PENDAHULUAN
Salah
satu
kaca
sebagaielektroda
kerja
yang
Elektroda
kerja
initersensitisasi
pewarna
yaitu
antosianin
dye
alami.Karena
meningkatnya
jumlah
larangan
pewarna
bahan
awal,yang
tidak
teratur
baik
dari
segikualitas
dan
prototype
Dye-sensitized
Solar
Cell
menggunakan
didalam larutan netral atau basa, sehingga antosianin harus diekstraksi dari
tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida
(misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus
disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan.Antosianidin ialah aglikon
antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Ada enam
jenis antosianidin, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan
delfinidin.
Senyawa antosianin memiliki gugus karbonil dan hidroksil pada struktur
molekulnya, sehingga membuatnya mampu berikatan kimia dengan permukaan
TiO2. Antosianin adalah komposisi kunci dari beberapa dye alami. Antosianin
potensial dipergunakan sebagai sensitizer karena memiliki spektrum cahaya dalam
rentang yang cukup lebar, dari merah hingga biru.Sementara pada klorofil terdapat
gugus alkil pada struktur karoten juga mencegah terjadinya ikatan yang efektif ke
permukaan TiO2.
yang
rendah
mengakibatkan
warna
tidak
merah
melainkan
ungu.Apabila konsentrasinya sangat tinggi maka warnanya menjadi ungu tua atau
dapat menjadi hitam.pH pelarut sangat berpengaruh terhadap warna antosianin.
Secara umum pada pH rendah (pH<7) antosianin berwarna merah, pada pH netral
(pH=7) berwarna biru dan pH tinggi (pH>7)berwarna putih. Disamping itu adanya
ion logam akan diikat oleh antosianin, misalnya dengan ion Al, menyebabkan
antosianin akan berwarna biru.Bahan alam seperti anggur merah (Malus pumila),
Antosianin
Bentuk glikosida
Sianidin
Malvidin
Petunidin
Delpinidin
Sianidin Peonidin
Monoglikosida
Monoglikosida
Monoglikosida
Monoglikosida
Monoglikosida
Monoglikosida
Diglikosida
Monoglikosida
Sianidin
Pelargonidin
Sianidin
Dye sensitizer berasal dari dua kata yaitu dyedan sensitization.
Dyemerupakan molekul pigmen atau senyawa kimia yang dapat menyerap cahaya,
sensitisasi merupakan proses membuat sel surya menjadi peka terhadap cahaya,
dan injeksi adalah proses transfer elektron dari molekul dyeke daerah pita
konduksi semikonduktor yang terjadi karena absorpsi cahaya. Lapisan dyeyang
digunakan merupakan lapisan tunggal (monolayer) dyedan berfungsi sebagai
absorber sinar matahari yang utama sehingga menghasilkan aliran elektron.
Proses penyerapan cahaya matahari oleh sel surya nanokristal TiO2 tersentisasi
dyemenyerupai mekanisme fotosintesis pada daun tumbuhan, dengan klorofil
sebagai dye-nya.
penting yang berkaitan dengan sel surya sebagai perangkat yang mengkonversi
radiasi sinar matahari menjadi listrik antara lain intensitas radiasi, yaitu jumlah
daya matahari yang mengenai permukaan per luasan dan karakteristik spektrum
cahaya matahari. Intensitas radiasi matahari di luar atmosfer bumi disebut
konstanta surya, yaitu sebesar 1353 W/m 2.Setelah disaring oleh atmosfer bumi,
beberapa spectrum cahaya hilang, dan intenstas puncak radiasi menjadi sekitar
1000 W/m2.Nilai ini adalah tipikal intensitasradiasi pada keadaan permukaan
tegak lurus sinar matahari dan pada keadaan cerah.
Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang sudah dilapisi
oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) biasanya TCO, yang berfungsi sebagai
elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counter-elektroda dilapisi katalis
(2.1)
b. Elektron yang tereksitasi dari molekul dye tersebut akan diinjeksikan ke pita
konduksi TiO2 dimana TiO2 bertindak sebagai akseptor / kolektor elektron.
Molekul dye yang ditinggalkan kemudian dalam keadaan teroksidasi (D+).
D* + TiO2 e-(TiO2) + D+
(2.2)
(2.3)
complex komersil berharga mahal. Alternatif lain yaitu penggunaan dye dari buahbuahan, khususnya dye antosianin.
Kandungan antosianin pada beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1.Kandungan antosianin pada beberapa jenis sayuran dan buah- buahan.
Buah
Chokeberry
Buah murbei
Blueberries
Kulit buah manggis
Kismis hitam
Blackberries
Anggur
Lobak merah
Kubis merah
Stroberi
Bawang merah
Kacang hitam
Konsentrasi
(mg/g)
2147
1993
705
580
533
353
192
116
113
69
39
23
Antosianin
kami
tetapkan
sebagai
parameter,
karena
Elektrolit
Elektrolit yang digunakan pada DSSC terdiri dari iodine (I -) dan triiodide
(I3-) sebagai pasangan redoks dalam pelarut. Karakteristik ideal dari pasangan
redoks untuk elektrolit DSSC yaitu : potensial redoksnya secara termodinamika
berlangsung sesuai dengan potensial redoks dari dye untuk tegangan sel yang
maksimal, memiliki kestabilan yang tinggi baik dalam bentuk terreduksi dan
teroksidasi dan inert terhadap komponen lain pada DSSC.
Karbon
Katalis dibutuhkan untuk merpercepat kinetika reaksi proses reduksi
triiodide pada TCO. Platina merupakan material yang umum digunakan sebagai
katalis pada berbagai aplikasi, juga sangat efisien dalam aplikasinya pada
DSSC.Kay
&
menggunakan
Gratzel
(1996)
counter-elektroda
mengembangkan
karbon
untuk
desain
lapisan
DSSC
dengan
katalis
sebagai
gelombang
sangat
erat
kaitannya
dengan
kemampuan
dyemengkonversi energi foton menjadi energi listrik. Dye yang digunakan adalah
pewarna alami dari tumbuhan dan buah yang disebut juga antosianin. Antosianin
merupakan pigmen warna merah, ungu dan biru.Hubungan antara panjang
gelombang dengan energi foton dijelaskan didalam teori kuantum Max Planck.
Teori kuantum Max Planck
atau
E = c/
E = energi (J)
h = konstanta Planck (6,626 x 10-34 J.s)
v = frekuensi radiasi (1/s)
c = kecepatan cahaya dalam vakum (3 x 108 m det-1)
= panjang gelombang (m)
Berikut ini adalah panjang gelombang warna yang diukur dalam satuan
nanometer (nm)
668789 T
ungu
Hz
biru
hijau
606668 T
Hz
526606 T
Hz
380450 nm
450495 nm
495570 nm
Hz
jingga
merah
484508 T
Hz
400484 T
Hz
590620 nm
620750 nm
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian berikut meliputi : asam
asetat, TiO2, Etanol 95%, Potassium iodide (KI), Iodine (I2), Acetonitrile,
PVA (Polyvinyl Alcohol), Aquades, Bunga aster cina ungu, Kaca TCO,
Pensil 8B, danterong belanda.
III.2.
Rangkaian Alat
III.3.
Preparasi
3.3.1. Preparasi Alat dan Bahan
Tahap persiapan ini meliputi persiapandan pembersihan alat-alat
untuk ekstraksi danpembuatan pasta TiO2. Proses persiapan untuk
ekstraksi dilakukan dengan pembersihan alat berupa mortar dan gelas
ukur. Selain proses persiapan ekstraksi juga dilakukan pembersihan kaca
TCO. Pembersihan kaca substrat agar kaca terbebas dari material yang
tidak mampu di bersihkan dengan air. Kaca yang telah dibersihkan tersebut
diuji resistansinya menggunakan multimeter.
3.3.2. Pembersihan Kaca TCO
Kaca di basuh dengan aquades kemudian dibilas dengan alcohol 95%.
3.3.3. Pembuatan Pasta TiO2 (TitaniumDioxide)
TiO2 akan dideposisikan dengan teknik lapisan tebal sehingga
sebelumnya dibuatTiO2 dalam bentuk pasta, yaitu dengan prosedur
pembuatan sebagai berikut :
1. Tambahkan Polyvinyl Alcohol (PVA) sebanyak 10%berat kedalam
air,kemudian diaduk pada temperatur 80oC. Suspensi ini akan
berfungsisebagai binder dalam pembuatan pasta.
2. Tambahkan suspensi tersebut kepada bubuk TiO2 sebanyak kurang
lebih10%volume. Kemudian digerus oleh mortar sampai terbentuk
pasta yangbaik untuk dilapiskan.
Persiapan
Pembuatan larutan
elekrolit
Pembuatan sandwich
DSSC
Pengujian DSSC
III.5.
Cara Kerja
1. Rangkaian DSSC dijemur langsung dibawah sinar matahari pada berbagai
waktu.
2. Mengukur langsung tegangan dan kuat arus yang dihasilkan sel surya
dengan menggunakan multimeter pada setiap selang waktu 5 menit.
3. Hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk grafik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.
Hasil Percobaan
Berdasarkan variabel bebas yang kami tetapkan, yaitu jenis dye dan
lama perendaman, maka ada 6 perangkat sel surya yang telah kami buat,
yaitu antara lain :
1. Sel surya dengan dye dari bunga aster cina ungu yang direndam dalam
dye selama 24 jam. (DSSC A)
2. Sel surya dengan dye dari bunga aster cina ungu yang direndam dalam
dye selama 12 jam. (DSSC B)
3. Sel surya dengan dye dari bunga aster cina ungu yang direndam dalam
dye selama 6 jam. (DSSC C)
4. Sel surya dengan dye dari terong belanda yang direndam dalam dye
selama 24 jam. (DSSC D)
5. Sel surya dengan dye dari terong belanda yang direndam dalam dye
selama 12 jam. (DSSC E)
6. Sel surya dengan dye dari terong belanda yang direndam dalam dye
selama 6 jam. (DSSC F)
Sel surya yang telah dibuat dilakukan pengujian langsung kemampuan
konversi energinya dengan cara menjemur langsung dibawah sinar matahari.
Pengujian dilakukan pada hari selasa, 19, 20 dan 21Oktober 2014,
pada siang hari yang cerah dan tidak berawan yaitu pukul 12.00-13.30
dengan intensitas cahaya rata-rata sekitar sebesar 60,000 lux atau setara
dengan 200 lampu LED 4 Watt. Dengan cara mengukur langsung tegangan
yang dihasilkan sel surya dengan menggunakan multimeter.
Pengambilan data dilakukan 5 menit sekali, selama total waktu 75
menit. Dengan menggunakan 2 multimeter, jadi ada 2 sel surya yang diuji
secara bersamaan.
IV.1.1 Pengujian sel surya dengan dye bunga aster cina ungu
Dari hasil pengujian didapatkan data di bawah ini :
Waktu
DSSC B
0.32
DSSC C
DSSC A
0.17
0.19
0.32
0.28
10
0.21
0.36
0.33
15
0.23
0.41
0.39
20
0.24
0.43
0.53
25
0.26
0.45
0.58
30
0.27
0.43
0.64
35
0.28
0.44
0.63
40
0.3
0.43
0.62
45
0.31
0.42
0.6
50
0.32
0.42
0.59
55
0.32
0.48
0.58
60
0.31
0.4
0.57
65
0.29
0.39
0.57
70
0.28
0.37
0.55
(menit)
0.25
Hubungan Tegangan terhadap Waktu Perendaman dengan bahan Dye dari Bunga Aster Cina Ungu
0.7
DSSC A
Tegangan ( Volt )
DSSC C
0.2
Polynomial (DSSC C)
0.1
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
waktu ( menit )
Diperoleh titik maksimum dari masing-masing data untuk setiap waktunya, yaitu :
No
1
2
3
Waktu ( x )
Tegangan ( y)
53,16055626
39,90735
46,02794
0,306057944
0,446096
0,62831
Tegangan (mV)
Waktu
(menit)
0
DSSC D
0.13
DSSC E
DSSC F
0,2
0.35
0.15
0,21
0.48
10
0.16
0,23
0.49
15
0.17
0,24
0.5
20
0.19
0,25
0.5
25
0.2
0,27
0.52
30
0.21
0,28
0.53
35
0.22
0,29
0.56
40
0.23
0,31
0.58
45
0.24
0,29
0.53
50
0.25
0,3
0.49
55
0.26
0,3
0.48
60
0.24
0,32
0.48
65
0.24
0,32
0.47
70
0.23
0,3
0.43
Hubungan Tegangan terhadap Waktu perendaman dengan bahan Dye dari Terong Belanda
0.7
DSSC D0.6
Polynomial (DSSC D)
Polynomial (DSSC E)
DSSC F
0.1
0
0
Polynomial (DSSC F)
10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu ( menit )
Diperoleh titik maksimum dari masing-masing data untuk setiap waktunya, yaitu :
No
1
2
3
Waktu ( x )
Tegangan ( y)
58,8579545
63,15208
36,32742
0,243354793
0,310262204
0,544339
IV.2
Pembahasan
Berdasarkan dari dua pengujian di atas didapatkan bahwa sel surya dari
dye bunga aster Cina ungu dan dye dari buah terong Belanda mampu
mengkonversi energi surya menjadi energi listrik. Dye dari bunga aster Cina ungu
mampu menghasilkan tegangan listrik yang jauh lebih besar dibandingkan dye
dari buah terong Belanda, dikarenakan bunga Aster cina ungu memiliki
kandungan antosianin yang lebih besar dibandingkan dengan buah terong
Belanda, dan dye dari bunga Aster cina ungu memiliki warna ungu sedangkan dye
dari buah terong Belanda berwarna merah. Warna ungu mampu menghasilkan
energi yang lebih besar dibandingkan warna merah, karena warna ungu dalam
spektrum gelombang elektromagnetik memiliki panjang gelombang lebih kecil
dibandingkan warna merah, sehingga daya serap cahaya warna ungu akan lebih
besar dibandingkan warna merah dan warna ungu memiliki frekuensi yang lebih
besar daripada warna merah. Sebagaimana didalam teori kuantum Max Planck
dijelaskan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan frekuensi dan
frekuensi berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Dye dari bunga Aster
cina ungu dalam waktu perendaman 24 jam, tegangan tertinggi yang dihasilkan
adalah 0.64 V atau 640 mV, sementara tegangan tertinggi yang dihasilkan sel
surya dengan dye dari buah terong Belanda dalam 24 jam hanya 0.58 V atau 580
mV. Dalam waktu perendaman 12 jam, tegangan tertinggi yang dihasilkan sel
surya dengan dye dari bunga Aster cina ungu sebesar 0.48 V atau 480 mV,
sementara tegangan tertinggi yang dihasilkan sel surya dengan dye dari buah
terong Belanda adalah 0.32 V atau 320 mV. Dalam waktu perendaman 6 jam,
tegangan tertinggi yang dihasilkan sel surya dengan dye dari bunga Aster cina
ungu sebesar 0.32 V atau 320 mV, sementara tegangan tertinggi yang dihasilkan
sel surya dengan dye dari buah terong Belanda adalah 0.26 V atau 260 mV.
Persamaan garis yang digunakan untuk mengetahui harga maksimum dari
grafiknya adalah persamaan garis Polynomial, sehingga dapat diperoleh harga
maksimum untuk setiap dye dengan berbagai waktu perendaman.
sebagai
kolektor
elektron
atau
dapat
dikatakan
sebagai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini dan pengambilan data yang telah dilakukan pada
tanggal 11 September 2014, pada siang hari yang cerah dan tidak berawan
yaitu pukul 12.00-13.10 dengan intensitas cahaya rata-rata sebesar 60,000 lux
atau setara dengan 200 lampu LED 4 Watt, dengan lama perendaman kaca
konduktif di dalam dye bunga Aster cina ungu dan strawberry selama 6 jam,
12 jam, dan 24 jam dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pembuatan prototipe dye
sensitized solar cell (DSSC) dengan menggunakan kombinasi bahan
inorganik TiO2 dengan bahan organik dye dari ekstraksi buah terong
Belanda dan bunga Aster cina ungu.
2. Sel surya dengan dye dari bunga Aster cina ungu mampu menghasilkan
tegangan yang lebih besar yaitu tegangan tertinggi yang dihasilkan adalah
0,64 V, dibandingkan sel surya dengan dye dari buah terong Belanda yaitu
tegangan tertinggi yang dihasilkan adalah 0,54 V.
3. Semakin lama waktu perendaman kaca konduktif yang telah dilapisi TiO2
di dalam dye, maka semakin baik juga kemampuan kaca tersebut dalam
mengkonversi energi surya menjadi energi listrik. Tegangan tertinggi yang
dihasilkan dye dari bunga aster cina ungu dengan perendaman 6 jam, 12
jam dan 24 jam adalah 0.32 V, 0.48 V dan 0.64 V, sedangkan buah terong
Belanda dengan perendaman 6 jam, 12 jam dan 24 jam adalah 0.26 V,
0.32V dan 0.58V
4. Secara umum teknologi pembuatan DSSC dalam penelitian ini relatif
cukup murah dan tidak membutuhkan peralatan yang besar dan mahal
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara ekstraksi dari bunga
aster cina ungu maupun buah terong Belanda yang tepat sehingga
didapatkan hasil yang lebih maksimal.
2. Perlu dikaji lebih jauh mengenai pengaruh berbagai karakteristik
komponen DSSC terhadap performansi sel surya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai desain sel yang optimal
untuk menjaga performansi sel surya.