Pendahuluan
Kanker servix adalah kanker primer serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Kanker leher
rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita. Kanker ini dialami oleh lebih
dari 1,4 juta wanita di seluruh dunia. Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar
231.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia, kasus kanker leher rahim pada
peringkat pertama dengan jumlah kasus 14.368 orang. Dari jumlah tersebut, 7,297 orang
meninggal dan prevalensinya adalah 10.823 orang setiap tahunnya. Pemeriksaan kanker leher
rahim dengan metode IVA digunakan untuk mendeteksi kanker secara dini. Pemeriksaan
dilakukan terutama pada wanita yang telah menikah dan umur lebih dari 25 tahun. Dari hasil
pemeriksaan IVA yang dilaksanakan di Puskesmas Warnasari pada kasus, terdapat positif 6
orang dan negatif 3 orang dari total peserta yang telah diperiksa 100 orang. Pada makalah ini
akan dibahas mendiagnosis dini dengan screening menggunakan test IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat).
Pembahasan
Etiologi
Penyebab primer kanker leher rahim adalah infeksi kronik leher rahim oleh satu atau
lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko tinggi menyebabkan
kanker leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted
disease).3,11,12 Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga
puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya.9 Infeksi
virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 5613 dimana HPV tipe
16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan
1
perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade
intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang berisiko
sedang dan rendah menyebabkan kanker (tipe non-onkogenik) berturut turut adalah tipe 30,
31, 33, 35, 39, 51, 52, 58, 66 dan 6, 11, 42, 43, 44, 53, 54,55.13. 1
Epidemiologi
Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh World Health Organitation (WHO), 2010
dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di dunia. Kejadian kanker
serviks di Indonesia dilaporkan 20-24 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Kejadian
kanker serviks di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000wanita usia subur pada
tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk
a. Faktor HPV :
-
tipe virus
Kanker leher rahim adalah penyakit yang diawali oleh infeksi virus HPV yang
merubah sel-sel leher rahim sehat menjadi displasia dan bila tidak diobati pada gilirannya
akan tubuh menjadi kanker leher leher rahim.3-4Prinsip dasar kontrol penyakit ini adalah
memutus mata rantai infeksi, atau mencegah progresivitas lesi displasia sel-sel leher rahim
(disebut juga lesi prakanker) menjadi kanker. Bila lesi displasia ditemukan sejak dini dan
kemudian segera diobati, hal ini akan mencegah terjadinya kanker leher rahim dikemudian
hari. Lesi prakanker yang perlu diangkat/diobati adalah jenis LISDT (lesi intraepitelial
skuamosa derajat tinggi), adapun jenis LISDR (lesi intraepitelial skuamosa derajat rendah)
dianggap lesi yang jinak dan sebagian besar akan mengalami regresi secara spontan.
Perempuan yang terkena lesi prakanker diharapkan dapat sembuh hampir 100%, sementara
kanker yang ditemukan pada stadium dini memberikan harapan hidup 92%. Karenanya
deteksi sedini mungkin sangat penting untuk mencegah dan melindungi perempuan dari
kanker leher rahim. WHO menyebutkan 4 komponen penting yang menjadi pilar dalam
penanganan kanker leher rahim, yaitu : pencegahan infeksi HPV, deteksi dini melalui
peningkatan kewaspadaan dan program skrining yang terorganisasi, diagnosis dan tatalaksana,
serta perawatan paliatif untuk kasus lanjut. Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program
skirining yang terorganisasi dengan sasaran perempuan kelompok usia tertentu, pembentukan
sistem rujukan yang efektif pada tiap tingkat pelayanan kesehatan, dan edukasi bagi petugas
kesehatan dan perempuan usia produktif1 Skrining dan pengobatan lesi displasia (atau disebut
juga lesi prakanker) memerlukan biaya yang lebih murah bila dibanding pengobatan dan
penatalaksanaan kanker leher rahim. Beberapa hal penting yang perlu direncanakan dalam
melakukan deteksi dini kanker, supaya skrining yang dilaksanakan terprogram dan
terorganisasi dengan baik, tepat sasaran dan efektif, terutama berkaitan dengan sumber daya
yang terbatas :
Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah menjalani tes Pap
sebelumnya, atau pernah mengalami tes Pap 3 tahun sebelumnya atau lebih.
5
b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes Pap sebelumnya
c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca sanggama
atau perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya
d. Perempuan yang ditemukan ketidak normalan pada leher rahimnya 4
homogen) dan bercak putih (mencurigakan displasia). Lesi yang tampak sebelum aplikasi
larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih, tetapi disebut leukoplakia; biasanya
disebabkan oleh proses keratosis. 4,5
Teknik Pemeriksaan IVA dan Interpretasi
Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite) pada
lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat (asam cuka).
Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak
dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. 4,5
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai
berikut:
-
Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
Speculum vagina
Swab-lidi berkapas
Dengan speculum melihat leher rahim yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada
lesi prakanker akan menampilkan warna berkankerk putih yang disebut aceto white
epithelium. Dengan tampilnya portio dan berkankerk putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA
positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andai kata penemuan tes IVA positif oleh
bidan, maka beberapa bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury.
Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahn dalam menyingkirkan lesi invasive. 5
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu katagori yang dapat dipergunakan
adalah:
a. IVA negative= Leher rahim normal
b. IVA radang= Leher rahim dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
leher rahim).
c. IVA positif = ditemukan berkankerk putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasarab temuan skrining kanker leher rahim dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis Leher rahim prakanker (dysplasia ringan-sedangberat atau kanker leher rahim in situ).
d. IVA-Kanker leher rahim pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker leher rahim, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
leher rahim bila ditemukan masih pada stadium invasive dini (stadium IB-IIA). 5
Skrining
Pengertian Skrining
Skrinining (screening) untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang-orang
asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang diperkirakan
mengidap atau diperkirakan tidak mengidap penyakit yang menjadi objek skrining. 6
Contoh uji skrining antara lain yaitu, pemeriksaan Rontagen pemeriksaan sitologi, dan
pemeriksaan tekanan darah. Uji skrining tidaklah bersifat diagnostik. Orang-orang dengan
temuan positif aau mencurigakan harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis dan
pengobatannya.6
Tujuan Skrining
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan
dini hampir selalu diarhakan kepada penyakit tidak menular, seprti kanker, diabetes melitus,
glaucoma, dan lain-lain. Dalam skala tingkat prevelensi penyakit, deteksi dan pengobatan dini
ini termsuk dalam tingkat prevelensi skunder. 6
Semua skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
orang-orang asimptomatik yang beresiko mengidap gangguan kesehatan serius. Dalam
konteks ini, penyakit adalah setiap karaakteristik anatomi (misalnya kanker atau
arteriosklerosis), ataupun perilaku (misalnya kebiasaan merokok) yang berkaitan dengan
peningkatan gangguan kesehatan yang serius ataupun kematian. 6
Selain pengertian skrining yang dikaitkan dengan diagnosis dan pengobatan dini ini, istilah
skrining mungkin memiliki pengertian lain, yaitu:
Reliabilitas
Reliabilitas dari suatu pengukuran adalah suatu indikator tingkat, seberapa jauh pengukuran
dapat direplikasi, artinya apakah hasilnya selalu sama, jika pengukuran oleh siapa pun, kapan
pun dan dalam lingkungan yang berbeda sekalipun. Reliabilitas berhubungan dengan
kesalahan acak yang terjadi dalam segala bentuk pengukuran. Pengukuran yang semakin
reliable, kesalahan acak yang terjadi semakin kecil. Reliabilitas adalah sangat mendasar bagi
setiap keperluan pengukuran mutu layanan kesehatan, karena jika pengukuran tidak reliable,
hasil pengukuran menjadi tidak bermanfaat. Namun, demikian, banyak pengukurn mutu
layanan kesehatan tidak di ujicoba reliabilitasnya dengan tepat. 6,7
Reliabilitas antar-evalutor
Apabila pengukuran diterapkan pada hal atau keadaan yang sama oleh beberapa
evaluator, apakah hasilnya sama?
Reliabilitas intra-evalutor
10
Jika pengukuran diterapkan pada hal atau keadaan yang sama oleh seorang evaluator
Sebaliknya, validitas instrument yang digunakan mengukur kepuasan pasien sangant sulit
dibuat. Hal ini merupakan kenyataan bahwa tidak ada Gold Standard yang dapat dijadikan
dasar untuk pengukuran ataupun penilainan pandangan pasien dan/ atau masyarakat.
Validitas
Validitas suatu pengukuran adalah indikator sejauh mana pengukuran itu dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Apabila pengukuran tidak memberikan hasil yang sahih atau absa, tidak
dapat digunakan dengan baik dan sebaliknya dapat menyesatkan. Meskipun demikian, dalam
kuesioner kapuasan pasien, jenis validitas yang berikut harus dipertimbangkan. 7
Validitas konten
Instrument atau kuesioner dapat diperiksa untuk melihat apakah isinya mencakup
pengertian konseptual tertentu yang hendak diukur. 6,7
Validitas konsep
Apakah hasil pengukuran sesuai dengan konsep atau teori tentang sifat atau
karakteristik yang sedang diukur. Instrument diperiksa untuk meneliti apakah skor kepuasan
pasien terkait dengan proses layanan kesehatan yang telah diukur tersendiri. Misalnya antara
waktu yang diperlukan untuk membuat suatu penjanjian dengan waktu keterlambatan yang
masih dapat diterima. 6,7
11
mungkin tidak tepat, justru karena pasien mempunyai perspektif yang lain tentang mutu
layanan kesehatan. Pengukuran validitas terkait kriteria untuk pengukuran mutu sangat sulit
karena bersifat multidimensi mutu layanan kesehatan yang begitu rumit. 7
Validitas
Validitas dari suatu tes skrining ditentukan oleh sensitivitas dan spesifitas.
Sensitivitas
Sensitivitas adalah jumlah frekuensi orang yang positif menderita penyakit
atau merupakan persentase orang dengan penyakit yang dideteksi oleh tes
skrining.
Spensifisitas
Spensifisitas adalah jumlah frekuensi orang tidak atau negatif menderita sakit
atau merupakan peresentase orang yang tidak menderita penyakit yang deteksi
oleh tes skrining. 8
12
Tabel.1 Distribusi populasi berdasarkan Status Penyakit dan Hasil Tes Skrining 8
Tes Skrining
Positif
Negatif
Total
Rumus
Diagnosis pasti
Sakit
A
C
a+c
Total
Tidak Sakit
B
D
b+d
a+b
c+d
a+b+c+d
d
x 100
(b+ d)
b
x 100
(b+ d)
2. Nilai prediksi
Nilai prediksi tes (+) =
a
x 100
(a+ b)
d
x 100
(c +d )
Kasus
13
Tes Skrining
Positif
Negatif
Total
Diagnosis pasti
Ca Serviks
6
3
9
Total
Tidak Ca Cerviks
24
67
91
30
70
100
6
x 100=66,7
Sensitivitas = ( 9 )
3
x 100=33,3
Negatif palsu = (9)
Spesifisitas =
67
x 100=73,62
(91)
(91)
Positif palsu =
24
x 100=26,37
Nilai prediksi
6
x 100=20
(30)
67
x 100=95,7
(70)
Pencegahan
Ilmu kedokteran pencegahan (preventive medicine)
14
Ada tiga tingkatan pencegahan di bidang pelayanan kedokteran medical servive sesuai
dengan perkembangan patologi penyakitnya . 9
a. Pencegahan primer (primer prevention)
Langkah-langkah pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan dan
perlindungan spesifik baik terhadap orangnya maupun lngkungannya atau health
promotion and specific protection. Masalah kesehatan yang perlu dicegah bukan
hanya penyakit infeksi yang menular tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya
yaitu kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, dsb. Besarnya masalah
kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menghitung tingkat morbiditas
(kejadian sakit), mortalitas 9kematian), fertilitas (tingkat kelahiran) dan disability
(tingkat kecacatan) pada kelompok-kelompok masyarakat. Pencegahan primer ini
dilaksanakan selama pre-pathoogenese suatu kejadian penyakit atau masalah
kesehatan. 9
Penerapan pencegahan primer pada program kesehatan masyarakat dipuskesma
dapat dikaji melalui program PKM (penyuluhan kesehatan masyarakat), program
P2M (pemberantasan peyakit menular melalui imunisasi dan pemberantasan
vector), program kesehatan lingkungan (menjaga agar lingkungan hidup manusia
tidak merugikan hidup manusia atau tidak memungkinkan berkembangnya vector
dan bibit penyebab penyakit seperti bakteri, jamur dan virus). Program kesehatan
lingkungan juga diterapkan dengan dimensi yang lebih luas untuk menjaga agar
lingkungan social manusia tidak berkembang menjadi beban yang mengakibatkan
stress (tekanan) pada kehidupan manusia.
b. Pencegahan sekunder (secunder prevention) 9
Langkah-langkah tingkatab pencegahan sekunder terdiri dari penemuan kasus
secara dini dan pengobatan tepat atau disebut juga dengan early diagnoses and
prompt treatment. Pencegahan sekunder dilakukan mulai fase patogenesa (masa
inkubasi) yang dimulai saat bibit penyakit masuk kedalam tubuh manusia (pada
saat stress alami) sampai saat timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan.
Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di
puskesmas dapat dikaji melalui program P2M khususnya kegiatan surveilen
(active and passive case detection), program pengobatan (pengobatan pasien
umum, mata, gigi, dan gangguan jiwa), program gizi melalui peimbangan anak
balita, program KIA (kesehatan ibu dan anak) mellaui deteksi dini factor risiko
15
Kesimpulan
Kanker serviks merupakan penyebab kematian pada wanita pada usia subur, untuk
mendeteksi suatu penyakit/masalah yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan suatu
test atau pemeriksaan untuk kasus kanker serviks. Deteksi dini yang baik dilakukan untuk
kasus kanker serviks yaitu skrining menggunakan test IVA (inspeksi visual asam asetat), test
IVA salah satu metode alternative untuk deteksi dini di negara berkembang. Skrining kanker
serviks telah memberikan dampak yang baik terhadap masalah kanker serviks Penurunan
jumlah penderita kanker serviks dikarenakan skrining yang dilakukan pada wanita yang
memiliki faktor resiko. Skrining memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang berguna
untuk menentukan nilai prediksi uji positif dan nilai prediksi uji negative
Daftar Pustaka
1. Prawirohardj. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP;2001.
2. Hacker.Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC;2001
3. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Jakarta: Tridasa Printer;2011h.294-
300.
4. Rajab W. Buku ajar Epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta : EGC, 2009.h.155-8.
Seto;2011.h.228-30.
8. Pohan I. Jaminan mutu layanan kesehatan: dasar-dasar pengertian dan penerapan.
17