Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Tujuan Percobaan
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat
2. Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi suatu zat

1.2

Dasar Teori

1.2.1 Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai zat proses dimana suatu zat padat dapat
masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi
merupakan proses dimana zat padat melarut secara prinsip dikendalikan oleh
afinitas antara zat padat dan pelarut (Sogay, 2011).
Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat
terlibat berbagai proses. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan,
kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan,
proses disintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang
mempengaruhi kerakteristik disolusi obat dari sediaan. Sediaan merupakan
sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi zat (Rein, 2011).
1.2.2

Metode Penentuan Kecepatan Disolusi


Menurut Otetatsuya (2008) kecepatan disolusi dapat ditentukan menurut

beberapa metoda sebagai berikut:


1.

Metode Suspensi
Pada metode ini, bubuk zat padat ditambahkan pada pelarut tanpa

pengontrolan yang eksak terhadap luas permukaan partikelnya. Kemudian sampel


diambil pada waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang terlarut telah ditentukan
dengan cara yang sesuai.

2.

Metode Permukaan Konstan


Suatu zat ditempatkan dalam suatu wadah yang telah diketahui luasnya,

sehingga variable perbedaan luas permukaan efektif dapat dihilangkan. Biasanya


zat dibuat tablet terlebih dahulu. Kemudian sampel ditentukan dengan cara yang
sama seperti pada metode suspensi.

Gambar 1.1 Alat Uji Disolusi


(Sumber : Otetatsuya, 2008)
Kecepatan pelarut berbanding lurus dengan luas permukaan bahan padat,
koefisien difusi, serta berbanding lurus dengan turunnya konsentrasi pada waktu t.
kecepatan pelarutan ini berbanding terbalik dengan tebal lapisan difusi, yang
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

dM D . S
=
(CsC)
dT
h

Dimana:

dM
= kecepatan disolusi
dT

D = koefisien difusi

S = luas permukaan zat


Cs = kelarutan zat padat
C = konsentrasi zat dalam larutan pada waktu t.
H = tebal lapisan difusi
1.2.3

Model Disolusi

1. Model Lapisan Difusi (Diffusion Layer Model)


Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada permukaan
padat terdapat satu lapisan tipis cairan dengan ketebalan , merupakan komponen
kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi
pada permukaan padat cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati
antar muka liquid film bulk film, pencampuran secara cepat akan terjadi dan
gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi ditentukan oleh
difusi gerakan Brown dari molekul dalam liquid film (Medisa, 2013).
2.

Model Barrier Antar Muka (Interfacial Barrier Model)


Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan

dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan. Sebagai hasilnya, tidak
dianggap adanya kesetimbangan padatan larutan, dan hal ini harus dijadikan
pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat cair
sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transport. Transport
yang relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis (stagnant)
(Stenly, 2012).
3.

Model Dankwert (Dankwert Model)


Model ini beranggapan bahwa transport solut menjauhi permukaan padat

terjadi melalui cara makroskopik ketika pelarut mencapai antar muka cair
karena terjadi pusaran difusi secara acak (Budiman, 2015).
1.2.4

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi

Menurut Otetatsuya (2008), faktor yang mempengaruhi disolusi sebagai


berikut:
1. Suhu
Semakin tinggi suhu umumnya akan memperbesar kelarutan suatu zat
yang bersifat endotermik, serta akan memperbesar harga koefisien suatu zat
tersebut.
2.

Viskositas
Semakin menurunnya tingkat viskositas suatu larutan, maka akan semakin

besar atau meningkatnya kecepatan disolusi suatu zat tersebut.


3.

pH
pH sangat mempengaruhi kelarutan zat-zat yang bersifat asam maupun

basa lemah. Zat yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut jika berada pada
suasana asam. Begitu juga sebaliknya, zat yang bersifat asam lemah akan lebih
mudah larut jika berada pada suasana basa.
4.

Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran suatu partikel, maka luas ukuran permukaan zat

tersebut akan semakin meningkat, sehingga hal ini dapat mempercepat kelarutan
suatu zat, dan kecepatan disolusi dari zat tersebut pun akan meningkat juga.
5.

Polimorfisme dan Sifat Permukaan Zat


Polimorfisme dan sifat permukaan suatu zat akan sangat mempengaruhi

kelarutan suatu zat, adanya polimorfisme seperti struktur internal zat yang
berlainan, akan mempengaruhi kelarutan zat tersebut. Dengan adanya surfaktan
dan sifat permukaan zat yang hidrofob, maka akan menyebabkan tegangan
permukaan antar partikel menurun sehingga zat mudah terbasahi dan lebih mudah
larut.
6.

Pengadukan

Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h) suatu


larutan. Jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat
berkurang, sehingga kecepatan disolusi zat tersebut pun meningkat, karena
kecepatan disolusi suatu zat itu berbanding terbalik dengan tebal lapisan difusi.
7.

Vibrasi
Bilamana vibrasi timbul, hasil yang diperoleh akan lebih tinggi. Hampir

semua masalah vibrasi berasal dari motor pengaduk, pemanas penangas air atau
adanya penyebab dari luar.
1.2.5 Asam Salisilat
Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk kristal
berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul
sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 1560C dan densitas pada 250C
sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan dalam
keadaan panas. Asam salisilat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi
dengan mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat
pada suhu sekitar 2000C (Stenly, 2012)
Asam salisilat memiliki struktur bangun seperti yang disajikan pada
gambar berikut ini:

Gambar 1.2 Struktur Asam Salisilat


(Sumber: Stenly, 2012)

Bahan baku utama dalam pembuatan asam salisilat adalah phenol, NaOH,
karbon dioksida dan asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai
obat- obatan dan sebagai bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi
seperti aspirin dan beberapa turunannya. Sebagai antiseptik, asam salisilat zat
yang mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit,
tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek
langsung pada sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk
rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi
akibat rematik, menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah
pemakaiannya akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal (Stenly,
2012).
Menurut Rein (2011), sifat fisika dan Kimia asam salisilat sebagai berikut:
Tabel 1.1 Sifat Fisika Asam Salisilat
Rumus Molekul
Titik Lebur
Titik Didih
Tekanan Uap
Densitas
Massa Molar
(Sumber : Rein,2011)

C7H6O3
1590C
2110C
1 mmHg pada 330C
1,44 gram/cm3
138,2 gram/mol

Tabel 1.2 Sifat Kimia Asam Salisilat


Kelarutan

Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4


bagian etanol (195%) mudah larut

Sifat Larutannya

dalam kloroform dan ester.


- Tidak cepat menguap
- Tidak mudah terbakar

(Sumber : Rein,2011)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arief.2015. Kecepatan Disolusi. http://Arief share blog kecepatan


disolusi html. Diakses pada tanggal 12 November 2015
Medisa, Eldesi.2013. Kecepatan Disolusi Intrinsik. http://Eldesi Medisa.
kecepatan disolusi intrinsik.html. Diakses pada tanggal 12 November
2015
Otetatsuya.2008. Kecepatan Disolusi. http://kecepatan disolusi-Otetatsuyas
blog.html. Diakses pada tanggal 12 November 2015
Rein, Vadis.2011. Disolusi. http://Disolusi.Vadis Reins blog.html. Diakses pada
tanggal 12 November 2015
Sogay. 2011. Disolusi. http://ilmu pendidikan jow disolusi.html. Diakses pada
tanggal 11 November 2015
Stenly, Hendra. 2012. Disolusi. http:// Discovery Disolusi.html. Diakses pada
tanggal 12 November 2015
Yelmida, A. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. UNRI : Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai