PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kebijakan pembiayaan kesehatan tahun 2000-2007 telah berhasil memperbaiki
pemerataan sosial ekonomi. Sebelum krisis, rumah sakit pemerintah maupun swasta
cenderung digunakan oleh kalangan masyarakat mampu. Sebagian besar masyarakat
miskin, belum atau bahkan tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dikarenakan
oleh keterbatasan sumber daya. Dapat disimpulkan bahwa berbagai kebijakan Jaminan
pendanaan seperti Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan dan Askeskin berhasil
mengurangi hambatan bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
rumah sakit maupun fasilitas kesehatan non-rumah sakit lainnya. Adanya program
perlindungan kesehatan bagi masyarakat (ASKESKIN, JAMKESMAS, dsb), mempunyai
arah positif menuju semakin terlindunginya kaum miskin dan kaum rentan-miskin terhadap
katastropik akibat pengeluaran kesehatan. Akan tetapi data tentang akses dan kualitas
kepelayanan dasar puskesmas) dan pelayanan rujukan (rumah sakit) serta pemerataan
sumber daya manusia, masih menunjukkan gejala ketidak merataan secara horizontal.
Jumlah rumah sakit dan dokter tidak terdistribusi secara merata di berbagai daerah dan
kualitas pelayanan juga masih berbeda-beda.
Keadaan ini perlu dipelajari oleh para pemimpin di sektor kesehatan. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Propinsi perlu untuk memahami bagaimana teori equity berjalan
di daerahnya. Konsepsi ini perlu dimiliki oleh kepala dinas kesehatan sebagai kompetensi
dasar untuk peningkatan kemampuan dalam mengolah data dalam rangka pengembangan
pemikiran untuk perencanaan strategis program kesehatan di daerahnya. Sebagai regulator
pemerintah harus menjadi wasit yang adil dalam
sistem pelayanan kesehatan di wilayahnya, harus menyediakan aturan-aturan dasar
yang tujuannya adalah untuk menjamin bahwa sistem bisa berjalan secara fair dan
melindungi masyarakat untuk mencapai status kesehatan masyarakat yang optimal.
Sebagai pemberi biaya, pemerintah harus menjamin bahwa layanan kesehatan yang
diperlukan oleh masyarakat dapat diakses oleh seluruh masyarakat, sehingga jika terjadi
barier ekonomi dari kelompok masyarakat yang miskin, maka pemerintah harus
1
bertanggung jawab untuk menyediakan dana dan atau membuat sistem supaya pelayanan
kesehatan dapat diakses oleh penduduk miskin dengan kualitas yang baik. Sebagai
pelaksana, maka pemerintah menyediakan layanan kesehatan bagi
masyarakat. Perlu diperhatikan perbedaan peran pemerintah antara sebagai
pelaksana dan sebagai regulator (Bossert, dkk, 1998): Pada saat sebagai pelaksana, tujuan
pemerintah adalah untuk mengupayakan efisiensi dan survival institusi pelayanan publik,
namun sebagai regulator tujuan tersebut bergeser menjadi menjamin kompetisi dan sistem
kompensasi mengarah ke pencapaian indikator kesehatan wilayah. Pada masa sebelum
krisis, rata-rata biaya kesehatan nasional adalah $12/kapita/tahun. Jumlah tersebut berasal
dari pemerintah dan non pemerintah. Yang nonpemerintah berasal dari: pengeluaran
langsung oleh rumah tangga yang dikenal dengan istilah out of pocket payment, dari
perusahaan swasta, yaitu untuk biaya kesehatan karyawannya, dan dari sistem asuransi
kesehatan.
Dalam rangka mengatasi masalah tersebut maka perlu dikembangkan suatu sistem
pembiayaan kesehatan yang sesuai dengan keadaan setempat. Sistem pembiayaan
merupakan manifestasi peran pemerintah sebagai pemberi biaya. Filosofi dasarnya adalah
pemerintah harus menjamn agar pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat
dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga jika terjadi hambatan ekonomi dari
kelompok masyarakat yang miskin, maka pemerintah harus bertanggung jawab
menghilangkan hambatan tersebut dengan menyediakan dananya.Yang menjadi masalah
untuk mencapai hal tersebut adalah bagaimana sistem pembiayaan harus dibangun, konsep
universal apa saja yang bisa diacu, adakah daerah lain atau negara lain yang dapat dijadikan
referensi. Untuk itu, dalam kegiatan pengembangan sistem pembiayaan perlu dinilai
kondisi ekonomi mikro daerah, kemauan politik para pengambil kebijakan dan keberadaan
infrastruktur yang lain pada dasarnya.
Dalam usaha mengembangkan manajemen kesehatan di era otonomi daerah, Sistem
pembiayaan kesehatan dan perhitungan biaya pelayanan kesehatan merupakan hal yang
relative penting dalam pelaksanaan desentralisasi. Daerah harus mampu melakukan
perhitungan dan penyusunan suatu sistem pembiayaan kesehatan mulai dari penyediaan
data yang berasal dari berbagai sumber hingga mobilisasi dana yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.Untuk itu diperlukan adanya sistem alur
2
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
mampu memahami Memahami konsep pembiayaan jaminan kesehatan dan
konsep system jaminan kesehatan untuk pengambilan kebijakan pelayanan dan
pendanaan kesehatan bagi masyarakat berdasarkan kepada pemerataan sosial
ekonomi, geografis, serta dampak katastropik kesehatan di Indonesia.
B. Tujuan Khusus
Setelah mahasiswa membaca makalah ini, mahasiswa mampu :
1. Jaminan Kesehatan Nasional JKN
2. Badan Jaminan Kesehatan Nasional
3. Pembiayaan kesehatan BPJS / JKN
4. Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia
1.3 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian Jaminan Kesehatan Nasional JKN ?
B. Apa pengertian Badan Jaminan Kesehatan Nasional ?
C. Bagaimana pembiayaan BPJS / JKN ?
D. Bagaimana system pembiayaan kesehatan di Indonesia?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ansuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan Nasional)
4
tujuan
utama
adalah
untuk
memenuhi
sebesar-besarnya
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
1. Mulai operasional
BPJS Kesehatan mulai opersional pada tanggal 1 Januari 2014.
2. Kelompok pesertan BPJS Kesehatan
Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu :
a. PBI jaminan kesehatan.
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang
iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
melalui peraturan pemerintah.
Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang
mengalami cacat total tetap dan tidak mampu.
Cacat total tetap merupakan kecacatan fisik dan/atau mental yang
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.
Penetapan cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang berwenang.
b. bukan PBI jaminan kesehatan.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri atas:
1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
Penduduk Indonesia wajib menjadi anggota BPJS karena kepesertaan BPJS
Kesehatan bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah memiliki Jaminan
Kesehatan lain. Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka semua biaya yang
timbul harus dibayar sendiri dan kemungkinan bisa sangat mahal diluar kemampuan kita.
7
Seluruh penduduk Indonesia sudah harus menjadi peserta BPJS Kesehatan paling lambat
tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan yang
dilakukan secara bertahap.
2.3 Pembiayaan BPJS / JKN
Biaya kesehatan adalah Besarnya dana yg harus disediakan utk menyelengarakan dan
atau
memanfaatkan
berbagai
upaya
kesehatan
yg
diperlukan
oleh
biaya
melakukan
risksharing
dengan
Penyelenggaraan
Pelayanan
Pembayaran Iuran
2.3.4
dengan 31 Desember). Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan
kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni
tahun berikutnya.
Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui
media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak
yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun
berikutnya.
2.4
12
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak
ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem
health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related
Group (DRG system).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk
pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK
dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga
kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka
sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost)
tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM
(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Masyarakat yang telah menajdi
peserta akan membayar iuran dimuka untuk memperoleh pelayanan kesehatan
paripurna dan berjenjang dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung
tombak yang memenuhi kebutuhan utama kesehatan dengan mutu terjaga dan
biaya terjangkau.
Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh
dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan
melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam
penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda
pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat
dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi
pemasukan bagi PPK.
Kelemahan
dari
system
Health
Insurance
adalah
dapat
terjadinya
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
a. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
b. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak.
c. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional : Prinsip kegotongroyongan, Prinsip
nirlaba, Prinsip kepesertaan bersifat wajib, Prinsip dana amanat, dan Prinsip hasil
15
Semoga dengan terciptanya tugas makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih mengenai JKN dan BPJS. oleh karena itu pembaca diharapkan dapat
memberikan kritik dan sarannya terhadap makalah ini demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
16
17