 M sampai terjadi
menit ke-90. Masing-masing campuran
perubahan
warna.
Tirtrasi
dilakukan
tersebut diperlakukan sama seperti kontrol,
sebanyak 7 kali, dengan interval waktu
yaitu dipanaskan hingga mendidih. Tujuan
tertentu, yaitu pada menit ke-0, menit ke-15,
penambahan formalin adalah agar formalin
menit ke-30, menit ke 45, menit ke-60, menit
bereaksi dengan gugus amino yang tidak
ke-75, menit ke-90.
bermuatan sehingga memungkinkan gugus

(a)

(b)

(c)

(d)
(e)
(f)
(g)
Gambar 9. Hasil titrasi (a) pada menit ke-0, (b) pada menit ke-15, (c) pada menit ke-30,
(d) pada menit ke-45, (e) pada menit ke-60, (f) pada menit ke-75, (g) pada menit
ke-90
Reaksi yang terjadi pada titrasi dengan
menggunakan formalin merupakan reaksi

pembentukan dimetilol. Dengan terbentuknya


dimetilol ini, berarti gugus aminonya sudah

terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi


yang terjadi antara gugus asam (karboksil)
dengan basa (NaOH) sehingga titik akhir
titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator
yang digunakan adalah fenolftalein. Bila titik
H
R

akhir titrasi diperoleh tepat, maka akan terjadi


perubahan warna larutan dari bening menjadi
merah muda. Reaksi yang terjadi secara
keseluruahan pada titrasi formal asam amino
adalah sebagai berikut.
H

NH2

NaOH (aq)

OH (aq)

C
O- (aq)

NH3+

Asam amino
H
R

2HCHO (aq)

C
O-

NH3+

(aq)

C
OH

N
HOH2C

Asam amino
H
R

C
N

HOH2 C

formalin

dimetilol
H

O
C

CH2OH (aq)

NaOH (aq)

OCH2 OH (aq)

O
C

(l)

ONa

N
HOH2C

H2 O

CH2OH (aq)

Gambar 10. Reaksi Titrasi Formal Asam Amino


Volume NaOH yang diperlukan pada saat
titrasi formal asam amino ini pada menit ke-

0, 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 adalah sebagai


berikut.

Tabel 1. Data Volume NaOH yang Digunakan pada Titrasi Formal Asam Amino
Waktu
0 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
75 menit
90 menit

Volume NaOH
1,3 mL
1,4 mL
1,5 mL
1,6 mL
1,8 mL
2,1 mL
2,2 mL

kurva hubungan antara volume NaOH yang


diperlukan terhadap waktu yaitu sebagai
berikut:

3
2
Volume NaOH 1
0
0

20

40

60

80

100

Menit ke-

Berdasarkan data diatas, maka dapat dibuat

Gambar 11. Kurva Hubungan antara Volume NaOH yang Diperlukan Terhadap Waktu
Kurva tersebut menunjukan bahwa
semakin lama larutan didiamkan, maka
semakin banyak volume NaOH yang
diperlukan untuk mentitrasi larutan asam
amino tersebut. Hal ini terjadi karena selama
proses hidrolisis gelatin oleh tripsin
menyebabkan gugus karboksil dan gugus
amino yang dihasilkan semakin banyak.
Dengan bertambahnya gugus ini, maka
jumlah NaOH yang digunakan pada saat
titrasi juga bertambah. Akan tetapi pada batas
waktu tertentu, kurva akan mulai konstan
apabila enzim sudah mencapai titik jenuhnya
sehingga tidak mampu lagi untuk mengikat
asam-asam amino yang bebas. Derajat
hidrolisis dari enzim tripsin juga dapat
dihitung berdasarkan kurva di atas, yaitu
dengan perhitungan sebagai berikut:

Dengan mengasumsikan 1 mL NaOH


ekivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino,
maka dapat dihitung jumlah mg asam amino
pada tiap volume NaOH saat titrasi seperti
perhitungan berikut;
Pada waktu t = 0
Volume NaOH 0,2 M yang digunakan = 1,3
mL
Mol NaOH = 1,3 mL x 0,2 M = 0,26 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg
nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,26
mmol NaOH ekuivalen dengan:

0,01 mmol 1,4 mg


=
0,26 mmol x mg
x=

0,26 mmol
x 1,4 mg=3,64 mg nitrogen asam
0,1 mmol

amino
V
Derajat hidrolisis= NaOH
t
Derajat hidrolisis=

(2,2-1,3)
=0,01
(90-0)

Jadi, derajat hidrolisis dari asam amino


adalah 0,01.

Dengan perhitungan yang sama dapat


dihitung pula miligram nitroen pada menit ke15, 30, 45, 60, 75 dan 90. Data mg asam
amino untuk tiap volume NaOH dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Data mg Nitrogen yang Dihasilkan oleh Asam Amino pada Menit ke-0, 15,
30, 45, 60, 75 dan 90
Waktu

Volume NaOH
(mg)
1,3 mL
1,4 mL
1,5 mL
1,6 mL
1,8 mL
2,1 mL
2,2 mL

0 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
75 menit
90 menit

Perhitungan
1,3 x 0,28/0,1
1,4 x 0,28/0,1
1,5 x 0,28/0,1
1,6 x 0,28/0,1
1,8 x 0,28/0,1
2,1 x 0,28/0,1
2,2 x 0,28/0,1

Berdasarkan data diatas, maka dapat


dibuat kurva hubungan antara mg nitrogen

mg nitrogen
asam amino
3,640
3,920
4,200
4,480
5,040
5,800
6,160

yang dihasilkan oleh asam amino terhadap


waktu yaitu sebagai berikut.

8
6
mg NaOH

4
2
0
0

20

40

60

80

100

Menit ke-

Gambar 12. Kurva Hubungan mg Nitrogen terhadap Waktu

Pada kurva di atas diketahui bahwa


semakin lama waktu kontak antara larutan
gelatin dengan enzim tripsin maka semakin
banyak pula mg nitrogen dari asam amino
yang dihasilkan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan, maka dapat disimpulan bahwa
protein (gelatin) dapat dihidrolisis dengan
enzim protease dari tripsin dan melalui titrasi
formal asam amino diketahui derajat
hidrolisis asam amino tersebut. Dari data hasil

titrasi formal asam amino dapat dibuat kurva


hubungan antara volume NaOH terhadap
waktu dan kurva hubungan mg nitrogen asam
amino terhadap waktu pada titrasi formal
asam amino dapat dijelaskan bahwa semakin
lama larutan didiamkan, maka semakin
banyak volume NaOH yang diperlukan untuk
mentitrasi larutan asam amino tersebut maka
semakin banyak pula mg nitrogen dari asam
amino yang dihasilkan.
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan


kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si.,sebagai
dosen pengampu mata kuliah Praktikum
Biokimia atas bimbingan dan masukan
selama praktikum ini, I Made Wirahadi
Kusuma selaku asisten dosen, dan I Dewa
Subamia selaku laboran di Jurusan
Pendidikan Kimia atas bantuan dalam
memberikan segala keperluan yang berkaitan
dengan praktikum sehingga percobaan ini
dapat dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J., Fessenden, Joan S.
2010. Dasar-Dasar Kimia Organik

terjemahan dari Fundamental of


Organic Chemistry oleh Sukmariah
Maun, Kamianti Anas, dan Tilda S.
Sally.
Tangerang:
BINARUPA
AKSARA.
Frieda Nurlita, dkk. 2002. Kimia Organik II.
Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta : Erlangga
Redhana, I Wayan. 2004. Biokimia Jilid 1.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Tika, I Nyoman. 2010. Penuntun Praktikum
Biokimia. Singaraja: UNDIKSHA

Anda mungkin juga menyukai