Teori biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stres yang mengakibatkan
terlepasnya
zat
halusinogenik
neurotik
(buffofenon
dan
dimethytransferase)
Teori Psikoanalisi
Merupakan respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang
mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar
Data objektif
Berbicara
atau
Data Subjektif
tertawa Mendengar
sendiri
atau kegaduhan
dengan
stimulus
yang Mendekatkan telinga ke
nyata/lingkungan)
arah tertentu
yang
nyata
dari
suara
yang
mengajak bercakap-cakap
Mendengar
suara
melakukan
tertentu
Mendengar
menyuruh
Menutup telinga
Halusinasi penglihatan
suara-suara
Ketakutan
pada
geometris,
kartun,
sedang
yang
bauan tertentu
Menutup hidung
muncul
dari
sumber
membaui
nyata)
Halusinasi pengecapan
Sering meludah
Menggaruk-garuk permukaan
Merasakan
tersengat kulit
seperti
Halusinasi kinestetik
(klien
merasa
Memegang
kakinya
yang Mengatakan
badannya
melayang di udara
anggota
badannya
bergerak)
Halusinasi viseral
(perasaan
tertentu
Memegang
badannya
dalam tubuhnya)
(stuart & Sundeen, 1998)
drink
4. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang memengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi terdiri
dari:
Faktor perkembangan
Ketika tugas perkembangan terjadi hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.
Faktor sosiokultural
Faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan
sehingga orang tersebut merasa kesepian
Faktor biokimia
Jika seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suau zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimethytransferase
Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan
stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas
Faktor genetik
Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsangan
ekternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat terjadi
karena beberapa kondisi fisik: kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol, dan kesulitan
untuk tidur dalam waktu yang lama
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab hausinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan.
Dimensi intelektual
Individu yang mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego.
Dimensi sosial
Dimensi sosial pada individu yang mengalami halusinasi menunjukan
kecenderungan untuk meyendiri. Individu asik dengan halusinasinya,
Dimensi spritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien yang
mengalami halusinasi cenderung menyenderi hingga proses di atas tidak
terjadi. Individu tidka sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi
sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasi dirinya,
individu kehilangan kontrol terhadap kehidupan nyata.
7. Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping dapat dijadikan
sebagai modal untuk menyelseikan masalah.
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupkan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
stres, termasuk upaya penyeleseian masalah secara langsung dan mekanisme
pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
9. Tahapan halusinasi
Tahap I (Non-Psikotik)
Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
rientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik:
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
Tahap II (Non-Psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan bereat. Secara umum halusinasi yang dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik:
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman
tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul:
a.
b.
c.
d.
Tahap IV (Psikotik):
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Perlaku yang muncul:
a. Risiko mencederai
b. Agitasi/kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi diawali dengan seseorang
menarik diri dari lingkungannya karena orang tersebut menilai dirinya rendah. Bila
klien mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada
kejelakan, maka akan beresiko terhadap perilaku kekerasan
Pohon Masalah
Effect
Care problem
Cause
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
untuk mendengarkan
Disorientasi
Kosentrasi rendah
Pikran cepat berubah-ubah
Kekacauan alur pikiran
Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Rencana tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan untuk klien
Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulakn halusinasi
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
h. Menganjurkan klien memasukkan cara mengharik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian