Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I

PERCOBAAN IV
UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK

OLEH :
NAMA

: MELISA ARDIANTI

NIM

: F1F1 13 031

KELAS

:A

KELOMPOK

: I ( SATU )

ASISTEN

: NUR AFIDAH ANAS

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

PERCOBAAN IV

UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK


A. TUJUAN
Tujuan pada percobaan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui prinsip dasar uji kandungan kimia ekstrak
2. Untuk dapat melakukan identifikasi kandungan kimia dalam suatu ekstrak
bahan alam.
B. LANDASAN TEORI
Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang menghasilkan satu atau
lebih komponen aktif yang digunakan untuk perawatan kesehatan dan
pengobatan atau seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya
mempunyai khasiat obat . Penggunaan tumbuhan obat sangat banyak macamnya,
ada yang dipergunakan sebagai obat kuat (tonikum), sebagai obat penyakit
maupun tujuan untuk mempercantik diri (kosmetika). [1]
Obat tradisional dalam kimia bahan alam mengandung senyawa-senyawa
yang dikenal dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan
senyawa kimia yang terbentuk dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang tergolong
ke dalam kelompok metabolit sekunder ini antara lain: alkaloid, flavonoid,
steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder merupakan
senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokaktifitas dan
berfungsi sebagai pelindung tumbuhan. [2]
Alkaloid mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem sikliknya serta
mengandung substituen yang bervariasi seperti gugus amina, amida, fenol, dan
metoksi sehingga alkaloid bersifat semipolar. Senyawa triterpenoid ada yang

memiliki struktur siklik berupa alkohol yang menyebabkan senyawa ini


cenderung bersifat semipolar. Golongan tannin merupakan senyawa fenolik yang
cenderung larut dalam air dan pelarut polar. Saponin merupakan glikosida
triterpen yang memiliki sifat cenderung polar karena ikatan glikosidanya.
Flavanoid memiliki ikatan dengan gugus gula yang menyebabkan flavonoid
bersifat polar. [3]
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu
dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang
sama [4].
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam
campuran, pelarut polar akan melarutkan solute yang polar dan pelarut non polar
akan melarutkan solute yang non polar[5].
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman
melalui mekanisme pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini

akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam dan di luar sel[6].
Proses ekstraksi dan fraksinasi dengan pelarut organik yang berbeda
tingkat kepolaran akan mempengaruhi jenis dan kadar senyawa bioaktif serta
aktivitas antioksidannya. Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi dilakukan
dengan alasan karena pelarut mampu melarutkan senyawa yang akan diekstrak,
mudah dipisahkan (menguap) dan dimurnikan kembali. Pelarut organik
digunakan didasarkan pada sifat kepolaran, kelarutan dan transfer massa dari
senyawa yang diekstrak. Kelarutan senyawa sangat ditentukan oleh kepolaran,
momen dipol, polarisabilitas dan ikatan hidrogen [7].
Ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan ekstraksi solvent merupakan
proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut
yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent).
Aplikasi ekstraksi cair-cair terbagi menjadi dua kategori yaitu aplikasi yang
bersaing langsung dengan operasi pemisahan lain dan aplikasi yang tidak
mungkin dilakukan oleh operasi pemisahan lain. Apabila ekstraksi cair-cair
menjadi opersai pemisahan yang bersaing dengan operasi pemisahan lain, maka
biaya akan menjadi tolak ukur yang sangat penting[8].
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu
larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible)
dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan
terbentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan solvent. Hal ini
menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal ke pelarut

pengekstrak (solvent). Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang


diberikan, disebabkan oleh adanya daya dorong (dirving force) yang muncul
akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga proses
ektraksi cair-cair merupakan proses perpindahan massa yang berlangsung
secara difusional[8].
Proses ekstraksi cair-cair berlangsung pada suatu alat yang dirancang
sedemikian rupa sehingga mempunyai luas permukaan yang mencukupi
untuk terjadinya kontak antar fasa-fasa yang terlibat (fasa kontinyu yang
berisi zat terlarut dan fasa dispersi) sehingga distribusi komposisi dalam
kedua fasa menjadi lebih sempurna dan berhasil dengan baik[8].
Partisi menggunakan dua pelarut tak campur yang ditambahkan ke
dalam ekstrak, hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan
menggunakan dua pelarut tak bercampur yang kepolarannya meningkat.
Partisi biasanya melalui dua tahap : (1) air/petroleum eter ringan (heksana)
untuk menghasilkan fraksi nonpolar dilapisan organik; (2) air/diklorometan
atau air/kloroform atau air /etil asetat untuk membuat fraksi agak polar
dilapisan organik. Lapisan berair yang terasa akan mengandung bahan alam
larut-air yang polar. Ini merupakan metode pemisahan yang mudah dan
mengandalkan kelaruta bahan alam dan bukan interaksi fisik dengan medium
lain. Partisi dapat memberikan pemisahan yang sangat baik, terutama untuk
senyawa-senyawa yang memiliki kelarutan yang sangat berbeda[9].
Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan uap air
dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan (cairan) yang
mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak[10].

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Batang pengaduk
Botol vial
Gegep
Gelas ukur
Pipet tetes
Tabung reaksi
Timbangan analitik

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Akuades
Aluminium foil
Ekstrak daun nilam
Etanol
Etil asetat
N-heksan
Tisue

3. Uraian Bahan
a. N-heksan (FI III : 53)
Nama

: n-heksana

Berat molekul

: 86.18 g/mol

Rumus molekul

: C6H14

Pemerian

: Cairan tak berwarna, dapat dibakar

Kegunaan

: Pelarut organik

b. Etil asetat (FI III : 41)


Nama resmi

: Acidum aceticum

Nama lain

: Cuka

Berat molekul

: 60,05 g/mol

Rumus molekul

: C2H4O2

Pemerian

: Cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa


asam, tajam.

Kelarutan

: Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan


dengan gliserol.

c.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat

: zat tambahan.

Etanol (FI III : 56)


Nama Resmi

: Etil Alkohol / etanol

Nama Lain

: Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat; alkohol


absolut

Berat molekul

: 46,07 g/mol

Rumus Molekul

: C2H5OH

Pemerian

: Cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak


berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegunaan
d.

: Sebagai pelarut.

Akuades (FI III : 96)


Nama Resmi

: Aqua destilata.

Nama Lain

: Air suling

Rumus Molekul

: H2O

Berat molekul

: 18

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: sebagai pelarut.

3. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Sub Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)


Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Subkelas

: Asteridae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Pogostemon

Species

: Pogostemon cablin Benth.

2. Morfologi
Tanaman nilam adalah tanaman yang memiliki akar serabut yang
wangi, memiliki daun halus beludru, dan agar membulat lonjong seperti
jantung serta berwarna pucat. Bagian bawah dauan dan ranting berbulu halus,
berbabatang kayu dengan diameter 10-20 mm membentuk segi empat, serta
sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan
satu sama lain. Jumlah cabang yang banyak dan bertingkat mengelilingin
batang antara 3-5 cabang per tingkat.
3. Kandungan Kimia
Kandungan yang terdapat di dalam minyak nilam meliputi : patchouli
alkohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde,
kariofilen, -patchaolena, dan bulnessen (Santoso, 1990).
D. PROSEDUR KERJA

Flavonoid

Filtrat etil asetat


Diambil 1 pipet
Ditambakan 1 pipet HCL
Berpender kuning di UV
Saponin
Etanol / metanol
Diambil 1 pipet
Ditambakan 1 pipet H2O
panas
Digojog

Busa stabil

Terpenoid
Filtrat N-Heksan
Di pipet 1 ml
Ditambah 1 pipet kloroform
Ditambah 3 tetes peraksi liberman buchard
Coklat kemerahan

Tanin
Ekstrak etanol / metanol
Di pipet 1 ml
Ditambah FeCl3 0,5 M

Hiijau kehitaman

Etanol / metanol
Di pipet 1 ml
Ditambah FeCl3 0,5 M
Ditambahnkan 1 pipet dragendroft

Hiijau kehitaman

E. HASIL PENGAMATAN
No
.
1.

Perlakuan
Filtrat etil asetat

Gambar

Keterangan

Flavonoid ( + 1
pipet HCl )

Saponin ( + 1 pipet
H2O hangat )

Terpenoid ( + 1
pipet kloroform +
1 pipet perekaksi
liberman buchard )

Tanin ( + 1 pipet
FeCl3 )

2.

Alkaloid ( + 1
pipet HCl + 1 pipet
dragendrof )

Ekstrak
etanol/metanol/air
Flavonoid ( + 1
pipet HCl )

Saponin ( + 1 pipet

H2O hangat )

Terpenoid ( + 1
pipet kloroform +
1 pipet perekaksi
liberman buchard )

Tanin ( + 1 pipet
FeCl3 )

Alkaloid ( + 1
pipet HCl + 1 pipet
dragendrof )

F. PEMBAHASAN

Tanaman obat merupakan aset nasional yang perlu digali, diteliti,


dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Keamanan dan mutu suatu
tanaman obat belum banyak didukung oleh penelitian ilmiah. Pengembangan
penggunaan tanaman obat semakin pesat dipengaruhi oleh meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kembali ke alam (back to nature)
dengan memanfaatkan obat-obat alami. Disamping itu, efek samping yang
ditimbulkan oleh obat-obat tradisional relatif lebih kecil jika dibandingkan
dengan obat-obat dari bahan kimia.
Bahan alam yang sering digunakan sebagai obat tradisional salah satunya
adalah nilam. Nilam merupakan suatu jenis tanaman penghasil minyak atsiri
yang cukup penting. Minyak nilam dalam industri farmasi biasanya digunakan
sebagai antiinflamasi, antidepresi, diuretik, antifungi dan antibakteri. Nilam juga
mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder oleh karena itu dikakukan uji
kandungan kimia terhadap daun nilam untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder yang terdapat di tanaman nilam.
Pada pengujian kandungan kimia tanaman nilam terlebih dahulu dilakukan
partisi ekstrak. Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair) adalah proses pemisahan zat
terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur, dengan
kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut
air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut
dalam air dan ada pula yang dapat terlarut dalam pelarut organik.

Tujuan

dilakukannya partisi yaitu untuk memisahkan komponen kimia dari sampel


berdasarkan tingkat kepolarannya.

Prinsip dari proses partisi yaitu digunakannya dua pelarut yang tidak saling
bercampur untuk melarutkan zat-zat yang ada dalam ekstrak sehingga akan
terbentuk dua fasE. Ekstrak yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak
daun nilam (Pogostemon cablin Benth.). Pelarut yang digunakan yaitu etanol, nheksan dan etil asetat dan air.
Langkah pertama partisi ekstrak yaitu ekstrak dilarutkan dengan etanol dan
di partisi dengan menggunakan pelarut non polar (n-heksan) dan dikocok pada
satu arah hingga terlihat adanya dua lapisan, dimana lapisan atas adalah lapisan
n-heksan, sedangkan lapisan bawah adalah lapisan ekstrak nilam. Hal ini
disebabkan karena ekstrak nilam memiliki massa jenis yang lebih besar daripada
n-heksan. Penambahan n-heksan disebabkan karena n-heksan dapat menarik
senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak yang bersifat nonpolar. Proses partisi
menggunakan n-heksan dilakukan 3 kali untuk meningkatkan jumlah komponen
senyawa yang larut dalam n-heksan (senyawa non polar).
Senyawa tidak larut n-heksan kemudian dipartisi dengan menggunakan etil
asetat., dengan melakukan proses yang sama dengan penggunaan pelarut nheksan. Penambahan pelarut etil asetat bertujuan untuk menarik senyawasenyawa yang bersifat semipolar. Tetapi setelah penambahan etil asetat tidak
terbentuk dua lapisan karena ekstrak daun nilam memiliki sifat polar yang lebih
besar sehingga dilakukan pemisahan kembali dengan penambahan etanol dan air.
Penambahan etanol dan air ini berfungsi untuk lebih memperjelas pemisahan
antara dua pelarut yang digunakan sehingga diperoleh fraksi larut etanol, nheksan dan etil asetat. Kemudian dilakukan uji kandungan kimia ekstrak teradap

fraksi larut etanol dan etil asetat.

Pengujian yang dilakukan adalah uji

kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,saponin, terpenoid dan tanin.


Uji kandungan kimia yang pertama dilakukan adalah uji alkaloid. Alkaloid
merupakan senyawa bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya berwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal
tapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar. Uji
alkaloid pada fraksi etil asetat dan fraksi etanol dilakukan dengan pencampuran
alkaloid, HCl dan pereaksi dragendorf. Penambahan HCl ini berfungsi untuk
membentuk garam alkaloid, karena alkaloid yang bersifat basa dapat larut dalam
pelarut yang bersifat asam sedangkan pereaksi dragendorff dapat mengendapkan
alkaloid karena dalam senyawa alkaloid terdapat gugus nitrogen yang memiliki
satu pasang elektron bebas menyebabkan senyawa alkaloid bersifat nukleofilik
(basa). Oleh karena itu, senyawa alkaloid mampu mengikat ion logam berat
(Dragendorff) yang mempunyai muatan positif sehingga menghasilkan warna
jingga. Hasil yang diperoleh dari penambahan HCl dan pereaksi dragendorf pada
fraksi etil asetat dan fraksi etanol yaitu tidak menghasilkan warna jingga,
sehingga pada tanaman nilam tidak terdapat senyawa alkaloid.

Uji kandungan kimia yang kedua dilakukan adalah uji flavonoid.


Flavonoid merupakan salah satu golongan

fenol alam yang terbesar,

mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam


konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid
sering terdapat sebagai glikosida. Uji flavonoid pada fraksi etil asetat dan fraksi
etanol dilakukan dengan pencampuran flavonoid dan HCl. Penambahan HCl
bertujuan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+dari asam karena
sifatnya yang elektrofilik. Terbentuknya warna merah,kuning atau jingga
menunjukkan adanya flavonoid dalam sampel. Hasil yang diperoleh dari
penambahan HCl pada fraksi etil asetat yaitu tidak terdapat flavonoid sedangkan
pada fraksi etanol positif terdapat flavonoid karena menghasilkan warna merah.

Uji kandungan kimia yang ketiga yaitu uji saponin. saponin adalah
senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air
dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan heomolisis sel darah merah.
Uji saponin pada fraksi etil asetat dan fraksi etanol dilakukan dengan
pencampuran saponin dan air hangat. Tujuan penambahan air hangat ini adalah
untuk membentuk busa. Hasil yang diperoleh yaitu positif mengandung saponin
karena busanya tidak hilang.

G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Prinsip dasar uji kandungan kimia ekstrak yaitu Ekstrak diekstraksi dengan
pelarut dan cara tertentu, kemudian dilakukan analisis kromatografi sehingga
memberikan pola kromatogram yang jelas. Tujuan : Memberikan gambaran
awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram (KLT,
KCKT, KG). Nilai : Kesamaan pola dengan data baku yang ditetapkan
terlebih dahulu.
2. Proses idenfikasi kandungn kimia ekstrak dari bahan alamm dapat dilakukan
dengan menggunakan kromotografi lapis tips aaw menggunakan sinar
ukatraviolet.

DAFTAR PUSTAKA
Tudjuka Kurniawan , Sri Ningsih dan Bau Toknok., 2014, Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Obat Pada Kawasan Hutan Lindung Di Desa Tindoli Kecamatan
Pamona Tenggara Kabupaten Poso, Warta Rimba, Vol.2, No.1.
Aksara R, Weny J.A. Musa dan La Alio., 2013, Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari
Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L), Jurnal Entropi,
Vol.8, No.1.
Simaremare Eva Susanty., 2014, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal
(Laportea Decumana (Roxb.) Wedd), Pharmacy, Vol.11 No. 01.
Mukhriani., 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif,
Jurnal Kesehatan, Vol.7, No.2.
Irawan, B. dan Bakti J., 2010, Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi
Dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut, Seminar Rekayasa Kimia dan
Proses, ISSN : 1411-4216.
Dewanti, S. dan Teguh W., 2011, Antibacteri Activity Of Bay Leaf Infuse (Folia
Syzygium Polyanthum Wight) to Escherichia Coli In-Vitr, Jurnal Medika
Planta, Vol. 1 No. 4.
Widyawati, Paini S., C Hanny Wijaya, Peni Suprapti Harjosworo dan Dondin Sajuthi,
2010, Pengaruh Ekstraksi Dan Fraksinasi Terhadap Kemampuan Menangkap
Radikal Bebas Dpph (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) Ekstrak Dan Fraksi Daun
Beluntas (Pluchea Indica Less), Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses,
Universitas Diponegoro Semarang.
Mirwan Agus., 2013, Keberlakuan Model Hb-Gft Sistem N-Heksana Mek Air
Pada Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian, Konversi, Vol.2, No.1.
Heinrich, M., J. Barnes, Simon G., dan E. M. W., Farmakognosi dan Fitoterapi,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Setyanto, N. W., R. Himawan, Z. D., Endra Y. A., Puteri R. M. S., Kurnia N, 2012,
Perancangan Alat Pengering Mie Ramah Lingkungan, Jurnal Rekayasa Mesin
Vol.3, No. 3, ISSN 0216-468X.

Anda mungkin juga menyukai