Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHAYA ROKOK BAGI KESEHATAN


TUBUH MANUSIA
BLOK 1

Pratama Satrio Wibowo


1361050187

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kelimpahan
Rahmat,Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan menjelaskan bahayanya rokok pada
tubuh manusia dari definisi sampai ke upaya yang nantinya akan di jelaskan di
isi makalah ini berserta kesimpulannya.

Jakarta, 17 Februari
2015

Pratama Satrio
Wibowo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

ii

BAB 1 : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Tinjauan Pustaka

BAB 2 : ISI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Definisi
Kandungan Rokok
Epidemiologi
Faktor Pendorong Seseorang Merokok
Dampak Perokok Aktif
Dampak Perokok Pasif
Upaya Pencegahan

BAB 3 : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan
karena menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5 juta orang
meninggal karena menghisap langsung rokok, sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal
karena terpapar asap rokok (WHO, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara dengan
prevalensi perokok yang terbesar di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO),
pada tahun 2012 persentase prevalensi perokok pria yaitu 67% jauh lebih besar daripada
perokok wanita yaitu 2,7%. Diantara para perokok tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8%
wanita merokok setiap hari. Terdapat gap yang besar antara jumlah perokok dewasa pria dan
perokok wanita yang merokok setiap hari (OECD, 2013). Diperkirakan sebanyak seperempat
perokok aktif akan meninggal pada usia 25-69 tahun dan mereka kehilangan angka harapan
hidup sekitar 20 tahun (Gajalakshmi dkk., 2003).
Pada tahun 2005, WHO memulai program World Health Organization Framework
Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) yang bertugas untuk mengidentifikasi
kerugian yang diakibatkan oleh aktivitas merokok dan hal yang terkait dengan upaya
pencegahan. Pada tahun 2008, WHO mengidentifikasi 6 elemen pengendalian rokok yang
dikenal dengan MPOWER yang merupakan 2 singkatan dari Monitoring, Protecting,
Offering, Warning, Enforcing dan Raising. Hingga saat ini Indonesia belum menandatangani
WHO FCTC sehingga masalah pengendalian rokok di Indonesia masih belum tertangani
dengan baik karena tidak adanya program pendampingan dalam pengendalian rokok.
Keinginan seseorang untuk merokok disebabkan karena beberapa hal. Selain untuk
memberikan image danmelepas penat, mengurangi stres juga menjadi penyebabnya. Faktor
sosiodemografi yang terdiri dari berbagai hal juga dapat menjadi pencetus untuk merokok

(ncel dkk., 2011; Nazary dkk., 2010; Rozi dkk., 2007). Klaster atau jenis pendidikan
mempunyai hubungan dengan status merokok (Chatterjee dkk., 2011). Memperoleh
pengetahuan akan dampak serta bahaya merokok dapat mempengaruhi persepsi seseorang
dalam mengambil tindakan dalam memandang kebiasaan merokok. Seseorang yang
mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan cenderung untuk tidak merokok
(Alexopoulos dkk., 2010; Chatterjee dkk., 2011). Aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari
memiliki hubungan dengan status merokok (Alexopoulos dkk., 2010). Begitu pula dengan
riwayat merokok orang tua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alexopoulos dkk. (2010)
bahwa memiliki orang tua yang merokok akan cenderung membuat seseorang untuk merokok
terutama apabila yang merokok adalah ibu.
Angka jumlah perokok pada kelompok dewasa muda meningkat setiap tahunnya
(CDC, 1999). Data Global Youth Tobacco Survey (GTYS) (2009) mendapatkan bahwa
persentase anak-anak usia 13-15 tahun yang merokok di Indonesia mencapai 20,3%.
Alexopoulos dkk. (2010) menyatakan bahwa 3 merokok pada usia dini merupakan masalah
yang serius dan akan sulit untuk dikendalikan sehingga perlu penanganan khusus dan segera
agar angka perokok dewasa dapat ditekan. Hingga saat ini belum tersedia data jumlah
perokok di kalangan mahasiswa. Data terbaru di Indonesia menurut Global Health
Professions Student Survey (GHPSS) (2006) menunjukkan bahwa mahasiswa klaster
kesehatan di Indonesia yangmerokok sebanyak 8,6%. Tidak menutup kemungkinan bahwa
saat ini jumlah perokok dewasa muda pada kelompok mahasiswa maupun non-mahasiswa
semakin bertambah. Peningkatan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh peningkatan jumlah
perokok pada kelompok pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
(USDHHS, 2000). Pemasaran industri rokok yang menargetkan penduduk dewasa muda (1824 tahun) sebagai target konsumen utama juga memegang peranan dalam peningkatan angka
ini (Weschler, 2001). Mudahnya seseorang yang berumur kurang dari 18 tahun mendapatkan
rokok karena tidak adanya regulasi yang ketat juga memegang peran dalam peningkatan
jumlah perokok pada dewasa muda (Alexopoulos dkk., 2010). Sebanyak 59% penjual rokok
tidak memerdulikan konsumen rokok yang masih termasuk kelompok anak-anak (13-15
tahun) dan tetap menjualnya (GYTS, 2009).
Kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam kebiasaan. Dintaranya
dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, status merokok dan perilaku merokok. Faktor
sosiodemografi yang memiliki hubungan dengan kualitas hidup, dua diantaranya adalah
klaster atau jenis pendidikan dan kebiasaan 4 olahraga. Klaster pendidikan memiliki
hubungan dengan kualitas hidup (Pekmezovic dkk., 2011; Zhang dkk., 2012). Seseorang

yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan memiliki kualitas hidup yang lebih baik
(Zhang dkk., 2012). Kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik juga memiliki hubungan dengan
kualitas hidup (Pekmezovic dkk., 2011; Sabbah dkk., 2013; Zhang dkk., 2012). Sebuah
penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa perokok memiliki kualitas hidup lebih
buruk daripada nonperokok (Strine dkk., 2005). Pada penelitian di Massachusetts, orangorang yang berhenti merokok selama penelitian memiliki skor kualitas hidup yang lebih baik,
terutama pada ranah kesehatan mental, energi dan vitalitas, serta kesehatan secara umum
(Mitra dkk., 2004). Bagi perokok, jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari memiliki
hubungan dengan kualitas hidup (Bedmar dkk., 2009; Vogl dkk., 2012). Sebuah penelitian di
Inggris menyatakan bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi dalam sehari maka akan
semakin buruk pula kualitas hidup (Vogl dkk., 2012). Sebagai salah satu instrumen
pengukuran kualitas hidup, WHOQOL-BREF telah digunakan dalam beberapa penelitian
yang menggunakan responden mahasiswa (Li dkk., 2009; Zhang dkk., 2012). Menurut Zhang
dkk. (2012) yang meneliti kualitas hidup mahasiswa dengan gender menggunakan
WHOQOL- BREF menyatakan bahwa domain psikologi dan domain sosial dari kualitas
hidup lah yang berpengaruh terhadap mahasiswa. Penggunaan instrumen tersebut dalam
Penelitian yang terkait dengan kebiasaan merokok belum banyak dilakukan, terutama
pengunaannya pada kalangan muda yang berstatus mahasiswa. 5 Universitas Gadjah Mada
merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia yang terletak di Kampus
Bulaksumur Yogyakarta. Saat ini sudah terdapat 18 Fakultas, 1 sekolah Pascasarjana dan 1
sekolah Vokasi. Jumlah mahasiswa pada tahun 2012 sebanyak 51,796 orang yang berpotensi
sebagai perokok aktif dan pasif yang cukup besar (UGM, 2013).Sayangnya belum ada
peraturan pengendalian rokok denganpenegakan hukum yang jelas di wilayah kampus.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian fakultas mengijinkan mahasiswa merokok di
lingkungan kampus. Dampak buruk rokok ini dapat dirasakan langsung maupun tidak
langsung oleh para mahasiswa. Penelitian untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan
sosiodemografi dan status merokok dengan instrumen WHOQOL BREF diperlukan untuk
memberikan informasi kepada pembuat kebijakan kampus agar wilayah kampus Universitas
Gadjah Mada bebas dari asap rokok sehingga staff pendidikan maupun kependidikan serta
mahasiswa dapat menjalani hidup dengan lebih sehat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat disusun rumusan
masalah pada kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran variabel sosiodemografi (klaster, kebiasaan olahraga dan riwayat


merokok orang tua), status merokok, perilaku merokok dan kualitas hidup pada domain
fisik, domain psikologi, domain sosial dan domain lingkungan mahasiswa.
2. Bagaimana hubungan variabel sosiodemografi (klaster, kebiasaan olahraga dan riwayat
merokok orang tua) dengan status merokok mahasiswa.
3. Bagaimana hubungan variabel sosiodemografi (klaster dan kebiasaan olahraga) dengan
kualitas hidupmahasiswa.
4. Bagaimana hubungan status merokokdengan kualitas hidup mahasiswa.
5. Bagaimana hubungan perilaku merokokdengan kualitas hidup mahasiswa.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran variabel sosiodemografi (klaster, kebiasaan olahraga dan riwayat
merokok orang tua), status merokok, perilaku merokokdan kualitas hidup pada domain
fisik,domain psikologi, domain sosial dan domain lingkungan mahasiswa.
2. Mengetahui hubungan variabel sosiodemografi (klaster, kebiasaan olahraga dan riwayat
merokok orang tua) dengan status merokok mahasiswa.
3. Mengetahui hubungan variabel sosiodemografi (klaster dan kebiasaan olahraga) dengan
kualitas hidup mahasiswa.
4. Mengetahui hubungan status merokokdengan kualitas hidup mahasiswa.
5. Mengetahui hubungan perilaku merokokdengan kualitas hidup mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
7 Penelitian ini sebagai penambah wawasan, pengetahuan ilmiah, serta informasi terkait
dengan kualitas hidup kelompok mahasiswa
2. Bagi Pembuat kebijakan di Universitas
khususnya Universitas Gadjah Mada Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi
terbaru bagi pembuat kebijakan di Universitas terkait kebijakan pengendalian rokok di
lingkungan kampus.
3. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terbaru mengenai dampak
merokok terhadap kualitas hidup mahasiswa, khususnya di Universitas Gadjah Mada.

Dengan adanya informasi ini maka mahasiswa diharapkan dapat ikut serta mendukung
kebijakan kampus bebas asap rokok dan menjaga perilaku merokok di dalam
bermasyarakat.
4. Bagi Penelitian lain
Hasil penelitian ini diharapakn dapat menjadi referensi penelitian sosiodemografi dan
status merokok dalam hubungan dengan kualitas hidup di kalangan mahasiswa.

E. Tinjauan Pustaka
Tembakau merupakan tanaman yang mengakibatkan kecanduan yang mengandung
nikotin, zat karsinogen dan zat toksik. Ketika diubah menjadi suatu produk yang di desain
untuk melepaskan nikotin secara efisien maka zat toksik bertanggung jawab dalam
menyebabkan berbagai macam penyakit (WHO, 2006). Menurut PP No. 109 tahun 2012,
definisi rokok adalah salah satu produk

BAB II
ISI
A. Definisi
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan
(Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu
menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok adalah aktivitas
seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara
langsung.
B. Kandungan Rokok
1. Nikotin
Rokok mengandung nikotin yang sangat tinggi. Zat nikotin dalam rokok berasal
dari tembakau. Nikotin dapat mengakibatkan kanker serta merusak struktur DNA.
Nikotin yang terbawa melalui peredaran darah hanya membutuhkan waktu 7 detik
untuk sampai ke organ jantung. Bahaya nikotin dapat meningkatkan resiko serangan
jantung. Zat racun ini mampu membuat pembuluh arteri mengeras, serta
menimbulkan penumpukan lemak di saluran arteri pada jantung, akibatnya darah tidak
terpompa secara baik melalui jantung. Gangguan ini memicu terjadinya serangan
jantung pada perokok. Ditambah lagi zat ini secara cepat akan meningkatkan denyut
jantung segera setelah ia masuk ke dalam tubuh, maka terjadilah gangguan pada organ
ini, antara lain aritmia atau gangguan irama jantung. Sementara pada paru-paru,
nikotin berpotensi besar menimbulkan gangguan bahkan kerusakan sel yang memicu
terjadinya kanker paru.

2. Benzene
Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan salah
satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia
industri.Benzena juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet
buatan, dan pewarna. Bahkan kandungan benzene adalah karsinogen yang dapat
mengakibatkan kanker darah.

3. Arsenik
Arsenik adalah logam yang bisa meracuni darah, Ini adalah bahan metaloid yang
terkenal beracun. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida,
insektisida.. Kemampuan sel untuk memperbarui diri dapat tergganggu karena
akumulasi arsenik. Akumulasi : pengupulan atau penimbunan
4. Tar
Tar yang sifatnya karsinogenik timbul ketika rokok dibakar. Tar bisa menyebabkan
beraneka ragam penyakit seperti kanker, impotensi, penyakit jantung, penyakit darah,
bronkitis kronik, enfisema serta gangguan kehamilan dan janin. Dalam bentuk padat,
tar berwarna cokelat, lengket dan mudah menempel. Penyebab gigi seorang perokok
menjadi cokelat. Bayangkan noda lengket itu menetap ke jaringan merah halus dari
paru-paru. Tar dapat hadir dalam semua rokok karena rokok dibakar, dan hisapan
terakhir mengandung tar sebanyak dua kali lipat dibandingkan hisapan rokok pertama
kali dibakar. Tar dalam asap rokok melumpuhkan silia di paru-paru, dan berkontribusi
terhadap penyakit paru-paru seperti emfisema, kronis bronkitis, dan kanker paru-paru
5. Formaldehida
Formaldehida merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk mengawetkan mayat.
Nah, zat berbahaya ini bahkan terdapat pada rokok.
6. Aseton
Aseton merupakan bahan kimia yang terdapat pada penghilang cat kuku. Rokok juga
memiliki kandungan aseton. Berbahaya jika zat aseton masuk melewati saluran udara
serta bersemayam di paru-paru.
7. Karbon Monoksida
5% dari asap rokok merupakan karbon monoksida. Karbon monoksida adalah gas
beracun yang bisa menempel pada sel darah merah serta mengganggu pengangkutan

oksigen dalam darah sehingga menimbulkan kerusakan pada paru-paru serta


berpotensi menyebabkan penyakit koroner.
8. Amonia
Aroma amonia bisanya tercium pada pembersih toilet. Bahan kimia ini dapat
mengakibatkan rasa pusing tatapi menyebabkan kebiasaan merokok menjadi sangat
candu.
9. Kadmium
Kadmium merupakan satu diantara logam-logam bahan untuk membuat baterai. Bagi
orang yang merokok, zat kadmiun yang terhirup akan tersimpan di lapisan ginjal
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan ginjal.
10. Nitrogen Oksida
Pabrik dan mobil menghasilkan polutan udara berupa nitrogen oksida. Zat ini juga
terkandung dalam asap rokok. Gas beracun ini bisa mengakibatkan radang paru-paru.
11. Kromium
Kromium adalah logam yang terbukti mengakibatkan kanker. Kromium menempel
pada DNA serta merusaknya, sehingga membuat zat kromium lebih berbahaya untuk
kesehatan.
12. Naftalena
Naftalena adalah bahan kapur barus yang berfungsi untuk mengusir serangga ataupun
tikus dari pakaian. Bahkan rokok juga mengandung bahan berbahaya ini. Betapa
berbahayanya menghisap bahan kapur barus dari mulut.
13. Hidrogen Sianida
Masyarakat umum telah mengetahui kalau sianida merupakan racun paling cepat di
dunia. Jika dikombinasikan dengan hidrogen, zat kimia ini mampu membuat rusak
silia di saluran bronkial serta paru-paru. Sebenarnya manfaat rambut halus seperti silia
mampu mengeluarkan racun dalam udara yang dihirup.
14. Timbal
Timbal juga merupakan karsinogen. Kenaikan kadar timbal pada darah bisa
mengakibatkan keracunan, terlebih lagi bisa mengakibatkan kematian.
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok
1. Pengaruh orang lain, terutama orang tua dan orang lain yang dikagumi seperti orang
yang berada di iklan rokok. Meskipun anak-anak menyadari bahaya merokok,
pengaruh orang tua perokok sangat kuat.

2. Tekanan kelompok sebaya, supaya diterima di dalam kelompok, anak-anak belasan


tahun sering merokok karena teman-temannya juga merokok.
3. Keinginan untuk menyesuaikan diri, kebanyakan orang tidak suka berbeda dari orang
lain, terutama pada orang muda.
4. Kedewasaan, merokok dianggap sebagai kebiasaan orang dewasa, jadi anak-anak
belasan tahun mencoba membuktikan kedewasaan dan kebebasan mereka dengan
merokok.
5. Keinginan untuk mencoba, orang muda belasan tahun ingin mencoba sendiri, ingin
bergembira dan melakukan sesuatu yang lain ( Hardinge dan Shryock, 2001).
C. Epidemiologi
Konsumsi Rokok Hampir 1 juta milyar laki-laki di dunia merokok, sekitar 35% dari
mereka berada di negara maju dan 50% berada di negara berkembang. Sekitar 250 juta
perempuan di dunia merupakan perokok. Sekitar 22% dari perempuan tersebut berada di
negara maju dan 9% berada di negara berkembang. Rendahnya tingkat konsumsi
tembakau pada perempuan di seluruh dunia tidak mencerminkan kesadaran akan
kesehatan, namun lebih kepada tradisi sosial dan rendahnya sumber ekonomi pada
perempuan. Jumlah perokok di dunia akan terus bertambah terutama karena terjadi
pertambahan jumlah populasi. Pada tahun 2030 akan ada sekitar 2 milyar orang di dunia.
Meskipun angka prevalensi ini salah, jumlah perokok akan tetap meningkat. Konsumsi
tembakau telah mencapai proporsi epidemik global (Mackay & Eriksen, 2002). Indonesia
adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Secara nasional, konsumsi
rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan
ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama
(Depkes RI, 2004). Konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode
1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun
2000. Antara tahun 1970 dan 1980 konsumsi meningkat sebesar 159%, yaitu dari 33
milyar batang menjadi 84 milyar batang. Antara tahun 1990 dan 2000 peningkatan lebih
jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi.
Prevalensi merokok di kalangan dewasa meningkat menjadi 31,5% pada tahun 2001 dari
26,9% pada tahun 1995 (Depkes RI, 2003). Prevalensi merokok penduduk usia 15 tahun
ke atas adalah 31,5 %, lebih tinggi dibandingkan tahun 1995 yang sebesar 26,9%.
Prevalensi ini berbeda menurut jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, kelompok umur,
tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Prevalensi merokok dewasa (umur 15 tahun

Universitas Sumatera Utarake atas) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi merokok pada laki-laki sebesar
62,2% dan perempuan sebesar 1,3%. Penduduk yang tinggal di pedesaan mempunyai
prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan.
Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 34% dan di perkotaan sebesar 28,2%.
Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal di desa adalah sebesar
67% dan yang tinggal di kota 56,1% sedangkan prevalensi wanita umur 15 tahun ke atas
di desa 1,5% dan di kota 1,1%. Di tingkat provinsi, angka tertinggi laki-laki yang merokok
adalah di Gorontalo (69%) dibandingkan Bali (45,7%). Prevalensi merokok wanita
meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua,
Kalimantan timur, Jawa Tengah, dan Bali, meskipun secara menyeluruh prevalensinya
masih tetap sangat rendah (Depkes RI, 2004). Menurut Surkesnas (2004), hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan bahwa perokok umur 1 5 tahun
di Ind onesia sebesar 35%, kisaran menurut provinsi terendah di Nanggroe Aceh
Darussalam (24%) dan tertinggi di Maluku Utara (42%), persentase di atas rata-rata angka
nasional meliputi 13 provinsi. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (63%
dibanding 4,5%). Sebanyak 63% perokok yang merokok 10 batang per hari, kisaran
menurut provinsi terendah di Maluku (22%) dan tertinggi di Sumatera Utara (84%).
D. Faktor Pendorong Seseorang Merokok
A. Faktor Lingkungan
Situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang sejak lahir, masa kanak-kanak hingga
masa dewasa baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya akan
memberikan pengaruh yang berbeda pada perkembangan masing-masing.
Internal
Rasa Ingin tahu
seseorang merokok karena rasa ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa untuk membebaskan diri dari kebosanan. Karena
seseorang tersebut mendapatkan gambaran mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal ini dapat menimbulkan minat

untuk merokok sehingga ia meneruskan untuk mencoba-coba merokok.


Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif.
Misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi sehingga
terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan

menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dsb.


Reliefing beliefs, untuk menghilangkan kekecewaan.

Eksternal
Pengaruh orang tua
Salah satu temuan seseorang merokok adalah mungkin karna berasal dr rmah
tangga yg tdak bahagia, dmna org tua tidak begitu memperhatikan anakanaknya sehingga lebih mudah untuk meerokok dibanding anak2 yg berasal dr

lingkungan keluarga yg bahagia.


Pengaruh Teman
Disini dapat kita lihat, biasanya semakin banyak orang merokok maka semakin
banyak kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya.Dorongan dari teman yang mendesak remaja untuk merokok atau
kalau tidak merokok dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya.

E. Dampak Perokok Aktif


1. Rambut bau dan kotor
2. Efek terhadap otak dan kejiwaan, stroke, ketagihan dan kecemasan
3. Mata berair, kebutaan dan katarak
4. Penurunan indera penciuman dan mudah flu
5. Merusak dan mengotori gigi, kanker mulut, tenggorokan, laring, dan bau mulut
6. Kulit keriput dan cepat rusak
7. Kanker esofagus
8. Gangguan sirkulasi darah di lengan hingga tangan
9. Kanker paru (90%), Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK (75%), Asthma
10. Penyumbatan arteri jantung (jantung ischemia 25%), serangan jantung
11. Kanker hati
12. Kanker darah (leukemia) dan gangguan ginjal
13. Radang usus, kanker usus, dan pankreas
14. Osteoporosis, patah tulang punggung, patah tulang pinggul
15. Sakit menstruasi, menopause dini
16. Kanker serviks, infertilitas pada perempuan
17. Infertilitas dan impotensi pada laki-laki
18. Luka sukar sembuh, Diabetes Mellitus, gangren dan gangguan sirkulasi darah pada
kaki
19. Penurunan sistem kekebalan tubuh
F. Dampak Perokok Pasif
Perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Bahkan bahaya perokok
pasif 3 kali lipat dari perokok aktif. Dokter budhi antariksa, spesialis paru dari rmah sakit
royal taruma mengatakan, sebanyak 25% zat berbahaya yg terkandung dlm rokok masuk

ke tubuh perokok sedangkan 75%persennya beredar diudara bebas yg berisiko masuk ke


tubuh org disekitarnya.
Konsentrasi zat berbahaya didalam tubuh perokok pasif lebih besar karna racun yg
terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam
tubuh perokok aktif telfilter melalui ujung rokok yg dihisap. Namun konsentrasi racun
perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yg ia
hembuskan.
Pada dewasa:
1. Efek terhadap Otak dan Kejiwaan, Stroke
2. Rambut berbau tidak sedap
3. Mata berair, kebutaan
4. Iritasi hidung
5. Kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Asthma, Emphysema
6. Penyumbatan Pembuluh Arteri, Serangan jantung, Angina
7. Pada wanita hamil; Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), keguguran spontan, lahir mati,
komplikasi saat melahirkan.
Pada Anak-anak:
1. Rambut berbau tidak sedap
2. Berhubungan dengan tumor otak, yang berefek jangka panjang, dan berpengaruh
3.
4.
5.
6.
7.
8.

terhadap kejiwaan
Mata berair, kebutaan
Otitis Media Kronik
Pneumonia, Asthma, gejala saluran pernafasan kronik, dan penurunan fungsi paru
Menurunnya penyerapan oksigen
Meningkatnya penyerapan nikotin
Berhubungan dengan limfoma (kanker kelenjar getah bening)

F. Upaya Pencegahan
1. Pemerintah
PP no 109 Tahun 2012 akan diberlakukan mulai tahun 2014
Mencakup: Kewajiban produsen rokok mencantumkan graphic warnings dengan
40% dari luas permukaan kemasan
Pelarangan iklan rokok di semua media
Larangan khusus iklan rokok di media cetak
Pembatasan iklan rokok dalam bentuk baliho, dengan melarang iklan di jalan
protokol, kawasan tanpa rokok, dan ukuran baliho maksimal 72 meter persegi
"Dalam hal pencegahan, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menjauhkan anak dari akses rokok, perlindungan dari sasaran pemasaran industri
rokok (dengan pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok), pemberian informasi
yang benar tentang bahaya rokok (edukasi, peringatan kesehatan bergambar) dan

perlindungan

dari

terpapar

asap

rokok,

jelas

Tjandra.

Lebih lanjut, Prof. Tjandra menerangkan bahwa Pemerintah telah menyusun


Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Produk Tembakau
sebagai

zat

adiktif

bagi

Kesehatan.

Selanjutnya, hal-hal yang diatur dalam RPP tentang Pengamanan Produk Tembakau
sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan, yaitu: Pencantuman peringatan bahaya
kesehatan berupa gambar dan tulisan sebesar 40% pada masing-masing sisi depan
dan belakang pada bungkus rokok; Larangan pencantuman informasi yang
menyesatkan, termasuk kata light, ultralight, mild, extra mild, low tar, slim, full
flavor dan sejenisnya; Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), termasuk ketentuan
bahwa tempat khusus untuk merokok di tempat kerja dan tempat umum, harus
merupakan terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar; Larangan iklan,
promosi dan sponsorship; serta pengendalian iklan produk tembakau dan iklan di
media penyiaran, karena berbagai studi yang menunjukkan sasaran iklan adalah
anak-anak dan remaja.
"Hingga saat ini sekitar 76 Kabupaten/Kota yang telah diadvokasi. beberapa
diantara Kabupaten/Kota tersebut telah menyampaikan keinginannya untuk
mengembangkan kebijakan terkait pengembangan KTR. Saat ini tercatat sudah
sekitar 32 Kabupaten/Kota memiliki kebijakan KTR, serta 3 Provinsi DKI Jakarta,
Bali, dan Sumatera Barat", kata Tjandra.
2. Diri sendiri
Bisa menahan diri untuk tidak mengonsumsi rokok, mendekatkan diri kepada
keluarga.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia karena di dalam rokok terdapat kandungan
zat zat yang berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar.
B. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat agar menjauhi rokok, karena rokok mengandung
zat berbahaya bukan hanya bagi tubuh kita sendiri melainkan juga untuk orang-orang
disekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA
Wijaya,A.M.DatadanSituasiRokok(cigarette)IndonesiaTerbaru.[online]
2011.[citied2014Februari10]Avaliblefrom:
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=143:datadansituasirokokcigaretteindonesia
terbaru&catid=40:data&Itemid=54.
Anonymous. Rokok. 1 Februari 2012. <http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok> (5 FEBRUARI
2012).
http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=27687957
Rokok.http://id.wikipedia.org./wiki/RokokDiunduh13Januari2011

Anda mungkin juga menyukai