Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Bahan baku yang digunakan oleh pabrik ini adalah etil benzene yang akan diubah menjadi
styrena, dimana bahan baku yang diperoleh dari impor dan hanya sekitar 10% yang berasal
dari dalam negeri yaitu PT Pertamina. Dimana bahan baku yang digunakan memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
A Etilbenzena
Wujud
: cair
Berat molekul
: 106,168 gram/ml
Densitas pada 25 C : 0.8626 gram/ml
Titik Beku
: -94.949
Titik didih pada 1 atm : 136,2 C
Kelarutan dalam air : 0.001% berat
Kapasitas panas
: untuk gas ideal= 1168 J/Kg K
Untuk cairan = 1752 J/Kg K
Tekanan Kritis
: 36.09 bar
Suhu kritis
: 344,02 C
Faktor aksentrik
: 0.3026
Kompresibilitas kritis : 0.263
Flash point
: 15 C
Selain bahan baku terdapat bahan pembantu yaitu katalis dengan jenis Fe2O3
Jenis
: Fe2O3
Kenampakan
: kuning
Wujud
: butiran padat
Kenampakan
: kuning
Bentuk
: granular
Diameter
: 4.7 mm
Selain memproduksi produk utama proses dehidrogenasi juga menghasilkan produk samping
yaitu : Benzene dan Toluen dengan spesifikasi sebagai berikut
a. Benzene
Wujud
= cair
Kenampakan
= tidak berwarna
Bau
= khas aromatik
Komposisi
=
Benzene
= minimal 99,95 %
Toluena
= maksimal 0,05%
b. Toluena
Wujud
= cair
Kenampakan
= tidak berwarna
Bau
= khas aromatik
Komposisi :
Toluena
= minimal 99.2 % berat
Benzena
= maksimal 0.03 % berat
Etilbenzen
= maksimal 0.05 % berat

Dalam pembuatan stirena dari etil benzene, PT SMI menggunakan proses dehidrogenasi
untuk mengurai etil benzen menjadi stirena. Reaksi dehidrogenasi adalah reaksi yang
menghasilkan komponen yang berkurang kejenuhannya dengan cara mengeliminasi atom
hidrogen dari suatu senyawa menghasilkan suatu senyawa yang lebih reaktif. Pada prinsipnya
semua senyawa yang mengandung atom hidrogen dapat dihidrogenasi, tetapi umumnya yang
dibicarakan adalah senyawa yang mengandung carbon seperti hidrokarbon dan alkohol.
Proses dehidrogenasi kebanyakan berlangsung secara endotermis yaitu membutuhkan panas.
Dehidrogenasi adalah reaksi yang bersifat endotermis yaitu membutuhkan panas untuk
terjadinya reaksi dan suhu yang tinggi diperlukan untuk mencapai konversi yang tinggi pula.
Reaksi dehidrogenasi yang sering digunakan dalam skala besar adalah dehidrogenasi
etilbenzena menjadi stirena. Reaksi pembentukan stirena dari etilbenzena : C6H5CH2CH3
C6H5 CH= CH2 + H2 Pada umumnya reaksi dehidrogenasi terhadap senyawa hidrokarbon
membutuhkan temperatur tinggi agar tercapai kesetimbangan dan kecepatan reaksi yang lebih
sehingga proses ini dapat berlangsung dengan baik pada fase gas. Reaksi dehidrogenasi
dalam fase gas hanya sesuai dilakukan pada senyawa hidrokarbon tertentu. Senyawa tersebut
harus mempunyai stabilitas termal yang cukup untuk menghindari terjadinya dekomposisi
yang tidak diinginkan. Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Panas untuk
reaksi ditambahkan melalui pipa-pipa dan pemanasan umpan. Proses dehidrogenasi ini
membutuhkan supplay panas untuk menjaga suhu reaksi. Pemilihan katalis didasarkan atas
kondisi reaksi yang bersifat highly endothermic. Katalis yang digunakan adalah Fe2O3 yang
cocok digunakan pada reaksi suhu tinggi (550 670oC). Katalis menurun keaktifannya
seiring dengan berkurangnya umur hidup katalis sehingga secara periodik perlu dilakukan
regenerasi katalis (Ullmans,1989). Proses pembuatan stirena dari etilbenzena berdasarkan
pada reaksi dehidrogenasi pada molekul etilbenzena dengan melepaskan dua atom hidrogen
dari cabang etil. Reaksi berlangsung dalam fasa gas, bersifat reversibel endotermis. Panas
yang dibutuhkan digunakan untuk memutus ikatan C-H. Untuk memenuhi kebutuhan panas
agar temperatur reaksi dapat tercapai digunakan molten salt yang akan masuk ke reaktor fixed
bed multitube. Reaksi utama yang terjadi : C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g) H =
117440 kj/kmol Di samping itu juga terjadi reaksi samping menurut Wenner Dybdal (1948),
menghasilkan benzena, toluena, metana dan etena.
Reaksi :
C6H5C2H5 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)
C6H5C2H5 (g) + H2 (g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)
Mengenai Pabrik
Dalam pabrik Styrindo Mono Indonesia terdapat dua plant yang beroperasi dimana kedua
plant tersebut sama-sama menghasilkan styrene dengan menggunakan reaksi dehidrogenasi
dengan menguraikan etilbenzene menjadi styrene
PT.Stryindo Mono Indonesia dijalankan pada 23 Juni 1992, diamana start production pada 20
Juli 1992. Dimana plant 11 dengan kapasitas 100000 Ton per tahun sedangkan pabrik 2
sebesar 240000 ton pertahun. Dimana capasitas lengkap dari pabrik disajikan dalam tabel
dibawah
Plant 1
Plant 2

EB Plant
110000
264000
SM Plant
120000
240000
Toluene
2000
4800
Dalam proses menggunakan Fix Bed Catalyst berbentuk pelet yang diumpankan ke 3 reaktor
Etil Benzene masuk ke reaktor lalu di steam agar reaksi berjalan sempurna.
Panas dimanafaatkan membentuk steam,gas yang tidak berkondensasi dimanfaatkan untuk
bahan bakar.
Penjualan product : - by tracking domestic
-Keluar / ekspor menggunakan kapal
Unit Pendukung Proses
Unit pendukung proses atau yang lebih dikenal dengan sebutan utilitas merupakan bagian
penting untuk penunjang proses produksi dalam pabrik. Utilitas di pabrik stirena yang
dirancang antara lain meliputi unit pengadaan air, unit pengadaan steam, unit pengadaan
udara tekan, unit pengadaan listrik, unit pengadaan bahan bakar dan unit pengolahan limbah.
Unit pendukung proses yang terdapat dalam pabrik stirena adalah:
1. Unit pengadaan air
Unit ini bertugas menyediakan dan mengolah air untuk memenuhi kebutuhan air sebagai
berikut:
a. Air pendingin
b. Air umpan boiler
c. Air konsumsi umum dan sanitasi
d. Air pemadam kebakaran
2. Unit pengadaan steam
Unit ini bertugas untuk menyediakan kebutuhan steam sebagai media pemanas pada
reboiler (RB-01, RB-02 dan RB-03).
3. Unit pengadaan udara tekan
Unit ini bertugas untuk menyediakan udara tekan untuk kebutuhan instrumentasi
pneumatic,
untuk penyediaan udara tekan di bengkel, dan untuk kebutuhan umum yang lain.
4. Unit pengadaan listrik
Unit ini bertugas menyediakan listrik sebagai tenaga penggerak untuk peralatan proses,
keperluan pengolahan air, peralatan - peralatan elektronik atau listrik AC, maupun untuk
penerangan. Listrik di-supplay dari PLTU Sulfindo dan dari generator sebagai cadangan
bila listrik dari PLTU Sulfindo mengalami gangguan.
5. Unit pengadaan bahan bakar
Unit ini bertugas menyediakan bahan bakar untuk furnace, boiler dan generator.
6. Unit pengolahan limbah
Unit ini bertugas untuk mengolah bahan-bahan buangan yang berasal dari proses.
7. unit Pengadaan Air
Air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi yang digunakan adalah air yang
diperoleh dari Kawasan PT. Krakatau Steel yang tidak jauh dari lokasi pabrik sedangkan
untuk
keperluan air pendingin dan pemadam kebakaran digunakan air laut.
8. Air pendingin
Air pendingin yang digunakan adalah air laut yang diperoleh dari laut yang tidak jauh
dari lokasi pabrik. Alasan digunakannya air laut sebagai media pendingin adalah karena
faktor faktor sebagai berikut :
Air laut dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dengan biaya murah.

Mudah dalam pengaturan dan pengolahannya.


Dapat menyerap sejumlah panas per satuan volume yang tinggi.
Tidak terdekomposisi.
Tidak dibutuhkan cooling tower, karena air laut langsung dibuang lagi ke laut.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air laut sebagai pendingin adalah
partikel-partikel besar/ makroba (makhluk hidup laut dan konstituen lain) dan partikelpartikel
kecil/ mikroba laut (ganggang dan mikroorganisme laut) yang dapat menyebabkan
fouling pada
alat heat exchanger.
Air pendingin yang diambil dari air laut kemudian disaring dan ditambahkan klorin.
Penambahan klorin dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme (bakteri dan
plankton) yang
dapat menyebabkan tumbuhnya lumut di sistem pemipaan.
8. Air Umpan Boiler
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan air umpan boiler adalah sebagai
berikut:
a. Kandungan yang dapat menyebabkan korosi
Korosi yang terjadi di dalam boiler disebabkan karena air mengandung larutan-larutan
asam dan garam-garam terlarut.
b. Kandungan yang dapat menyebabkan kerak (scale reforming)
Pembentukan kerak disebabkan karena kesadahan dan suhu yang tinggi, yang biasanya
berupa garam-garam silikat dan karbonat.
c. Kandungan yang dapat menyebabkan pembusaan (foaming)
Air yang biasanya diambil dari proses pemanasan bisa menyebabkan foaming pada
boiler, karena adanya zat-zat organik, anorganik, dan zat-zat tidak larut dalam jumlah
yang besar. Efek pembusaan terjadi pada alkalinitas tinggi (Everett, 1998).
9. Unit Pengolahan Limbah
Untuk pengolahan limbah PT. SMI ada dua, yaitu ;
1. Flare
Digunakan untuk pengolahan gas buang yaitu off gas.
2. Pengolahan limbah secara fisika
Digunakan untuk memisahkan libah cair yang mengandung minyak dari proses
pengolahan.

Anda mungkin juga menyukai