Traffic jams are usually caused because there must be an accident, some type of serious incident
up ahead just out of sight, the roads are icey and dangerous, or its rush hour. For more
information about this question go to Google.com and type in ''What causes traffic jams?".
Most often, they are caused by idiots - those who drive too slow always end up compacting the
faster drivers behind them, and since hardly anyone actually drives the speed limit or adheres to
the proper following distance in relation to their speed. You get what's known as rush hour when
you factor in the same number of roads and lights and detours and closed lanes from construction
with how overpopulated the area is.
See the related link below:
1. Dalam hal ....>> mempertahankan perdamaian dan keamanan
internasional diserahkan kepada dewan keamanan, dengan syarat;
semua tindakan dewan keamanan tersebut harus selaras dengan
tujuan dan azas-azas PBB, tugas dan kewajiban dewan keamanan
dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
1. Menyelesaikan perselisihan dengan cara-cara damai, yaitu dengan
cara yang didasarkan atas; persetujuan sukarela atau paksaan
hukum dalam menjalankan persetujuan.
2. Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman perdamaian dan
perbuatan yang berarti penyerangan. materi referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Keama
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_in
7. Aplikasi di Indonesia
Di Indonesia, hal yang melandasi tentang pembuatan dan ratifikasi perjanjian
adalah pasal 11 UUD 1945 yang berbunyi: Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain. Jika kita lihat lebih lanjut, 10 s/d 15 UUD 1945,
disebutkan bahwa kekuasaan Presiden sebagai konsekwensi dari kepala
negara. Artinya bahwa tugas tersebut merupakan hak prerogratif dari
Presiden, yang berarti pula tugas yang melekat pada Presiden sebagai Kepala
Negara yang bukan merupakan tugas Pemerintah.
Sampai akhir tahun 2000 pasal 11 UUD 1945 ini belum dijabarkan dalam
bentuk undang-undang dan satu-satunya penjelasan dari pasal 11 tersebut
adalah Surat Presiden 2826/HK/60, tanggal 22 Agustus 1960, yang ditujukan
kepada Ketua DPR, tentang pembuatan perjanjian dengan negara-negara
lain.
Surat Presiden ini memberikan penafsiran bahwa ada dua macam bentuk
perjanjian yaitu traktat dan agreements. Jadi ada dua cara pengesahan dari
perjanjian-perjanjian tersebut:
(1) Traktat, pengesahannya melalui DPR dengan Undang-Undang
(2) Persetujuan (Agreements), pengesahannya dengan Keputusan Presiden
dan
DPR hanya cukup diberitahukan oleh Sekretariat Kabinet.
Oleh karena itu, Pemerintah hanya akan menyampaikan ke DPR perjanjianperjanjian yang terpenting saja dalam bentuk treaty untuk mendapatkan
persetujuan DPR sebelum disahkan oleh Presiden. Perjanjian-perjanjian ini
biasanya mengandung materi :
1. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi haluan politik
luar negeri seperti halnya dengan perjanjian-perjanjian persahabatan,
perjanjian persekutuan (aliansi), perjanjian tentang perubahan wilayah atau
penetapan tapal batas]
2. Ikatan-ikatan yang sedemikian rupa sifatnya sehingga mempengaruhi
haluan politik luar negeri dapat terjadi bahwa ikatan-ikatan sedemikian
dicantumkan di dalam perjanjian kerjasama ekonomi dan teknis atau
pinjaman keuangan.
3. Soal-soal yang menurut Undang-Undang Dasar harus diatur dengan
Undang-undang seperti soal-soal Kehakiman
.
5,2
Ada dua cara penyelesaian segketa internasional, yaitu secara damai dan paksa,
kekerasan atau perang.
Penyelesaian secara damai, meliputi :
Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa internasional dengan cara menyerahkannya
kepada orang tertentu atau Arbitrator, yang dipilih secara bebas oleh mereka yang
bersengketa, namun keputusannya harus sesuai dengan kepatutan dan keadilan ( ex aequo
et bono).
Prosedur penyelesaiannya, adalah :
1. Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk dua arbitrator, satu boleh
berasal dari warga negaranya sendiri.
2. Para arbitrator tersebut memilih seorang wasit sebagai ketua dari pengadilan
Arbitrase tersebut.
3. Putusan melalui suara terbanyak.
Penyelesaian Yudisial, adalah penyelesaian sengketa internasional melalui suatu
pengadilan internasional dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.
Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial. Terlebih dahulu dilakukan konsultasi
dan komunikasi agar negosiasi dapat berjalan semestinya.
Jasa-jasa baik atau mediasi, yaitu cara penyelesaian sengketa internasional dimana
Negara mediator bersahabat dengan para pihak yang bersengketa, dan membantu
penyelesaian sengketanya secara damai. Contoh Dewan Keamanan PBB dalam
penyelesaian konplik Indonesia Belanda tahu 1947. Dalam penyelesaina dengan Jasa baik
pihak ketiga menawarkan penyelesaian, tapi dalam Penyelesaian secara Mediasi, pihak
mediator berperan lebih aktif dan mengarahkan pihak yang bersengketa agar
penyelesaian dapat tercapai.
Konsiliasi, dalam arti luas adalah penyelesaian sengketa denga bantuan Negara-negara
lain atau badan-badan penyelidik dan komite-komite penasehat yang tidak berpihak.
Konsiliasi dalam arti sempit, adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui
komisi atau komite dengan membuat laporan atau ussul penyelesaian kepada pihak
sengketa dan tidak mengikat.
Penyelidikan, adalah biasanya dipakai dalam perselisioshan batas wilayah suatu Negara
dengan menggunakan fakta-fakta untuk memperlancar perundingan.
Penyelesian PBB, Dididrikan pada tanggal 24 Oktober 1945 sebagai pengganti dari LBB
(liga Bangsa-Bangsa), tujuan PBB adalah menyelesaikan sengketa internasional secara