Anda di halaman 1dari 47

MODUL

Posyandu ibu hamil dan


balita

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan No. 37 Telp./Fax (0331) 323450
Jember
Daftar Isi

Halaman
1

Posyandu .................................................................................................... 3
Pemeriksaan Kehamilan dan Ibu Hamil .....................................................10
Kebutuhan Gizi Ibu Hamil..........................................................................13
Kehamilan Resiko Tinggi............................................................................17
Imunisasi Ibu Hamil ...................................................................................20
Imunisasi Balita ..........................................................................................23
Makanan Pendamping ASI .........................................................................28
Diare Pada Balita ........................................................................................38
ISPA pada Balita .........................................................................................41

POSYANDU BUMIL &


BALITA
2

A. Pengertian posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kementrian
Kesehatan RI, 2011).
Posyandu (Pos pelayanan terpadu) merupakan salah satu bentuk
upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita
(pusat promosi kesehatan Depkes RI, 2006).
B. Kegiatan Posyandu
Menurut Kementrian Kesehatan RI Dalam Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu tahun 2011, kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan

utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu


adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar
lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling)
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
2. Untuk

lebih

meningkatkan

kesehatan

ibu

hamil,

perlu

diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu


atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu
Hamil antara lain sebagai berikut:
a. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan gizi
b. Perawatan payudara dan pemberian ASI
c. Peragaan pola makan ibu hamil
d. Peragaan perawatan bayi baru lahir
e. Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan Menyusui


Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
4

1. Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi


Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama).
3. Perawatan payudara.
4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh
petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
c. Bayi dan Anak balita
Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1. Penimbangan berat badan
2. Penentuan status pertumbuhan
3. Penyuluhan dan konseling
4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang
terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas


Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila
ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di
Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan
penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
C. Pelaksanaan kegiatan 5 Meja untuk bayi, batita, balita dan prasekolah
1. Meja I : Pendaftaran
Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan
secarik kertas yang diselipkan pada KMS.
2. Meja II : Penimbangan balita.
a. Menimbang bayi / balita
b. Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan
dipindahkan pada KMS.
3. Meja III : Pengisian kartu menuju sehat (KMS)
6

Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari


secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4. Meja IV : Penyuluhan kesehatan
a. Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada
ibu dari anak yang bersangkutan.
b. Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada
data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah
yang dialami sasaran.
c. Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan untuk balita
d. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader
Posyandu, misalnya pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin
A, oralit, dan sebagainya.
5. Meja V : Pelayanan kesehatan
a. Pelayanan imunisasi
b. Pengobatan
c. Pemberian vitamin A, dan obat-obatan lainnya
D. Tugas Kader Dalam Posyandu
1. Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga
setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
c. Mempersiapkan sarana Posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.
2. Saat Hari Posyandu, antara lain:
7

a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.


b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi
buku register Posyandu.
d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.
f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan
KB sesuai kewenangannya.
g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas
kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta
tindak lanjut.
3. Setelah Hari Posyandu, antara lain:
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu
nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.
b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang
mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita
yang Datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang
timbangan berat badannya Naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap
1. Sasaran yang tidak datang.
2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke
Posyandu saat hari buka.

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan


menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi
keagamaan.

PEMERIKSAAN
KEHAMILAN IBU
HAMIL

1. Pengertian Pemeriksaan Kehamilan


Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care
adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau
dalam masa kehamilan. Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu upaya
yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan
kandungannya (Saifuddin, 2001).
2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

10

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian


ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahirann
Bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal atau pemeriksaan kehamilan untuk pemantauan
dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama
kehamilan dalam waktu sebagai berikut: sampai dengan kehamilan
trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan
trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali
kunjungan (Saifuddin, 2005).
4. Pemeriksaan Kehamilan
WHO dalam Marmi (2011) menganjurkan dalam masa kehamilan
ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4
kali dan perlu mendapatkan informasi yang sangat penting.
a. Trimester 1 : satu kali kunjungan (sebelum usia kehamilan 14
mingggu)
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorium,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang
merugikan dan menguntungkan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya).
b. Trimester II : satu kali kunjungan (usia kehamilan antara 14-28
minggu)
Pada kunjungan kedua trimester ke dua kegiatan yang dilakukan sama
seperti kegiatan pada trimester ke satu yaitu kewaspadaan khusus
mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala prekelamsia,
pantau tentang tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah
ada kehamilan ganda).

11

c. Trimester III : dua kali kunjungan (usia kehamilan antara 28-36


minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).
1) Trimester ketiga antara minggu 28-36.
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda.
2) Trimester ketiga setelah 36 minggu.
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bay yang tidak normal,
atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit
(Saifuddin, 2005).
5. Pelayanan/Asuhan Standar Pemeriksaan Kehamilan (7T)
a. Timbang berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes terhadap penyakit menular seksual.
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

12

KEBUTUHAN GIZI IBU


HAMIL

1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi
pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat
gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi
seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Kondisi
kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu
hamil. Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu
konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat
tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral (Kusmiyati, 2009).
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun
susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi.
Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang,
aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui
plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan
kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
13

4.
5.
6.
7.
8.

Jarak kehamilan yang rapat


Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
Konsumsi rokok dan alkohol
Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal
(narkoba).
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir
kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi
dengan berat
badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya
penurunan atau
peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan,
dan makan yang banyak/berlebihan (Salmah dkk, 2006). Menurut
Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah
sebagai berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang
hampir seluruhnya merupaka kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari
kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60%
dari kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.
2. Jenis Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil
a. Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi
yang meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin,
pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru
(Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai
cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan baru
(Mitayani, 2010).
Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari
bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacangkacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber
karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni
(Almatsier, 2009).
b. Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang
disebabkan oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan
14

jaringan baru (Aritonang, 2010). Jumlah protein yang harus tersedia


sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun
dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan
Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk
kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan
demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik
dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas,
dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati
seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009).
c. Vitamin dan Mineral
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin
dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan
Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah
vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin
+0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat +200 g, vitamin B12 +0,2 g,
kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg, zink +10,2
mg,serta iodium +50 g.
d. Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai
pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah
merah ibu. Zat besi
merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin
yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil
adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh
ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg
ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan
plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200
mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg untuk kehamilan
pada trimester ketiga. Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang
dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari.
15

e. Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti
metabolisme beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat
sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat (Aritonang,
2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asam folat
juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah
putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk pendewasaannya.
Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun yang
telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam
folat di dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat
berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti
aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan dan
hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).
f. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang
perrtumbuhan
tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga
digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontrkasi dan
berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan,
kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang
mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis (Sophia,
2009). Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan
penambahan sebesar 150 mg kalsium untuk ibu hamil trimester
ketiga. Dengan demikian kebutuhan kalsium yang harus dipenuhi
oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi sumber
kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai
produk olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium
selama hamil akan menyebabkan tekanan darah ibu menjadi
meningkat.

KEHAMILAN RISIKO
TINGGI
16

1. Pengertian Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan dengan berbagai faktor risiko yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar dan dapat menganggu
proses kehamilan hingga bersalin/mengancam jiwa ibu dan janin.
2. Bahaya yang Ditimbulkan Akibat Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi
a. Bayi lahir belum cukup bulan (prematur)
b. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Keguguran (abortus)
d. Persalinan tidak lancar/macet
e. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f. Janin mati di dalam kandungan.
g. Ibu hamil/bersalin meninggal dunia.
h. Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
3. Faktor Risiko Kehamilan Risiko Tinggi
a. Usia ibu saat hamil terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (> 35
tahun).
b. Anak lebih dari empat (terlalu banyak anak/terlalu sering melahirkan).
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua
tahun (terlalu dekat) jarak kehamilan atau lebih dari 10 tahun (terlalu
lama).
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
e. Ibu yang terlalu kurus (berat badan kurang dari 33 kg/lingkar lengan
atas kurang dari 23,5 cm) ataupun terlalu gemuk
(obesitas).
f. Bentuk panggul ibu yang tidak normal (terlalu
sempit).
g. Sering terjadi keguguran sebelumnya.
h. Ada kesulitan pada kehamilan/persalinan yang lalu.
17

i. Ibu hamil dengan penyakit penyerta (misalnya: kencing manis, darah


tinggi, asma, dll).
j. Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, dan obat-obatan).
k. Infeksi virus sebelum/selama kehamilan.
4. Tanda Bahaya Kehamilan
a. Perdarahan: pada hamil muda menyebabkan
keguguran,
sedangkan pada hamil tua
membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
b. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit
kepala dan atau kejang: bengkak/sakit kepala pada
ibu
hamil bisa membahayakan keselamatan Ibu dan
bayi dalam kandungan.
c. Demam/panas tinggi : merupakan tanda/gejala adanya infeksi selama
kehamilan.
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya: merupakan
tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat
membahayakan bayi dalam kandungan.
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau
tidak bergerak: keadaan ini merupakan tanda
bahaya pada janin.
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan: keadaan ini akan
menyebabkan ibu dan janin kekurangan asupan nutrisi.
5. Pencegahan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan
sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi dan
perbaikan. Cara pencegahan kehamilan risiko tinggi adalah:
a. Memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
posyandu/puskesmas/rumah saki, paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan.
b. Mendapatkan imunisasi TT minimal 2 kali.
c. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif di petugas kesehatan.
d. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
6. Menghindari Bahaya Kehamilan Risiko tinggi
a. Mengenali tanda-tanda kehamilan risiko tinggi.
18

b. Menunda kehamilan pertama agar tidak kurang dari 20 tahun atau


menghindari terjadinya kehamilan lagi jika usia ibu sudah lebih dari
35 tahun.
c. Merencanakan jumlah anak, agar tidak terlalu bnayak.
d. Menghindari jarak kehamilan terlalu dekat.
e. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada tenaga kesehatan.
f. Menggunakan alat kontrasepsi untuk memenuhi kehamilan.
g. Melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan.

IMUNISASI IBU
HAMIL

19

1. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit
ringan. (Depkes RI, 2005). Imunisasi adalah suatu tindakan untuk
memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
tubuh manusia, untuk mencegah penyakit (Depkes-Kessos RI, 2000).
2. Program Imunisasi TT Ibu Hamil
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Untuk mencapai hal tersebut, maka program
imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata
di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. (Dinkes
Jambi, 2003).
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan
imunisasi rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah
kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus
dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, yang
pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti
puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di
luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah. Kegiatan
imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi (Depkes RI,
2005).
3. Vaksin TT
Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml
aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet.
Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk
pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
4. Jadwal Imunisasi TT Ibu Hamil
20

a. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT


sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali,
dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup
mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.
b. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil
sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali
selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1
kali sebagai TT ulang.
c. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan
sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Jadwal Pemberian Imunisasi TT 5 Dosis
Pemberian
Imunisasi
(Status TT)
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Interval waktu
pemberian
minimal
4 minggu
setelah TT 1
6 bulan setelah
TT 2
1 tahun setelah
TT 3
1 tahun setelah
TT 4

Masa
Perlindungan

Dosis

3 tahun

0,5 cc
0,5 cc

5 tahun

0,5 cc

10 tahun

0,5 cc

25 tahun/seumur
hidup

0,5 cc

5. Efek Samping Imunisasi TT


Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejalanya
seperti lemas dan kemerahan pada lokasi penyuntikan dan bersifat
sementara. Terkadang terjadi demam.

21

IMUNISASI BALITA
1. Pengertian
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat
zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz, 2008).
Menurut Suririnah (2007) yang dikutip Hanum (2010), imunisasi
adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak.
Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan
menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering
terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
22

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurut Kepmenkes (2005) yang dikutip Atikah (2010),
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi akibat PD3I.
Penyakit yang dimaksud antara lain Difteri, Tetanus, Pertusis,
Campak, Polio dan TBC.
b. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata di 100%
desa kelurahan pada tahun 2010
b. Polio liar di Indonesia yang dibuktikan tidak ditemukannya virus
polio liar pada tahun 2008
c. Tercapainya Eliminasi Tetanus Neonatorum

(ETN) artinya

menurunkan kasus tetanus neonatorum sampai tingkat 1 per 1000


kelahiran hidup dalam satu tahun pada tahun 2008
d. Tercapainya Reduksi Campak (RECAM) artinya angka kesakitan
campak pada tahun 2010.
3. Manfaat
a. Bagi Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Bagi Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukkan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Bagi Negara
23

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat


dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Jenis Kekebalan
a. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri (Hanum, 2010). Contohnya adalah
imunisasi polio dan campak. Imunisasi aktif biasanya dapat bertahan
untuk beberapa tahun dan sering sampai seumur hidup.
Kekebalan aktif dibagi dua yaitu:
1) Kekebalan aktif alami, dimana tubuh anak membuat kekebalan
sendiri setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya anak yang
telah menderita campak setelah sembuh tidak akan terserang lagi
karena tubuhnya telah membuat zat penolak penyakit tersebut.
2) Kekebalan aktif buatan yaitu kekebalan yang diperoleh setelah
orang mendapatkan vaksinasi (Hanum, 2010). Misalnya anak
diberi vaksin BCG, DPT, campak dan lainnya.
b. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah suatu proses peningkatan kekebalan
tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,
2010).
Imunisasi pasif dibagi menjadi dua:
1) Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu
kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan
24

ini tidak berlangsunglama (-/+ hanya sekitar 5 bulan setelah bayi


lahir).
2) Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperoleh setelah
mendapat suntikan zat penolak misalnya pemberian suntikan
ATS.
5. Syarat Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus
dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan
pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari
bakteri ke dalam tubuh dan kemudian menimbulkan antibodi (Hanum,
2010).
Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalnya
anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi
buruk atau penyakit HIV/AIDS.
6. Macam-macam Imunisasi Dasar Wajib
Ada 5 jenis imunisasi dasar menurut Hasuki Irfan (2007) dikutip
Atikah (2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau
PPI (Program Pengembangan Imunisasi) antara lain:
a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
1) Tujuan
Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak (Atikah, 2010).
2) Kriteria Penyakit
Tuberculosis

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

myobacterium tuberculosis. Penyebarannya melalui pernafasan


25

lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah
badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada
malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus,nyeri
pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung organ
yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan
kematian. Seseorang yang terinfeksi myobacterium tuberculosis
tidak selalu menjadi sakit tubercolusis aktif. Beberapa minggu (212 minggu) setelah terinfeksi terjadi respon imunitas selular yang
dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh, 2008).
3) Vaksin
Vaksin TBC mengandung kuman bacillus calmette guerin yang
dibuat dari bibit penyakit atau virus hidup yang sudah
dilemahkan.
4) Waktu Pemberian
BCG diberikan pada umur < 3 bulan.
5) Kontraindikasi
a) Reaksi uji tuberkulin > 5mm
b) Menderita infeksi HIV
c) Menderita gizi buruk
d) Menderita demam tinggi
e) Menderita infeksi kulit yang luas
f) Pernah sakit tubercolusis
g) Leukimia
6) Efek Samping
a) Reaksi local
1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikkan
timbul

kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.

Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung


26

berisi nanah), lalu pecah dan menbentuk luka terbuka (ulkus).


Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12
minggu dengan meningkatkan jaringan parut.
b) Reaksi regional
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang
dalam waktu 3-6 bulan.
7) Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan
menghilang secara spontan untuk mempercepat penyembuahan,
bila abses telah

matang, sebaiknya dilakukan aspirasi

(pengisapan abses dengan jarum) dan bukan disayat.


b. Imunisasi Hepatitis B
1) Tujuan
Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan kekebalan
aktif terhadap penyakit Hepatitis B (Atikah, 2010).
2) Kriteria Penyakit
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B yang merusak hati. Penyebaran penyakit ini terutama melalui
suntikan

yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses

persalinan, melalui

hubungan seksual. Infeksi pada anak

biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalayang ada adalah


merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine
menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa
terkihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi
kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni kanker hati
dan menimbulkan kematian.
27

3) Vaksin
Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan
HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak
menimbulkan penyakit.
4) Waktu Pemberian
5) Kontraindikasi
6) Efek Samping
c. Imunisasi DPT
d. Imunisasi Polio
e. Imunisasi Campak

MAKANAN PENDAMPING ASI

a.

Pengertian MP ASI
Bayi berusia 6 bulan keatas membutuhkan makanan lunak bergizi

yang sering disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI


merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan
28

dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk


maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.
Pada keadaan biasa, MP-ASI dibuat dari makanan pokok yang
disiapkan secara khusus untuk bayi, dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum
anak berusia 12 bulan. Kemudian pemberian ditingkatkan 3-5 kali sehari
sebelum anak berusia 24 bulan. MP-ASI harus bergizi tinggi dan
mempunyai bentuk yang sesuai dengan umur bayi dan anak. Sementara itu
asi harus tetap diberikan secara teratur dan sering.
b. Jenis-jenis MP-ASI
MP-ASI yang baik adalah terbuat dari makanan segar, seperti tempe,
kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur, dan buahbuahan. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah :
1. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus,
contoh : bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok, papaya
saring, tomat saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
2. makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri
dll.
3. makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi tim, kentang
rebus, biscuit dll.
c.
Beberapa langkah pemberian MP-ASI
1. Berikan dalam bentuk cair dan bertahap menjadi lebih kental.
Disesuaikan dengan usia bayi (biasanya untuk bayi pemula)
2. Bila bayi tidak mau jangan dipaksa tetapi bisa diganti jenis lainnya dan
pada kesempatan lain bisa diulang pemberiannya.
3. Jangan memberikan makanan pendamping dekat dengan waktu
menyusui. Berikan MP-ASI minimal 20 menit setelah pemberian ASI
29

4. Berikan makanan pendamping yang bervariasi supaya tidak bosan


sekaligus memperkenalkan aneka jenis bahan makanan.
d.
Permasalahan seputar MP ASI
1. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan)
menurunkan konsumsi ASI dan menyebabkan gangguan pencernaan
diare/mencret). Kalau pemberian MP-ASI terlambat atau bayi sudah
lewat usia 6 bulan, maka dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan
anak.
2. MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada anak umur 6-24 bulan sering biasanya tidak
cukup. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan
kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak,
dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan
protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
3. Pemberian MP-ASI sebelum pemberian ASI
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang setelah pemberian MP-ASI dapat
menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Hal ini dapat berakibat anak
menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI
agar ASI dapat dicerna dengan baik oleh anak.
4. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang
Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat
kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. Seharusnya MP-ASI diberikan
secukupnya sesuai dengan kebutuhan anak.
5. Kebersihan yang kurang
Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat
menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu
yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa
tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan

30

dari pengasuh anaknya. Hal ini akan menyebabkan munculnya penyakit


infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain.

e. Pola makanan pada bayi dan anak


Umur
Makanan
Makanan
ASI
(bulan)
Lumat
Lunak
0-6
69
9 12
12 - 24
24 - 36

Makanan
Padat

f.
Pemberian makanan pada bayi 6 - 9 bulan
1. Penyerapan Vitamin A dan zat gizi lain pemberian asi diteruskan.
2. Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi
mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.
3. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambahkan
sedikit demi sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak
kelapa/margarine. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan
bayi, memberikan rasa enak juga mempertinggi yang larut dalam lemak.
g.
Pemberian makanan bayi 9 12 bulan
1. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga
secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara
berangsur. Mendekati makanan keluarga.
2. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang iji. Buah. Usahakan agar
makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
3. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.
Campurkanlah ke dalam makanan lembik sebagai lauk pauk dan sayuran
secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini

31

akan berpengaruh baik terhadap kebiasan makan yang sehat di kemudian


hari.
h.
Pemberian makanan anak umur 12 24 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan.
2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan
makanan, misalnya nasi dapat diganti dengan tahu, tempe, kacang ijo,
telur atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel,
tomat. Bubur susu dapat diganti dengan bubur kacang ijo, bubur
sumsum, biscuit.
4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba.
Kurangi frekuensi pemberian asi sedikit demi sedikit.
i.
Pemberian makanan anak umur 24-36 bulan
1. Pemberian ASI dihentikan
2. Makanan padat diberikan. Meliputi empat sehat lima sempurna, yakni
nasi, lauk, sayur mayur, buah, air putih ataupun susu.
3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan
makanan, misalnya nasi dapat diganti dengan tahu, tempe, kacang ijo,
telur atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel,
tomat. Bubur susu dapat diganti dengan bubur kacang ijo, bubur
sumsum, biscuit.
j.

Macam-macam MP ASI sederhana


Ada beberapa Macam MP-ASI yang dapat diberikan pada bayi,

antara lain:
1)
2)
3)
4)

Bubur susu pepaya


Bubur susu labu kuning
Bubur susu alpukat
Bubur susu beras merah wortel
32

5) Bubur susu nasi


6) Bubur susu ubi
7) Bubur susu kentang
k.

Jenis jenis MP ASI bagi bayi/balita sesuai dengan usia


Prinsip Pemberian Makanan Pendamping ASI

Jenis

6 8 bulan

89
bulan

9-12 bulan

12 24
bulan

1 jenis bahan
dasar (6
bulan)

2-3 jenis
bahan

3-4 jenis
bahan

Makanan
Keluarga

dasar
(sajikan

dasar
(sajikan

secara
terpisah
atau

secara
terpisah
atau

(tanpa
garam,
gula,

dicampur)

dicampur)

2 jenis bahan
dasar (7
bulan)

penyedap,
hindari
santan
dan
gorengan)

Tekstur

Semi-cair
(dihaluskan
atau

Lunak
(disaring)
dan

puree),
secara
bertahap

potongan
makanan

kurangi
campuran
air

yg dpt
digenggam
dan mudah
larut.

Kasar
(dicincang)

Padat

Makanan
yang
dipotong &
dpt
digenggam
.

sehingga
menjadi
semi-padat.

33

Frekuensi

Makan
Utama: 12x/hari

Makan
Utama:

Makan
Utama: 3

2-3x/hari

x/hari

Camilan:
1x/hari

Camilan:
2x/hari

1-2 st, secara


bertahap

2-3 sm
makanan

3-4 sm
makanan

ditambahkan
.

semi
padat.

semi padat
yang

Potongan
makanan

kasar.

Camilan: 1
x/hari

Porsi

seukuran
sekali
gigit.

Makan
Utama: 34
x/hari
Camilan:
2x/hari
5 sm
makanan
atau
lebih.

Potongan
makanan
ukuran
kecil/sekali
gigit.

ASI

Sesuka bayi

Sesuka
bayi

Sesuka
bayi

Sesuka
bayi

Susu &

Belum
boleh susu

Belum
boleh susu

1-2 porsi
susu sapi

sapi

sapi

slice
keju
cheddar

slice
keju
cheddar

atau
produk
susu

cangkir
yogurt utk

cangkir
yogurt utk

bayi

Bayi

produk
susu
olahan

olahan

34

l.

Jenis jenis MP ASI bagi bayi/balita sesuai dengan usia


Usia

Jenis makanan

Frekuensi

Kira-kira 6 bulan

ASI

Kapan diminta

Jenis makan yang 1 2x / hari


disarankan
(tipe
semi cair) :
Bubur lunak / sari
buah (buah pisang,
alpukat, pepaya)
Bubur
:
bubur
tepung beras merah
Sayuran : ubi jalar,
kentang,
kacang
hijau.
Jenis makanan yang
belum boleh
diberikan :
Protein hewani
misalnya daging,
ikan, kerang susu dan
produk olahannya
(keju, yoghurt,dll)
Kira-kira 7 bulan

- ASI
Jenis makan yang
disarankan lumat.

Kapan diterima

2- 3x / hari

Beras merah / ubi


Sayuran (kacang
kedelai,
wortel,
bayam,
brokoli,
lobak sawi)
Buah buahan
(mangga, blewah,
jeruk)
35

- Lauk : Ayam, sapi,


tahu, tempe
Hati ayam / kacang
kacangan
Sayuran (wortel,
bayam)
Minyak / santan /
advokad
Air tajin
Kira-kira 9 bulan

ASI

Kapan diterima

Jenis
makanan 2-3 x / hari
yang
disarankan
(tipe lunak)
Buah-buahan
(melon,
mangga,
apel, advokat)
Bubur / roti
Daging / kacangkacangan/
ayam/
ikan
Beras
merah/
kentang/ labu/jagung
Kacang tanah
Minyak / santan
sari buah tanpa gula
Kira-kira 12 bulan/ - ASI
Kapan diterima
lebih
Jenis
makanan 3-4 x / hari
yang
disarankan
(tipe semi padat)
Makanan
pada
umumnya,
termasuk
telur
dengan kuningnya
Buah-buahan
36

m.
Cara Membuat MP ASI
1. Bubur Susu Pepaya
Bahan
a) 1 sdm tepung beras merah
b) 10 ml air matang
c) 100 ml ASI (3 takar peres susu formula lanjutan, larutkan ke dalam 90
ml air matang)
d) 50 g pepaya matang, potong kecil, haluskan
Cara Membuat:
1) Larutkan tepung beras merah ke dalam air, aduk rata. Masak di atas
api kecil hingga matang sambil diaduk agar tidak menggumpal.
2) Masukkan pepaya, masak sejenak. Angkat. Tuangkan ASI atau susu
formula lanjutan yang telah dilarutkan, aduk rata.
3) Berikan pada bayi Anda dalam keadaan hangat.
Nilai gizi per porsi:
Energi : 109 Kkal
Protein : 1,5 g
Lemak : 3,8 g
Karbohidrat: 17,1 g
2. Bubur susu alpukat
Bahan:
1) 2 sdm tepung beras putih
2) 100 ml air matang
3) 200 ml ASI (2 sdm susu formula I larutkan ke dalam 200 cc air)
4) 60 g avokad, haluskan
Cara membuat:
1) Larutkan tepung beras putih ke dalam air, aduk hingga rata.
2) Jerang di atas api kecil hingga matang.
3) Masukkan avokad, aduk rata. Angkat.
4) Tuangkan ASI atau susu formula I cair. Aduk hingga rata
Nilai gizi per porsi:
Energi : 96 Kkal
Protein : 3,1 g
Lemak : 1,3 g
Karbohidrat: 18,0 g
3. Bubur susu nasi
Bahan:
1) 3 sdm nasi
2) 400 ml air
3) 50 g bayam merah, cacah halus
37

4) 200 ml ASI ( 6 takar peres susu formula lanjutan, seduh dalam180 ml


air matang)
Cara Membuat:
1) Rebus nasi dengan air hingga menjadi bubur. Sejenak sebelum
diangkat masukkan bayam merah, masak hingga lunak. Angkat dan
dinginkan.
2) Campur dengan jus apel dan ASI atau susu formula yang telah
dilarutkan. Masukkan ke dalam blender, haluskan dan aduk hingga
rata.
Nilai gizi per porsi:
Energi
: 129 Kkal
Protein
: 2,2 g
Lemak
: 4,3 g
Karbohidrat : 22,8 g

DIARE PADA BALITA


A.

Pengertian Diare
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran berak atau BAB yang lunak
dan cair, perasaan ingin buang air besar yang tidak dapat ditunda.
38

Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja yang
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demikian
kandungan air pada feses lebih banyak daripada biasanya.
B.

Penyebab Diare
a. Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum
b. Infeksi berbagai macam virus
c. Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang
mengandung susu)
d. Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang
kotor

C.

Pencegahan Diare
a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting
(sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan
b. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi
c. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain)
d. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.

D.

Penatalaksanaan Diare
Menurut Puspitasari (2010), Terapi pada penyakit diare yaitu sebagai

berikut:
a. Terapi yang tidak menggunakan obat

39

Pertama
menghindari

kali

upaya

pemicu

pencegahan

diare.

dapat

Contohnya,

dilakukan

bila

tidak

dengan
mampu

memetabolisme laktosa maka dapat minum susu nabati (berasal dari


kedelai, beras merah). Namun upaya yang paling penting dalam
penanganan diare adalah mengoreksi kehilangan cairan dan elektrolit
secepat mungkin (rehidrasi). Bila masih memungkinkan secara oral
maka larutan gula garam atau oralit buatan pabrik telah mencukupi
asalkan diberikan sesuai patokan (sesuai umur penderita dan berat
ringannya dehidrasi). Penyebab kematian terbesar pada kasus diare
adalah terjadinya dehidrasi bukan karena bakteri atau penyebab lainnya.
Berikut ini tanda-tanda dehidrasi:
1) Dehidrasi ringan yaitu mulut kering/bibir kering, kehausan. Cairan
yang keluar jumlahnya sekitar 5% dari berat badan penderita.
2) Dehidrasi sedang yaitu selain mulut kering, kehausan, juga terjadi
penurunan tonus kulit (bila dicubit, kulit akan kembali secara
lambat). Cairan yang keluar berkisar 10% dari berat badan penderita.
Urine mulai sedikit dan warnanya mulai lebih tua dari keadaan
normal.
3) Dehidrasi Berat yaitu mata cekung, kulit pecah, bila dicubit sangat
lambat kembali, ujung-ujung jari dingin, keasadaran menurun. Urine
sudah tidak keluar atau kalaupun keluar sangat sedikit dan berwarna
sangat pekat. Cairan yang keluar lebih dari 50% berat badan
penderita.
Menjaga agar dehidrasi segera terkoreksi, oralit harus diberikan
dalam 3 jam pertama dari saat terjadinya diare. Bila penderita muntah,
tunggulah sampai sepuluh menit, segera berikan oralit. Pada anak-anak,
bila sulit diberikan langsung dapat diberikan sesendok teh tiap 1-2 menit.
Dapat digunakan rumus:
40

oralit yang diberikan= berat badan penderita (Kg) x 75 ml


atau dapat juga dilakukan pemberian oralit sesuai dengan tabel di bawah
ini:
Pemberian Oralit yang diharuskan dalam Tiga Jam Pertama
Umur
Oralit yang harus diberikan
< 1 tahun
300 ml (1,5 gelas)
1-4 tahun

1-4 tahun (3 gelas)

> 5 tahun

1200 ml (6 gelas)

dewasa

2400 ml (12 gelas)

Pemberian Oralit yang Harus Diberikan Setiap Habis BAB


Umur Penderita

Oralit yang Harus Diberikan


Setiap Habis BAB

< 1 tahun

50 - 100 ml ( - gelas)

1-4 tahun

100 - 200 ml ( 1 gelas)

> 5 tahun

200 - 300 ml (1 - 1 gelas)

dewasa

300 - 400 ml ( 1 - 2 gelas)

b. Terapi Obat-obatan
Pemberian obat pada diare nonspesifik dimaksudkan untuk:
1) Mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental,
contoh: kaolin, pectin, bismuth.
2) Mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori
saluran cerna/adstringensia, contoh: tanin (dalam teh, daun jambu biji,
dan buah salak muda).
41

3) Mengurangi motilitas/gerakan usus dengan zat parasimpatolitik,


contoh: golongan narkotika (codein, loperamid).
E. Penatalaksanaan Diare dengan Pemberian Oralit
Oralit merupakan campuran garam eletrolit, sepeti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare (Depkes RI, 2011).
Cara pemberian oralit pada anak yaitu satu bungkus oralit dimasukkan
ke dalam satu gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi
50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun
diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar (Depkes RI,
2011).

ISPA PADA BALITA

42

1. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
2. Penyebab
ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri dan virus yang
masuk ke saluran nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap
pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.
Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat
karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktivitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun
minyak. Tanpa disadari, asap tersebut masuk ke dalam tubuh melalui proses
bernafas sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan
sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung
zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).
3. Tanda dan gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian
saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan
43

dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus


(lender/dahak) serta perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin, 2008).
Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah sebagai
berikut:
a.

ISPA Ringan
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak

diraba.
b. ISPA Sedang
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak
yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 39o C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. ISPA berat
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah
4. Pencegahan ISPA
44

1) Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik


Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta
istirahat cukup yang semuanya akan menjaga badan tetap sehat.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh

akan

semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri


penyakit yang akan masuk ke tubuh.
2) Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang
bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
45

pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang


di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
5. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
a) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c) Pemberian makanan
Berikan

makanan

yang

cukup

gizi,

sedikit-sedikit

tetapi

berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika


muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
46

Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat


kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan di rumah keadaan anak memburuk,
maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas
kesehatan.
Untuk pasien mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk pasien yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari, anak dibawa kembali ke petugas kesehatan
untuk pemeriksaan ulang.

47

Anda mungkin juga menyukai