PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang terus berkembang sampai saat ini, dunia
perfilman pun juga semakin canggih. Dalam sebuah film perlu adanya
pesan moral, karena pesan moral dalam film dinilai penting yang dapat
mempengaruhi penontonnya.
Film dapat memiliki pengaruh positif dan negatif bagi khalayak, salah
satu pengaruh positif yaitu pesan film yang disampaikan menanamkan
nilai pendidikan, agama, budi pekerti, dan sebagainya. Di sisi lain film
dapat memiliki pengaruh negatif terhadap penikmat film tanpa adanya
penyaringan yang baik.
Film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal.
Bahkan cara kita bicara sangat dipengaruhi oleh metafora film. 1 Film juga
merupakan gambaran teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dan televisi atau sinetron yang
dibuat khusus untuk siaran televisi.2
Film juga memiliki genre-genre antara lain; drama ilmiah, fiksiilmiah,
animasi, komedi, drama karakter, drama sejarah, dokumenter, film
detektif, film suspense, film monster, horror, musik, perang, aksi
petualangan, film noir, western, roma dan melo drama. 3 Selain itu film
juga memiliki kode tersendiri untuk usia penontonya. Ada film khusus
dewasa, remaja, anak-anak, atau bimbingan orang tua. Namun tidak
jarang anak yang justru menonton film-film dewasa. Bahkan film porno
1 Johan Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 160.
2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2000), hlm.201.
3 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 159.
1
mayoritas
masyarakatnya
beragama
islam
hal
ini
Seperti hal nya dinegara amerika awal mula islam masuk dinegara
amerika
diterima
dengan
baik
oleh
masyarakat
pribumi,
seiring
agama
islam
sehingga
dari
saat
itu
islam
mengalami
pesan,
Islam
mengenalkan
suatu
pendekatan,
yaitu
Amerika
Serikat.
Bulan
yang
terbelah
merupakan
metafor
muslim
pasca
tragedi
11-September-2001.
Hanum,
yang
D. Metode Penelitian
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan menganalisis data maka
penulis menggunakan metode dan pendekatan penelitian sebagai berikut:
1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metodologi adalah pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.4
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kritis dengan
metode riset analisis semiotik. Jenis riset deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi
secara sitematis, fakta, dan akurat mengenai fakta dan sifat obyek tertentu. Melalui
kerangka konseptual, peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan
menghasilkan variabel beserta indikatornya. Jenis riset ini untuk menggambarkan
realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. Hasil dari
pengumpulan data yang didapat peneliti mengenai film Bulan Terbelah di Langit
Amerika ini kemudian akan dianalisis melalui pendekatan Roland Barthes.
Teknik penelitian menggunakan analisis teks media, yaitu sebagai bahan kajiannya
dalam melihat simbol dan tanda yang menguatkan film ini dalam menyampaikan pesan
dan makna pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Analisis semiotika pada
penelitian ini menggunakan teori Roland Barthes untuk mengupas pesan moral Islami
dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika, dimana semiotik Roland Barthes adalah
mempelajari segala sistem tanda, apapun substansi dan batasannya seperti: gerak, bunyi ,
musik, objek dan asosiasi kompleks antara semua itu. Bagi Barthes, wilayah kerja
semiotik menjadi sangat luas, dan bahasa menjadi salah satu bagian dari padanya selain
ada banyak unsur lain yang bisa dipelajari sebagai tanda (other than language).5
4 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 99.
5 Op.Cit., hlm. 101.
6
Bulan Terbelah di Langit Amerika dan bagaimana makna denotasi dan konotasi yang
terkandung dalam film tersebut.
3. Menentukan Metode Pengolahan data
Pengolahan data diperlukan dalam menimbang suatu data yang berdasarkan
aspek ideologi, sosial, budaya, rasisme, dan efektif tidaknya konsep yang terkandung
dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika.
4. Klasifikasi Data
a. Identifikasi Obyek
Pada penelitian ini, identifikasi obyek adalah makna pesan moral pada film
Bulan Terbelah di Langit Amerika. Menurut peneliti, film ini sangat mengandung
muatan tentang rasisme.
b.Alasan Obyek yang Dipilih
Film ini dipilih untuk diteliti karena banyak pesan moral Islami yang
terkandung. Sama halnya dengan media massa lainnya, film juga mampu
mengungkap, mengomentari, dan menghadapi permasalahan sosial secara
langsung.
1.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Penulis menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, rapat agenda dan sebagainya.7 Metode ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. 8 Data dalam penelitian ini,
diperoleh dari film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang ditonton secara langsung
di bioskop 21. Data yang diteliti adalah adegan-adegan yang mengandung moral
Islam berdasarkan teori semiotik Roland Barthes. Untuk melengkapi data, peneliti
akan mengambil pendokumentasian dari berbagai tulisan yang relevan dengan data
penelitian ini.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang
berhubungan dengan topik penelitian, biasanya dalam studi pustaka datnya
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm. 234.
8 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media, 2006), hlm. 116.
8
bersumber dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian, dan sumber-sumber lain
yang sesuai.
Dalam penelitian ini cara untuk mencari data adalah dengan cara melakukan
penelususran terhadap literatur mengenai teori-teori seperti semiotika, film, moral
Islam yang dapat mendukung penelitian ini.
c. Analisis Teks
Analisis teks merupakan metode penelitian yang mengharuskan peneliti untuk
menganalisis teks tertentu seperti pidato kepresidenan atau film seri televisi, iklan,
transkripsi wawancara, atau segala jenis wacana yang ingin diteliti oleh peneliti. 9
Analisis tekstual berpusat pada pesan.
Jadi, dalam penelitian ini analisis tekstual berfokus pada kata-kata atau simbolsimbol yang digunakan dalam Bulan Terbelah di Langit Amerika.
1.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting selain pengumpulan data, karena
proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Adapun jenis penelitian analisis semiotika, menggunakan Roland
Barthes, yaitu model sistematis dalam menganalisis makna dengan tanda-tanda. Fokus
perhatiannya tertuju pada signifikasi dua tahap (two order of signification).10
Dalam menganalisis data dokumen yang telah dikumpulkan oleh penulis, dan untuk
dipaparkan dalam bentuk laporan, penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif
dengan analisis semiotik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis
semiotik yang digunakan adalah semiotik Roland Barthes. Studi semiotik mengambil
fokus penelitian pada seputar tanda. Tanda atau lambang yang diteliti dalam penelitian
ini adalah kalimat (ucapan lisan), gesture, dan ekspresi wajah.
Dalam menafsirkan sebuah tanda Barthes mengemukakan sebuah teori semiosis atau
proses signifikasi. Signifikasi merupakan suatu proses yang memadukan penanda dan
petanda sehingga menghasilkan tanda.11 Roland Barthes menjelaskan dua tingkatan
pertandaan, yaitu denotasi (denotation) dan konotasi (connotation). Denotasi biasanya
9 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi Edisi 3, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2009), hlm. 84.
10 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan
Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 102.
11 Kris Budiman, Kosa Semiotika, (Yogyakarta, Lkis, 1999), hlm. 108.
9
E. Kajian Teori
1. Analisis Semiotik Model Roland Barthes
Pengkajian yang akan dilakukan terhadap analisis ini adalah dengan menggunakan
teori
semiotik
yang
dikembangkan
Roland
Barthes. Teori
semiotik
Barthes
1. SIGNIFIER
(PENANDA
2. SINIFIED (PETANDA)
)
3. DENOTATIVE SIGN (TANDA DENOTATIF)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
(PENANDA KONOTATIF)
(PETANDA KONOTATIF)
Gambar 1.1 Peta Roland Barthes
Melalui gambar di atas Barthes menjelaskan, bahwa signifikansi tahap pertama
merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Dalam hal ini Barthes menyebutnya denotasi, yaitu makna yang paling
nyata dari tanda. Makna denotatif bukanlah sesuatu yang bisa dipastikan dengan tepat.
Makna ini adalah generalisasi. Detail-detailnya berbeda dari satu medium ke medium
14 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Analisis untuk Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framming, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), hlm. 93.
15 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2004), hlm. 32.
11
lainnya, tetapi kualitas umum yang terkait masih tetap ada. 16 Sedangkan konotasi adalah
mode operatif dalam pembentukan dan penyandian teks-teks kreatif. Dan tentu saja,
semua teks dan genre media massa didasarkan atas konotasi, karena semuanya dirancang
untuk membangkitkan makna yang signifikan secara budaya.17 Konotasi itu cukup kuat
karena membangkitkan perasaan dan persepsi tentang segala sesuatu.18
Kajian analisis semiotik Roland Barthes ini nantinya akan merujuk pada setiap
adegan yang diperankan oleh aktris utama dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika
yaitu sosok Hanum dan Rangga. Dalam setiap adegan Hanum maupun Rangga ini
nantinya akan dianalisis bagian yang merupakan makna pesan moral Islami yang terlihat
peneliti.
Kerangka Pikir Penelitian
Teori Semiotika
Ilmu semiotik bermula dari ilmu linguistik dengan tokohnya Ferdinad de de
Saussure (1857-1913). De Saussure tidak hanya dikenal sebagai bapak Linguistik tetapi
jugabanyak dirujuk sebagai tokoh semiotik dalam bukunya Course ini General
Linguistics (1916).
Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani
semeion yang berarti tanda. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran
hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik
inferensial.19 Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan
16 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 43.
17 Ibid., hlm. 44.
18 Ibid., hlm. 45.
19 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 95.
12
dengan pengkajian tanda dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti
sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda. 20 Semiotik merupakan ilmu yang
mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai
tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang
mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala
susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. 21 Semiotik
merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan segala sesuatu
yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad ke-20.
Para ahli semiotik modern mengatakan bahwa analisis semiotika modern
dikembangkan oleh Ferdinand De Saussure, ahli linguistik dari benua Eropa dan
Charles Sanders Pierce, seorang filosof asal benua Amerika. Saussure menyebut ilmu
yang dikembangkannya, semiology yang membagi tanda menjadi dua komponen yaitu
penanda (signifier) yang terletak pada tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud atau
merupakan bagian fisik seperti hurus, kata, gambar, bunyi dan komponen yang lain
adalah petanda (signified) yang terletak dalam isi atau gagasan dari apa yang telah
diungkapkan, serta saranya bahwa hubungan kedua komponen ini adalah sewenangwenang yang merupakan hal penting dalam perkembangan semiotik, sedangkan bagi
Pierce, lebih memfokuskan diri pada tiga aspek tanda yaitu dimensi ikon, indeks, dan
simbol.22
Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan istilah
denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangannya disebut
20 Aart Van Zoest, Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya,
(Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993), hlm. 1.
21 A. Teew, Khasanah Sastra Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 6.
13
sitem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi disebut matabahasa. Sistem sekunder
ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi
ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga paham pragmatik
yakni pemakai tanda dan situasi pemahamanya.
Dalam kaitan dengan pemakain tanda, kita juga dapat memasukkan perasaan
sebagai (aspek emotif) sebagai salah satu faktor yag membentuk konotasi. Model
Roland Barthes demikian juga model De Saussure tidak hanya diterapkan pada analisis
bahasa sebagai salah satu aspek kebudayaan tetapi juga dapat digunakan untuk
menganalisis unsur-unsur kebudayaan.
Menurut Barthes, yang dikutip Fiske menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama
merupakan hubungan anatara signifer (penanda) dan signified (petanda) di dalam
sebuah tanda realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna
paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi
ketika tanda bertemu dengan perasaan atau subyektif atau paling tidak inter-subyektif.
Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang telah digambarkan tanda terhadap sebuah
obyek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.23
Semiotik yang dikembangkan Barthes juga disebut dengan semiotika konotatif.
Terapannya juga pada karya sastra tidak sekedar membatasi diri pada analisis secara
semiosis, tetapi juga menerapkan pendekatan konotatif pada berbagai gejala
22 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Analisis untuk Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framming, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), hlm. 125.
23 John Fiske, Cultural and Communication, (Yogyakarta: Jalasutra, 1990), hlm. 88.
14
kemasyarakatan. Di dalam karya sastra ia mencari arti kedua yang tersembunyi dari
gejala struktur tertentu. 24
Pendekatan semiotika Barthes pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan
dengan isi secara khusus tertuju pada sejenis tuturan yang disebutnya mitos. Menurut
Barthes, bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu yang
secara semiotis dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai
sistem semiologis tingkat kedua.25 Makna konotatif dari berbagai tanda akan menjadi
semacam mitos atau petunjuk mitos (yang menekankan makna-makna tersebut)
sehingga dalam banyak hal (makna) konotasi menjadi perwujudan mitos sangat
berpengaruh. Bila konotasi merupakan pemaknaan tatanan kedua dari penanda, mitos
merupakan pemaknaan tatanan kedua dari petanda.
24 Aart Van Zoest, Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya,
(Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993), hlm. 4.
25 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonsitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011),
hlm. 38.
15
Kerangka Pikir
Realitas Masyarakat
amerika Tahun 2001
Penulis Naskah
Kerangka di atas
oleh
peneliti. Proses penelitian pada kerangka ini adalah melihat realitas sosial masyarakat
Amerika pada tahun 2001 setelah kejadian pengeboman WTC yang dituangkan oleh
penulis naskah pada sebuah novel Novel karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Almahendra yang berjudul Bulan Terbelah di Langit Amerika dan
kemudian difilimkan pada tahun 2015 dengan alur cerita film Bulan Terbelah di Langit
Amerika. Setelah itu dikaitkan dengan proses decoding yaitu peneliti menangkap
makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang, dalam hal ini adeganadegan dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Kemudian, dari hasil decoding
tersebut dikaitkan dengan adegan-adegan yang ditemukan dengan analisis semiotik
Roland Barthes. Selain itu, realitas masyarakat Amerika tahun 2001 setelah kejadian
pengeboman WTC diinterpretasi oleh peneliti dengan menggunakan analisis semiotik
Roland Barthes, maka setelah melalui proses tersebut ditemukanlah sebuah temuan
yaitu, terdapat adegan-adegan yang mengandung makna pada film Bulan Terbelah di
Langit Amerika.
2. Sinopsis Film Bulan Terbelah di Langit Amerika
Film Bulan Terbelah di Langit Amerika bercerita tentang
Hanum, seorang jurnalis Indonesia yang menemani suaminya
sekolah di Wina mendapatkan tugas dari bosnya, Gertrude
Robinson untuk membuat sebuah artikel berjudul Would the
16
bangkrut.
Gertrude
meminta
Hanum
untuk
Reinhard
internasional
mengetengahkan
Phillipus
untuk
di
seorang
tentang
ke
Strategi
Washington
bidang
filantropi
The
mengikuti
bisnis
dunia
Power
of
bosnya,
sebuah
yang
akan
bernama
Brown
Giving.
Brown,
Hanum.
Hanum
bersikeras
bahwa
dia
tidak
akan
17
menuju
Washington
setelah
Hanum
meminta
untuk
segera
Brown
dan
melakukan
wawancara
cepat
tentang
Jones,
Julia,
dan
Brown
dalam
sebuah
orang-orang
yang
terpisah
oleh
karena
permintaan
tragedi
11
September
untuk
menjawab
No
pada
dengan menunjukkan bukti otentik berupa patung muhammad yang ada di gedung mahkama
AS merupak makna bahwa kaum muslimin merupakan manusia yang berfikiran secala logis,
kaum muslim ialah manusia yang taat akan agama yang mencintai keadilan dan kedamaian
hal ini tersirat dalam pahatan patung muhammada yang berada tepat di gedung mahkamah
yang merupakan gedung simbol keadilan di Amerika Serikat.
Kedua yakni potongan adegan ketika terjadi Pertemuan Hanum dengan Azima. Adegan
ini menggambarkan bagaimana seorang laki-laki tua tetangga Azima (Ray Renolds)
kehilangan keluarganya dalam tragedi World Trade Center itu dan laki-laki itu membalas
sakit hatinya dengan memusuhi Azima dan anaknya. Dia mengembalikan kue tart yang
dibuatkan Azima dan Sarah untuk dia, tetapi Hanum memberikannya lagi.
Dari adegan diatas tergambar bagaimana akhlak seorang muslim/muslimah yang selalu
membalas keburukan dengan kebaikan, selalu mengedepankan husnudzon, sebagaimana
yang diajarkan dalam agama islam untuk saling menghormati dan menghargai bahkan
dijelaskan dalam al-Quan surah Al-kafirun ayat ke 6 yang berbunyi lakum diynukum wa
liyadiyn yang artinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku, ayat ini memiliki beberapa
perspektif salah satunya yakni nilai toleransi antar beragama agar tercipta keharmonisan
dalam bermasyarakat maka berpegang teguhlah pada agamamu (islam) dan biarkan mereka
pada agama mereka non islam sehingga tidak terjadi perselisihan dan tercipta keharmonisan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Aku cinta Islam. Tetapi aku kehilangan kebanggaan terhadap Islam! seru Azima
Hussein/JuliaCollins (Rianti Cartwright) sambil melepas wignya dan ternyata masih ada
bagian hijab di baliknya melindungi rambut aslinya. Hanum (Acha Septrias) tersentak itu
cara Azima survival, selain berganti nama dari tekanan masyarakat New York yang sinis
terhadap muslim karena peristiwa 9/11. Anaknya Sarah Hussein melansir videonya di
Youtube: Ayah Dituduh Terlibat dalam Tragedi 9/11. Agama yang diyakininya dianggap
sebagai penyebab kekacauan dunia .
Dari potongan adegan diatas tersirat makna bahwa kaum muslim dan muslimat
mengalami diskriminasi serta tekanan oleh warga negara amerika secara universal namun
nilai moral yang terdapat disini yakni meski dalam posisi terhimpit dan terkucilkan azima
hussein tetap berpegang teguh dengan agama islam dan membalas orang-orang yang
menyakiti keluarganya dengan kebaikan, ia menutupi jati dirinya satu agar terhindar dari
19
pertikaian antar sesama warga di amerika karena rasa benci yang tertanam pada diwi
masyarakat amerika terhadap islam setelah kejadian pengeboman WTC, dua agar azzima dan
keluarganya dapat menghirup udara amerika dengan bebas tanpa tekanan meski sejatinya
dalam dirinya ia tertekan karna pengucilan kaum muslimin.
Gambaran kedua yang dapat ditafsirkan dari tanda ketika adegan saat anak kecil
mengupload video ke youtube mengenai keresahannya mengapa ayahnya dituduh sebagai
teroris, sedangkan ayahnya sendiri menjadi korban dan meninggal pada saat kejadian itu
yakni pertikaian, pertengkaran dan permusuhan hanya akan menimbulkan duka dan rasa sakit
bagi sebagian manusia yang tak berdosa, anak kecil yang tak tau menau mengenai kejadian
diluar sanapun menjadi korban akibat pertikaian amerika dengan islam sehingga anak kecil
itu harus putus sekolah hanya karena di ejek ayahnya seorang teroris, di diskriminasikan oleh
temannya, hanya karena anak itu beraga islam, sungguh fenomena rasis yang memecah belah
keharmonisan ditengah kehidupan bermasyarakat.
Aku cinta Islam. Tetapi aku kehilangan kebanggaan terhadap Islam! seru Azima
Hussein/JuliaCollins (Rianti Cartwright) sambil melepas wignya dan ternyata masih ada
bagian hijab di baliknya melindungi rambut aslinya, Dapat di tafsirkan dari petanda ini
bahwa dalam negara hak asasi, hak kebebasan mengemukakan pendapat sangatlah di junjung
tinggi yang disebut sebagai demokrasi, namun nyatanya setelah kejadian 9/11 kaum
muslimin yang berada di amerika tak lagi mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga yang
tinggal di amerika sehingga mereka harus bersembunyi dibalik layar, hal ini menjadi kritikan
bahwa hak setiap warga negara seharusnya berlaku bagi seluruh lapaisan serta golongan
masyarakat tanpa terkecuali yakni hak merasa dirinya dilindungi sehingga merasa aman dan
nyaman.
G. Kesimpulan
Film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal.
Bahkan cara kita bicara sangat dipengaruhi oleh metafora film. Film juga
merupakan gambaran teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dan televisi atau sinetron yang
dibuat khusus untuk siaran televisi.
Setiap film ingin menampilkan alur cerita yang menearik agar
penonton dapat menikmati tangan film yang telah dikemas sebaik
20
mengandung pesan
moral, agama, adat, atau yang lainnya dari pembuatnya yang ingin
disampaikan kepada para penonton melalui adegan-adegan disetiap
segmen, sehingga para penikmat film mampu menerima pesan yang
ingin disampaikan pembuat dengan baik sesuai harapan pembuat.
Tak bisa dipungkiri film pada zaman belakangan ini memiliki peminat
yang sangat banyak sehingga banyak industri bermunculan bersaing
memberikan
hasil
karya
film
mereka
yang
terbaik,
disini
Pesan
perdamaian dan toleransi agama Islam yang begitu besar di New York
inilah yang coba disampaikan oleh film terbaru Maxima Pictures, Bulan
Terbelah di Langit Amerika. Film yang terinspirasi dari buku novel
National Best Seller berjudul Bulan Terbelah di Langit Amerika karya
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ini memilih New York
sebagai setting film.
Film yang berjudul Bulan Terbelah di Langit Amerika ini bercerita
mengnai kehidupan kaum muslim di amerika yang hidup dengan damai
dan memiliki keterkaitan sejarah dengan negara amerika berubah 180
derajat setelah kejadian hancurnya gedung WTC pada tanggal 11
september 2001 yang menewaskan beribu-ribu warga amerika, dan kaum
muslim yang dijadikan kambing hitam sehingga sejak saat itu kaum
muslim di amerika mengalami diskriminasi.
Dalam film yang di sutradai oleh Rizal Mantovani ini, ia memberikan
penglihatan secara jeli kepada seluruh umat manusia diseluruh dunia
terutama amerika bahwasaannya agama islam merupakan agama yang
rahmatan lilalamin, agama yang selalu menjunjung tinggi keharmonisan
dalam kehidupan bermasyarakat, agama yang memegang teguh nilat
toleransi rasa saling menghargai diantara perbedaan, agama yang selalu
bersahabat dengan semua golongan, hal ini tersirat dalam potongan
adegan yang ada di dalam film melalui verbal dan non verbal.
Terdapat banyak pesan moral islami yang terkandung dalam film Bulan
Terbelah di Langit Amerika yang banyak digambarkan dalam tokoh hanum
21
Namun
Tuhan
mempersatukan
mereka
kembali
dalam
balutan kasih sayang yang selama ini tercerai berai oleh karena
tragedi 11 September untuk menjawab No pada pertanyaan
Would the world be better without Islam.
22
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Abu & Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Alex Sobur.2006.Analisis Teks Media;Suaru Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya.
Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Budaya. ( Yogyakarta : LKIS,
2002 )
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Budiman, Kris. 1999. Kosa Semiotika. Yogyakarta, Lkis.
Christomy, Tommy. 2004. Semiotika Budaya. Depok: PPKB Universitas Indonesia.
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Departemen Pendidikan. 2005.
Pustaka.
Effendy, Onong Uchjana Effendy. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
Fiske, John. 1990. Cultural and Communication. Yogyakarta: Jalasutra.
Ghozali, Dody M.. 2005. Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran
Kinerja Public Relation. Bandung: Simbiosa Ekatama Media.
John Fiske.1990.Cultural and Communication Studies.Yogyakarta:Jalasutra.
Kriyantono, Rahmat . 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media.
Lukiati
Komala,
Ilmu
Komunikasi
Perspektif,
Proses,
Dan
Konteks
24