FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kelimpahan
Rahmat,Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan menjelaskan bahayanya rokok pada
tubuh manusia dari definisi sampai ke upaya yang nantinya akan di jelaskan di
isi makalah ini berserta kesimpulannya.
Jakarta, 17 Februari
2015
Pratama Satrio
Wibowo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Tinjauan Pustaka
BAB 2 : ISI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Definisi
Kandungan Rokok
Epidemiologi
Faktor Pendorong Seseorang Merokok
Dampak Perokok Aktif
Dampak Perokok Pasif
Upaya Pencegahan
BAB 3 : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan
karena menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5 juta orang
meninggal karena menghisap langsung rokok, sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal
karena terpapar asap rokok (WHO, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara dengan
prevalensi perokok yang terbesar di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO),
pada tahun 2012 persentase prevalensi perokok pria yaitu 67% jauh lebih besar daripada
perokok wanita yaitu 2,7%. Diantara para perokok tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8%
wanita merokok setiap hari. Terdapat gap yang besar antara jumlah perokok dewasa pria dan
perokok wanita yang merokok setiap hari (OECD, 2013). Diperkirakan sebanyak seperempat
perokok aktif akan meninggal pada usia 25-69 tahun dan mereka kehilangan angka harapan
hidup sekitar 20 tahun (Gajalakshmi dkk., 2003).
Pada tahun 2005, WHO memulai program World Health Organization Framework
Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) yang bertugas untuk mengidentifikasi
kerugian yang diakibatkan oleh aktivitas merokok dan hal yang terkait dengan upaya
pencegahan. Pada tahun 2008, WHO mengidentifikasi 6 elemen pengendalian rokok yang
dikenal dengan MPOWER yang merupakan 2 singkatan dari Monitoring, Protecting,
Offering, Warning, Enforcing dan Raising. Hingga saat ini Indonesia belum menandatangani
WHO FCTC sehingga masalah pengendalian rokok di Indonesia masih belum tertangani
dengan baik karena tidak adanya program pendampingan dalam pengendalian rokok.
Keinginan seseorang untuk merokok disebabkan karena beberapa hal. Selain untuk
memberikan image danmelepas penat, mengurangi stres juga menjadi penyebabnya. Faktor
sosiodemografi yang terdiri dari berbagai hal juga dapat menjadi pencetus untuk merokok
(ncel dkk., 2011; Nazary dkk., 2010; Rozi dkk., 2007). Klaster atau jenis pendidikan
mempunyai hubungan dengan status merokok (Chatterjee dkk., 2011). Memperoleh
pengetahuan akan dampak serta bahaya merokok dapat mempengaruhi persepsi seseorang
dalam mengambil tindakan dalam memandang kebiasaan merokok. Seseorang yang
mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan cenderung untuk tidak merokok
(Alexopoulos dkk., 2010; Chatterjee dkk., 2011). Aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari
memiliki hubungan dengan status merokok (Alexopoulos dkk., 2010). Begitu pula dengan
riwayat merokok orang tua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alexopoulos dkk. (2010)
bahwa memiliki orang tua yang merokok akan cenderung membuat seseorang untuk merokok
terutama apabila yang merokok adalah ibu.
Angka jumlah perokok pada kelompok dewasa muda meningkat setiap tahunnya
(CDC, 1999). Data Global Youth Tobacco Survey (GTYS) (2009) mendapatkan bahwa
persentase anak-anak usia 13-15 tahun yang merokok di Indonesia mencapai 20,3%.
Alexopoulos dkk. (2010) menyatakan bahwa 3 merokok pada usia dini merupakan masalah
yang serius dan akan sulit untuk dikendalikan sehingga perlu penanganan khusus dan segera
agar angka perokok dewasa dapat ditekan. Hingga saat ini belum tersedia data jumlah
perokok di kalangan mahasiswa. Data terbaru di Indonesia menurut Global Health
Professions Student Survey (GHPSS) (2006) menunjukkan bahwa mahasiswa klaster
kesehatan di Indonesia yangmerokok sebanyak 8,6%. Tidak menutup kemungkinan bahwa
saat ini jumlah perokok dewasa muda pada kelompok mahasiswa maupun non-mahasiswa
semakin bertambah. Peningkatan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh peningkatan jumlah
perokok pada kelompok pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
(USDHHS, 2000). Pemasaran industri rokok yang menargetkan penduduk dewasa muda (1824 tahun) sebagai target konsumen utama juga memegang peranan dalam peningkatan angka
ini (Weschler, 2001). Mudahnya seseorang yang berumur kurang dari 18 tahun mendapatkan
rokok karena tidak adanya regulasi yang ketat juga memegang peran dalam peningkatan
jumlah perokok pada dewasa muda (Alexopoulos dkk., 2010). Sebanyak 59% penjual rokok
tidak memerdulikan konsumen rokok yang masih termasuk kelompok anak-anak (13-15
tahun) dan tetap menjualnya (GYTS, 2009).
Kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam kebiasaan. Dintaranya
dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, status merokok dan perilaku merokok. Faktor
sosiodemografi yang memiliki hubungan dengan kualitas hidup, dua diantaranya adalah
klaster atau jenis pendidikan dan kebiasaan 4 olahraga. Klaster pendidikan memiliki
hubungan dengan kualitas hidup (Pekmezovic dkk., 2011; Zhang dkk., 2012). Seseorang
yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan memiliki kualitas hidup yang lebih baik
(Zhang dkk., 2012). Kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik juga memiliki hubungan dengan
kualitas hidup (Pekmezovic dkk., 2011; Sabbah dkk., 2013; Zhang dkk., 2012). Sebuah
penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa perokok memiliki kualitas hidup lebih
buruk daripada nonperokok (Strine dkk., 2005). Pada penelitian di Massachusetts, orangorang yang berhenti merokok selama penelitian memiliki skor kualitas hidup yang lebih baik,
terutama pada ranah kesehatan mental, energi dan vitalitas, serta kesehatan secara umum
(Mitra dkk., 2004). Bagi perokok, jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari memiliki
hubungan dengan kualitas hidup (Bedmar dkk., 2009; Vogl dkk., 2012). Sebuah penelitian di
Inggris menyatakan bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi dalam sehari maka akan
semakin buruk pula kualitas hidup (Vogl dkk., 2012). Sebagai salah satu instrumen
pengukuran kualitas hidup, WHOQOL-BREF telah digunakan dalam beberapa penelitian
yang menggunakan responden mahasiswa (Li dkk., 2009; Zhang dkk., 2012). Menurut Zhang
dkk. (2012) yang meneliti kualitas hidup mahasiswa dengan gender menggunakan
WHOQOL- BREF menyatakan bahwa domain psikologi dan domain sosial dari kualitas
hidup lah yang berpengaruh terhadap mahasiswa. Penggunaan instrumen tersebut dalam
Penelitian yang terkait dengan kebiasaan merokok belum banyak dilakukan, terutama
pengunaannya pada kalangan muda yang berstatus mahasiswa. 5 Universitas Gadjah Mada
merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia yang terletak di Kampus
Bulaksumur Yogyakarta. Saat ini sudah terdapat 18 Fakultas, 1 sekolah Pascasarjana dan 1
sekolah Vokasi. Jumlah mahasiswa pada tahun 2012 sebanyak 51,796 orang yang berpotensi
sebagai perokok aktif dan pasif yang cukup besar (UGM, 2013).Sayangnya belum ada
peraturan pengendalian rokok denganpenegakan hukum yang jelas di wilayah kampus.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian fakultas mengijinkan mahasiswa merokok di
lingkungan kampus. Dampak buruk rokok ini dapat dirasakan langsung maupun tidak
langsung oleh para mahasiswa. Penelitian untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan
sosiodemografi dan status merokok dengan instrumen WHOQOL BREF diperlukan untuk
memberikan informasi kepada pembuat kebijakan kampus agar wilayah kampus Universitas
Gadjah Mada bebas dari asap rokok sehingga staff pendidikan maupun kependidikan serta
mahasiswa dapat menjalani hidup dengan lebih sehat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat disusun rumusan
masalah pada kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada sebagai berikut:
Dengan adanya informasi ini maka mahasiswa diharapkan dapat ikut serta mendukung
kebijakan kampus bebas asap rokok dan menjaga perilaku merokok di dalam
bermasyarakat.
4. Bagi Penelitian lain
Hasil penelitian ini diharapakn dapat menjadi referensi penelitian sosiodemografi dan
status merokok dalam hubungan dengan kualitas hidup di kalangan mahasiswa.
E. Tinjauan Pustaka
Tembakau merupakan tanaman yang mengakibatkan kecanduan yang mengandung
nikotin, zat karsinogen dan zat toksik. Ketika diubah menjadi suatu produk yang di desain
untuk melepaskan nikotin secara efisien maka zat toksik bertanggung jawab dalam
menyebabkan berbagai macam penyakit (WHO, 2006). Menurut PP No. 109 tahun 2012,
definisi rokok adalah salah satu produk
BAB II
ISI
A. Definisi
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan
(Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu
menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok adalah aktivitas
seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara
langsung.
B. Kandungan Rokok
1. Nikotin
Rokok mengandung nikotin yang sangat tinggi. Zat nikotin dalam rokok berasal
dari tembakau. Nikotin dapat mengakibatkan kanker serta merusak struktur DNA.
Nikotin yang terbawa melalui peredaran darah hanya membutuhkan waktu 7 detik
untuk sampai ke organ jantung. Bahaya nikotin dapat meningkatkan resiko serangan
jantung. Zat racun ini mampu membuat pembuluh arteri mengeras, serta
menimbulkan penumpukan lemak di saluran arteri pada jantung, akibatnya darah tidak
terpompa secara baik melalui jantung. Gangguan ini memicu terjadinya serangan
jantung pada perokok. Ditambah lagi zat ini secara cepat akan meningkatkan denyut
jantung segera setelah ia masuk ke dalam tubuh, maka terjadilah gangguan pada organ
ini, antara lain aritmia atau gangguan irama jantung. Sementara pada paru-paru,
nikotin berpotensi besar menimbulkan gangguan bahkan kerusakan sel yang memicu
terjadinya kanker paru.
2. Benzene
Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan salah
satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia
industri.Benzena juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet
buatan, dan pewarna. Bahkan kandungan benzene adalah karsinogen yang dapat
mengakibatkan kanker darah.
3. Arsenik
Arsenik adalah logam yang bisa meracuni darah, Ini adalah bahan metaloid yang
terkenal beracun. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida,
insektisida.. Kemampuan sel untuk memperbarui diri dapat tergganggu karena
akumulasi arsenik. Akumulasi : pengupulan atau penimbunan
4. Tar
Tar yang sifatnya karsinogenik timbul ketika rokok dibakar. Tar bisa menyebabkan
beraneka ragam penyakit seperti kanker, impotensi, penyakit jantung, penyakit darah,
bronkitis kronik, enfisema serta gangguan kehamilan dan janin. Dalam bentuk padat,
tar berwarna cokelat, lengket dan mudah menempel. Penyebab gigi seorang perokok
menjadi cokelat. Bayangkan noda lengket itu menetap ke jaringan merah halus dari
paru-paru. Tar dapat hadir dalam semua rokok karena rokok dibakar, dan hisapan
terakhir mengandung tar sebanyak dua kali lipat dibandingkan hisapan rokok pertama
kali dibakar. Tar dalam asap rokok melumpuhkan silia di paru-paru, dan berkontribusi
terhadap penyakit paru-paru seperti emfisema, kronis bronkitis, dan kanker paru-paru
5. Formaldehida
Formaldehida merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk mengawetkan mayat.
Nah, zat berbahaya ini bahkan terdapat pada rokok.
6. Aseton
Aseton merupakan bahan kimia yang terdapat pada penghilang cat kuku. Rokok juga
memiliki kandungan aseton. Berbahaya jika zat aseton masuk melewati saluran udara
serta bersemayam di paru-paru.
7. Karbon Monoksida
5% dari asap rokok merupakan karbon monoksida. Karbon monoksida adalah gas
beracun yang bisa menempel pada sel darah merah serta mengganggu pengangkutan
Universitas Sumatera Utarake atas) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi merokok pada laki-laki sebesar
62,2% dan perempuan sebesar 1,3%. Penduduk yang tinggal di pedesaan mempunyai
prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan.
Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 34% dan di perkotaan sebesar 28,2%.
Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal di desa adalah sebesar
67% dan yang tinggal di kota 56,1% sedangkan prevalensi wanita umur 15 tahun ke atas
di desa 1,5% dan di kota 1,1%. Di tingkat provinsi, angka tertinggi laki-laki yang merokok
adalah di Gorontalo (69%) dibandingkan Bali (45,7%). Prevalensi merokok wanita
meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua,
Kalimantan timur, Jawa Tengah, dan Bali, meskipun secara menyeluruh prevalensinya
masih tetap sangat rendah (Depkes RI, 2004). Menurut Surkesnas (2004), hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan bahwa perokok umur 1 5 tahun
di Ind onesia sebesar 35%, kisaran menurut provinsi terendah di Nanggroe Aceh
Darussalam (24%) dan tertinggi di Maluku Utara (42%), persentase di atas rata-rata angka
nasional meliputi 13 provinsi. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (63%
dibanding 4,5%). Sebanyak 63% perokok yang merokok 10 batang per hari, kisaran
menurut provinsi terendah di Maluku (22%) dan tertinggi di Sumatera Utara (84%).
D. Faktor Pendorong Seseorang Merokok
A. Faktor Lingkungan
Situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang sejak lahir, masa kanak-kanak hingga
masa dewasa baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya akan
memberikan pengaruh yang berbeda pada perkembangan masing-masing.
Internal
Rasa Ingin tahu
seseorang merokok karena rasa ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa untuk membebaskan diri dari kebosanan. Karena
seseorang tersebut mendapatkan gambaran mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal ini dapat menimbulkan minat
Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan
Eksternal
Pengaruh orang tua
Salah satu temuan seseorang merokok adalah mungkin karna berasal dr rmah
tangga yg tdak bahagia, dmna org tua tidak begitu memperhatikan anakanaknya sehingga lebih mudah untuk meerokok dibanding anak2 yg berasal dr
terhadap kejiwaan
Mata berair, kebutaan
Otitis Media Kronik
Pneumonia, Asthma, gejala saluran pernafasan kronik, dan penurunan fungsi paru
Menurunnya penyerapan oksigen
Meningkatnya penyerapan nikotin
Berhubungan dengan limfoma (kanker kelenjar getah bening)
F. Upaya Pencegahan
1. Pemerintah
PP no 109 Tahun 2012 akan diberlakukan mulai tahun 2014
Mencakup: Kewajiban produsen rokok mencantumkan graphic warnings dengan
40% dari luas permukaan kemasan
Pelarangan iklan rokok di semua media
Larangan khusus iklan rokok di media cetak
Pembatasan iklan rokok dalam bentuk baliho, dengan melarang iklan di jalan
protokol, kawasan tanpa rokok, dan ukuran baliho maksimal 72 meter persegi
"Dalam hal pencegahan, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menjauhkan anak dari akses rokok, perlindungan dari sasaran pemasaran industri
rokok (dengan pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok), pemberian informasi
yang benar tentang bahaya rokok (edukasi, peringatan kesehatan bergambar) dan
perlindungan
dari
terpapar
asap
rokok,
jelas
Tjandra.
zat
adiktif
bagi
Kesehatan.
Selanjutnya, hal-hal yang diatur dalam RPP tentang Pengamanan Produk Tembakau
sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan, yaitu: Pencantuman peringatan bahaya
kesehatan berupa gambar dan tulisan sebesar 40% pada masing-masing sisi depan
dan belakang pada bungkus rokok; Larangan pencantuman informasi yang
menyesatkan, termasuk kata light, ultralight, mild, extra mild, low tar, slim, full
flavor dan sejenisnya; Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), termasuk ketentuan
bahwa tempat khusus untuk merokok di tempat kerja dan tempat umum, harus
merupakan terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar; Larangan iklan,
promosi dan sponsorship; serta pengendalian iklan produk tembakau dan iklan di
media penyiaran, karena berbagai studi yang menunjukkan sasaran iklan adalah
anak-anak dan remaja.
"Hingga saat ini sekitar 76 Kabupaten/Kota yang telah diadvokasi. beberapa
diantara Kabupaten/Kota tersebut telah menyampaikan keinginannya untuk
mengembangkan kebijakan terkait pengembangan KTR. Saat ini tercatat sudah
sekitar 32 Kabupaten/Kota memiliki kebijakan KTR, serta 3 Provinsi DKI Jakarta,
Bali, dan Sumatera Barat", kata Tjandra.
2. Diri sendiri
Bisa menahan diri untuk tidak mengonsumsi rokok, mendekatkan diri kepada
keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia karena di dalam rokok terdapat kandungan
zat zat yang berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar.
B. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat agar menjauhi rokok, karena rokok mengandung
zat berbahaya bukan hanya bagi tubuh kita sendiri melainkan juga untuk orang-orang
disekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya,A.M.DatadanSituasiRokok(cigarette)IndonesiaTerbaru.[online]
2011.[citied2014Februari10]Avaliblefrom:
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=143:datadansituasirokokcigaretteindonesia
terbaru&catid=40:data&Itemid=54.
Anonymous. Rokok. 1 Februari 2012. <http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok> (5 FEBRUARI
2012).
http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=27687957
Rokok.http://id.wikipedia.org./wiki/RokokDiunduh13Januari2011