Anda di halaman 1dari 2

Paschalis Gandhi S.

2007110472

Communication theory

Banyak sesuatu hal yang terjadi selama kita hidup. Ada yang
berkesan, entah itu baik atau buruk, dan yang berasa biasa saja.
Layaknya kita mengenal seseorang secara fisiknya saja. Bukan secara
‘obyek’ yang special yang kita ingin tahu lebih dalam siapa dirinya.

Untuk konseptualisasi tentang Interpersonal theory yang terdiri


dari tiga teori: Social Exchange Theory, Social Penetration Theory, dan
Relationship Development, saya memilih teori penetrasi social untuk
mengaplikasikan cerita pengalaman hidup saya. Karena saya pikir teori ini
sesuai dengan cerita pengalaman hidup saya. Inilah cerita saya.

Pertemuan yang singkat namun mempunyai kesan yang cukup


dalam, ketika saya bertemu dan mencoba untuk mengetahui sisi lain
dibalik orang yang sebut saja namanya R. Saya bertemu dengannya kira-
kira tiga tahun yang lalu ketika saya masih ‘hijau’. Mungkin merupakan
awal yang tidak sehat, ketika mengenal orang yang dekat sekali dengan
bayangan kecelakaan. Seolah-olah saya menjadi terbawa ketika dia
bicara pada saya. Namun itu sudah merupakan garis hidup saya.

Berawal dari sapaan: ‘halo apa kabar ?’ dan dilanjutkan asal daerah
kami masing-masing, hobi, alasan mengapa tinggal dikota ini (self-
disclosure, Depth). Setelah melalui obrolan yang cukup lama, ternyata
kami memiliki satu hobi dan kesenangan yang sama, yaitu dalam
meramu notasi diatas tangga partitur. Hanya berbeda pegangan saja.
Saya memijat tuts piano dan dia mencubit enam senar gitar. Bel pulang
sekolah merupakan start untuk jam kami bereksperimen. Bel penutup
kami bereksperimen adalah ketika salah satu dari perut kami berbunyi.
Setiap hari bertemu saya menjadi lebih ingin tahu siapa dia dan
obrolan kami menjadi lebih banyak topik yang diperbincangkan (self-
disclosure, Breadth). Namun kecurigaan saya timbul ketika mata saya
melihat secara luas, mengapa dia tidak memiliki teman lain? Mengapa
hanya saya saja yang menjadi teman dia. Saat itu pikiran saya tenggelam
dan bertanya pada diri saya sendiri: ‘siapakah yang saya hadapi setiap
hari?’

Jam istirahat. Yang menjadi waktu obrolan panas kami, saya coba
kurangi. Dan jam tersebut saya pakai untuk bertanya pada teman-teman
saya, siapakah dia. Jawaban demi jawaban yang saya dengar mulai
mengganggu pikiran saya. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa
jawaban-jawaban yang saya dapat dari teman-teman saya ternyata
seperti itu. Seorang R yang baik dimata saya, seolah-olah sirna diganti
kata Psychopat. Teman-teman saya memperingatkan agar saya hati-hati
dalam bertindak dan berbicara dengannya. Namun apa daya saya, hampir
semua bagian dari diri saya dia sudah mengetahuinya.

Entah ini merupakan suatu keberuntungan atau apa, saya kadang


masih sempat memikirkannya. Memang pada akhirnya rahasia tetap
tertutup dibenaknya. Mungkin dia termasuk sebagian orang yang tidak
bisa lama menikmati indahnya dunia. Oktober 2005 rahasia saya terkubur
beserta dirinya dalam damai.

Anda mungkin juga menyukai