Oleh:
NAMA: CHRITIE ANUGERAH PUTRI
NIM: 1813081016
NH2 NH3+
(Frieda, 2002).
Pada gambar struktur dipolar asam α-amino gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai
ion amonium, sedangkan gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai
anion karboksilat. Struktur ini konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam,
yang memiliki titik leleh agak tinggi (Hart, 2003).
Titrasi formal asam amino merupakan suatu metode titrasi dengan menggunakan
larutan basa setelah penambahan formaldehid untuk menghilangkan kebasaan gugus
amino. Pada percobaan ini dibuat kurva titrasi dari asam amino yang diperoleh dari
hasil hidrolisis protein dengan menggunakan enzim protease. Selama hidrolisis suatu
protein, sejumlah gugus karboksil dan gugus amino bertambah terus. Penentuan secara
kuantitatif salah stau gugus akan dapat memberikan indikasi untuk mengetahui derajat
hidrolisis protein. Menurut teori zwiiterion, kalau suatu asam amino dalam larutan
dititrasi dengan basa, berarti ion hydrogen dari ammonium yang dititrasi. Gugus
ammonium dari asam amino yang bersifat buffer pada daerah pH tinggi atau di atas pH
11, sehingga tidak mungkin dititrasi sampai titik akhir. Hal yang sama juga terjadi pada
gugus karboksil yang bersifat buffer pada pH rendah sehingga tidak mungkin juga
dititrasi dengan basa (Tika, 2010).
Untuk mengatasi hal tersebut, maka formaldehid ditambahkan ke dalam larutan
asam amino agar bereaksi dengan gugus amino yang tidak bermuatan sehingga
memungkinkan gugus ammonium membuffer pada daerah pH yang lebih rendah dan
dapat dititrasi pada titik akhir secara kuantitatif menggunakan indicator (Tika, 2010).
Reaksi yang terjadi selama titrasi formal asam amino adalah :
Penambahan formalin ke dalam larutan asam amino akan membentuk dimetilol.
Dengan terbentuknya dimetilol berarti gugus amino dari protein sudah terikat dan tidak
akan mempengaruhi titik akhit titrasi sehingga titik akhir titrasi dapat ditentukan
dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah fenolptalein (Tika, 2010).
Pada praktikum ini digunakan reagen gelatin yang merupakan produk alami yang
diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Reagen yang digunakan dalam praktikum ini
adalah gelatin, yang merupakan produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial
kolagen. Gelatin adalah protein yang bersifat gelling agent (bahan pembuat gel) atau
sebagai ion gelling egent. Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari tulang dan
kulit dari sapi atau babi. Gelatin terdiri dari glisin dengan komposisi yang besar, protein
dan 4-hidroksi residu dari protein yang strukturnya adalah
-Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-Glu-4Hyp-Gly-Pro-. Struktur gelatin adalah sebagai berikut.
Iii. Alat & Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini ialah gelas kimia 100 mL 3 buah,
erlenmeyer 100 mL 3 buah, buret dan statif 1 set, spatula 1 buah, batang pengaduk 1
buah, labu ukur 100 mL 2 buah, pipet ukur 25 mL 1 buah, kaca arloji 1 buah,
termometer 1 buah, pemanas listrik buah, pipet tetes 1 buah, dan labu ukur 25 mL 1
buah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah larutan gelatin 5%, larutan
NaOH 0.2 M, larutan HCL 0.1 M, indikator PP 1%, larutan formaldehida 40%, larutan
tripsin 1%, dan aquades.
V. Hasil Pengataman
Titrasi volume NaOH yang digunakan pada titrasi formal asam amino
1. Data Volume NaOH yang digunakan pada Titrasi Formal Asam Amino
Tabel 1. Data Volume NaOH yang digunakan pada Titrasi Formal Asam Amino
Berdasarkan data diatas, maka dapat dibuat kurva hubungan antara volume NaOH yang
diperlukan terhadap waktu yaitu sebagai berikut.
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Gelatin + PP + NaOH yang berwarna merah muda dan (b) Gelatin + PP
+ NaOH + HCl yang berwarna kuning bening
Berikutnya, dilakukan hal yang sama juga pada larutan tripsin. Larutan tripsin
ditambahkan dengan indikator fenolftalein. Tujuan ditambahkannya indikator
fenolftalein adalah untuk mengetahui perubahan pH yang terjadi pada sistem larutan.
Setelah dilakukan penambahan indikator fenolftalein larutan tidak berubah warna.
Larutan tripsin yang sudah ditambahkan indikator fenolftlein, lalu ditambahkan dengan
larutan NaOH tetes demi tetes. Penambahan NaOH ini berakibat larutan tripsin berubah
warna menjadi merah muda. Larutan tripsin yang berwarna merah muda kemudian
ditambahkan dengan HCl tetes demi tetes yang menyebabkan larutan kembali berwarna
putih keruh, agar larutan tersebut mencapai pH 8, karena penambahan NaOH yang
telah dilakukan sebelumnya membuat larutan bersifat basa. Penambahan HCl hingga
pH 8 dilakukan, karena pada pH ini merupakan pH optimum bagi enzim tripsin untuk
bekerja optimal. Dan kemudian larutan tripsin ini diinkubasi pada suhu 380C.
Pengkondisian ini dilakukan agar enzim protease selanjutnya bekerja dengan optimal.
(a) (b) (c)
Gambar 3. (a) Larutan tripsin yang berwarna putih keruh, (b) Larutan tripsin + PP +
NaOH yang berwarna merah muda, dan (c) Larutan tripsin + PP + NaOH + HCl yang
berwarna putih keruh
Dan tahap lengkah yang berikutnya, larutan tripsin dan larutan gelatin
dicampurkan dan diaduk perlahan. Dari pencampuran kedua larutan ini dihasilkan
warna putih kekuningan. Penambahan larutan tripsin mampu menghidrolisis protein
khususnya gelatin. Digunakan larutan tripsin dalam hidrolisis protein ini karena pada
tripsin terdapat enzim protease yang mampu menghidrolisis protein dengan memotong
ikatan peptida pada sisi C dari gelatin yang menghasilkan asam amino bebas agar dapat
dititrasi.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
1. Protein dapat dihidrolisis dengan enzim protease dan melalui titrasi formal asam
amino.
2. Kurva hubungan antara volume NaOH terhadap waktu dan kurva mg nitrogen asam
amino terhadap waktu pada titrasi formal asam amino berbanding lurus dimana
semakin lama larutan didiamkan, maka semakin banyak volume NaOH yang
diperlukan untuk mentitrasi larutan asam amino tersebut maka semakin banyak pula mg
nitrogen dari asam amino yang dihasilkan.
3. Kurva antara mg nitrogen asam amino terhadap waktu dibuat dengan
mengkonversi volume NaOH menjadi mg nitrogen asam amino.
DAFTAR PUSTAKA
Frieda Nurlita, dkk. 2002. Kimia Organik II. Singaraja : Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Negeri Singaraja.
Lehninger, Albert.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1 dan 3 Alih Bahasa Maggy
Thenawidjaya. Jakarta: Erlangga.
Tika, I Nyoman. 2010. Buku Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Pertanyaan & Jawaban
1) Mengapa asam amino disebut monomer Protein?
Jawab: asam amino disebut monomer karena protein merupakan molekul yang sangat
besar atau makrobiopolimer yang tersusun dari monomer yang disebut asam amino.
7) Buatlah kurva titrasi dari asam amino yang diperoleh dari hasil hidrolisis protein
dengan menggunakan enzim protease?
Jawab:
Reaksi: