2007110472
Communication theory
Banyak sesuatu hal yang terjadi selama kita hidup. Ada yang
berkesan, entah itu baik atau buruk, dan yang berasa biasa saja.
Layaknya kita mengenal seseorang secara fisiknya saja. Bukan secara
‘obyek’ yang special yang kita ingin tahu lebih dalam siapa dirinya.
Berawal dari sapaan: ‘halo apa kabar ?’ dan dilanjutkan asal daerah
kami masing-masing, hobi, alasan mengapa tinggal dikota ini (self-
disclosure, Depth). Setelah melalui obrolan yang cukup lama, ternyata
kami memiliki satu hobi dan kesenangan yang sama, yaitu dalam
meramu notasi diatas tangga partitur. Hanya berbeda pegangan saja.
Saya memijat tuts piano dan dia mencubit enam senar gitar. Bel pulang
sekolah merupakan start untuk jam kami bereksperimen. Bel penutup
kami bereksperimen adalah ketika salah satu dari perut kami berbunyi.
Setiap hari bertemu saya menjadi lebih ingin tahu siapa dia dan
obrolan kami menjadi lebih banyak topik yang diperbincangkan (self-
disclosure, Breadth). Namun kecurigaan saya timbul ketika mata saya
melihat secara luas, mengapa dia tidak memiliki teman lain? Mengapa
hanya saya saja yang menjadi teman dia. Saat itu pikiran saya tenggelam
dan bertanya pada diri saya sendiri: ‘siapakah yang saya hadapi setiap
hari?’
Jam istirahat. Yang menjadi waktu obrolan panas kami, saya coba
kurangi. Dan jam tersebut saya pakai untuk bertanya pada teman-teman
saya, siapakah dia. Jawaban demi jawaban yang saya dengar mulai
mengganggu pikiran saya. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa
jawaban-jawaban yang saya dapat dari teman-teman saya ternyata
seperti itu. Seorang R yang baik dimata saya, seolah-olah sirna diganti
kata Psychopat. Teman-teman saya memperingatkan agar saya hati-hati
dalam bertindak dan berbicara dengannya. Namun apa daya saya, hampir
semua bagian dari diri saya dia sudah mengetahuinya.