Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila
adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan
tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah
menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,
dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan
baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan
tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus
manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak
patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah
yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu,
sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek
yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatannya itu.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Moral

BAB II
PEMBAHASAN
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan
dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
B. Etika Dibagi Atas Dua Macam
1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam
kehidupan masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang
bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma
yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal
sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket
adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan. Sementa etika sendiri menegaskan
2

bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di
sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu
sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain.
Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket
memandang manusia dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia
secara utuh. Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah
aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian
tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau
kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai
mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita
hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika
kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
D. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1. Etika bergaul dengan orang lain
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka
cacat.

b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka,
lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah
kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e) Mema`afkan

kekeliruan

mereka

dan

jangan

mencari-cari

kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.


2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
-

Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan


mengabaikan orang-orang fakir.

Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini


bertentangan dengan kewibawaan.

Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi


tampakkanlah kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan
berbicara ramah.

Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang


demikian itu berarti menghormatinya.

Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini


menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.

b) Bagi tamu:
-

Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan


undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir
itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.

Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada
waktunya.
4

Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah
memaksa untuk tinggal lebih dari itu.

Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja
yang terjadi pada tuan rumah.

3. Etika di jalan
-

Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat
berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah
dari orang lain karena takabbur.

Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang


karenanya seseorang bisa masuk surga.

Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.

4. Etika makan dan minum


-

Berupaya untuk mencari makanan yang halal.

Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan
begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada
di tanganmu.

Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada,
dan jangan sekali-kali mencelanya.

Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan


menyungkur.

Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa
dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan
minummu itu

Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah


dan diakhiri dengan Alhamdulillah.
5

Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.

5. Etika berbicara
Hendaknya pembicaraan selalu di dalam kebaikan..
-

Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada


di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin
sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian
(perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah
surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR.
Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam


berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan
sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku
di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang
berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para sahabat
bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab:
"Orang-orang yang sombong". (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh AlAlbani).

Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.

Menghindari perkataan jorok (keji).

Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.

Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada


orang lain untuk berbicara.

Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan


perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan
kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,
permusuhan dan pertentangan.

6. Etika bertetangga
-

Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.

Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak


membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak
boleh melampaui batasnya,

Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan
seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang
munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud
menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.

Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.

Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan


jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak
memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.

Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.

8. Etika menjenguk orang sakit


a) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):
-

Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat
untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan
berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.

Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan


disehatkan.

Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT.

b) Untuk orang yang sakit:


-

Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.

Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia


sesungguhnya adalah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah
7

lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak


membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan ketaatannya.
-

Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang


dilakukan olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan
kewajiban kepada pemi-liknya, dan menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya.

9. Etika Berbeda Pendapat


-

Ikhlas dan mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di

saat

berbeda pendapat.
-

Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.

Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan


Sunnah.

Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu


denga cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang
dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.

Berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain,


kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang.

Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan


fitnah.

Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan,


bantah membantah dan kasar menghadapi lawan.

10. Etika Berkomunikasi Lewat Telepon


-

Hendaknya

penelpon

memulai

pembicaraannya

dengan

ucapan

Assalamualaikum, karena dia adalah orang yang datang, maka dari itu ia
harus memulai pembicaraannya dengan salam dan juga menutupnya
dengan salam.

Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena manusia
mempunyai kesibukan dan keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu
tidur dan istirahat, waktu makan dan bekerja.

Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang


yang sedang dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan penting atau
mempunyai janji dengan orang lain.

Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan dan tidak
melantur berbicara dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi memperpanjang
pembicaraan, memperindah suara, memperlembut dan lain sebagainya.

B. MORAL
A. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan
dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya,
kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama,
yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan
posisinya apakah baik atau buruk.

Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika
lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan
etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang
berlaku di masyarakat.

B. Perbandingan Antara Etika dan Moral


Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam
bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal
yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat
disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang
berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang
10

dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut
diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya
kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan
perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan.
Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka
akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan
mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan
dari luar
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu
perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik,
buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Kedua hal tersebut (etika
dan moral) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlak
seorang manusia.

11

Anda mungkin juga menyukai