Anda di halaman 1dari 27

National Heroism

Prepared By:

1. Anthony S. : 2007110334

2. Arvin D. P. : 2007110381

3. Maria M. : 2007110564

4. Octaviani H. : 2007110557

5. Tirza : 2007110136
Kata Pengantar

Kami membuat makalah “Bangsa dan Negara” sebagai nilai


pemenuhan tugas kami dalam pelajaran national heroism di semester
2. Dalam makalah ini, kami membahas tentang apa itu arti negara,
bangsa, bagaimana negara terjadi dan sebagianya. Kami ingin
memperjelas apa itu arti negara dan bangsa, karena seperti yang kita
ketahui bersama bahwa masih banyak warga Indonesia yang tidak
mengetahui apa itu arti negara dan bangsa yang hakiki.

Tujuan kami membuat makalah ini, untuk menjelaskan tentang


negara dan bangsa baik secara umum maupun secara khusus serta
bagian-bagian lain yang tercakup didalamnya dan untuk pemenuhan
tugas pelajaran national herosism.

Kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah membantu kami di dalam membuat makalah ini. Kami juga tidak
lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Henny selaku
pembimbing pelajaran “National Heroism” yang telah memberikan
pelajaran dan pengarahan kepada kami. Sehinnga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami tahu bahwa manusia tidak luput dari kesalahan, maka dari
itu jika ada saran dan kritik yang dapat membangun untuk pemenuhan
tugas kami, kami akan sangat berterima kasih.
Negara
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya
baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh
pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.

Dari catatan sejarah yang paling awal, manusia dalam


mempertahankan hidupnya selalu berkumpul bersama-sama untuk
menghadapi tantangan alam yang hidup maupun yang mati secara
kolektif. Oleh sebab itu dalam perjalanannya kita sering melihat
bermacam-macam perkumpulan/grup atau organisasi politik yang di
dasarkan pada wilayah atau teritorial. Secara singkat sebelum lahirnya
negara, di awali oleh perkumpulan-perkumpulan yang akhirnya dapat
membuka jalan menuju suku-suku, desa-desa, kota-kota bertembok,
perkebunan, kerajaan, kekaisaran dan bagian-bagiannya, dan yang
paling baru adalah negara. Dalam pengertian awal sebuah negara,
telah terdapat pemahaman bahwa individu tidak bertindak sendiri.
Tetapi berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial. Dalam sebuah
negara kelompok-kelompok sosial yang ada secara keseluruhan adalah
warga negara yang merefleksikan pekerjaan, pandangan-pandangan
politik, kepercayaan-kepercayaan agama dan gaya hidup di dalamnya.
Dan ada satu kelompok yang meliput itu semua, yaitu negara.

Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan


bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut
nyawa seseorang. Untuk dapat menjadi suatu negara maka harus ada
rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi
ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah
tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut
sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat
negara itu berada.

Pengertian Negara menurut para ahli

• Georg Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
telah berkediaman di wilayah tertentu.
• Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis
dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
• Roelof Krannenburg
Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsanya sendiri.
• Roger F. Soltau
Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
• Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
• Prof. Mr. Soenarko
Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu,
dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah
kedaulatan.
• Max weber

monopoly on the legitimate use of physical force within a given


territory," which may include the armed forces, civil service or state
bureaucracy, courts, and police.

• Franz Magnis Suseno, Etika Politik, 1986, hal 170


negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu,
yang menata dan dengan demikian mennguasai wilayah itu
Keberadaan negara

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk


memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau
cita-citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen
yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen
yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara
Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara.
Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di
Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar.

Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat


untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang
demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan rakyat
adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada
rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi
pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling
dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa
bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam
perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang
berbeda bagi warganya.

Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga


negara, atau hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal
yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun untuk menyesuaikan
terhadap perkembangan jaman atau keinginan masyarakat, semua
kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan
keputusan dalam proses pembentukan Undang-Undang haruslah
dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu.
Seperti juga dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi
kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang
yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara demokratis
pula.

Negara terkecil

Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,44 km2


kemudian diikuti oleh Monako seluas 1,95 km2, Nauru seluas 21 km2,
Tuvalu seluas 26 km2 dan San Marino seluas 61 km2.
Terjadinya Negara Secara Primer
Pertumbuhan itu dapat dilihat seperti berikut ini.

a. Suku/Persekutuan Masyarakat (genootschaft)


Awal kehidupan manusia dimulai dari keluarga, kemudian terus
berkembang menjadi kelompok-kelompok masyarakat hukum tertentu
(suku). Suku sangat terkait dengan adat serta kebiasaan-kebiasaan
yang disepakati.pimpinana suku (kepala suku atau kepala adat )
berkewajiban mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bersama.
Peranan kepala suku dianggap sebagai primus inter pares, artinya
orang yang pertama diantara yang sederajat. Kemudian , satu
suku,terus berkembang menjadi dua,tiga suku,dan seterusnya menjadi
besar dan kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor
alami atau karena penaklukan-penaklukan antarsuku.

b. Kerajaan(Rijk)
Kepala suku yang semula berkuasa di masyarakat hukumnya
kemudian mengadakan ekspansi dengan penaklukan –penaklukan ke
daerah lain.Hal itu mengakibatkan berubahnya fungsi kepala suku dari
primus inter pares menjadi seorang raja dengan cakupan wilayah yang
lebih luas dalam bentuk kerajaan.
Pada tahap berikutnya, karena faktor sarana transportasi dan
komunikasi yang tidak lancar, banyak daerah taklukannya yang
memberontak. Menghadapi keadaan demikian, raja segera bertindak
dengan mencari dana sebanyak-banyaknya melalui perdagangan
untuk membeli senjata guna membangun tentara yang kuat dan
sarana vital lainnya. Dengan tentara yang kuat, raja menjadi
berwibawa terhadap daerah-daerah kekuasaanya sehingga mulai
tumbuh kesadaran akan kebangsaan dalam bentuk negara nasional.
c. Negara Nasional
Pada awalnya, negara nasional diperintah oleh raja yang absolut
dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Semua rakyat dipaksa
mematuhi kehendak dan perintah raja. Hanya ada satu identitas
kebangsaan. Fase demikian dinamakan fase nasional di dalam
terjadinya negara.

d. Negara Demokrasi
Dari fase negara nasional, secara bertahap rakyat mempunyai
kesadaran batin dalam bentuk perasaan kebangsaan. Adanya
kekuasaan raja yang mutlak menimbulkan keinginan rakyat untuk
memegang pemerintahan sendiri, dimana kedaulatan /kekuasaan
tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat berhak memilih pemimpinnya
sendiri yang dianggap dapat mewujudkan aspirasi mereka. Ini dikenal
dengan kedaulatan rakyat. Pemikiran seperti ini mendorong lahirnya
negara demokrasi.
Terjadinya Negara Secara Sekunder
Kenyataan terjadinya negara sacara sekunder tidak dapat dipungkiri
meskipun cara terbentuknya kadang tidak sah menurut hukum. Contoh
konkrit yang dapat dikemukakan, antara lain, lahirnya negara
kesatuan Republik Indonesia melalui suatu revolusi pada tanggal 17
Agustus 1945. kelahiran negara Indonesia tersebut otomatis
mengakhiri pemerintahan Nedherlands Hindie (Hindia belanda) di
Indonesia. Oleh karena itu, negara-negara lain mau tidak mau harus
mengakui baik berdasarkan kelaziman internasional maupun secara
dejure.
Pemerintahan baru Indonesia kemudian berhak menyusun
kekuasaannya untuk dapat menentukan nasibnya sendiri. Secara de
vacto rakyat juga merasakan adanya peralihan kekuasaan. Dalam
perjalanan berikutnya, negara Indonesia menjadi pemerintahan yang
mandiri, tertib, stabil, dan kuat.
Dalam pandangan negara lain, apabila pemerintahan Indonesia dapat
stabil, menjamin hak asasi rakyatnya, serta mengadakan konstitusi
yang mengaturnya, maka negara lain mau tidak mau mengakui
keberadaan negara Indonesia sebagai negara baru (de jure).
Asal Mula Terjadinya Suatu Negara
Asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah, yaitu
berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi diungkap dalam
sejarah, adalah sebagai berikut.

1. Occupatie (Pendudukan)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum
dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku, kelompok
tertentu.
Contoh : Liberia yang diduduki budak-budak Negro dimerdekakan pada
tahun 1847.

2. Fusi (Peleburan)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah
mengadakan perjanjian untuk saling melebur menjadi negara baru.
Contoh: Terbentukya Federasi Kerajaan Jerman pada tahun 1871.

3.Cessie (Penyerahan)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain
berdasarkan suatu perjanjian tertentu.
Contoh: Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia
(Jerman), karena ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang
harus memberikan negara yang dikuasainya kepada negara yang
menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah pada PD I.

4.Accesia (Penaikkan)
Hal ini tejadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan lumpur
sungai atau timbul dari dasar laut (delta). Kemudian wilayah tersebut
dihuni oleh sekelompok orng sehingga terbentuklah negara.Contoh:
Wilayah negara Mesir yang terbentuk dari delta sungai Nil

.
5.Anexatie (Pencaplokan/Penguasaan)
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai (dicaplok) oleh
bangsa lain tanpa reaksi berarti.
Contoh: Ketika pembentukan negara Israel pada tahun 1948,
wilayahnya banyak mencaplok daerah Palestina,Suriah, Yordania, dan
Mesir.

6.Proclamation (Proklamasi)
Hal ini terjadi ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah yang
diduduki oleh bangsa lain mengadakan perjuangan (perlawanan)
sehingga berhasil merebut wilayahnya kembali,dan menyatakan
kemerdekaanya.
Contoh: Negara Republik Indonesia yang merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945 dari penjajahan Jepang dan Belanda.

7.Inovation (Pembentukan Baru)


munculnya suatu negara baru diatas wilayah suatu negara yang pecah
karena suatu hal dan kemudian lenyap.
Contoh: Negara Columbia yang pecah dan lenyap. Kemudian di wilayah
negara tersebut muncul negara baru, yaitu Venezuela, dan Columbia
Baru.

8.Separatise (Pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula
menguasainya, kemudian menyatakan kemerdekaannya.
Contoh : Pada tahun 1939, Belgia memisahkan diri dari Belanda dan
menyatakan kemerdekaannya.
TEORI-TEORI TERBENTUKNYA NEGARA

a. Teori Ketuhanan
Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa segala sesuatu terjadi
atas kehendak Tuhan. Demikian juga negara terjadi atas kehendak
Tuhan. Tandanya nampak pada UUD-nya “by the grace of God” (Atas
berkat Tuhan Yang Maha Esa)
Para tokohnya adalah : Agustinus, Yulius Stahl, Haller, Kranenburg

b. Teori Perjanjian Masyarakat


Terjadinya negara karena adanya perjanjian masyarakat. Semua warga
negara mengikat diri dalam suatu perjanjian bersama untuk
mendirikan suatu organisasi yang bisa melindungi dan menjamin
kelangsungan hidup bersama.
Para tokohnya adalah : Thomas Hobbes, John Locke, Montesquieu

c. Teori Kekuasaan
Negara terbentuk atas dasar kekuasaan dan kekuasaan adalah ciptaan
mereka yang paling kuat
Tokoh Penteorinya : Karl Marx, Oppenheimer, Kollikles

d. Teori Hukum Alam


Hukum alam bukan buatan negara, melainkan atas kekuasaan alam
yang berlaku setiap waktu dan tempat, serta bersifat universal dan
tidak berubah. Menurut pendapat Plato negara terjadi karena evolusi
Tokoh yang terkenal dari teori ini adalah : Plato, Aristoteles, Agustinus,
dan Thomas Aquino.
Sifat-sifat negara:

1. Sifat memaksa

Negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan


fisik secara vlegal agar tercapai ketertiban dalam masyarakat
dan mencegah timbulnya anarkhi.

2. Sifat monopoli

Negara mempunyai hak kekuasaan tunggal dalam menetapkan


tugas demi mencapai tujuan bersama dari masyarakat

3. Sifat mencakup semua

semua peraturan perundang-undangan mengenai semua orang


tanpa terkecuali.
UNSUR-UNSUR NEGARA:

Terbentuknya negara dapat terjadi karena adanya beberapa unsur.


Unsur-unsur pembentuk negara adalah sebagai berikut :

1. Penduduk

Penduduk adalah orang-orang yang berdomisili serta menyatakan


kesepakatan diri ingin bersatu. Yang dimaksud dengan semua orang
adalah penduduk Indonesia dan negara lain (asing) yang sedang
berada di Indonesia untuk wisata, bisnis, dan lainya. Menurut data Biro
Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2003
kurang lebih 216 juta jiwa dengan komposisi 50% berasal dari suku
bangsa etnis jawa. Sisanya suku Makasar-Bugis 3,68%, Batak 2,04%,
Bali 1,88%, Lombok 1,5%, Aceh 1,4% dan suku-suku lainnya.
Sedangkan suku Tionhoa berjumlah 2,8%. Berdasarkan tingkat
pendidikan, sebanyak 32% tamat sekolah dasar (SD) dan sekolah
namun tak tamat SD 30%, SMP 13%, SLTA 16%, Diploma 2%,
Universitas 2%.

Contoh:

Telah berusia 17 tahun atau sudah menikah akan mendapat KTP,


dengan adanya KTP tersebu sudah sangat menjelaskan bahwa satu
idividu tersebut sudah secara sah dianggap sebagai warga negara
Indonesia.
2. Wilayah

Negara memiliki batasan / teritorial yang jelas atas darat, laut, dan
udara diatasnya. Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua yaitu
benua Asia dan benua Australia, dan dua samudra yaitu samudra India
dan Pasifik. Letak ini membuat Indonesia berada pada posisi strategis
yang menjadi jalur lalu lintas transportasi dunia. Di wilayah udara,
Indonesia berada pada posisi GSO (Geo Stationer Orbit). Posisi ini
strategis untuk menempatkan satelit. Posisi silang ini menguntungkan
Indonesia karena terletak di wilayah bisnis (perdagangan) dunia.

3. Pemerintah

Sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia adalah sistem


pemerintahan presidensial. Dalam sistem ini, presiden memiliki hak
prerogatif untuk memilih dan mengangkat serta memerhentikan para
mentri sebagai pembantunya. Dalam implementasinya, sistem
pemerintahan Indonesia menerapkan sistem desentralisasi yang
berintikan pada pemberian otonomi kepada kepala daerah tingkat I
dan kabupaten / kota untuk mengelola dan mengeksplorosasi sumber
daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di daerah untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di daerahnya secara optimal.
Otonomi ini termasuk juga menyelenggarakan pemilihan kepala
daerah (PILKADA) di daerahnya masing-masing. Sekarang ini,
pemerintah pusat hanya memiliki kekuasaan pada bidang politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi (hukum), moneter, dan fiskal
nasional, serta agama. Kepala pemerintahan Indonesia di pilih secara
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum (PEMILU) presiden dan
wakil presiden.
4.Pengakuan

Pengakuan negara lain sangat dibutuhkan agar suatu negara itu dapat
di akui secara sah oleh seluruh negara-negara di dunia, dan bisa ikut
andil dalam permasalahan politik dan ekonomi secara internasional.

Berkaitan dengan unsur-unsur negara tersebut ada dua sifat dari


unsur negara, yaitu:

1.Bersifat Konstitutif

Sifat ini berkaitan dengan wilayah yang meliputi udara, darat dan
perairan (dalam hal ini perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat,
dan pemrintah yang berdaulat.

Suatu kaidah yang memberi batasan-batasan kekuasaan pada


penguasa. Pembagian tugas dari suatu sistem politik. Suatu gambaran
yang menyangkut masalah hak asasi manusia (HAM).

SYARAT/UNSUR KONSTITUTIF
1. Adanya rakyat

2. Daerah atau wilayah

3. Pemerintahan
Study Case:

Perebutan daerah kekuasaan terhadap P.Ambalat

Setelah Soeharto lengser pada Mei 1998, ledakan-ledakan dalam skala


lebih besar kembali mengusik hubungan Indonesia-Malaysia.
Persoalan-persoalan yang belum tuntas pada masa Orba, banyak
menjadi pemicu ketegangan. Diawali dengan lepasnya pulau Sipadan
dan Ligitan pada tahun 2002 oleh keputusan Mahkamah Internasional.

Hubungan kedua negara yang diibaratkan dengan abang-adik ini pun


kembali memanas. Seperti kita tahu, persoalan perebutan pulau
Sipadan dan Ligitan diserahkan oleh Soeharto kepada Mahkamah
Internasional pada 1997, saat krisis melanda.

Namun keuntungan ini tidak membuahkan hasil. Pada pengajuan


kasus ke Mahkamah Internasional (lembaga bentukan PBB, dengan
segala bentuk intervensi politisnya) di Den Haag, Malaysia berhasil
memenangkan Pulau Sipadan-Ligitan. Entah kenapa pakar hukum
internasional (lebih spesifik lagi, hukum kelautan) Indonesia tidak bisa
berkutik melawan Malaysia. Secara yuridis, Indonesia sudah
mempunyai posisi tawar kuat. Mengingat Konvensi Hukum Laut
Internasional (UNCLOS – United Nations Convention in the Law Of the
Sea) hanya mengakui 3 negara yang bisa dianggap sebagai negara
kepulauan (archipelagic state), yaitu Indonesia, Filipina, dan Fiji.
Namun terlepas dari segala kemungkinan intervensi pihak lain,
ataupun kurangnya lobi kita terhadap pihak yang berwenang, ataupun
pengetahuan pengacara yang berada di pihak Indonesia memang
kalah dibandingkan dengan pengacara Malaysia, kasus itu sudah
mencapai keputusan final. Pulau Sipadan-Ligitan menjadi milik
Malaysia.

Kasus yang terhangat, dan mempunyai kemiripan dengan kasus


Sipadan-Ligitan itu adalah kasus Pulau Ambalat, yang berada di
sebelah timur laut pulau Kalimantan. Wilayah ini diklaim Malaysia
sebagai bagian dari wilayahnya, bahkan mereka sudah memberikan
konsesi pengolahan minyak kepada perusahaan minyak Amerika, Shell
untuk mengekplorasi (atau mungkin mengeksploitasi) sumber daya
minyak yang ada di sana. Lagi-lagi, secara yuridis, Indonesia
mempunyai kedudukan kuat dibanding Malaysia, disamping alasan
yang telah dikemukakan tadi.
Malaysia mengklaim blok Ambalat yang berada di perairan Karang
Unarang tersebut adalah milik Malaysia. Padahal, berdasarkan
deklarasi Juanda 1957, pulau tersebut milik Indonesia. Deklarasi
Juanda sendiri pada tahun 1959 telah diadopsi oleh PBB ke dalam
Konvensi Hukum Laut. Dengan demikian, PBB pun mengakui
kepemilikan Indonesia atas pulau itu.

Kasus Ambalat menjadi titik ketegangan tertinggi pasca Konfrontasi.


Pemerintah RI kemudian mengerahkan tujuh kapal perangnya ke
perairan Karang Unarang antara lain: KRI Nuku-873, KRI Rencong-622,
KRI Wiratno-879, dan beberapa pesawat intai Nomad diantaranya P-
840 dan P-834. Hal ini untuk menjaga-jaga kemungkinan buruk akan
terjadi.

Bahkan rakyat setempat meminta pemerintah untuk mengambil


tindakan tegas terhadap ulah pemerintah Malaysia. Slogan politik
"Ganyang Malaysia" pun kembali populer. Keadaan ini bukan hanya
terjadi di Sulawesi tetapi juga di Jawa Barat dan wilayah Indonesia
lainnya.

Wilayah :

Ambalat jelas di bagian selatan Laut Sulawesi dan masuk wilayah


Indonesia.
2. Sifat Deklaratif

Sifat ini ditunjukan oleh adanya tujuan negara, undang-undang dasar


(UUD), pengakuan dari negara lain baik secara “de jure” dan
masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-bangsa (pbb)

*) “ de jure “ : pengakuan secara hukum dan ada dasar hukumnya.

UNSUR DEKLARATIF
pengakuan luar negeri
Pengakuan dari luar negeri hanya bersifat formalitas belaka demi
mempelancar sekaligus memenuhi unsur tata aturan pergaulan
internasional.

SIFAT DARI PENGAKUAN

DE FACTO
Artinya pengakuan menurut kenyataan, memenuhi syarat sebagai
suatu negara

BERSIFAT SEMENTARA
Artinya pengakuan itu akan dicabut kembali seandainya negara itu
jatuh atau hancur.

BERSIFAT TETAP
Pengakuan berlaku untuk selamanya setelah melihat jaminan bahwa
pemerintahan negara baru tersebut akan stabil dalam jangka waktu
yang lama.
DE JURE
Pengakuan secara resmi berdasarkan hukum dengan segala
konsekwensinya

BERSIFAT TETAP
Artinya pengakuan itu menimbulkan hubungan dibidang ekonomi dan
perdagangan (konsul) dan hubungan tingkat duta belum bisa
dilaksanakan.

BERSIFAT PENUH
Terjadi hubungan antara negara yang mengakui dan diakui, meliputi
hubungan dagang, ekonomi dan diplomatic
Definisi bangsa:
Sekumpulan manusia yang bersatu pada suatu wilayah dan
mempunyai keterikatan dengan wilayah tersebut. Dengan batas
teritori tertentu dan terletak dalam geografis tertentu.
Pengertian bangsa juga dapat pula dilihat dari 2 sisi, yaitu:
a. Dalam arti antropologis, pengelompokan manusia yang
keterkaitannya dikarenakan adanya kesamaan-kesamaan
fisik, bahasa dan keyakinan.
b. Dalam arti politis, bangsa adalah pengelompokan manusia
yang keterkaitannya dikarenakan adanya kesamaan nasib
dan tujuan.

Pengertian bangsa menurut I. Basis Susilo:


Memiliki dua asosiasi yaitu wangsa dan nasion.
Secara etimologik bangsa berasal dari kata wangsa, yang
maknanya hubungan persaudaraan, ras atau suku, atau hubungan
darah dan juga keturunan. Dengan demikian bangsa sebagai wangsa
mempunyai sifat askriptif yang menunjuk pada kenyataan adanya
hubungan dengan asal, akar atau sumber aslinya.
Selain wangsa, digunakan juga istilah nasion. Nasion atau nation
secara etimologi berasal dari kata natio yang bermakna kelahiran
baru. Nascur artinya lahir atau terjadi. Nation merupakan orang-orang
baru (new people) yang lahir karena sesuatu peristiwa atau
momentum luar biasa. Mereka kemudian bersepakat untuk
membentuk satu kelompok masyarakat. Kelahiran dimaksud bukanlah
merupakan suatu kelahiran fisik, melainkan kelahiran roh yang
menjiwai masyarakat itu, sehingga mereka menyadari kesatuannya,
kebersamaan dan keberagamannya. Dalam hal ini nation memiliki sifat
preskriptif yang menunjuk pada sebuah cita-cita yang diidamkan dan
diharapkan bersama.
Dalam menghadapi tuntutan sekaligus mengembangkan
demokratisasi, menegakkan hak asasi manusia dan pluralisme, konsep
nasion tampaknya lebih adaptif. Apabila dipakai konsep wangsa akan
menimbulkan aneka permasalahan fundamental.
Mayoritas pemuda Indonesia yang mengikrarkan satu bangsa 78
tahun lalu sesungguhnya lebih memilih konsep nasion daripada
wangsa. Bung Karno bahkan berulang kali mengutip pengertian
bangsa menurut Ernest Renan, bahwa bangsa adalah soal kemauan,
komitmen sekelompok orang untuk membentuk masyarakat tertentu.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bangsa Indonesia adalah
sebuah masyarakat baru yang tidak terikat secara historis dengan
bangsa atau suku bangsa yang membentuknya. Hal ini tidak berarti
tidak mengetahui seluk beluk bangsanya, namun dimaksudkan untuk
lepas dari ikatan kewangsaan.
Bukti lain yang memperlihatkan tekad para pemuda waktu itu
untuk memilih konsep nasion adalah dijadikannya bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi yang dijunjung tinggi. Bila konsep wangsa yang
dirujuk, pastilah bahasa Jawa dan Sunda yang menjadi bahasa resmi.
Mengutip antropolog Parsidi Suparlan (1982), jika konsep kebangsaan
suatu sistem nasional tidak dikonstruksi secara kokoh, maka
kebangsaan atau kesukubangsaan mayoritaslah yang akan muncul
mendominasi sistem nasional itu. Bila konsep wangsa yang dipakai,
maka kebangsaan atau kesukubangsaan yang mayoritas dalam hal ini
Jawa dan Sunda pastilah mendapat posisi-posisi dominan. Tetapi
nyatanya yang dipilih bahasa Melayu sebagai bahasa nasional yang
sekaligus membuktikan adanya dasar nasion bukan wangsa yang
dipakai.
Sejak zaman romawi kuno sampai sekrang konsep bangsa selalu
melekat pada konsep Negara.Tidaklah mungkin ada Negara yang tidak
memiliki bangsa,akan tetapi bisa terjadi untuk sementara suatu
bangsa belum memiliki Negara sendiri.
Misalnya : Bangsa Palestina sampai saat ini sedang gigih
memperjuangkan atau mewujudkan Negara Palestina yang telah
didambakannya.
Karena bangsa merupakan suatu unsur dari Negara,maka
dengan kata lain bangsa adalah manusianya,sedangkan Negara adalah
organisasinya.

Daftar Pustaka

www.google.co.id
www.yahoo.co.id
www.wikipedia.co.id
www.rizkisaputro.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai